cover
Contact Name
Johanes Hasugian
Contact Email
johaneswhasugian@gmail.com
Phone
+6285265222617
Journal Mail Official
johaneswhasugian@gmail.com
Editorial Address
johaneswhasugian@gmail.com
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
ISSN : 27216020     EISSN : 2721432X     DOI : 10.46305
Core Subject : Religion, Education,
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi dan pendidikan agama Kristen, dengan nomor ISSN: 2721-432X (online), ISSN: 2721-6020 (print), yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara, Medan. Focus dan Scope penelitian IMMANUEL adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Praktika Pendidikan Agama Kristen IMMANUEL menerima artikel dari dosen dan para praktisi teologi yang ahli di bidangnya, dari segala institusi teologi yang ada, baik dari dalam maupun luar negeri. Artikel yang telah memenuhi persyaratan akan dinilai kelayakannya oleh reviewer yang ahli di bidangnya melalui proses double blind-review. IMMANUEL terbit dua kali dalam satu tahun, April dan Oktober
Articles 60 Documents
Upaya Membangun Kedisiplinan Belajar Peserta Didik Hendro Hariyanto Siburian; Seliyah Seliyah
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v4i2.233

Abstract

Discipline in learning is one of the factors in achieving learning goals. Disciplinary problems also occur in class 1 SDK Transformasi students. This indiscipline results in the learning outcomes determined by the school needing to be achieved as contained in the school's curriculum vision and mission. This research method uses descriptive qualitative methods. The aim of this research is to describe the important role of teachers and parents in developing student discipline. The results of this research are that teachers must carry out their roles and functions well, and teachers must also collaborate with students' parents in developing students' discipline. Educators and parents build cooperation through agreement and communication, involvement in decision-making, and parenting. Elements of education and parents work together in an effort to build learning discipline in grade 1 SDK Transformasi students.Kedisiplinan dalam belajar merupakan salah faktor tercapainya tujuan belajar. Permasalahan disiplin juga terjadi pada peserta didik kelas 1 SDK Transformasi. Ketidakdisiplinan tersebut mengakibatkan capaian pembelajaran yang ditentukan sekolah tidak tercapai sebagaimana yang termuat di kurikulum dan visi misi sekolah. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peran penting guru dan orangtua dalam mengembangkan kedisiplinan peserta didik. Hasil dari penelitian ini adalah guru harus melakukan peran dan fungsinya dengan baik, guru juga harus bekerjasama dengan orangtua peserta didik dalam mengembangkan kedisiplinan peserta didik. Pendidik dan orangtua membangun kerjasama yang didalamnya ada kesepakatan dan komunikasi, keterlibatan dalam pengambilan keputusan, dan parenting. Unsur pendidikan dan orangtua bersinergi dalam upaya membangun kedisiplinan belajar peserta didik kelas 1 SDK Transformasi.
Mengalahkan Naluri Membalaskan Dendam: Tafsir Kontekstual terhadap Roma 12:17-21 Diana Nainggolan
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v4i2.183

Abstract

Every human being has the instinct to avenge the bad or evil treatment they receive. The surveys in psychology regarding revenge show that revenge is very complex regarding the various nuances that arise when taking revenge. The complexity of revenge will be confronted with Paul's view of revenge in Romans 12:17-21 which is considered an ideal that is difficult to implement and often ignored. This article aims to provide an alternative interpretation of Romans 12:17-21 by dialoguing Paul's views with findings in the psychology of revenge. The study of the psychology of revenge was carried out through library research with a descriptive qualitative approach. Meanwhile, Paul's views in Romans 12:17-21 are explored using the exegetical method. The research results suggest that every human being not only has the instinct to avenge the crimes and bad behavior they receive but also the instinct to forgive. Dialoguing Paul's views on revenge with the result studies in the study of revenge psychology have shown the richness in both views and give a new understanding, an alternative interpretation of Romans 12:17-21 AbstrakSetiap manusia memiliki naluri membalaskan perlakuan buruk atau jahat yang diterimanya. Hasil survei dalam psikologi tentang pembalasan dendam menunjukkan bahwa pembalasan dendam sangat kompleks terkait berbagai nuansa yang muncul ketika membalaskan dendam. Kompleksitan pembalasan dendam tersebut akan diperhadapkan dengan pandangan Paulus tentang pembalasan dendam dalam Roma 12:17-21 yang dianggap ideal sehingga sulit dilaksanakan dan lebih sering diabaikan. Artikel ini bertujuan untuk memberikan penafsiran alternatif terhadap Roma 12:17-21 dengan mendialogkan pandangan Paulus dengan temuan-temuan dalam psikologi pembalasan dendam. Kajian mengenai psikologi pembalasan dendam dilakukan melalui penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Sedangkan pandangan Paulus dalam Roma 12:17-21 ditelusuri dengan metode eksegesis. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa setiap manusia tidak hanya memiliki naluri membalaskan tindakan kejahatan dan perilaku buruk yang diterimanya tetapi juga naluri mengampuni. Mendialogkan pandangan Paulus tentang membalaskan dendam dengan hasil penemuan dalam kajian psikologi pembalasan dendam telah menghasilkan menunjukkan kekayaan dalam kedua pandangan tersebut dan melahirkan suatu pemahaman yang baru, suatu alternatif memahami Roma 12:17-21
Karakteristik Dasar Seorang Nelayan dan Implikasinya Bagi Penginjil Kristen di Era Society 5.0 Filmon Gusti Tansi; Sabda Budiman; Parulian Manik
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v4i2.220

