cover
Contact Name
Johanes Hasugian
Contact Email
johaneswhasugian@gmail.com
Phone
+6285265222617
Journal Mail Official
johaneswhasugian@gmail.com
Editorial Address
johaneswhasugian@gmail.com
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
ISSN : 27216020     EISSN : 2721432X     DOI : 10.46305
Core Subject : Religion, Education,
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi dan pendidikan agama Kristen, dengan nomor ISSN: 2721-432X (online), ISSN: 2721-6020 (print), yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara, Medan. Focus dan Scope penelitian IMMANUEL adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Praktika Pendidikan Agama Kristen IMMANUEL menerima artikel dari dosen dan para praktisi teologi yang ahli di bidangnya, dari segala institusi teologi yang ada, baik dari dalam maupun luar negeri. Artikel yang telah memenuhi persyaratan akan dinilai kelayakannya oleh reviewer yang ahli di bidangnya melalui proses double blind-review. IMMANUEL terbit dua kali dalam satu tahun, April dan Oktober
Articles 60 Documents
Implementasi Lima Nilai Budaya Kerja dalam Penguatan Karakter Di Lingkup Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Tengah Marice Marice; Urbanus Urbanus
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v3i1.103

Abstract

This study was conducted to analyze the implementation of five values of work culture to strengthen character in the Regional Office of the Ministry of Religion of Central Kalimantan Province. This research is motivated because there are various obstacles to the implementation of work and services to the community, namely the existence of employees who do not comply with the established rules. This study uses a qualitative method with observations and interviews with twelve informants. The study was conducted for five months from October 2021 to February 2022 at the Regional Office of the Ministry of Religion, Central Kalimantan. The five values of work culture implemented by employees of the Regional Office of the Ministry of Religion of Central Kalimantan Province will make employees obey the rules in the agency where they work so that they can be an example for employees in other agencies for implementing the five values of work culture to strengthen character.AbstrakPenelitian ini dilakukan untuk menganalisis implementasi lima nilai budaya kerja dalam penguatan karakter di lingkup Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Tengah.  Penelitian ini dilatarbelakangi karena terdapat berbagai kendala dalam pelaksanaan kerja dan pelayanan kepada masyarakat yaitu adanya pegawai yang belum mematuhi aturan yang ditetapkan. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara terhadap dua belas orang informan. Penelitian ini dilakukan selama lima bulan yaitu dari bulan Oktober 2021 sampai bulan Februari 2022 pada kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Tengah. Lima nilai budaya kerja yang diimplementasikan oleh pegawai Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Tengah akan menjadikan para pegawai taat pada aturan di instansi tempat bekerja, sehingga dapat menjadi contoh bagi pegawai di instansi lain dalam hal mengimplementasikan lima nilai budaya kerja sebagai penguatan karakter.
Peristiwa Penyaliban Yesus Ditinjau dari Perspektif Sejarah dan Teologi Yohanes Daniel Lindung Adiatma
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v3i1.104

