cover
Contact Name
Imam Setyobudi
Contact Email
jurnaletnika.isbibdg@gmail.com
Phone
+6222-7314982
Journal Mail Official
jurnal.budaya.etnika@isbi.ac.id
Editorial Address
Jalan Buah Batu no 212 Bandung.
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Budaya Etnika
ISSN : 2549032X     EISSN : 27981878     DOI : -
Jurnal Budaya Etnika merupakan publikasi hasil karya ilmiah yang berkaitan dengan budaya mencakup cipta, karsa, dan karya manusia. Jurnal Budaya Etnika menaruh perhatian pada artikel-artikel hasil kajian mengenai berbagai kebudayaan etnis yang berhubungan dengan seni, religi dan ritual, mitos, media, dan wacana kritis.
Articles 56 Documents
Makna Simbolis Upacara Ritual Nadran Empang di Desa Karangsong Kabupaten Indramayu (Kajian Simbol dan Makna) Ameliya Lismawanty; Sriati Dwiatmini; Yuyun Yuningsih
Jurnal Budaya Etnika Vol 5, No 2 (2021): Pandemi Covid-19 & Pengetahuan Dukun: Ritual, Seni, Konsumerisme
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/jbe.v5i2.1762

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini menjelaskan proses pelaksanaan Upacara ritual Nadran Empang di masyarakat Desa Karangsong, beserta makna dan simbol yang terdapat di dalamnya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dan mengolah data menggunakan teknik triangulasi. Analisis dalam skripsi ini, menekankan pada pemaknaan masyarakat Desa Karangsong terutama para pelaku ritual, terhadap simbol-simbol yang terdapat pada prosesi upacara ritual Nadran Empang. Penelitian ini juga menggunakan teori Clifford Geertz mengenai simbol, yaitu interpretivisme simbolik untuk membedah masalah penelitian. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, Upacara ritual Nadran Empang merupakan ritual yang dilakukan oleh masyakarat Desa Karangsong sebagai bentuk rasa syukur masyarakat sekaligus harapan agar terhindar dari mara- bahaya. Nadran Empang terbagi ke dalam beberapa aspek pelaksanaan kegiatan yaitu doa bersama, makan bersama, larung Meron dan ruwatan wayang. Di setiap aspek pelaksanaan, terdapat berbagai macam simbol yang dimaknai oleh masyarakat. Secara umum, pemaknaan masyarakat Desa Karangsong terhadap simbol-simbol yang terdapat dalam Upacara ritual Nadran Empang berkaitan dengan kepercayaan, kebersamaan, dan harapan masyarakat Desa Karangsong sendiri.Kata Kunci: Nadran Empang, Karangsong, Makna-SimbolABSTRACT This research is about the process of ceremony Nadran Empang at Karongsong region, then the meaning and symbol in it. The researcher used qualitative method and the design that was used is triangulasi. The analysis of the research concern on society sense especially people who did the ritual towards the symbols which was in the ceremony process of ritual Nadran Empang. And also used Clifford Geertz theory which was about symbol, is interpretivisme symbolic to analyze the research. The result of this research conclude that, Ritual Nadran Empang ceremony is the ritual which was done by the people of Karongsong region as a symbolic to feel the grateful, and also believe to that ritual to avoid from such a disaster. Nadran Empang divided in to several aspect, they are pray, eating together, Larung meron and ruwatan wayang. Each aspect has various kind of symbol which is being sense by the society, society sense of Karongsong region to the symbols which is in the ritual Nadran Empang ceremony related to the belief, togetherness, and society’s hopes.Keywords: Nadran Empang, Karangsong, symbol-sense
Seni Burok Cirebon: Simbol dan makna Muthia Aliya Maulana; Dede Suryamah; nia Dewi Mayakania
Jurnal Budaya Etnika Vol 5, No 2 (2021): Pandemi Covid-19 & Pengetahuan Dukun: Ritual, Seni, Konsumerisme
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/jbe.v5i2.1763

