cover
Contact Name
Muhammad Alif
Contact Email
muhammad.alif@uinbanten.ac.id
Phone
+6281381871727
Journal Mail Official
holistic.alhadis@uinbanten.ac.id
Editorial Address
Gedung Fuda Lt. Dasar UIN SMH Banten Jl. Jenderal Sudirman No. 30 Kota Serang Banten 42118
Location
Kota serang,
Banten
INDONESIA
Holistic Al-Hadis : Jurnal Studi Hadis, Keindonesiaan, dan Integrasi Keilmuan
ISSN : 24608939     EISSN : 26227630     DOI : https://doi.org/10.32678/holistic
The Journal seeks to place Hadith as its central focus of academic inquiry and to encourage comprehensive consideration of its many facets; to provide a forum for the study of Hadith in its global context; to encourage interdisciplinary studies of the Hadith that are crossnational and comparative; to promote the diffusion, exchange and discussion of research findings; and to encourage interaction among academics from various traditions of learning.
Articles 85 Documents
Memahami Hadis Nabi dalam Konteks Kekinian: Studi Living-Hadis Masrukhin Muhsin
Holistic al-Hadis Vol 1 No 1 (2015): January - June 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v1i1.880

Abstract

Living-hadis is the comprehension of hadis under the level of practice. Based on this, the shift of what Fazlur Rahman initiates does not differ all the way around from the study of living-hadis. Such comprehensions reflected in the level of practise, however, in some cases do not correspond with how others understand the hadis in question, but more reflect the contexts of different societies, which is to say, the cotextual comprehension. Any textual and contextual comprehension of hadis which is reflected in the level of practice within any society can be regarded to as living-hadis.
KAJIAN HERMENEUTIKA TERHADAP FENOMENA DAN TEKS AGAMA (AL-QUR’AN DAN HADIS NABI) Dadang Darmawan
Holistic al-Hadis Vol 2 No 1 (2016): January - June 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v2i1.923

Abstract

Prophet Muhammad Saw. as a messenger of Allah has indeed performed hermeneutical tasks. He conveyed, explained and interpreted messages from Allah to mankind. This paper itself will try to show that hermeneutical principles have been applied by the prophet Muhammad, long before the theory of hermeneutics formulated by western philosophers. Therefore, the efforts to understand the phenomenon and religious texts, especially hadith, with a hermeneutic approach is not a taboo.
Reorientasi Misteri Shalat Subuh Dalam Perspektif Hadis Hudaeri, Muhammad
Holistic al-Hadis Vol 4 No 02 (2018): Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i02.1972

Abstract

Fajr prayer is one of the five obligatory prayers that have exceptional peculiarities and virtues. It was at this point that the turn of night and day began. At this very moment, the night and afternoon angels change duties. Fajr prayers in congregation is a heavy mandatory worship to be performed, they do not know that in the dawn prayer there is a great virtue, except by people who really sincerely expect the pleasure of Allah swt. Its execution time on the blind that makes people lazy to do it. Based on the above background, the formulation of the problem in this thesis is: 1). How does the nature of the Subuh prayers congregate according to the tradition ?, 2). How is the quality of traditions related to the virtue of Fajr prayers in congregation ?. 3). How is the virtue of Fajr praying in congregation ?. The purpose of this research are: 1). To know the nature of dawn prayer in congregation of hadith. 2). To know the quality of the traditions related to the virtue of Fajr prayers in congregation. 3). To know the virtue of Fajr prayers in congregation in the view of the clergy. The method used in this thesis is library research method which is collecting data from Hadith books of Bukhārῑ, Muslim, Ibn Māzah, Abū Dāud, Tirmiẓi dan Ad-Dārimῑ and seeking information with the help of interview, then the data is analyzed by using method criticism of hadith, that is criticism of sanad and matan by using jarḥ wa ta'dil every perawinya. The results of this study, as follows: Fajr prayer is a mandatory prayer performed on the morning at dawn arrived, dawn prayer is also a severe worship to be executed except by people who really sincere expect the pleasure of Allah swt. Hadiths of the Prayers of the Fajr Prayers which the author has meticulously qualified ṣaḥiḥ such as the hadith narrated by Bukhārῑ, the hadith of the Muslim narrative, the hadith of Ahmad's narration, and the hadith narrated by ad-Darimi, but the authors found the traditions of the high-quality dawn prayers such as Ibn Mazah and Tirmiżi. The virtue of the Fajr prayers according to the views of ulema bahwasannya prayers in which there is a great reward that does not exist in other fardu prayers, such as getting a guarantee of the hereafter of Allah swt.
PRINSIP DASAR DAN RAGAM PENAFSIRAN KONTEKSTUAL DALAM KAJIAN TEKS AL-QUR’AN DAN HADIS NABI SAW Muhammad Andi Rosa
Holistic al-Hadis Vol 1 No 2 (2015): Juli - Desember 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v1i2.917