Abstract

Di era masyarakat modern atau society 5.0 dimana setiap orang hidup dalam kemajuan teknologi yang cerdas dan persaingan global yang semakin meningkat sehingga setiap manusia mengalami perubahan. Salah satu aspek yang juga berubah adalah karakteristik. Di era modern ini sangat sulit menemukan orang-orang yang berkarakter baik dan dapat diteladani, meskipun demikian nelayan merupakan profesi yang prinsipnya dapat dipelajari dalam menjalani kehidupan meskipun profesi nelayan sering dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Penginjil Kristen akhir-akhir ini mengalami berbagai macam tantangan dan permasalahan baik dari dalam maupun luar, oleh karena itu penting bagi penginjil Kristen untuk menerapkan karakter dasar profesi nelayan agar pelayanan penginjilan lebih bermakna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran kepada penginjil Kristen di era society 5.0 bahwa penting memiliki karakter yang benar dalam pelayanan. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang permasalahan yang sedang terjadi. Hasil penelitian adalah penginjil Kristen di era masyarakat 5.0 dapat mengimplikasikan nilai-nilai karakteristik seorang nelayan dalam pelayanan penginjilan di masyarakat modern ini.
Jati Diri Pendeta Dalam Menghadapi Konflik Kepentingan Stefanus Budi Hartono Chandra; Ragil Kristiawan; Fianus Tandiongan
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v4i2.204

Abstract

This article examines the identity of pastors in dealing with conflicts of interest between pastors. It has become commonplace these days to increasingly hear of conflicts of interest between pastors which result in arguments, divisions, and leave deep emotional wounds. Through this article, we will be able to understand the relationship between the identity of pastors in dealing with conflicts of interest with fellow ministers as Christians. By using case study research methods in a qualitative approach, accompanied by data collection techniques through interviews, observation and documentation, then the data is analyzed by data reduction and data presentation. The results of the research found that the pastors were born again, had personal experiences with God that awakened faith, had theological education, and had fairly good knowledge of the Bible, however there was an identity that was not in line with the teachings of the Word. From a psychological aspect, it was found that some of the priests did not have a father figure, some had died, divorced, and some had been entrusted to other people. These elements then have a negative impact on the pastor's identity if they are not handled wisely.AbstrakTulisan ini mengkaji perihal jati diri pendeta dalam menghadapi konflik kepentingan antar pendeta. Menjadi hal yang biasa pada hari-hari ini dengan semakin sering mendengar konflik kepentingan antar pendeta yang mengakibatkan pertengkaran, perpecahan, dan meninggalkan luka hati yang mendalam. Melalui tulisan ini akan dapat mengetahui kaitan jati diri pendeta dalam menghadapi konflik kepentingan dengan sesama rekan sepelayanan sebagai orang-orang kristen. Dengan menggunakan metode penelitian studi kasus dalam pendekatan kualitatif, disertai teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, untuk kemudian data tersebut dianalisis dengan reduksi data dan penyajian data. Hasil penelitian ditemukan bahwa para pendeta didapati telah lahir baru, memiliki pengalaman pribadi dengan Tuhan yang membangkitkan iman, memiliki pendidikan teologi, dan memiliki pengetahuan Alkitab yang cukup baik, namun demikian terdapat jati diri yang belum seturut dengan ajaran Firman. Dari aspek psikologis ditemukan bahwa para pendeta didapati ada yang tidak memiliki figur ayah, ada yang meninggal, bercerai, dan ada yang dititipkan kepada orang lain. Unsur-unsur tersebutlah yang kemudian berdampak negatif pada jati diri pendeta tersebut jika tidak disikapi bijaksana.
Rambut Pirang di Lingkungan Pendidikan Teologi dalam Bingkai Teologi Simbol Tiffany Tamba; Sarnita Sari Tumangger; Delila Bancin; Sion Monica Lombu
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v4i2.226