Abstract

ABSTRAK Seni Burok merupakan seni tradisi berkembang di daerah Kabupaten Cirebon. Menurut penuturan masyarakat desa Kalimaro, seni Burok merupakan salah satu warisan budaya yang menajadi ciri khas desa dan memiliki nilai penting bagi masyarakat desa Kalimaro. Dewasa ini, seni Burok telah mengalami perkembangan sesuai dengan kemajuan zaman sehingga membuat fungsi seni bergeser. Tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi simbol seni Burok karena masyarakat masih mampu menangkap makna yang disajikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan simbol dan makna pada Burok dalam pertunjukan Seni Burok. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik penelitian melalui studi lapangan, wawancara langsung dengan informan, dan studi pustaka. Adapun teori yang digunakan untuk mengkaji makna dari simbol Burok adalah teori interpretivisme simbolik Clifford Geertz. Temuan dari hasil penelitian ini yaitu, mengungkapkan makna dan simbol Burok pada pertunjukan seni Burok yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan masyarakat desa Kalimaro.Kata kunci: Burok, Makna, Simbol, Arak-arakanABSTRACT Burok art is a traditional art developed in Cirebon Regency. According to the narrative of the people of Kalimaro village, the art of Burok is one of the cultural heritages that has become the hallmark of the village and has important value for the people of Kalimaro village. Nowadays, Burok art has developed according to the times so that the function of art has shifted. However, this did not affect the senior Burok symbol because the community was still able to grasp the meaning presented. The purpose of this research is to explain the symbols and meaning of Burok in the art performance Burok. The research method used is a qualitative method with research techniques through field studies, direct interviews with informants, and literature study. The theory used to study the meaning of the Burok symbol is Clifford Geertz's theory of symbolic interpretivism. The findings of this study are to reveal the meaning and symbol of Burok in the Burok art performance which has an influence on the life of the people of Kalimaro Village.Keywords: Burok, Meaning, Symbol, Arak-arakan
Budaya Konsumtif dalam Peristiwa Hajat Pernikahan Masyarakat Buruh Tani di Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu Islamda Handayani; Imam Setyobudi; Sriati Dwiatmini
Jurnal Budaya Etnika Vol 5, No 2 (2021): Pandemi Covid-19 & Pengetahuan Dukun: Ritual, Seni, Konsumerisme
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/jbe.v5i2.1764

Abstract

ABSTRAK Artikel ini berisi hasil penelitian mengenai perilaku konsumtif yang dilakukan masyarakat buruh tani saat menyelenggarakan hajat pernikahan di wilayah pedesaan Kecamatan Haurgeulis. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumen yang kemudian akan di analisis hingga mendapatkan kesimpulan. Teori konsumsi Baudrillard menjadi pisau bedah dalam penelitian ini. Masyarakat buruh tani yang konsumtif saat hajat pernikahan dilakukan karena perasaan gengsi dan ingin setara dengan masyarakat lain. Pendapatan buruh tani yang tidak seberapa tetap ingin agar acara pernikahan yang dilakukan berjalan meriah dan mewah untuk menutupi kondisi ekonomi rumah tangga buruh tani yang tergolong rendah. Maka dari itu masyarakat buruh tani akan memaksa dengan cara berhutang untuk keperluan hajat pernikahan agar terhindar dari gunjigan dari masyarakat lain.Kata Kunci: Buruh tani, Konsumtif, Hajat PernikahanABSTRACT This article contains the results of research on the consumptive behavior of the farm laborer community when holding a wedding ceremony in the rural area of Haurgeulis district. This research was conducted using a qualitative descriptive method with data collection using interviews, observation, and document study which will then be analyzed to get a conclusion. Baudrillard consumption theory becomes the scalpel in this study. Farm laborers who are consumptive during a wedding ceremony are held because of their sense of prestige and want to be equal with other communities. The income of farm laborers is insignificant still want the wedding to be carried out in a festive and luxurious way to cover the low economic conditions of farm laborers households. Therefore, the farm laborer community will force by way of debt for the purposes of marriage in order to avoid gossip from other communities.Keywords: Farm Laborer, Consumptive, Wedding Celebration
IMAJINASI IDENTITAS ORANG JEMBER: WACANA PENDALUNGAN BESERTA EFEKNYA Fahma Filbarkah Aziz; Imam Setyobudi; Sriati Dwiatmini
Jurnal Budaya Etnika Vol 5, No 1 (2021): Hubungan Imajinasi, Kreativitas, Perubahan, dan Mitos Identitas: Mang Koko, Moti
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v5i1.1589

