cover
Contact Name
FX. Kurniawan Dwi Madyo Utomo
Contact Email
fxiwancm@gmail.com
Phone
+62341552120
Journal Mail Official
serifilsafatws@gmail.com
Editorial Address
Jl. Terusan Rajabasa 2
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Seri FilsafatTeologi Widya Sasana
ISSN : 14119005     EISSN : 27463664     DOI : https://doi.org/10.35312/
Seri Filsafat Teologi Widya Sasana focuses on philosophical and theological studies based on both literary and field researches. The emphasis of study is on systematic attempt of exploring seeds of Indonesian philosophy as well as contextualization and inculturation of theology in socio-political-historical atmosphere of Indonesia. Scope of Seri Filsafat Teologi Widya Sasana covers various perspectives of philosophical and theological studies from interdisciplinary methodology and cultural-religious point of view of traditions.
Articles 25 Documents
Search results for , issue "Vol. 24 No. 23 (2014)" : 25 Documents clear
Arti Kebahagiaan Sebuah Tinjauan Filosofis Valentinus Saeng
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tiada seorang manusia pun senang lapar, bersukaria menahan dahagadan memohon doa dari rekan dan kenalan supaya jatuh sakit dan terussakit-sakitan. Semua orang ingin kenyang, sembuh dari sakit, hidupberkecukupan dan tenang lahir-batin tanpa terus diliputi kegalauan,kekhawatiran dan ketakutan. Secara kodrati manusia mencari kesenanganbadani bersamaan dengan ketentraman hati, menghindari sejauh mungkinkesakitan badan dan kecemasan batin. Singkat kata, secara naluri semuaorang mencari kebahagiaan dan menghindari kemalangan.
Kebahagiaan Menurut Stoicisme Edison R.L. Tinambunan
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Filsafat Stoa adalah salah satu aliran filsafat klasik yang memilikipengaruh besar dalam pemikiran abad-abad pertama, bukan hanya dikalangan Kristiani, melainkan juga dalam pemikiran pada umumnya di TimurTengah dan Eropa. Suatu aliran filsafat biasanya adalah identik dengan filsuf.Akan tetapi berbeda dengan filsafat Stoa, yang tidak membawa namafilsufnya, tetapi tempat. Karena tidak memiliki tempat di Atena, Zeno (333—263 sM) yang berasal dari Siprus datang ke Atena untuk belajar filsafat dankemudian melaksanakan pembelajaran di bawah pilar yang terlukis (dalambahasa Yunani: FJ@V B@46\80, Stoà poikíle) di salah satu sudut kotatersebut. Oleh sebab itu disebut dengan filsafat Stoa. Sampai dengan saatini, kita tidak memiliki teks tulisan Stoicisme, selain fragmen-fragmen daribanyak penulis baik itu Kristiani maupun para filsuf lainnya.1 Kelihatannyafilsafat Stoa tidak terlalu memikirkan tulisan, kecuali membuat orang menjadibijak melaui proses pembelajaran
Visio Beatifica: Kebahagiaan Tertinggi Menurut St. Thomas Aquinas Kristoforus Bala
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebahagiaan merupakan tema menarik yang banyak dibicarakan baiksecara informal oleh orang-orang awam, sederhana maupun direfleksikansecara kritis-sistematis oleh para akademisi, filsuf dan teolog. Pada abadPertengahan, kebahagiaan direfleksikan secara kritis oleh para teolog danfilsuf di lingkungan universitas. Salah seorang teolog dan filsuf abadPertengahan yang merefleksikan dan menulis tentang hakikat kebahagiaanadalah St. Thomas Aquinas. Dia adalah seorang imam, teolog dan filsufdari Ordo Dominikan. Dia juga adalah seorang pengajar (magister) padauniversitas Paris dan Napoli. Dia telah menghasilkan banyak karya tulisdalam bidang teologi dan filsafat.1 Dia secara sistematis merefleksikanhakikat kebahagiaan dan menuangkannya dalam buku-buku teologinya,antara lain dalam Summa Contra Gentiles (1259-1265), CompendiumTeologiae (1269-1273) dan Summa Teologiae2 (1266-1273). Dia digelarDoctor Angelicus dan Doctor Communis karena karyanya sebagaipengajar dan penulis buku-buku teologi dan filsafat.