Abstract

Artikel ini adalah studi budaya populer (rambut pirang) dalam perspektif teologi simbol. Yang diteliti adalah paradigma rambut pirang yang dipahami oleh orang-orang di lingkungan Pendidikan Tinggi Teologi Kristen di Indonesia. Pentingnya penilaian terhadap paradigma budaya populer seperti rambut pirang yang terbuka dan kreatif terletak pada keterbukaan dan penerimaan masing-masing individu terhadap pengalaman yang berbeda-beda dan beragam. Menggunakan teologi simbol, artikel ini menyoroti serangkaian pemahaman masyarakat berpendidikan teologi di berbagai Perguruan Tinggi Teologi Kristen di Indonesia mengenai rambut pirang sebagai salah satu budaya populer. Sebagai bagian dari penelitian, dilakukan observasi terhadap perwakilan berbagai kampus teologi Kristen dengan warna teologi yang berbeda-beda seperti, injili, ekumenis, calvinis, progresif, dan kharismatik melalui wawancara online. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi dan pandangan masyarakat lingkungan Pendidikan Tinggi Teologi Kristen di Indonesia terhadap rambut pirang sebagai salah satu budaya populer cenderung tidak membuka interpretasi mendalam atas makna simbolisnya.
The Environmental Education Based On Local Wisdom Atoni Pah Meto Meyrlin Saefatu; Yusuf Elpontus Tanaem; Elizabeth Margareth Pingak
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v4i2.214

Abstract

The issue of environmental damage becomes a problem discussed by the world leaders. The people of East Nusa Tenggara, especially the Timorese really protect the environment. However, in recent years there has been manganese mining in their area which has caused damage the environment where they live. Therefore, the aim of this study is to analyze environmental education based on local wisdom conducted by Atoni Pah Meto. This study use qualitative method with an ethnographic approach. Data collection technique used is interview. Interviews were conducted with 15 people consisting of parents, children, Sunday school teachers, church administrators and pastors. The results of the study show that Atoni Pah Meto embrace a local wisdom which states ‘land as mother’. When they intend to destroy nature, it means they are committing crimes with their own mothers. When they take anything from nature with the same greed they make their mothers cry. The life of Atoni Pah Meto appreciates nature more so that the relationship that is created between humans and nature is a relationship that is mutually beneficial and not detrimental to one party for the benefit of the other.
Meningkatkan Resiliensi Akademik Mahasiswa dalam Menghadapi Stres Akademik Melalui Afirmasi Positif Imelda Serliana Siburian; Hendro Hariyanto Siburian
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v4i2.234

Abstract

Dalam proses perkuliahan mahasiswa mendapatkan tuntutan akademik yang harus diselesaikan dengan baik dan penuh tanggungjawab. Penulis menemukan rendahnya resiliensi mahasiswa tingkat 3 dan 4 STT Tawangmangu yang diakibatkan stres akademik. Stres akademik ini disebabkan beban tugas kuliah dan kegiatan kampus. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan literatur. Tujuan penulisan ini adalah upaya meningkatkan resiliensi akademik mahasiswa tingkat 3 dan 4 STT Tawangmangu. Adapun hasil penulisan adalah ditemukannya mahasiswa yang tidak mengelola stres akademik dengan baik. Sehingga penulis menawarkan solusi untuk meningkatkan resiliensi akademik dalam menghadapi stres akademik melalui afirmasi positif. Meningkatkan resiliensi pada mahasiswa dapat membantu mahasiswa untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dialami, afirmasi positif yang diberikan mahasiswa tingkat 3 dan 4 STT Tawangmangu pada dirinya membantu meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa untuk menyelesaikan permasalahannya dengan baik.
Kontribusi Pendidikan Agama Kristen dalam Pencegahan Fanatisme Kesukuan di Kalangan Mahasiswa Kabupaten Kepulauan Tanimbar Lendy Florien Mailuhuw; Jusuf Luturmas
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v4i2.215