Abstract

ABSTRAK Permasalahan penelitian adalah mengapa wacana tentang pendalungan dimunculkan berulang-ulang dan bagaimana efek kuasa/pengetahuan dari sisi lain wacana pendalungan. Tujuan dari penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan kuasa/pengetahuan dalam rangka pembentukan identitas orang Jember melalui pewacanaan pendalungan dan menjelaskan efek yang timbul dari wacana. Manfaat teoritisnya dalam mengembangkan kajian antropologi tentang konsep identitas berkaitan pendalungan beserta efeknya, khususnya dalam pembentukan identitas dengan pendekatan wacana kuasa/pengetahuan. Manfaat praktisnya sebagai masukan kepada masyarakat dan pemerintah dalam melakukan pengembangan tentang identitas warga Jember. Metode penelitian adalah kualitatif menggunakan instrumen studi pustaka dan wawancara. Populasi penelitian adalah seniman, akademisi dan sejarawan. Variabel penelitian berupa identitas, imajinasi dan multikultural. Hasil penelitian menemukan bahwa identitas bukan lahir dari sebuah situasi yang harmoni dan keseimbangan, melainkan pergulatan,kontestasi, benturan, beradu argumen dan wacana, pergesekan, dinamis dan produktif. Berkaitan dengan itu, simpulan penellitian ini bahwa identitas bukan suatu hal yang tetap melainkan bersifat lentur dan cair atau beragam.Kata Kunci: Pendalungan, imajinasi, identitas, wacana ABSTRACT The research problem formulated within this study is the question of why the pendalungan discourse was repreatedly surfaced and how is the influence of power/knowledge from the other side of this very discourse. This study seeks to unfold the essence of power/knowledge in forming the identity of the people of Jember through the pendalungan discourse as well as to provide an elaboration of the resulted effect from said discourse. The theoretical implication of this study would be the development of anthropological studies concerning the identity and influence of pendalungan, particularly on the formation of identity through the approach of power/knowledge discourse. As for the practical implication, the outcome of this study could serve as a form of valid recommendation both for the people and government in pursuing the development of the identity of Jember people. Drawing upon artists, academics, and historians as the population, this study made use of qualitative approach as the main method as well as literature review and interview as the instrument. A number of variables involved within this study were identity, imagination, and multiculturalism. The result of the study revealed that identity is not to be regarded as an entity born from a harmonious and balanced situation, rather, from an atmosphere that is full of struggles, contestation, clashes, conflicts of arguments and discourse, frictions between parties, dynamics, as well as productivity. From this point, this study embarked upon a conclusion that identity is not something that is fixed or rigid, but flexible and diverse.Keywords: Pendalungan, imagination, identity, discourse
Perubahan Bertingkah-laku Berjabat-tangan di Masa Pandemi Covid-19 di Politeknik Kridatama Kota Bandung Neneng Siti Maryam
Jurnal Budaya Etnika Vol 5, No 2 (2021): Pandemi Covid-19 & Pengetahuan Dukun: Ritual, Seni, Konsumerisme
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/jbe.v5i2.1760

