cover
Contact Name
Muhammad Alif
Contact Email
muhammad.alif@uinbanten.ac.id
Phone
+6281381871727
Journal Mail Official
holistic.alhadis@uinbanten.ac.id
Editorial Address
Gedung Fuda Lt. Dasar UIN SMH Banten Jl. Jenderal Sudirman No. 30 Kota Serang Banten 42118
Location
Kota serang,
Banten
INDONESIA
Holistic Al-Hadis : Jurnal Studi Hadis, Keindonesiaan, dan Integrasi Keilmuan
ISSN : 24608939     EISSN : 26227630     DOI : https://doi.org/10.32678/holistic
The Journal seeks to place Hadith as its central focus of academic inquiry and to encourage comprehensive consideration of its many facets; to provide a forum for the study of Hadith in its global context; to encourage interdisciplinary studies of the Hadith that are crossnational and comparative; to promote the diffusion, exchange and discussion of research findings; and to encourage interaction among academics from various traditions of learning.
Articles 85 Documents
Musibah dalam Perspektif Hadis Lia Awaliah; Muhammad Alif
Holistic al-Hadis Vol 5 No 2 (2019): December 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v5i2.3234

Abstract

Pembahasan musibah tidak lepas dari bencana, pembahasan musibah terdapat pada Alquran dan Hadis, musibah yang terjadi sering dikaitkan karena adanya sebab akibat dari ulah manusia itu sendiri, dari pernyataan tersebut masyarakat mengira bahwa bencana yang sering terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh azab yang diturunkan oleh Allah SWT untuk menegur manusia.Bencana atau musibah terjadi bukan hanya karena ulah tangan manusia, melainkan ada faktor alam dan takdir yang menyebabkan adanya bencana yang menimpa manusia di muka bumi. Tetapi meskipun begitu manusia harus tetap menjaga lingkungan agar dapat meminimalisir bencana yang sewaktu-waktu terjadi tanpa bisa diprediksi oleh tekhnologi.Artikel ini membahas Alquran dan hadis tematik tentang musibah, metode pengumpulan data hadis dengan cara menelaah tema-tema besar dalam diskursus musibah untuk menemukan kata kunci, lalu mencari hadisnya dari kitab maṣādir aṣliyyah melalui Ensiklopedia Al-Qur’an dan aplikasi Ensiklopedi Hadis Lidwa Pusaka.
Hadis tentang Nasab Anak Zina dalam Perspektif Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Siti Nurbaeti
Holistic al-Hadis Vol 4 No 2 (2018): December 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i02.3232

Abstract

Kedudukan anak dalam Islam sangat tinggi dan mulia. Alquran memposisikan anak sebagai perhiasan dunia dan anak juga sebagai suatu hiburan yang menyenangkan (Q.S. 18: 46). Menurut hadis setiap anak terlahir dalam keadaan suci (fitrah) termasuk anak yang dilahirkan di luar hubungan pernikahan. Anak sah mempunyai kedudukan tertentu dalam keluarga. Orang tua dari seorang anak berkewajiban dalam memberi nafkah hidup, pendidikan, pengwasan dalam ibadah, dan budi pekerti anaknya dalam kehidupan sehari-hari sampai anak itu dewasa, dan setelah dewasa anak tersebut dapat berdiri sendiri. Ia adalah mahram yang tidak boleh dinikahi oleh ayah dan ibunya serta memiliki keutamaan menerima harta waris jika orangtuanya meninggal. Sementara bagi seorang anak zina, walaupun dilahirkan dalam keadaan suci dari segala dosa yang menyebabkan kelahirannya, namun dia tidak bisa terlepas dari berbagai masalah karena statusnya. Jumhur ulama berpandangan bahwa anak yang lahir di luar nikah hanya memiliki nasab kepada ibunya, dan terputus dengan laki-laki yang menyebabkan kelahirannya. Namun Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berpendapat bahwa anak yang lahir di luar nikah tetap memiliki hubungan kemahraman dengan laki-laki yang menyebabkan kelahiran anak, namun, dalam kondisi lain anak tidak di tetapkan hubungannya dengan laki-laki tersebut terkait dengan warisan dan nafkah. Artikel ini melalui studi kepustakaan dan dengan pendekatan takhrīj hadis akan membahas tentang pandangan Ibnu Qayyim secara lebih rinci serta menganalisis kualitas hadis-hadis yang terkait dengan status anak zina.
Konsep Reward dan Punishment dalam Pendidikan Menurut Hadis Sri Handayani; Ruliana Khasanah; Rahmi Hanifah
Holistic al-Hadis Vol 6 No 1 (2020): June 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v6i1.1638