Abstract

Exegesis (tafsîr) is a dialogue between text and context. There are six kinds context in the exegesis of Qur’ânic verses and prophetic ḥadith: first of all, Socio-cultural context; the second, external context (i.e. revelation context; aspects relating to the emergence of a text), the interlocution context (siyâq al-takhâṭub) which is expressed in the language structure of the text; the third, internal structure of the verse (the structure of the text); the forth, linguistic context of the text; the fifth, the scientific context, i.e. context of modern sciences by paying attention to the ontology, epistemology, and axiology of the related topic; and sixth, the context of reading which aimed at deconstructing codes. There are three classifications of analysis in contextual exegesis: intrinsic analysis (mâ fî al-naṣṣ), extrinsic analysis (mâ ḥaula al-naṣṣ), and analysis to the exegesis of previous interpreters or relevant experts. In contextual exegesis, one has to do with some normative principles of exegesis (in mainstream), as mentioned by classical and contemporary interpreters.
Kedudukan Hadis tentang Hewan Amfibi Endang Wahyuni
Holistic al-Hadis Vol 5 No 1 (2019): June 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v5i1.3233

Abstract

Suatu benda atau perbuatan tidak lepas dari empat perkara, yaitu halal, haram, makruh, dan mubah. Seluruh hal-hal yang baik secara mutlak oleh Allah dibolehkan untuk memakannya. Sedangkan untuk sesuatu yang haram kita harus menjauhkannya. Banyak makanan atau minuman yang masuk dalam kategori halal maupun haram. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah adalah: 1). Bagaimana kualitas hadis tentang hewan amfibi?, 2). Bagaimana pandangan ulama hadis tentang hewan amfibi?, 3). Bagaimana pandangan ulama fiqih tentang hewan amfibi? Adapun tujuan penelitiannya adalah: 1). Mengetahui kualitas hadis tentang hewan amfibi. 2). Untuk mengetahui hukum mengkonsumsi hewan amfibi dalam pandangan ulama hadis, 3). Untuk mengetahui hukum mengkonsumsi hewan amfibi dalam pandangan ulama fiqih. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan mengumpulkan buku-buku, selanjutnya data di analisa dengan menggunakan metode takhrij hadis, yaitu meneliti hadis dengan penelusuran hadis dari berbagai kitab sebagai sumber aslinya untuk mengetahui keaslian sanad. Hasil dari penelitian ini, sebagai berikut: Hadis tentang larangan membunuh katak termasuk dalam kategori hadis shahih dan dapat dijadikan sebagai hujjah. Menurut pandangan ulama hadis bahwasannya katak haram untuk dikonsumsi dan dijadikan obat karena membunuhnya saja tidak boleh apalagi menjadikannya sebagai obat. Dan menurut pandangan ulama fiqih mengkonsumsi hewan amfibi termasuk hewan yang khabais (menjijikan).
Pelestarian Lingkungan dalam Perspektif Hadis Durotun Nasukha
Holistic al-Hadis Vol 4 No 1 (2018): January - June 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i1.3220

