cover
Contact Name
Muhammad Nuh Rasyid
Contact Email
muhammadnurasyid@iainlangsa.ac.id
Phone
+6285372689775
Journal Mail Official
al_ikhtibar@iainlangsa.ac.id
Editorial Address
https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/ikhtibar/about/editorialTeam
Location
Kota langsa,
Aceh
INDONESIA
Al-Ikhtibar : Jurnal Ilmu Pendidikan
ISSN : 2406808X     EISSN : 25500686     DOI : https://doi.org/10.32505/ikhtibar
Jurnal ini adalah jurnal Jurusan Pendidikan Agama Islam yang merupakan ekspektasi dari artikel yang konsen pada problematika dan fenomena dunia pendidikan islam, keagamaan dan kebudayan. Artikel ilmiah yang diterbitkan merupakan hasil penelitian, studi kasus, atau kajian teoritis yang berkaitan dengan isu-isu pendidikan islam yang berkembang saat ini.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 190 Documents
PERSENTUHAN ISLAM DENGAN PERADABAN YUNANI DAN PERSIA SEBAGAI LATAR BELAKANG TUMBUHNYA KAJIAN FILSAFAT Rambe, saparuddin
Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 3 No 2 (2016): Juli-Desember 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.006 KB)

Abstract

Dalam artikel ini akan mengkaji bagaimana Islam mengenal istilah pemikiran filsafat. Dalam  Islam istilah filsafat berasal dari kata falsafah atau filsafat. Islam mengambil istilah ini dari bahasa Yunani, yang pada hakikatnya pemikiran filsafat Islam dipengaruhi oleh pemikiran Yunani. Kata filsafat itu sendiri berasal dari kata philosopia, yaitu dari kata philos (cinta) dan shopia (kebijaksanaan), yang jika digabungkan menjadi cinta kebijaksaan; dalam nomenklatur Islam baik di dalam Alquran maupun hadis tidak ditemukan kata-kata filsafat akan tetapi hikmah yang memiliki arti sama dengan filsafat yaitu kebijkasanaan dan kearifan
MANAJEMEN PENDIDIKAN DAYAH BERCIRIKAN PROGRAM EXTRAKURIKULUM AGRARIS Afna, Mauloeddin
Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 3 No 2 (2016): Juli-Desember 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.459 KB)

Abstract

Pendidikan adalah instrumen pembanguan Negara secara holistik. Tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia  yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi,integritas dan berkomitmen tinggi. Tujuan pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang baik yaitu manusia yang dapat mempengaruhi dan memajukan lingkungan dimana ia berada. Pergerakan pendidikan akan menentukan laju pemerintahan dan kemakmuran negara. Tantangan Negara yang paling utama adalah pengentasan kemiskinan yang melambatkan arah dan pencapaian pembangunan baik manusia dan infrakstruktur Negara. Negara Republik Indonesia terletak di jamrud katulistiwa yang juga dikenal dengan nama Nusantara. Kesuburan alam adalah sumberdaya yang luar biasa untuk membangun baik warga dan infrastruturnya. Dalam hal ini pendidikan adalah intrumen yang menggerakkan pembangunan melalui ilmu pengetahuan yang berguna untuk mengolah sumber daya. Program extrakurikulum agraris ini dirancang dalam pelatihan soft-skill untuk para santri, diwajibkan untuk dikuti, karena dianggap penting sebagai kompentesi tambahan. Pendidikan dayah di indonesia dapat ditingkatkan, sehingga alumni dayah menjadi agen perubahan dan pembangunan kemasyarakatan melalui upaya pembaruan yang diarahkan pada refungsionalisasi pesantren sebagai salah satu pusat penting pembangunan masyarakat. Fungsi pendidikan dayah di indonesia, diarahkan dengan mempertimbangkan asset potensial yang dimiliki daerah lokal ditempat dayah ini berdiri. Selanjutmya, dengan mempertimbangkan aspek demografis pertanian yang dimilki oleh Indonesia, merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat besar, bila sistem pendidikan dayah memasukkan pertanian sebagai kategori kegiatan extra-kurikulum santri yang merupakan cakupan dari soft-skill. Hal ini didorong dengan peran kegiatan extra-kurikulum santri dalam memberdayakan luasnya lahan potensial yang dimiliki oleh dayah?dayah yang berada di Indonesia. Hal selanjutnya yang harus dipertimbangkan adalah kompetensi para lulusan yang tidak hanya belajar ilmu agama Islam tapi juga belajar untuk memamfaatkan lahan-lahan potensial untuk pertanian.
FAMILY SALAFI IDEOLOGY OF AL-IMAM ASH-SHAFI'I IN DUMAI Muljo, Ariyani
Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 3 No 2 (2016): Juli-Desember 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.408 KB)

