cover
Contact Name
Susanto Dwiraharjo
Contact Email
jurnalgraciadeo@gmail.com
Phone
+6282310002924
Journal Mail Official
jurnalgraciadeo@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO
ISSN : 26556871     EISSN : 26556863     DOI : 10.46929
Jurnal Teologi Gracia Deo merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan bidang ilmu teologi dan Pendidikan Kristiani, dengan nomor ISSN: 2655-6863 (online), ISSN: 2655-6871(print), diterbitkan dan dikelola oleh Sekolah Tinggi Teologi Baptis Jakarta. Focus dan Scope dalam Jurnal ini adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Pastoral Misiologi Kepemimpinan Kristen Pendidikan Kristiani
Articles 92 Documents
Awarenesss Triangle: Konsep Pengembangan Pendidikan Kristen bagi Generasi Tekno di Era Virtual Carolina Etnasari Anjaya; Yonatan Alex Arifianto
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 1: Juli 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i1.109

Abstract

The virtual era is now pushing for a style or life formation that corresponds to the world. This is contrary to the Christian faith which requires humans to let go of all the bonds of the world and focus on the Kingdom of Heaven. Because of this, the development of Christian education is very much needed as a means to change the way or formation of the life of the techno generation and all believers today to a lifestyle that is in accordance with the truth of God's word. This research method uses descriptive qualitative. The purpose of the research is to provide ideas for the development of Christian education in accordance with the current virtual era. The results of the research found that the development of Christian education Awareness Triangle or the triangle of awareness can be a development solution that suits the needs which include: first, the concept of self-awareness. Second, is the concept of visual awareness. Third, is the concept of mission awareness. The result of learning the Awareness Triangle is a style or life formation that is in accordance with Bible truth.  AbstrakEra virtual saat ini mendorong kepada gaya atau formasi hidup yang berpadanan dengan dunia. Hal ini bertentangan dengan iman Kristen yang menuntut manusia untuk melepaskan segala ikatan dunia dan fokus kepada Kerajaan Surga. Oleh karena hal tersebut pengembangan pendidikan Kristen sangat dibutuhkan sebagai sarana untuk mengubahkan cara atau formasi hidup  generasi tekno dan semua umat percaya saat ini kepada gaya hidup yang sesuai  kebenaran firman Tuhan. Metode riset ini mempergunakan deskriptif kualitatif. Tujuan dari riset memberikan ide pengembangan pendidikan Kristen yang sesuai dengan era virtual saat ini. Hasil riset mene-mukan bahwa pengembangan pendidikan Kristen Awarenesss Triangleatau segitiga kesadaran dapat menjadi solusi pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan yang meliputi: pertama, konsep kesadaran diri. Kedua, konsep kesadaran visi. Ketiga, konsep kesadaran misi. Hasil dari pembelajaran Awarenesss Triangle adalah gaya atau formasi hidup yang sesuai dengan kebenaran Alkitab.  
Penerapan Model PAIKEM Pada Pendidikan Agama Kristen Berbasis CBSA Di Era Pandemi Covid-19 Priskila Issak Benyamin; Febie Yolla Gracia
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 1: Juli 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i1.115

Abstract

Christian religious education learning during the pandemic needs to find an active, innovative, creative, effective, and fun learning model. Students experience boredom with the monotonous online learning system and seem less interactive, so it becomes a challenge when Face-to-face Learning (PTM) is implemented during the pandemic. It impacts student learning outcomes in the classroom, which has decreased. This research aims to increase the activeness and learning outcomes of students in online learning and PTM. The research method used is classroom action research by applying several stages: planning, implementation, observation, and reflection in each cycle. The researcher applies the CBSA-based PAIKEM model on Christian Religious Education subjects. Learning CBSA-based PAIKEM makes students active by carrying out various activities such as discussing, solving problems, forming ideas, compiling plans, and reports in-class learning. After two cycles, the study results showed a significant increase from the initial conditions, and student learning outcomes met the KKM for Christian Religious Education subjects.  AbstrakPembelajaran pendidikan Agama Kristen di masa pandemi perlu menemukan sebuah model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Siswa mengalami kejenuhan dengan sistem pembelajaran daring yang monoton dan terkesan kurang interaktif sehingga menjadi sebuah tantangan saat diberlakukannya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di masa pandemi. Hal ini berimbas pada hasil belajar siswa di kelas yang mengalami penurunan. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran daring maupun PTM. Metode penelitian yang digunakan yakni penelitian tindakan kelas dengan menerapkan beberapa tahapan: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi pada setiap siklusnya. Peneliti menerapkan model PAIKEM berbasis CBSA pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen. Pembelajaran PAIKEM berbasis CBSA membuat siswa aktif dengan melakukan berbagai kegiatan seperti berdiskusi, memecahkan masalah, membentuk gagasan, menyusun rencana dan laporan dalam pembelajaran di kelas. Hasil penelitian setelah melalui dua siklus, terjadi peningkatan yang signifikan dari kondisi awal dan hasil belajar siswa memenuhi KKM mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Implikasi Pemahaman Tritunggal terhadap Perbedaan Pandangan tentang Misi Tony Salurante; Dewi Yuliana; Moses Wibowo; Jonidius Illu
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 1: Juli 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i1.87