Abstract

ABSTRAK Pandemi Covid-19 yang merebak di Indonesia sejak bulan Maret 2020 membuat pemerintah mengeluarkan himbauan agar masyarakat membatasi aktivitas di luar rumah untuk mengurangi penyebaran virus tersebut. Selain itu, masyarakat pun dihimbau untuk mematuhi protokol kesehatan saat keluar rumah, salah satunya dengan menghindari berjabat tangan ketika bertemu dengan orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan budaya jabat tangan yang terjadi pada dosen-dosen di Politeknik Kridatama pada masa pandemi Covid-19. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi, studi pustaka, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadiperubahan budaya jabat tangan di kalangan dosen-dosen Politeknik Kridatama yang menyebabkan dosen-dosen tersebut tidak perlu bersentuhan tangan antara satu dengan yang lainnya ketika bertemu. Simpulan dari penelitian ini adalah dengan adanya pandemi Covid-19 telah membuat perubahan budaya jabat tangan di kalangan dosen Politeknik Kridatama, yang awalnya berjabat tangan dengan saling menggenggam erat, kini berubah dengan menggunakan jabat tangan ala Sunda yaitu dengan meletakkan kedua tangan di dada sambil tersenyum dan menganggukkan kepala, ada pula yang menggunakan salam siku yaitu dengan menyentuhkan siku pada siku dosen yang lain.Kata Kunci: budaya, jabat tangan, pandemi ABSTRACT The Covid-19 pandemic that broke out in Indonesia since March 2020 prompted the government to issue an appeal for people to limit activities outside the home to reduce the spread of the virus. In addition, people are urged to comply with health protocols when leaving the house, one of which is by avoiding shaking hands when meeting other people.This study aims to examine the changes in the handshake culture that occurred in lecturers at the Kridatama Polytechnic during the Covid-19 pandemic.The research method used is descriptive qualitative method with data collection techniques through interviews, documentation, literature study, and observation.The results showed that there was a change in the handshake culture among the lecturers of Kridatama Polytechnic which caused the lecturers to not have to touch each other's hands when they met.The conclusion of this study is that the Covid-19 pandemic has made a change in the handshake culture among Kridatama Polytechnic lecturers, who initially shook hands with tight grasping, now changing to using a Sundanese handshake, namely by placing both hands on the chest while smiling and nodded their head, some used elbow greetings, namely by touching the elbow to the elbow of another lecturer.Keywords: Changes within behavior, handshake, pandemic
Pengetahuan Dukun dan Praktik Pengobatannya (Kampung Kadu Nenggang, Desa Pasirhuni, Kabupaten Bandung) Seni Widianti; Imam Setyobudi; Yuyun Yuningsih
Jurnal Budaya Etnika Vol 5, No 2 (2021): Pandemi Covid-19 & Pengetahuan Dukun: Ritual, Seni, Konsumerisme
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/jbe.v5i2.1761

Abstract

ABSTRAK Permasalahan penelitian adalah bagaimana pengetahuan seorang dukun terhadap suatu penyakit, mengklasifikasi tipe dan jenis penyakit berikut penanganannya dan bagaimana seorang dukun dapat memperoleh pengetahuannya. Tujuan penelitian adalah menjelaskan pengetahuan dukun terhadap berbagai klasifikasi jenis dan tipe penyakit sekaligus menjelaskan tentang cara seorang dukun memperoleh pengetahuannya melalui laku ngelmu. Metode penelitian adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka, observasi, dan wawancara. Populasi penelitian adalah dukun, pegawai kantor desa, ketua dusun, dan warga. Hasil penelitian menemukan adanya sistem ngelmu yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan supranatural. Pengetahuan yang telah digapai dapat menentukan berbagai jenis penyakit seperti pelet, tenung, dan gangguan roh jahat. Sehingga pengobatan dilakukan dengan cara komunikasi transedental kepada makhluk gaib yang dilaksanakan pada suatu ruangan khusus. Simpulan dari penelitian ini adalah seorang dukun dapat mengetahui suatu penyakit non medis yang diderita oleh pasien dengan menggunakan pengetahuanKata Kunci: dukun, pengobatan tradisional, etnosains, ethnohealingABSTRACT The study discussed about a shaman’s knowledge on diseases suffered by a patient, classification of diseases, their treatment and also how a shaman obtained his knowledge through ngelmu. The research objective is to elaborate the knowledge of the shaman on various classifications and types of diseases and how he procured his knowledge through ngelmu practice. The research method is qualitative with data collection techniques through literature study, observation, interviews and documentation. The results of the study found that there is an exist of the ngelmu system which was adopted to acquire supernatural knowledge in an invisible form as an empirical experience. The knowledge that has been acquired can determine various types of diseases that are not caught by the five senses like pelet, tenung, and gangguan roh jahat. This study concludes that shaman can knows non-medical diseases suffered by patients by using the knowledge gained through the process called ngelmu.Keywords: Shaman,traditional medicine, etnosains, etnohealing
TRADISI MAPAG MENAK DI KAMPUNG NAGRAK KECAMATAN PACET KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT Neng Sheila Nuary Saputri; Deni Hermawan; Sriati Dwiatmini
Jurnal Budaya Etnika Vol 4, No 1 (2020): Fungsi, Gender, dan Pergeseran Nilai-nilai dalam Tradisi
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v4i1.1561