Abstract

The purpose of this study was to determine how the Salafi doctrinal developments in the al-Imam ash-Shafi'i in Dumai. Salafi it is one of the methods in Islam who teaches Islamic law is pure without any addition and subtraction, based on the existing law on the generation of Muhammad and his companions, after they and the people afterwards. Where previously taken samples using Snowball Sampling and get respondents as many as 26 people,  headmaster, 1 teacher and 24 students. While data collection techniques used were non-test by using observation and interview guides. This study used descriptive qualitative method. Qualitative descriptive study was designed to collect information about the actual situations present while it lasted. The results obtained are Salafi doctrinal developments in the al-Imam ash-Shafi'i in Dumai very guided by the teachings salafi doctrine. Starting from salafi indications coming from the family, neighborhood and friends faith salafi, up to the ways teachers teach Salafi teachings to students, such as delivering materials based Salafi teachings on the sidelines of learning. Almost all of the ways it is guided by the Salafi doctrine, which led to the development of Salafi teachings in the al-Imam ash-Shafi'i, the better. Religious activity was often made to increase the depth of knowledge of students against the Salafi doctrine. In addition to the learning process is based on the teachings of salafi, this study also analyzes the teaching materials namely instructional handbook used in boarding school al-Imam ash-Shafi'i with teaching materials used public schools (non salafi). There are three points of difference from both the instructional materials, namely: The difference in the end result or conclusion; Material differences general and special; and materials that are not available (taught) in public schools
MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DI SEKOLAH ISLAM ., Hamdani
Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 3 No 2 (2016): Juli-Desember 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Organisasi sekolah yang memiliki budaya kuat ditandai dengan adanya kecenderungan hampir semua leader menganut bersama seperangkat nilai dan metode menjalankan usaha organisasi. Pegawai baru mengadopsi nilai-nilai ini dengan sangat cepat. Upaya untuk mengembangkan budaya organisasi di sekolah terutama berkenaan tugas kepala sekolah selaku leader dan manajer di sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah hendaknya mampu melihat lingkungan sekolahnya secara holistik, sehingga diperoleh kerangka kerja yang lebih luas guna memahami masalah-masalah yang sulit dan hubungan-hubungan yang kompleks di sekolahnya. Melalui pendalaman pemahamannya tentang budaya organisasi di sekolah, maka ia akan lebih baik lagi dalam memberikan penajaman tentang nilai, keyakinan dan sikap yang penting guna meningkatkan stabilitas dan pemeliharaan lingkungan belajarnya. Di samping itu budaya berperan sebagai penentu batas-batas; artinya, budaya menciptakan perbedaan atau yang membuat unik suatu organisasi dan membedakannya dengan organisasi lainnya
PENINGKATAN MOTIVASI KINERJA GURU PAI ., Asrul
Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 3 No 2 (2016): Juli-Desember 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.824 KB)

Abstract

Motivasi kerja adalah merupakan usaha guru dengan didorong oleh keinginan untuk berprestasi unggul yang berorientasi kemandirian. Dalam hal ini sekolah harus memperhatikan motivasi kerja di sekolah. Beberapa upaya yang dapat dilakukan di antaranya memberikan umpan balik atas setiap pekerjaan yang telah dilakukan guru di sekolah. Umpan balik atas setiap pekerjaan memberikan guru informasi menyeluruh tentang kelebihan dan kelemahannya dalam bekerja. Dengan adanya umpan balik yang tepat, guru dapat memperbaiki cara bekerjanya di sekolah, yang nantinya dapat menentukan komitmen guru untuk terus di sekolah. Upaya yang dapat dilakukan sekolah dalam memberikan umpan balik yang tepat pada guru di antaranya: mengadakan evaluasi rutin terhadap kegiatan mengajar guru di sekolah, memberikan pemecahan terhadap permasalahan mengajar yang terjadi pada guru, dan sebagainya. Selain itu, peningkatan motivasi kerja di sekolah dapat juga dilakukan dengan meminta guru melakukan pekerjannya secara inovatif. Pekerjaan yang dilakukan guru secara inovatif membawa guru kepada keinginan untuk terus mengajar dengan baik. Tindakan inovatif juga membawa guru kearah pembelajaran yang lebih baik, yang nantinya memberikan guru kesenangan untuk terus berkarir di sekolah. Upaya yang dapat dilakukan sekolah dalam meningkatkan sikap inovatif guru dalam bekerja adalah dengan mendorong guru untuk mencoba hal-hal baru dalam pembelajaran di kelas, memotivasi guru untuk menuangkan ide-ide kreatifnya untuk perbaikan pembelajaran di kelas, dan sebagainya.
PENERAPAN METODE CARD SORT DALAM PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA BIDANG STUDI AL-QUR’AN HADITS Razi, Fachrur
Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 3 No 2 (2016): Juli-Desember 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.392 KB)