Abstract

Reward and punishment are methods can be applied in educating children, both given by teachers and parents. Reward is an educational reaction to the good deeds that have been done by students. Reward as a methode of motivating children to do good and improve their achievements. Reward given is a pleasant feeling that gives rise to the desire in the child to do good and better things in the future, but not to thicken the maternal nature. In contrast to the opposite, punishment is a sanction given to the child when making mistake. In Islamic eduaction the punishment is positive, not least because they want to provide true eduaction to children so that they are aware and responsible for what they do, and do not repeat the same mistakes again.
Takhrij Hadis dalam Kitab Tafsīr Marāḥ Labīd Karya Syaikh Nawawi al-Bantani Zaenudin Zaenudin
Holistic al-Hadis Vol 5 No 1 (2019): June 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v5i1.3223

Abstract

Hadith which is believed to be a speech, deeds, decrees (taqrir), and all the conditions of Prophet Muhammad’s saw. second source of teachings after the Qur'an. In terms of its transmission, the hadith of the Prophet is different from that of the Qur'an. All the transmission of the verses of the Qur'an transpires as mutawatir, while the hadith of the Prophet is transmitted in part mutawatir and some others are transmitted in ahad. In interpreting the Qur'an, many scholars use the bi al-ma’sur method, or interpreting the verses of the Qur'an with other verses of the Qur'an, verses of the Qur'an with the hadith of the Prophet, and verses of the Qur'an with the agreement between the Prophet’s close friends and scholars. Even with Shaykh Nawawi al-Bantani, in his interpretations books entitled Tafsīr Marāḥ Labīd , he used the method of interpretation above. However, when interpreting the Qur'an with the hadith of the prophet, Shaykh Nawawi did not include the quality of the hadith that he meant. In addition, he is inconsistent when putting the hadith, sometimes mentioning the mukharrij and the close friends, sometimes only mentioning the close friends, and sometimes he immediately propose a hadith to the Prophet saw. As the main issue of concern in this research is how is quality of the hadith contained in the book of Tafsīr Marāḥ Labīd particularly on the second Juz of Surah al-Baqarah? As the purpose of this research is to know the quality of hadith contained in the book of Tafsīr Marāḥ Labīd particularly on the second Juz of Surah al-Baqarah. In this study, the author uses the research library. As for analyzing the data, the author uses the method of takhrij hadith and descriptive to obtain and describe the data that has been collected in full, then analyze it to get the intended results, namely to know the quality of hadith in the book of Tafsīr Marāḥ Labīb. The results of the study can be concluded that the quality of the hadiths that exist in the book of Tafsīr Marāḥ Labīb on second Juz of Surah al-Baqarah, the majority are ṣaḥiḥ. quality while the ḥasan and ḍaʻif quality hadith, there are only a few and no more than two.
Peran Hadratus Syaikh Kh. Hasyim Asyari dalam Pengembangan Hadis di Indonesia Musfiroh Musfiroh
Holistic al-Hadis Vol 5 No 1 (2019): June 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v5i1.3229