Paradoks Kebahagiaan Dalam Diskursus Filosofis Pius Pandor
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebahagiaan merupakan lencana semua suku bangsa (Anonim).Afirmasi di atas mengingatkan penulis akan silogisme klasik berikut ini:Semua manusia ingin bahagia.Sokrates adalah manusia.Sokrates ingin bahagia.Tiga proposisi di atas merupakan bentuk silogisme yaitu seni penalaranyang menetapkan bahwa yang partikular selalu mengikuti yang universal.Pernyataan “semua manusia ingin bahagia” merupakan premis mayor,sebagai kenyataan pertama. Premis mayor biasanya bersifat universal.Pernyataan kedua, “Sokrates adalah manusia” merupakan premis tengah,sebagai kenyataan baru, yakni ada seorang manusia bernama Sokrates.Pernyataan ketiga, “Sokrates ingin bahagia” merupakan kesimpulan yangditarik dari silogisme bahwa Sokrates sebagai bagian dari manusia juga inginbahagia.
Derita Orang Benar Dan Kebahagiaan: Perspektif Fenomenologi Agama Sermada Kelen Donatus
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada sampul depan buku Hari Studi tahun 2014 terpampang judul“Di Mana Letak Kebahagiaan?”. Hal yang menarik perhatian penulis adalahtanda tanya pada kalimat tanya tersebut. Tanda tanya menunjukkan adanyapersoalan yang belum terjawab. Di mana letak kebahagiaan, atau dengankalimat lain, kita bertanya: “Di mana kita temukan kebahagiaan?” Penulisdengan sengaja mengangkat satu problem yang merupakan penjabaran daripersoalan kebahagiaan ke dalam pengalaman konkrit manusia dalam sejarahumat manusia. Pengalaman konkrit itu dikaitkan dengan problem penderitaandan kematian yang menimpa “orang benar atau orang-orang yang tidakbersalah”. Mengapa mereka harus menderita dan mati oleh karenakekejaman orang lain atau oleh karena kekejaman bencana alam? Apakahmereka mengalami kebahagiaan dalam situasi yang sedang mereka alami?Penulis meneropong persoalan itu dalam perspektif filsafat, yaitu perspektifFenomenologi Agama. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk memberisumbangan pencerahan.
Hakikat Penderitaan Sebuah Tinjauan Filosofis Valentinus Saeng
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

tengah lautan. Hidup merupakan gerak langkah dalam penderitaan yangberkepanjangan.Karena itu, semua ingin tahu mengapa manusia terus dihadapkanpada tumpukan penderitaan dan kesakitan yang mendera tanpa henti. Kitaterus menggugat dan meratapi nasib sambil bertanya adakah sesuatu yangsalah pada eksistensi manusia di dalam dunia. Kalau memang dunia memilikiawal dan akhir, diciptakan oleh Dia yang maha baik dan sempurna, lalu apaalasan Sang Khalik membiarkan derita dan nestapa menggerogoti hidupmanusia, yang adalah citra-Nya sendiri? Apakah penderitaan secara kodratiadalah hakekat keberadaan manusia di dunia, sebuah keniscayaan takdir?Bagaimana Dia harus menyikapi dan memaknai penderitaan-Nya?