Abstract

Pergeseran nilai paradigma pendidikan dewasa ini, berpengaruh pada metode dan strategi yang digunakan dalam proses belajar mengajar, sebab metode merupakan salah satu faktor atau komponen pendidikan yang sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Tugas pendidik sebagai fasilitator dalam rangka mengoptimalkan proses belajar mengajar yang harus mampu mengembangkan kemauan, motivasi dan kemampuan belajar siswa, selain itu juga mengembangkan kondisi belajar yang relevan agar tercipta suasana belajar dengan penuh kegembiraan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Sumber data dalam penelitian yang menjadi sample adalah guru dan siswa kelas VIII MTsS Darul Huda Kota Langsa berjumlah kelas VIII A  sebanyak 20 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII B sebanyak 20 siswa sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi, kuesionerdan angket. Analisis data dengan data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara diskriptif dan analisis kualitatif. Hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes awal (Pre Test) sebanyak 14 siswa yang tuntas dan 6 siswa yang belum tuntas belajar atau 70 % siswa dikatakan tuntas belajar dan 30 % siswa belum mencapai ketuntasan, sehingga ketuntasan belajar secara klasikal pada tes awal (Pre Test) belum tuntas. Peneliti melanjutkan penelitian pada Tes akhir (Post Tes). Sedangkan pada tes akhir dengan nilai rata-rata keseluruhan 95 % dengan katagori Tuntas secara klasikal. Berdasarkan data nilai motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran yang diperoleh dan analisis serta dilakukan pengujian hipotesis diperoleh  dan  sehingga  dengan demikian ditolak  dan diterima. Hal ini menunjukkkan bahwa hasil motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode card sort dapat meningkatkan motivasi belajar siswa bidang studi Al-Qur?an Hadits pada siswa MTsS Darul Huda Kota Langsa.
OPTIMALISASI PENGGUNAAN “MARAAJI’ ARABIYAH” DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI Astuti, Fuji
Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 3 No 2 (2016): Juli-Desember 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.751 KB)

Abstract

Bahasa Arab memiliki tempat istimewa dalam Agama Islam karena kitab suci agama yang mulia ini menggunanakan Bahasa Arab. Bahasa Arab sebagai Bahasa Al-Qur?an dan Hadits tentulah tidak hanya dipakai oleh orang arab saja, melainkan oleh semua umat muslim di dunia untuk mendalami agama mereka. Bahasa ini menjadi salah satu mata pelajaran wajib di sekolah- sekolah dan dayah-dayah di Indonesia. Selain sebagai mata pelajaran, Bahasa Arab juga berkembang menjadi mata kuliah dan salah satu konsentrasi ilmu pada Perguruan-perguruan Tinggi Agama Islam di negeri ini. Tulisan ini membahas tentang kedudukan Bahasa arab sebagai Bahasa agama dan buku-buku teks berbahasa Arab sebagai referensi utama ilmu-ilmu agama dalam pendidikan, terutama pendidikan Agama Islam.  Kemudian optimalisasi penggunaan Bahasa Arab dan buku buku teks berbahasa Arab pada pengajaran dan pendidikan di Perguruan Tinggi Agama Islam. Pemahaman yang baik terhadap kedudukan Bahasa Arab akan menjadikan para pendidik, terutama di Perguruan-Perguruan Tinggi untuk memaksimalkan penggunaan buku-buku teks berbahasa Arab sebagai referensi utama dalam pelaksanaan pengajaran dan pendidikan baik di kampus maupun di luar kampus.
KRITIK MATAN HADIS MUHAMMAD SYAHRÅ«R Husna, Muhammad Najmil
Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 3 No 2 (2016): Juli-Desember 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.133 KB)