Abstract

Sebagai negara yang penduduknya mayoritas Muslim, perkembangan hadis tentunya masuk ke Indonesia, menjadi menarik untuk dibahas karena sebagian besar penikmat ilmu hadis sendiri belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan hadis di Indonesia. Adapun studi tentang sejarah perkembangan kajian hadis di Nusantara, dapat dikatakan masih sangat jarang dilakukan, padahal di samping ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti tafsir, kalam, dan tasawuf, hadis juga memegang perananan yang sangat penting dalam kajian Islam, karena ia merupakan ajaran Islam setelah alquran. Pada umumnya, kajian hadis masih berpusat pada karya-karya ulama klasik, pembahasan yang dilakukan masih sekitar sejarah perkembangan hadis abad ke-2 H, sampai abad ke-4 H. Di samping itu, pembahasan juga diarahkan pada pelacakan dan pengajuan status keshahihan hadis. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa studi tentang hadis di Indonesia mengalami kebangkitan. Bukti dari kebangkitan hadis terletak pada penulisan kitab-kitab hadis oleh ulama Indonesia, baik yang berupa terjemahan dari kitab yang berbahasa arab maupun kitab hadis yang ditulis berdasarkan pemikiran yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi masyarakat pada saat itu, yang dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan ritual ibadah sehari-hari oleh masyarakat. Seperti kitab hadis yang berjudul Risālah Ahl al-Sunnah wa al-Jamā‘ah yang ditulis oleh K.H. Hasyim Asy‘ari seorang ulama ahli hadis yang sangat berpengaruh, sebagai bentuk jawaban dari keberagaman masyarakat pada saat itu. Kitab ini juga berperan sebagai jawaban masyarakat dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin modern. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Martin Van Bruinessen, kitab-kitab yang digunakan dalam dunia pesantren pada abad ke-19 tidak mencantumkan kitab hadis. Oleh karena itu K.H. Hasyim Asy’ari tercatat sebagai pelopor hadis yang pertama kali yang memperkenalkan dan mengajarkan hadis di dunia pesantren.
Kerangka Acuan Memahami Hadis Endad Musaddad
Holistic al-Hadis Vol 4 No 1 (2018): January - June 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i1.1078

Abstract

Hadis adalah riwayat tentang perkataan, perbuatan, keputusan, sifat yang disandarkan kepada Nabi SAW. Dari segi sumber, volume dan cara periwayatannya, memahami hadis jauh lebih berat ketimbang memahami al-Qur'ān. Al-Qur'ān yang merupakan kalam Allah Yang Maha Tahu meski diturunkan secara gradual seakan merespon perkembangan zaman saat penurunan wahyu, tentu ayat-ayatnya bisa dipahami tanpa mengkaitkannya dengan konteks historis penurunannya (al-‘ibrah bi ‘umūm al-lafẓ). Lain halnya dengan hadis yang bersumber dari Nabi SAW yang kadang diucapkan/dilakukan dalam konteks historis dan peran tertentu serta kebanyakan disampaikan dengan cara yang tidak mutawātir dan kadang bukan dengan redaksi yang asli dari Nabi SAW. Karenanya para ulama kebanyakan lebih cenderung untuk mengendalikan diri dan mengutamakan sikap reserfe (segan) dalam melakukan telaah ulang dan pengembangan pemikiran terhadap hadis, karena banyaknya kendala yang menghadang di tengah jalan ditambah kerumitan untuk meneliti satu persatu mata rantai periwayatan (rijāl al-ḥadīṡ) yang membutuhkan waktu cukup lama dan tersebarnya materi matan hadis di berbagai kitab hadis. Artikel ini membahas tentang acuan kerangka memahami hadis-hadis sahih secara sanad, tetapi mengandung kemusykilan makna untuk konteks kekinian ataupun yang mengandung kontradiksi antara satu hadis dengan lainnya. Sehingga dengannya dapat diketahui mana hadis yang bisa diamalkan (ma‘mūl bih) dan mana hadis yang tidak bisa diamalkan (gairu ma‘mūl bih).
Sebelum Shalat Nabi Mencium Istrinya (?); Menengok Perbedaan Standar Penilaian Kualitas Hadis antara Imam Ahmad dan Imam Bukhari dalam Kritik Lalu Turjiman Ahmad
Holistic al-Hadis Vol 6 No 1 (2020): June 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v6i1.3426

Abstract

Tulisan kecil ini berupaya mendeskripsikan kualitas hadis tentang perilaku Nabi Muhammad saw. yang mencium istrinya sebelum melakukan shalat, melalui analisa takhrīj hadis. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan dianggap lemah oleh Imam Bukhari. Perbedaan pandangan antara kedua tokoh, sebagaimana yang ditunjukkan dari artikel ini, muncul dari perbedaan standar yang ditetapkan oleh masing-masing dari keduanya tentang kriteria hadis sahih.
Reorientasi Misteri Shalat Subuh dalam Perspektif Hadis Ardhy Sulaiman
Holistic al-Hadis Vol 4 No 2 (2018): December 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i2.3225