Abstract

The correct understanding of the doctrine of the Trinity plays an important role in the theology and praxis of believers. Unfortunately, these implications have not yet appeared in the church’s mission in which every believer is called to proclaim and live the truth of God -- something that cannot be separated from deeds and words. Not just thinking about the concept of going out to send. This article is an integrative effort that has been started by Lesslie Newbigin and David Bosch to change the paradigm of a church mission in the world. This article shows the relation between the concept of Trinitarian and mission. With this attempt, the church will be able to play a significant role contextually without losing the important values of the Bible.AbstrakPemahaman yang benar tentang Tritunggal memiliki signifikansi besar dalam teologi dan kehidupan praxis orang percaya. Sayangnya implikasi tersebut belum nampak dalam misi gereja yang didalamnya setiap orang percaya terpanggil untuk menyatakan dan menghidupi kebenaran Allah. Penelitian ini adalah sebuah usaha integratif untuk menunjukkan apa yang telah dimulai Lesslie Newbigin maupun David Bosch untuk merubah paradigma misi gereja di dunia. Dengan cara gereja melihat sebuah misi dari perspektif ajaran Tritunggal gereja akan mampu bersaksi dengan kontekstual tanpa harus kehilangan nilai biblikal yang penting dari Alkitab.  
Membangun Silaturahim di tengah Pluralistas Keagamaan di Indonesia: Sebuah Kajian Sosio-Teologis Misray Tunliu
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 2: Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i2.118

Abstract

The most basic and most important component in the relation of religious pluralism is the creation of a sustainable relationship of friendship and dialogue, which is built by every believer by opening himself to pluralism without having to sacrifice substantive things in building the common good, in accordance with the values shared by the community. It is believed in the Holy Scriptures that each believer also believes in the national and state order which is regulated and bound by the UUD 1945, Pancasila, and within the framework of diversity, without sacrificing others in the name of any religion. Religion must be an answer that educates, inspires others to be closer to the Creator. Religion must be an agent of change that changes people who are not virtuous, have no morals into people who are virtuous and have a noble character in accordance with the nature of Allah, the ruler of life.  AbstrakKomponen paling mendasar dan terpenting dalam relasi pluralisme keagamaan adalah terciptanya hubungan silaturahim dan dialog yang berkelanjutan, yang dibangun oleh setiap umat berkeyakinan dengan membuka diri terhadap pluralisme tanpa harus mengorbankan hal-hal yang sifatnya substantif dalam membangun kemaslahatan secara bersama, sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini dalam Kitab Suci masing-masing umat berkeyakinan juga dalam tatanan berbangsa dan negara yang diatur dan diikat dalam UUD 1945, Pancasila dan dalam bingkai kebhinekaan, tanpa mengorbankan yang lain atas nama agama apapun. Agama harus menjadi jawaban yang mengedukasi, menginspirasi sesama untuk lebih dekat kepada Sang Khalik. Agama harus menjadi agen perubahan yang mengubah insan yang tidak berbudi pekerti, tidak berakhlak menjadi insan yang berbudi pekerti dan berakhlak mulia sesuai dengan natur Allah Sang penguasa kehidupan. 
Penderitaan sebagai Ekspresi Kasih Karunia Yesus Kristus: Refleksi Teologi 1 Petrus 2:18-25 Misray Tunliu
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 1: Juli 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i1.76