Abstract

Pondok pesantren merupakan tempat menimba ilmu agama, salah satunya menimba ilmu hadis. Salah satu ajaran dalam pondok pesantren tersebut adalah soal melestarikan lingkungan yang untuk dipelajari, dihafal dan dikaji. Oleh karenanya pondok pesantren mengajarkan dan menerapkannya akan tetapi, faktanya di beberapa pondok pesantren masih belum bisa menerapkan hadis-hadis pelestarian lingkungan buktinya masih banyak lingkungan pondok pesantren yang masih belum terawat dan tidak bersih sehingga menimbulkan satu hal yang menjadi persoalan yang seharusnya pondok pesantren sebagai tempat menimba ilmu sudah selayaknya bisa mempraktikan ilmunya atau kepengetahuannya, tapi nyatanya tidak demikian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hadis-hadis yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan. Serta untuk mengetahui penerapan hadis-hadis tentang pelestarian lingkungan di Pondok Pesantren Modern Daar El IstiqomahMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan format deskriftif analisis, yaitu dengan menggambarkan subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Kemudian menggunakan metode living hadis ditempuh dengan beberapa langkah, yaitu dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan kepada 2 hal yaitu yang pertama, hadis yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan ditemukan dalam berbagai tema yaitu tentang menghidupkan tanah mati terdapat dalam kitab Bukhari dan Tirmidzi berjumlah 3 hadis, hadis tentang keutamaan menumbuhkan tumbuhan dan tanaman terdapat dalam kitab Muslim berjumlah 4 hadis, hadis tentang larangan buang hajat di jalan umum terdapat dalam kitab Ibnu Majah dan Abu Daud berjumlah 3 hadis, hadis tentang larangan kencing di air yang tenang (tidak mengalir) terdapat dalam kitab Tirmidzi, Ahmad, Bukhari dan Ibnu Majah berjumlah 5 hadis, hadis tentang menggunakan air secara berlebihan terdapat dalam kitab Ibnu Majah, hadis tentang kebersihan terdapat dalam kitab Muslim, dan hadis tentang larangan kencing dengan berdiri terdapat dalam kitab Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad berjumlah 7 hadis. Yang kedua, adapun hadis-hadis yang berkaitan dengan kebersihan dan pelestarian lingkungan yang dilakukan dalam Pondok Pesantren Modern Daar El istiqomah di sini untuk menjaga kelestariannya adalah mewajibkan kepada seluruh santri agar tetap menjaga kebersihan pondok dan memberikan tugas kepada setiap santri untuk tetap menjaga kebersihan pondok dengan membagikan jadwal piket setiap harinya.
Pro dan Kontra Keluarga Berencana dalam Perspektif Hadis Siti Kholilah
Holistic al-Hadis Vol 5 No 2 (2019): December 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v5i2.3237

Abstract

Pernikahan merupakan salah satu sunah yang dianjurkan, ia juga sunnah para rasul sepanjang masa. Berkaitan dengan masalah pernikahan, tujuan dan esensi pernikahan adalah untuk mewujudkan rasa sakinah, mawaddah, dan warahmah, bagi pasangan suami istri serta melanjutkan keturunan. Meskipun demikian, pada kondisi-kondisi tertentu, Islam tidak melarang adanya pembatasan kelahiran anak dengan mengkonsumsi obat pencegah kehamilan, atau dengan menggunakan alat kontrasepsi. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk memiliki banyak keturunan, yang tentunya keturunan yang banyak tersebut betul-betul diharapkan kebermanfaatannya, bukan justru mengacaukan dan memperburuk wajah Islam dan umatnya. Sedikit yang berkualitas lebih baik dari pada banyak yang tidak berkualitas.” Ini hakikat yang diakui oleh ilmuan dan agamawan.
Puasa Istri Tanpa Izin Suami (Analisis Hadis) Hafidz Taqiyuddin
Holistic al-Hadis Vol 4 No 2 (2018): December 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i2.3256

Abstract

Kewajiban dan hak suami dan istri diatur dalam Islam, termasuk di antaranya diatur dalam hadis Nabi SAW sebagai bagian daripada dasar hukum Islam. Di antara hal yang diatur dalam hadis terkait hal tersebut adalah tentang puasa istridanpa izin suami. Kualitas sanad dan matan tentang puasa istri tanpa izin suami, baik hadis yang diriwayatkan oleh Abū Hurayrah maupun hadis yang diriwayatkan Abū Sa‟īd al-Khudry merupakan hadis-hadis shahih. Dengan demikian hadis-hadis tersebut yang dapat dijadikan sandaran hukum. Adapun maksud dari tidak dibolehkannya istri melakukan puasa tanpa izin suami adalah bahwa seorang istri tidak diperkenankan berpuasa tanpa izin suaminya dengan syarat-syarat berikut, yaitu: pertama, puasa yang hendak dilakukan adalah puasa Sunnah. Kedua, puasa istri dilakukan ketika suami tidak bepergian.
Peran Hadis sebagai Dasar Epistemologi Pemikiran Bey Arifin tentang Hari Pembalasan (Eskatologi) M Agus Muhtadi Bilhaq
Holistic al-Hadis Vol 6 No 1 (2020): June 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v6i1.1120