Abstract

The event of the crucifixion of Jesus Christ has caused controversy for some circles. For Christians, this event marks a major change in human life in obtaining eternal life. For non-religious historians, these events are ordinary events that do not have any meaning in history. But they admit that the crucifixion of Jesus is considered a major event for mankind. His example influences mankind to become civilized human beings. In addition, there are some people who do not believe that the crucifixion of Jesus is a factual event and can be trusted. The assumption is, Jesus was released from the punishment of the cross and went to other areas to preach the gospel. Although the latter opinion is not supported by valid data and has received opposition from Christian historians and theologians, it is still believed by several groups of people. This study seeks to assess historical facts about the crucifixion of Jesus Christ from a historical and theological perspective so that the validity of the events of Jesus' death cannot be doubted and increases Christian belief in the event not only at the faith level, but also at the academic level. The author will present historical data from leading historians and literary analysis of the Gospel of John 11:1-12:36 to find the historical factuality of the crucifixion of Jesus and the theological meaning behind the event. In his study, the author will compare the opinions of historians who lived close to the time of Jesus and John as narrators and witnesses of the death of Jesus. Finally, readers can believe in the factuality and history of Jesus' crucifixion which is interpreted as a glory for the Son of God and has an impact on the lives of believers.AbstrakPeristiwa penyaliban Yesus Kristus telah menimbulkan kontroversi bagi beberapa kalangan. Bagi orang Kristen, peristiwa tersebut menandai perubahan besar dalam kehidupan manusia dalam memperoleh kehidupan kekal. Bagi sejarahwan non keagamaan, peristiwa tersebut merupakan peristiwa biasa yang tidak memiliki makna apapun dalam sejarah. Tetapi mereka mengakui bahwa peristiwa penyaliban Yesus dianggap sebagai peristiwa besar bagi umat manusia. Keteladan-Nya memberikan pengaruh bagi umat manusia agar menjadi manusia yang beradap. Selain itu, ada beberapa kalangan yang tidak meyakini peristiwa penyaliban Yesus sebagai peristiwa yang faktual dan dapat dipercayai kebenarannya. Asumsinya, Yesus dilepaskan dari hukuman salib dan pergi ke daerah lainnya untuk memberitakan injil. Meskipun pendapat terakhir tersebut tidak didukung dengan data-data yang valid dan memperoleh pertentangan dari sejarahwan dan teolog Kristen, namun pendapat tersebut masih diyakini oleh beberapa kelompok orang. Penelitian ini berusaha untuk menilai fakta sejarah tentang penyaliban Yesus Kristus dari perspektif sejarah dan teologi sehingga validitas peristiwa kematian Yesus tidak dapat diragukan dan meningkatkan keyakinan orang Kristen terhadap peristiwa itu bukan saja pada tingkat iman, melainkan juga pada tingkat akademis. Penulis akan memaparkan data-data sejarah dari sejarahwan terkemuka dan analisis sastra Injil Yohanes 11:1-12:36 untuk menemukan faktualitas sejarah penyaliban Yesus dan makna teologis di balik peristiwa tersebut. Dalam kajiannya, penulis akan membadingkan pendapat sejarawan yang hidup dekat dengan masa Yesus dan Yohanes sebagai narator dan saksi peristiwa kematian Yesus. Akhirnya, pembaca dapat meyakini faktualitas dan historitas penyaliban Yesus yang dimaknai sebagai kemuliaan bagi Anak Allah dan berdampak pada kehidupan orang percaya.
Studi Deskriptif Religiusitas Praktis Pekerja Maxima Wedding Organizer di Solo Fibry Jati Nugroho; Soni Wibowo Purnomo; Yusup Rogo Yuono
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v3i1.105

Abstract

Maxima Wedding Organizer is a business that moves in the wedding depertment. Accept and help the bride who wishes to get married. Maxima Wedding Organizer attends a family that needs wedding services asa solution for the married family. They leave it to Maxima Wedding Organizer to the problem at hand. Researchers use qualitative research using descriptive methods, it describes a religionist-religionist study the practical maxima wedding organizer in solo can provide insight into the select of cheap and frugaliarian wedding.  AbstrakMaxima Wedding Organizer merupakan suatu bisnis yang bergerak di bagian pesta pernikahan. Menerima dan membantu pengantin yang ingin melangsungkan pernikahannya. Maxima Wedding Organizer hadir di tengah-tengah keluarga yang membutuhkan jasa Wedding sebagai solusi bagi keluarga yang menikah. Pasangan yang hendak menikah menyerahkan acara sepenuhnya kepada Maxima Wedding Organizer untuk mempersiapkan semuanya dalam mengatasi masalah yang ada. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, penelitian ini menguraikan tentang Studi Deskriptif Religiusitas Praktis pekerja Maxima Wedding Organizer Di Solo dapat memberikan pemahaman dalam memilih wedding yang murah dan hemat.
Gereja yang Berorientasi pada Dunia: Penilaian terhadap Paradigma Misi GBKP Namo Buah Silebo-Lebo Debora Apulisa Sembiring; Pelita Hati Surbakti; Eder Timanta Sitepu
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v3i1.84