Abstract

 Suffering is a frightening specter for some people, so there are so many efforts made by some people to be free from what is called suffering, whether it is people who do not believe in Jesus Christ or who believe in Jesus Christ. Ironically, some people who believe in Jesus Christ often use the Bible by quoting a few verses in the Bible as reference to justify their arguments. In particular it relates to suffering without looking cohesive and comprehensive, so as to treat suffering as acurse. By denying all the data, arguments and facts that speak that the suffering of believers is not always  synonymous with curses but the suffering of believers is the grace of the Lord Jesus Christ. They suffer because of their faith and conviction in defending the truths taught and modeled by the Lord Jesus Christ.AbstrakPenderitaan adalah momok yang menakutkan bagi sebagian orang sehingga ada begitu banyak upaya yang dilakukan oleh sebagian orang untuk terbebas dari yang namanya penderitaan, baik itu orang yang tidak beriman kepada Yesus Kristus maupun orang yang beriman kepada Yesus Kristus. Ironisnya bagi sebagian orang yang percaya kepada Yesus Kristus seringkali menggunakan Alkitab dengan mengutip segelintir ayat dalam Alkitab sebagai referensi untuk membenarkan argumentasi mereka. Secara khusus berkaitan dengan penderitaan tanpa melihat secara kohesif dan kompreshensif, sehingga menyikapi segala penderitaan sebagai kutuk. Dengan menafikan segala data, dalil dan fakta yang berbicara bahwa penderitaan orang percaya tidak selalu identik dengan kutuk tetapi penderitaan orang percaya adalah kasih karunia Tuhan, Yesus Kristus. Mereka menderita karena iman dan keyakinan mereka di dalam mempertahankan kebenaran yang diajarkan dan diteladankan oleh Tuhan, Yesus Kristus.   
Menggereja yang Ramah dalam Ruang Virtual: Aktualisasi Iman Kristen Merawat Keragaman Yonatan Alex Arifianto; Carolina Etnasari Anjaya
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 2: Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i2.90

Abstract

In living in a virtual space, believers are required to be able to influence the values and patterns that are formed in accordance with the values of the Christian faith. The research aims to convey the principles or models of friendly church life and practical ways of carrying them out in virtual space life within the framework of religious moderation. The research method is a descriptive qualitative approach through literature study. The research concludes that a friendly church becomes a necessity for believers as a fulfillment of God's command to bring shalom and leave this world with elements of Christian faith values. The principle of a friendly church is the awareness to love God through acts of love for others and the synergy of believers in one unit, faith, and purpose in life. The praxis of a friendly church can be actualized with virtual social services in the context of contemporary issues. Believers are required to be present as a solution to various social problems. This will reduce the turbulence of the virtual space with a tendency to wickedness. This praxis can run optimally if it is supported by the synergy of believers in collaboration with various crosses: denominations, communities, professions, competencies, and generations. AbstrakDalam kehidupan di ruang virtual umat percaya dituntut untuk dapat memberikan pengaruh atas nilai-nilai dan pola yang terbentuk sesuai dengan nilai-nilai iman Kristen. Penelitian bertujuan menyampaikan prinsip atau model hidup menggereja yang ramah dan cara praksis menjalankannya dalam kehidupan ruang virtual  dalam bingkai moderasi beragama Metode riset adalah pendekatan jenis kualitatif deskriptif melalui studi pustaka. Riset memberikan simpulan  bahwa menggereja yang ramah menjadi suatu kebutuhan bagi umat percaya sebagai pemenuhan perintah Tuhan untuk membawa shalom dan mengkhamirkan dunia ini dengan unsur nilai iman Kristen. Prinsip menggereja yang ramah adalah kesadaran untuk mengasihi Tuhan melalui tindakan kasih kepada sesama dan sinergitas umat percaya dalam satu kesatuan wadah, iman dan tujuan hidup. Praksis menggereja yang ramah dapat diaktualisasikan dengan pelayanan sosial virtual dalam lingkup isu-isu kontemporer. Umat percaya dituntut untuk hadir sebagai solusi bagi pelbagai persoalan sosial. Hal ini akan meredam gejolak ruang virtual yang bertendensi pada kefasikan. Praksis tersebut dapat berjalan optimal jika didukung oleh sinergitas umat percaya dengan kolaborasi pelbagai lintas: denominasi, komunitas, profesi, kompetensi, dan generasi.
Teori Liquid Church dalam Pembinaan Warga Jemaat: Studi Kasus Ibadah Doa Pagi Online di GSPDI Filadelfia “Sejahtera”, Jombang Michael Suoth; Akris Mujiyono; Joko S.T Mahendro
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 1: Juli 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i1.110