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini berjudul “Tradisi Mapag Menak di Kampung Nagrak Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung Jawa Barat”. Dalam penelitian ini penulis melibatkan beberapa narasumber seperti ketua padepokan Saunglangit Pancanitis, masyarakat setempat, kepala bagian kebudayaan kabupaten Bandung. Tradisi masih menjadi salah satu warisan turun temurun yang masih bertahan dan berkembang hingga saat ini. Salah satu tradisi yang masih bertahan yaitu tradisi Mapag Menak adalah tradisi penyambutan tamu. Tradisi Mapag Menak menjadi salah satu warisan non benda yang hingga kini masih bertahan. Tujuan dari hasil penelitian yaitu, membahas stuktur pelaksanaan tradisi Mapag Menak Dengan menggunakan teori Fenomenologi dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun temuan yang ditemukan oleh penulis bahwa stuktur pelaksanaan tradisi mapag menak terdiri dari 3 tahap, yaitu prapelaksanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan. Hasil penelitian ini diajukan saran kepada para peneliti selanjutnya untuk tetap melestarikan tradisi mapag menak hingga keunikannya menjadi informasi tentang lokal genius nenek moyang pada masa lalu untuk dipahami nilai esensialnya.Kata kunci: Tradisi, Fenomenologi, Tradisi Mapag Menak ABSTRACTThis study is titled "The tradition of Mapag Menak in Kampung Panca, Pacet Subdistrict, Bandung West Java Regency (A Phenomenology Study)". In this study the authors involved several speakers such as the head of the Saunglangit Pancanitis padepokan, the local community, the head of the Bandung district's culture section. Tradition is still one of the hereditary legacies that still survive and develop to this day. One of the traditions that still survive is the Mapag Menak tradition is the tradition of welcoming in Pacet Village. The Mapag Menak tradition has been one of the non-inherited legacies which still survives. The purpose of this research is to discuss the implementation structure of the Mapag Menak tradition by using the phenomenology theory by using qualitative research methods. The findings found by the author that the structure of the implementation of the traditional mapag tradition consists of 3 stages, namely the implementation, implementation, and post-implementation. The results of this study are suggested by the next researchers to continue to preserve the traditional mapag tradition until its uniqueness becomes information about the local genius of the ancestors in the past to understand its essential value. Keywords: Tradition, Phenomenology, Menag Mapak Tradition
PERUBAHAN FUNGSI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA DARI SAKRAL KE PROFAN PADA SYUKUR LAUT PAMAYANGSARI Fipih Fauziah; Cahya Cahya; Neneng Yanti Khozanatu Lahpan
Jurnal Budaya Etnika Vol 5, No 1 (2021): Hubungan Imajinasi, Kreativitas, Perubahan, dan Mitos Identitas: Mang Koko, Moti
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v5i1.1591