Abstract

Fajr prayer is one of the five obligatory prayers that have exceptional peculiarities and virtues. It was at this point that the turn of night and day began. At this very moment, the night and afternoon angels change duties. Fajr prayers in congregation is a heavy mandatory worship to be performed, they do not know that in the dawn prayer there is a great virtue, except by people who really sincerely expect the pleasure of Allah swt. Its execution time on the blind that makes people lazy to do it. Based on the above background, the formulation of the problem in this thesis is: 1). How does the nature of the Subuh prayers congregate according to the tradition ?, 2). How is the quality of traditions related to the virtue of Fajr prayers in congregation ?. 3). How is the virtue of Fajr praying in congregation ?. The purpose of this research are: 1). To know the nature of dawn prayer in congregation of hadith. 2). To know the quality of the traditions related to the virtue of Fajr prayers in congregation. 3). To know the virtue of Fajr prayers in congregation in the view of the clergy. The method used in this thesis is library research method which is collecting data from Hadith books of Bukhārῑ, Muslim, Ibn Māzah, Abū Dāud, Tirmiẓi dan Ad-Dārimῑ and seeking information with the help of interview, then the data is analyzed by using method criticism of hadith, that is criticism of sanad and matan by using jarḥ wa ta'dil every perawinya. The results of this study, as follows: Fajr prayer is a mandatory prayer performed on the morning at dawn arrived, dawn prayer is also a severe worship to be executed except by people who really sincere expect the pleasure of Allah swt. Hadiths of the Prayers of the Fajr Prayers which the author has meticulously qualified ṣaḥiḥ such as the hadith narrated by Bukhārῑ, the hadith of the Muslim narrative, the hadith of Ahmad's narration, and the hadith narrated by ad-Darimi, but the authors found the traditions of the high-quality dawn prayers such as Ibn Mazah and Tirmiżi. The virtue of the Fajr prayers according to the views of ulema bahwasannya prayers in which there is a great reward that does not exist in other fardu prayers, such as getting a guarantee of the hereafter of Allah swt.
Urgensi Pembahasan Taubat dalam Perspektif Hadis muhammad nurbani
Holistic al-Hadis Vol 5 No 1 (2019): June 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v5i1.3231

Abstract

Humans are not beings who avoid mistakes and sin like an angel. And of course everyone has made a mistake. There is no one in this world who is free from mistakes. Therefore, God opens the door to repentance as much as possible for servants or people who regret and realize the mistakes they have made. Even though there are people who are free from sin"Ma'sum" are only a few people, and they are Apostles and Prophets. The rest will always be in a state between kindness andcrime. Until one day good will emerge as the winner who giveshumans become noble and noble beings. and at other times the evil will be the victor who brings the humiliation that ultimately falls into sin. Humans will not be free of deliberate or unintentional mistakes. So every human action must contain an element of error. God is very happy if His servants want to repent and God will forgive all the mistakes that have been made. And the best people who realize that they have done something wrong will immediately apologize to God through forgiveness and repentance. Faster, better before death comes. Repentance means remorse and returning to the right path. Repentance itself is a manifestation of the return of the Servant to accept God's commandment and explain the Prohibition.
Kualitas Hadis-Hadis tentang Dajjal Syarif Hidayatullah
Holistic al-Hadis Vol 4 No 1 (2018): January - June 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i1.3228

Abstract

Kemunculan Dajjal merupakan salah satu tanda akan datangnya hari kiamat. Namun, keberadaanya masih menjadi perbincangan di kalangan masyarakat luas dan mencari bukti dalil Dajjal yang terdapat pada hadis Nabi. Artikel ini bertujuan membahas maksud pengertian Dajjal; serta membahas mengenai kualitas hadis-hadis yang berkaitan dengan keberadaan Dajjal. Melalui penelitian kepustakaan, hasil pencarian hadis-hadis yang terkait dengan tema Dajjal disusun ulang dengan klasifikasi tertentu lalu dilakukan kritik sanad terhadap hadis-hadis tersebut. Hasil penelitian terhadap kualitas hadis-hadis tentang Dajjal ditemukan kekuatan sanad pada para perawinya, sehingga dinyatakan bahwa hadis-hadis yang membahas tentang Dajjal sesuai dengan kriteria keṣaḥīhannya dan sudah memenuhi syarat keṣaḥīhanya. Hadis tentang Dajjal banyak sekali, dan diriwayatkan oleh sejumlah besar para sahabat Nabi, sehingga tidak dipersoalkan lagi tentang kemutawatirannya secara maknawi, walaupun masih perlu dipersoalkan tentang riwayat sahabat yang menjelaskan telah terpenuhi/terjadinya sebagian ramalan hadis-hadis itu secara terperinci.