Abstract

The period pandemic has required humans to minimize face-to-face meetings to avoid the spread of the COVID-19 virus. Churches have to adapt to changing cultures. Thus, the purpose of this study was to determine the effectiveness of the application of the online shepherding method applied by the GSPDI Filadelfia Sejahtera Jombang Church during the pandemic. The research method used is a descriptive research method with a quantitative approach. The population of the study was the entire congregation of GSPDI Filadelfia Jombang, which amounted to 800 people, while the sample was taken as many as 77 people. Based on the research conducted, the majority of respondents have been able to adapt to a new culture of worship. Thus, the application of online worship is considered quite effective because it is able to help the GSPDI Filadelfia Sejahtera congregation in Jombang remain strong and hopeful, even though in the midst of a pandemic and limited by online media. AbstrakMasa pandemic telah mengharuskan manusia untuk meminimalisir adanya perte- muan tatap muka guna menghindari penyebaran virus Covid-19. Gereja harus beradaptasi dengan perubahan kultur. Dengan demikian, tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari penerapan metode penggembalaan online yang diterapkan Gereja GSPDI Filadelfia Sejahtera Jombang di masa pandemi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah seluruh jemaat GSPDI Filadelfia Jombang yang berjumlah 800 jiwa, sedangkan sampel diambil sebanyak 77 Jiwa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, mayoritas responden sudah mam- pu beradaptasi terhadap budaya baru dalam beribadah. Dengan demikian, penerapan ibadah secara online dinilai cukup efektif dilakukan karena mampu membantu jemaat GSPDI Filadelfia Sejahtera di Jombang tetap dikuatkan dan berpengharapan, meskipun ditengah keadaan pandemi dan dibatasi oleh media online.  
Kebahagiaan dan Penderitaan dalam Hidup Menggereja di Era Disrupsi: Analisis Surat Filipi Murni Hermawaty Sitanggang
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 2: Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i2.89

Abstract

Happiness and suffering are two popular topics that are often considered contradictory and discussed separately. As a result, there is an unbalanced understanding of the two so that not a few believers are then influenced by the wrong understanding of successful theology, the concept of the law of karma or retribution, and the philosophy of Stoicism. The author argues that suffering and happiness need to be discussed together so that a correct reflection on suffering should also include happiness and vice versa. That's why this paper aims to build a more complete thought by examining the letter Philippians, which is known as the letter of joy even though it was written in prison (which is synonymous with suffering). The method used is qualitative with a descriptive approach based on a study of the Philippians letter. The conclusion of the discussion is that because the letter of Philippians states that suffering and happiness are representations of God's grace, then we as believers should not hesitate to pursue happiness even in times of suffering.  AbstrakKebahagiaan dan penderitaan adalah dua topik populer yang seringkali dianggap saling berlawanan dan dibahas terpisah. Akibatnya muncul pemahaman yang kurang berimbang tentang keduanya sehingga tidak sedikit orang percaya yang kemudian terpengaruh dengan pemahaman yang keliru dari teologi sukses, konsep hukum karma atau retribusi, dan filsafat Stoisisme. Penulis berpendapat penderitaan dan kebahagiaan perlu dibahas bersama sehingga refleksi yang benar tentang penderitaan seharusnya memuat juga kebahagiaan, dan demikian pula sebaliknya. Itu sebabnya tulisan ini bertujuan membangun pemikiran yang lebih lengkap dengan menelaah surat Filipi, yang dikenal sebagai surat sukacita meski ditulis di dalam penjara (yang identik dengan penderitaan). Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif berdasarkan kajian terhadap surat Filipi. Kesimpulan pembahasan adalah karena surat Filipi menyatakan penderitaan dan kebahagiaan adalah representasi kasih karunia Allah, maka kita sebagai orang percaya tidak perlu ragu mengejar kebahagiaan bahkan di saat menderita.  
Ekses Politik, Ekonomi, dan Kehidupan Beragama di tengah Pandemi Covid-19 Agus Suhariono; Steven Tommy Dalekes Umboh; Simon Simon
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 1: Juli 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i1.99