Abstract

ABSTRAK Tradisi syukur laut sudah ada sejak tahun 1975, diisi dengan ritual pelarungan jempana dan diakhiri pertunjukan wayang golek purwa. Fungsi awal sebagai media ruwatan berubah menjadi hiburan. Perubahan tersebut menarik perhatian untuk diteliti. Dengan rumusan, bagaimana struktur dan perubahan fungsi pertunjukan wayang. Adapun tujuan penelitian yaitu ingin mendeskripsikan struktur pertunjukkan dan perubahan fungsinya tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan tahapan pengumpulan data menggunakan teknik observasi partisipan, wawancara, dan studi dokumentasi. Kemudian, pengolahan data membuat transkrip hasil pengamatan dan wawancara mendalam. Selanjutnya, dianalisa dengan teori fungsionalisme Malinowski. Hasil penelitian ini adalah telah terjadi perubahan fungsi pertunjukkan wayang golek purwa dari sakral menjadi profan/hiburan, disebabkan oleh berubahnya sistem kepercayaan masyarakat, cara berpikir modern, kebutuhan masyarakat akan hiburan, adanya konflik, bencana alam tsunami, dan pengaruh kebudayaan luar, serta didukung oleh sponsor dan anjuran dari Bupati Kabupaten Tasikmalaya untuk menghilangkan unsur sesaji.Kata Kunci: Wayang, Sakral, Profan, dan Syukur Laut. ABSTRACT The tradition of sea gratitude has existed since 1975, filled with jempana rituals and ending with the purwa puppet show.It’s initial function as a medium for ruwatan turned into entertainment. These changes attract attention to research. With the formulation, how the structure and function changes of wayang performances. The research objective is to describe the structure of the performance and changes in its function. This research uses qualitative methods, with the stages of data collection using participant observation techniques, interviews, and documentation studies. Then, data processing makes transcripts of observations and in-depth interviews. Furthermore, it is analyzed by Malinowski's theory of functionalism. The results of this study are that there has been a change in the function of the purwa puppet show from sacred to profane / entertainment, caused by changes in people's belief systems, modern ways of thinking, people's needs for entertainment, conflicts, natural disasters, tsunamis and external cultural influences, as well as being supported by sponsorship and advice from the Regent of Tasikmalaya Regency to eliminate the element of offerings.Keywords: Wayang, Sacred, Profan, and Gratitude for the Sea
TRADISI BUDIDAYA KOPI ORGANIK GUNUNG PUNTANG SEBAGAI BENTUK PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI DESA CAMPAKAMULYA KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG M. Iqbal Fauzi; Cahya Cahya; Sukmawati Saleh
Jurnal Budaya Etnika Vol 4, No 2 (2020): Tradisi Otentik, Modifikasi Tradisi, Komodifikasi (Agenda Setting Artefak Digita
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v4i2.1567

Abstract

ABSTRAK Realitas yang terjadi di masyarakat Gunung Puntang telah menjadi tradisi budidaya kopi organik, sebagai lumbung perekonomian rakyat yang berkembang menjadi daya tarik pariwisata berbasis kearifan lokal. Terkait dengan adanya tradisi sistem pertanian rakyat dalam bentuk budidaya tanaman kopi organik tersebut, pada perkembangannya berdampak kepada sektor lain, yaitu bidang pariwisata. Sektor pariwisata yang kini sedang menjadi trand dalam percaturan industri kepariwisataan berbasis kearifan lokal. Isu kearifan lokal yang menjadi daya tarik dan bernilai ekonomis tinggi, menjadi peluang besar untuk dikembangkan oleh masyarakat lokal setempat. Perubahan pada tradisi bertani kopi yang dikembangkan oleh masyarakat desa hutan di Gunung Puntang, bukan semata-mata masyarakatnya untuk mencari keuntungan, namun ada faktor internal yang harus dijaga, bahwa masyarakat petani kopi Gunung Puntang merasa termotivasi dengan situasi alam dan lingkungan yang subur sebagai lahan pertanian. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya komodifikasi antara lain dipengaruhi oleh adanya peluang dan tatangan kondisi perekonomian di era teknologi dan informatika sekarang. Itulah yang membuat tradisi bertani kopi organik ini sangat kuat untuk dipertahankan dan sudah melekat di mata masyarakat karena telah memberikan manfaat banyak bagi masyarakat daerah. Tulisan ini merupakan deskripsi ilmiah dari sebuah penelitian lapangan yang menggambarkan peran petani dalam menjaga hutan konservasi atau hutan sosial di Gunung Puntang dinilai penting agar pengetahuan kearifan masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan tersebut tidak hilang oleh adanya arus moderenisasi.Kata Kunci: Tradisi Budidaya Kopi Organik, Komodifikasi, Pengembangan Pariwisata Budaya, Gunung Puntang.ABSTRACT The reality that occurs in the community of Gunung Puntang has become a tradition of organic coffee cultivation, as a barn of the people's economy that develops into the appeal of local wisdom-based tourism. Related to the tradition of the people's agricultural system in the form of organic coffee crop cultivation, in the development impact to other sectors, namely the tourism industry. The tourism industry is now being new in the world of local wisdom-based tourist industry. The issue of local wisdom that becomes an attraction and high economical value, becomes a great opportunity to be developed by local communities. The traditions changes of farming coffee are developed by the community of Forest villages in Gunung Puntang, not merely the people to seek profit, but there are internal factors to be guarded, that the community of coffee farmers Gunung Puntang feel motivated by the situation of natural and fertile environment as farmland. As for the external factors that affect the occurrence of commodification, among others, is influenced by the opportunity and the level of economic conditions in the era of technology and informatics now. That is what makes this tradition of organic coffee farming is very strong to be maintained and already inherent in the eyes of society because it has provided many benefits to the local community. This paper is a scientific description of a field study describing the role of farmers in preserving the forest of conservations or social forests at Gunung Puntang is important to make knowledge of people's wisdom in utilizing the plant is not lost by the presence of modernization.Keywords: The Tradition Of Organic Coffee Cultivation, Commodification, Tourism Development, Gunung Puntang.
PERGESERAN NILAI PADA TRADISI PESTA SYUKUR LAUT DI PANTAI PAMAYANGSARI CIPATUJAH TASIKMALAYA Nurma Latifah; Deni Hermawan; Neneng Yanti Khozanatu Lahpan
Jurnal Budaya Etnika Vol 4, No 1 (2020): Fungsi, Gender, dan Pergeseran Nilai-nilai dalam Tradisi
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v4i1.1562