Abstract

Indonesia adalah negara majemuk yang terdiri dari 1.300 suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman ini sering menjadi pemicu konflik dan diskriminasi sosial  yang terus terjadi dan menunjukkan masih tingginya rasa fanatisme kesukuan yang dimiliki masyarakat Indonesia. Kabupaten Kepulauan Tanimbar yang berada di Provinsi Maluku, awalnya merupakan daerah homogen berubah menjadi heterogen dengan adanya perpindahan penduduk dari luar Tanimbar dan akan beroperasinya Blok Masela yang mengakibatkan datangnya masyarakat dari berbagai suku yang ada di Indonesia maupun dari luar negeri. Konflik sosial di tengah masyarakat sering juga terjadi di Tanimbar yang berdampak pada keamanan daerah yang dapat menghambat produksi gas. Penelitian ini bertujuan untuk sejauhmana kontribusi Pendidikan Agama Kristen sebagai salah satu bentuk edukasi pencegahan fanatisme kesukuan bagi mahasiswa di Tanimbar dan memperoleh kontribusi bagi pengembangan mata kuliah Pendidikan Agama Kristen dalam upaya menangkal fanatisme kesukuan yang membahayakan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa Pendidikan Agama Kristen memberikan kontribusi terhadap pencegahan munculnya fanatisme kesukuan bagi mahasiswa di Kabupaten Kepulauan Tanimbar melalui materi dan metode yang digunakan dalam perkuliahan. Dengan demikian Pendidikan Agama Kristen turut berperan dalam pencegahan fanatisme kesukuan bagi mahasiswa yang ada di perguruan tinggi.
Penelaahan Alkitab (PA) Sebagai Upaya Pembentukan Spiritualitas Remaja Di GMI Ressort Tarutung Maria Widiastuti
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v4i2.235

Abstract

Remaja merupakan masa krisis dan menjadi pusat perhatian baik secara phisik maupun psikologis. Remaja yang sedang memasuki kematangan intelektual, mampu berpikir jauh melebihi dunia nyata dan keyakinannya. Pada fase ini menjadi penting menanamkan spiritualitas bagi remaja. Penelaahan Alkitab (PA) merupakan salah satu metode pembelajaran yang diterapkan di Gereja Methodis Indonesia (GMI) Resort Tarutung. Untuk mengetahui efektivitas Penelaan Alkitab sebagai upaya pembentukan spiritual remaja. penelitian ini menggunakan metode campuran mix method. Hasil penelitian menunjukan bahwa Penelaahan Alkitab (PA) sangat efektif digunakan sebagai upaya pembentukan spiritualitas remaja di GMI Ressort Tarutung yang berdampak pada sikap atau perilaku remaja dalam kehidupan sehari-hari. AbstrakAdolescence is a period of crisis and becomes the center of attention both physically and psychologically. Teenagers who are entering intellectual maturity are able to think far beyond the real world and their beliefs. In this phase, it is important to instill spirituality in teenagers. Bible study (PA) is one of the learning methods applied at the Indonesian Methodist Church (GMI) Resort Tarutung. To determine the effectiveness of Bible Study as an effort to spiritually form teenagers. This research uses a mixed method. The research results show that Bible Study (PA) is very effectively used as an effort to form youth spirituality at GMI Resort Tarutung which has an impact on the attitudes or behavior of teenagers in everyday life
Menggereja Murah Hati : Sebuah Model Pastoral Ekklesiologis Berbasis Pemulihan Trauma Jhon Piter Batubara; Marthin Nadeak; Marthin Pangambatan Munthe; Sofian Mangaraja Belang Pane
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v4i2.217

Abstract

AbstractThis article wanted to show how the legalistic approach taken by the church in responding to the behavior that was considered wrong by the congregation. In the eyes of the author, such an approach is irrelevant to the current situation as an attempt to lead the congregation to goodness. It is even probable that this trend will traumatize the congegration. Therefore, in this article the author offers one idea of a compassionate church, namely the ability of the church to listening not only with ears but also with the heart. Of course this is something that needs to be done by the church at this time as an effort to build awareness of the trauma that might be behind the occurance of behaviour that is considered wrong by the congregation, so it is hoped that through this approach the church will be able to do theology together in a new way as a healing factor.AbstrakArtikel ini ingin memperlihatkan bagaimana pendekatan legalistik yang dilakukan gereja dalam menyikapi perilaku yang dianggap salah yang dilakukan oleh jemaat. Dalam kacamata penulis pendekatan semacam itu tidaklah relevan pada situasi masa kini sebagai upaya untuk menuntun jemaat pada kebaikan. Bahkan kemungkinan besar kecenderungan seperti ini akan menimbulkan trauma bagi jemaat. Oleh karena itu, dalam artikel ini penulis menawarkan satu gagasan menggereja murah hati, yakni kemampuan gereja untuk mendengar bukan saja dengan telinga namun juga dengan hati. Tentu saja hal ini menjadi sesuatu yang perlu dilakukan oleh gereja saat ini sebagai upaya membangun kesadaran akan trauma yang mungkin melatarbelakangi terjadinya perilaku yang dianggap salah yang dilakukan oleh jemaat, sehingga diharapkan melalui pendekatan ini gereja mampu berteologi bersama dengan cara baru sebagai faktor pemulih.