Kebahagiaan Sejati Menurut Alkitab Henricus Pidyarto Gunawan
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Semua manusia ingin bahagia. Itulah kerinduan alami yang ada dalamhati mereka. Banyak orang malah menganggap kebahagiaan sebagai tujuanakhir eksistensi manusia. Akan tetapi, apakah sebenarnya kebahagiaan itumenurut kebanyakan orang? Untuk mendapatkan jawabannya, kita perlumengamati bagaimana kata bahagia itu dipakai orang dalam percakapansehari-hari dan melihat penjelasan kata tersebut dalam kamus-kamus bahasa.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012), bahagia adalah “keadaanatau perasaan senang dan tenteram (bebas dr segala yg menyusahkan)...”Definisi semacam ini diberikan juga oleh Pindar, seorang penulis Yunanikuno yang mengatakan, bahagia berarti bebas dari segala urusan hidup sehariharidan kecemasannya. Oleh karena itu, orang Yunani menyebut para dewaberbahagia sebab mereka tidak mengalami susahnya hidup manusia. Hanyadalam batas tertentu manusia mengambil bagian dalam kebahagiaan paradewa. Paham ini dianut juga oleh Filo, seorang filsuf Yahudi yang helenis;bagi dia, hanya Allah yang berbahagia (monos makarios, Sacr. 101),sedangkan manusia mengambil bagian dalam kebahagiaan-Nya sejauh kodratAllah meresapi manusia
Pencarian Kohelet Tentang Nilai Jerih Payah Manusia (Pkh. 1:12-2:26) Berthold Anton Pareira
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sudah sejak awal mula manusia itu selalu mencari kebahagiaan (bdk.Kej. 3). Dia akan terus mengejarnya dan kalau bisa memperolehnya. Akantetapi, apakah kebahagiaan itu dapat diperoleh dalam hidup ini?Kita sangat beruntung karena memiliki sebuah buku yang khususberbicara tentang tema ini yakni kitab Pengkhotbah. Penulisnya tidakdiketahui, tetapi sekarang biasanya disebut Kohelet menurut nama buku inidalam bahasa Ibrani. Kohelet adalah salah seorang pencari kebahagiaanyang paling utama yang pernah hidup. Ada yang menyebutnya seorangpesimis dan melankolis. Akan tetapi, ada yang punya pendapat lebih positif.Buku ini ditulis mungkin menjelang akhir abad-3 sM dalam kekuasaanimperialis Yunani. Pengarang mungkin mengenal pandangan filsuf-fisuf rakyatdari Yunani.
Surga Bagi Teresia Dari Wajah Tersuci Berthold Anton Pareira
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ketika tema Kebahagiaan dipilih untuk menjadi pendalaman studikita pada hari-studi 2014 ini,1 saya teringat akan dua puisi St Teresia dariWajah Tersuci (1873—1897) tentang surga. Saya pernah membaca keduapuisi ini, tetapi belum pernah mendalaminya. Mungkin sekaranglahkesempatannya.Berbicara tentang surga tentu saja berarti berbicara tentangkebahagiaan. Teresia mengungkapkan pengalamannya dalam bentuk puisi.Surga yang dinyanyikan Teresia itu adalah surga yang sudah dialaminya didunia ini. Kebahagiaan surga itu menjadi kerinduannya yang bernyala-nyalasudah sejak kecil dan makin lama makin menjadi lebih kuat dan murni denganperkembangan hidup rohaninya. Paulus dalam suratnya kepada jemaat diKolose menulis, “Saudara-saudara terkasih, kamu telah dibangkitkanbersama dengan Kristus, maka carilah perkara yang di atas, di mana Kristusada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukanyang di bumi. Sebab kamu telah mati, dan hidupmu tersembunyi bersamaKristus di dalam Allah” (Kol. 3:1-3). Tentu saja hanya sedikit orang yangmengerti nasihat rasul agung ini.
Jalan-Jalan Kebahagiaan Menurut Sabda Bahagia (Mat. 5:3-12) Didik Bagiyowinadi
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Orang zaman modern sering melukiskan kebahagiaan sebagai rasatentram di hati karena apa yang didambakannya dapat terwujud. Makamereka yang hidupnya serba sukses secara kasat mata, seperti orang yangkaya, berkuasa, populer, dan sehat-walafiat, dianggap sebagai orang yangbahagia,1 minimal dilihat lebih beruntung daripada mereka yang hidupnyaserba pas-pasan, tidak punya pengaruh, hanya orang kebanyakan, atau yangsakit-sakitan. Menjadi pertanyaan memang, apakah mereka yang suksessecara kasat mata itu sudah pasti bahagia dan sebaliknya apakah merekayang “kurang beruntung” itu tidak dapat mengalami kebahagiaan?

Page 1 of 3 | Total Record : 25