Abstract

ABSTRAK Tradisi Pesta Syukur Laut merupakan kegiatan kebudayaan dalam masyarakat Pantai Pamayangsari Cipatujah. Kegiatan ini mengandung nilai-nilai, salah satunya nilai tradisi. Namun, seiring berjalannya waktu nilai tersebut tergeser oleh beberapa faktor di antaranya, perubahan sosial dalam masyarakat sehingga hal itu berpengaruh kepada perubahan bentuk ritual dan juga pandangan masyarakat. Adapun yang menjadi latar belakang penulisan ini adalah untuk mengkaji faktor penyebab terjadinya pergeseran nilai pada tradisi Pesta Syukur Laut di Pantai Pamayangsari Cipatujah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomonologi yang mengacu pada hasil riset ke lapangan secara langsung. Teknik analisis data yang digunakan meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori perubahan sosial dan teori simbol. Hasil penelitian menunjukan bahwa Beberapa prosesi dalam kegiatan Pesta Syukur Laut seperti Larung Jempana dan Ruwatan Laut sengaja dihilangkan dan tidak dilakukan kembali karena dipandang tidak sesuai dengan syariat agama Islam. Pergeseran nilai yang terjadi pada Pesta Syukur Laut disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya masuknya nilai- nilai agama Islam yang berpengaruh kepada kepercayaan masyarakat yang semakin memudar mengenai adanya mitos Nyi Roro Kidul yang selama ini menjadi objek utama digelarnya ritual. Perubahan tersebut menyebabkan kegiatan yang semula digelar dengan sakral kini menjadi kegiatan yang dijadikan hiburan semata.Kata Kunci: Pesta Syukur Laut, Pamayangsari, Pergeseran Nilai, Cipatujah ABSTRACT Pesta Syukur Laut Tradition is a public cultural of Pamayangsari’s Beach community. This event containing values and meaning. But, as time goes by these values are displaced by some factor like, social change. So, that thing causing ritual modification and public view. The background of this essay is to study te reason of shifting values in Pesta Syukur Laut in Pamayangsari’s beach Cipatujah Tasikmlaya. This research using qualitative researching method by phenomenologic approaching which referring to result of field research. The analyzing data technique we used like gathering data, reduction data, presentation data, and conclusion drawing. The theories we used in this research are sosial transformation and symbol theory. The research result is showing that some procession in Pesta Syukur Laut like Larung Jempana and Ruwatan Laut are removed and no longer done because those are against Islamic shari’a. The shifting values happened ini Pesta Syukur Laut are caused by the inclusion of Islamic values which causing effect in public believe which getting fading in Nyi Roro Kidul’s myth which previously become ritual’s object. Those changing make the event is become entertaining instead of sacred event.Keywords: Pesta Syukur Laut, Pamayangsari, Values Shifting, Cipatujah