Abstract

Kajian tentang hari kiamat (eskatologi) memiliki tempat tersendiri di dalam Islam, sebab keimanan terhadap hari kiamat merupakan bagian dari rukun iman. Namun demikian, dalam perkembangannya, kajian eskatologi seakan telah berhenti pada titik tertentu, dan dianggap telah selesai. Ini dapat dilihat dari sedikitnya jumlah intelektual muslim yang memiliki perhatian tentang eskatologi. Hal ini tentu menjadi problem tersendiri bagi dinamika kesarjaan muslim. Di anatara intelektual muslim yang memiliki perhatian terhadap kajian eskatologi adalah Bey Arifin. Ini menjadi penting untuk dikaji sebab, pertama Bey Arifin merupakan intelektual muslim yang berasal dari Indonesia dan hidup pada abad 20. Kedua, meskipun banyak dipengaruhi oleh pemikiran filsafat, Bey Arifin menjadikan Teks (al-Qur’an dan Hadis) sebagai landasan epistemologi dalam merumuskan pemikirannya tentang hari pembalasan.
Kontekstualisasi Hadis-Hadis Berambisi Menjadi Pemimpin Tubagus Muhammad Syukron
Holistic al-Hadis Vol 5 No 2 (2019): December 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v5i2.3215

Abstract

Contestation of the election of both heads of regions in Indonesia as a democracy of Pancasila, as happened in Serang city indicate that there is an attempt to ask for the position of a head of regional office to the people as the highest sovereign. In fact, in view of the Prophet's hadiths, asking for a position more ambitious to become a leader is prohibited. This raises a problem for the people of Indonesia, the largest Muslim country in the world, because there is a conflict between the norms of state law and religious norms. With regard to this, raises the following question: 1. How is the phenomenon of leader election in Serang city? 2. How does the analysis of hadiths ambitious to become leaders? 3. How does contextualization of hadiths of ambitiously becoming leaders against the process of electing leaders in the city of Serang? In answering the problem, the author used a mixed method between library research and field research by applying contextual analysis of Hadith Syuhudi Ismail theory which is based on the theory of Yūsuf Qarḍawi. Contestation of the election of both heads of regions in Indonesia as a democracy of Pancasila, as happened in Serang city indicate that there is an attempt to ask for the position of a head of regional office to the people as the highest sovereign. In fact, in view of the Prophet's hadiths, asking for a position more ambitious to become a leader is prohibited. This raises a problem for the people of Indonesia, the largest Muslim country in the world, because there is a conflict between the norms of state law and religious norms. With regard to this, raises the following question: 1. How is the phenomenon of leader election in Serang city? 2. How does the analysis of hadiths ambitious to become leaders? 3. How does contextualization of hadiths of ambitiously becoming leaders against the process of electing leaders in the city of Serang? In answering the problem, the author used a mixed method between library research and field research by applying contextual analysis of Hadith Syuhudi Ismail theory which is based on the theory of Yūsuf Qarḍawi. This study aims: 1. To describe the phenomenon of leader election in Serang city, 2. To understand the analysis of hadiths ambitious to become leaders and 3. To understand the contextualization of hadiths of ambitiously becoming leaders against the process of electing leaders in the city of Serang. The results of this study indicate that legal norms accompanied by phenomenon in the election of mayor and vice mayor of Serang 2018 are not contradictory to the result of contextual analysis of the hadiths ambitious on becoming leader as long as there is a real public good reason, bringing a good impact if occupied by the party requesting the position, the offer or the possibility of vacancies that can be taken with the purpose of common good with the ability and ability to carry out the mandate of the position well and not in the framework of pride.