Abstract

The Covid-19 pandemic that has hit the global community has put everyone in a difficult situation. The majority of the global population, by and large, view this outbreak as purely a disease. This article aims to show how religious life in the Covid-19 situation produces various excesses. The method used in this paper is a qualitative method with a literature study approach. The results of the description in this paper, the Covid-19 pandemic produces excesses from the political side by reducing the intensity of war in countries that have been in conflict and showing the tendency for the power elite to achieve its goals through various policies. Meanwhile, from an economic point of view, pharmaceutical shareholders, large corporations, and a handful of countries benefit from the procurement of vaccines and medical equipment. From a religious perspective, Covid-19 is a prophetic scripture as a sign of the end of time, as well as a manifestation of God's immanence in events taking place in the world.  AbstrakPandemi Covid-19 yang melanda masyarakat global menyebabkan semua berada dalam situasi yang sulit. Mayoritas penduduk global, pada umumnya, memandang wabah ini murni sebagai penyakit. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana kehidupan beragama dalam situasi Covid-19 menghasilkan berbagai ekses. Metode yang digunakan pada tulisan ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi litetur. Hasil uraian pada tulisan ini, Pandemi Covid-19 menghasilkan ekses dari sisi politik dengan mengurangnya intensitas peperangan di negara-negara yang selama ini berkonflik, dan memperlihatkan tendensi pada elit kekuasaan meraih tujuannya melalui berbagai kebijakan. Sementara dari sisi ekonomi, para pemilik saham yang bergerak di bidang farmasi, para korporat besar, dan segelintir negara mendapatkan keuntungan dari pengadaan vaksin dan alat-alat kesehatan. Dari sisi agama, Covid-19 merupakan nubuatan kitab suci sebagai tanda akhir zaman, serta sebagai wujud imanensi Allah dalam peristiwa yang berlangsung di dunia.  
Peran Strategis Kepemimpinan Pastoral di Masa Transisi: Kajian Eksegesis Titus 2:15 Bakhoh Jatmiko; Natalia Mega Saputri
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 2: Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i2.98

Abstract

The existence of a leader in an institution or organization is not lasting. Every institution and organization, including the church as a ministry institution, will enter a transition period at a certain stage either naturally or due to special factors. Leadership succession is a momentum that is both promising and risky. The successor's gait and role will determine the progress or decline of an institution. The textual analysis on Titus 2:15 was carried out to find the key roles that the leader must have in the momentum of the transition in a ministry. This study deploys qualitative descriptive research with an exegetical approach to observe the selected text. The author also uses various literature studies to support the discussion. In this case, the key strategic roles of leaders in transition are leaders as teachers, leaders as counselors, and leaders as influencers. AbstrakKeberadaan seorang pemimpin dalam sebuah lembaga maupun organisasi merupakan hal yang tidak langgeng. Setiap lembaga dan organisasi, termasuk gereja sebagai lembaga pelayanan akan memasuki periode transisi pada suatu tahap tertentu baik secara alami maupun karena faktor khusus. Suksesi kepemimpinan menjadi momentum menjanjikan sekaligus beresiko. Kiprah dan peran suksesor akan menentukan maju atau mundurnya sebuah lembaga.  Analisis terhadap teks Titus 2:15 dilakukan untuk menemukan peran-peran kunci yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam momentum transisi terjadi dalam sebuah pelayanan. Kajian ini merupakan riset deskriptif kualitatif dengan pendekatan eksegetikal terhadap teks yang diamati. Berbagai literatur digunakan untuk mendukung pembahasan di dalam kajian ini.  Pembahasan menemukan beberapa peran strategis kunci pemimpin di masa transisi, yaitu: pemimpin sebagai pengajar, pemimpin sebagai konselor, dan pemimpin sebagai pembawa pengaruh. 

Page 4 of 10 | Total Record : 92