Abstract

Para ahli hadis tidak menetapkan defenisi hadis Nabi secara tegas. Mereka hanya berani menisbahkan kepada Nabi saja, bahwa semua yang diucapkan, dilakukan dan yang ditetapkan Nabi dikategorikan hadis atau sunnah. Mereka tidak langsung secara tegas menyebut bahwa hadis atau sunnah adalah perkataan, tindakan dan ketetapan Nabi. Hal ini membuka peluang diskusi yang menarik dan panjang. Salah satu tokoh yang cukup kontroversial dalam diskusi ini adalah Muhammad Syahrur. Dengan menggunakan metode filsafat Marxis dan hermeneutika linguistik, Syahrur mencoba merekonstruksi hadis dan sunnah Nabi, bahkan mendekonstruksinya. Dalam pandangannya, hadis dan sunnah Nabi bukanlah sesuatu yang mesti ditaati dan dijadikan tuntunan dalam kehidupan, karena apa yang dihasilkan oleh Nabi merupakan refleksi kehidupan Nabi di masanya. Sedangkan di masa sekarang, umat harus berani melahirkan sunnah baru yang sesuai dengan zamannya. Oleh karena itu, hadis dan sunnah Nabi adalah prestasi sejarah, sedangkan tradisi dan sunnah yang sekarang terjadi adalah realita sejarah. Tulisan ini akan mencoba memaparkan pemikiran Muhammad Syahrur tentang materi hadis, dan implikasinya terhadap pembaruan pemikiran hadis Nabi.
EVALUASI TA’DIB: (ANALISA KRITIS PEMIKIRAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS) ., Miswari
Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 3 No 2 (2016): Juli-Desember 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara bawah sadar, kaum intelektual Muslim langsung meninjau sistem pendidikan yang dilaksanakan ketika menghadapi zaman di mana masyarakat Muslim mengalami degradasi moral dan pengetahuan. Dilema degradasi dihadapi kaum Muslim Nusantara adalah termasuk telah berada pada titik nadir. Sekalipun unggul dalam kuantitas, kaum Muslim Nusantara menjadi ummat yang paling anjok kualitasnya. Kaum Muslim benar-benar takluk atas hegemomi bangsa-bangsa lain. Pendidikan tentunya adalah tinjauan utama dari degradasi ini. Ta?dib adalah teori dan sistem pendidikan yang ditemukan oleh Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Sama seperti teori-teori pendidikan lain, teori ini dilatarbelakangi oleh keresahan atas kemanadegan sistem pendidikan yang tersedia. Al-Attas mengakui teori ini digali langsung dari straegi dan sistem yang diterapkan Rasulullah Saw dalam melakukan pendidikan bagi kaum Muslim. Tulisan ini berupaya menggali keunggulan-keungulan yang dimiliki ta?dib dan berusaha mengevaluasi teori tersebut dengan pendekatan kritis atas pokok-pokok pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas.
HUMANISM MENTAL DISIPLIN ISLAMI ., Yustizar
Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 3 No 2 (2016): Juli-Desember 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.445 KB)

Abstract

Kebangkitan faham humanisme di mulai pada abad IV dan V M kemudian berkembang pesat pada abad XIV M di zaman kebangkitan Renaissance, hingga saat ini terus berkembang seiring dengan kemajuan pemikiran manusia. Konsep Humanism Mental Discipline adalah paham yang terfokus pada perkembangan mental yang dipelopori oleh filsuf Socrates yang berpandangan bahwa manusia itu bersifat neutral-active, yaitu semenjak lahir manusia telah memiliki pengetahuan yang lengkap berfikir untuk melihat dunia sebagai mana adanya. Dalam perspektif lain faham ini juga merupakan pemujaan terhadap sastra klasik dari Yunani dan Romawi. Dalam dunia pendidikan faham humanisme menegaskan bahwa guru  adalah pemandu pengetahuan atau sebagai pengarah informasi kepada murid sebagai penguat pengetahuan yang telah ada. Di era abad XVII sampai XVIII M berkembang pula humanisme baru atau yang lebih dikenal dengan neo-humanisme. Faham neo-humanisme ini berkembang menjadi dua bentuk yaitu humanisme moderat dan humanisme anti agama. Seiring dengan kebebasan dalam mengemukakan pendapat yang telah berkembang hingga abad XX terbentuk gerakan cendikiawan lain yang menamakan dirinya faham anti humanisme. Dalam penulisan artikel ini penulis membatasi bahwa faham humanisme bukanlah pelajaran tentang agama melainkan ekspresi tertinggi dari nilai-nilai manusia, sarana untuk mengembangkan kebebasan dan membentuk individu yang bertanggung jawab, sebagaimana pendapat yang sama oleh para tokoh pemikir dalam dunia pendidikan Islam.

Page 1 of 19 | Total Record : 190