Abstract

Criticism to the church in carrying out its mission is often raised. A number of churches are considered no longer world-oriented but only Heaven-oriented. In his book, Meng-hari-ini-kan Injil di Bumi Pancasila, Ebenhaizer I. Nuban Timo suggests that there are four erroneous paradigms about the mission. This paper is an attempt to assess whether these four erroneous paradigms also exist in the Batak Karo Protestant Church (GBKP) Namo Buah Silebo-Lebo (NBS), Deli Serdang district, North Sumatra. The purpose of this assessment, of course, is to get a real picture of the GBKP NBS. This research is qualitative research through literature study and interviews. A literature study was carried out by tracing a number of writings on the mission of the church and also a number of GBKP NBS documents. Meanwhile, the interviewees included: Former NBS Village Head, GBKP NBS church leader, a number of members and administrators of several GBKP NBS categories. As a result, the four mission paradigm errors concluded by Timo above were also found in the NBS GBKP. AbstrakKritik terhadap gereja dalam menjalankan misinya sering dikemukakan. Sejumlah gereja dinilai tidak lagi berorientasi pada dunia tetapi hanya berorientasi pada Surga. Dalam bukunya, Meng-hari-ini-kan Injil di Bumi Pancasila, Ebenhaizer I. Nuban Timo mengemukakan adanya empat paradigma yang keliru tentang misi. Tulisan ini merupakan upaya untuk menilai apakah keempat paradigma yang keliru ini juga ada di dalam Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Namo Buah Silebo-Lebo (NBS), kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif melalui studi kepustakaan dan wawancara. Studi kepustakaan dilakukan dengan menelusuri sejumlah tulisan mengenai misi gereja dan juga sejumlah dokumen GBKP NBS. Sementara itu, wawancara dilakukan terhadap beberapa komponen masyarakat. yang diwawancarai antara lain: Mantan Kepala Desa NBS, pemimpin jemaat GBKP NBS, sejumlah anggota dan pengurus beberapa kategorial GBKP NBS. Hasilnya, keempat kekeliruan paradigma misi yang disimpulkan oleh Timo di atas ternyata juga ditemukan dalam GBKP NBS.
Degradasi Moral Generasi Z: Suatu Tinjauan Etis Teologis terhadap Penggunaan Internet Dwi Meinanto; Bobby Kurnia Putrawan; Amran Simangunsong
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v3i1.86

Abstract

The development of the times marked by the rapid advancement of technology has a positive and negative impact, according to the Wibawanto, the impact of the development of technology that is so fast also affected the generation of Z, which is generation born in 1995-2000 which is also called the Internet generation. One of the impact negative technological developments for the Z generation is Phubbing originating from the word phones and snubbing which can be interpreted with actions that hurt others socially, because they are more focused on smartphones than social interactions in real terms. Apart from that other negative impacts are addicted to the internet. These things can lead to moral degradation of children belonging to the Genis Z. Theological ethical review will be the answer to the problem of the moral degradation, because it bases all the moral values of Jesus 'character and Jesus' teachings in the corner of the Characterology. This writing uses a quantitatic method through library research so as to produce a result of theological ethical review where the Word of God teaches everyone to love each other and build unity so that everyone accept God's blessings.  Perkembangan Zaman yang ditandai dengan Pesatnya Kemajuan Teknologi memiliki dampak positif dan juga negatif, Menurut Wibawanto, dampak perkembangan Teknologi yang begitu cepat juga sangat berimbas kepada Generasi Z yaitu Generasi yang lahir pada Tahun 1995-2000 yang disebut juga dengan Generasi Internet. Salah satu imbas Negatif perkembangan teknologi bagi Generasi z adalah Phubbing yang berasal dari kata Phone dan Snubbing yang dapat diartikan dengan Tindakan yang menyakiti orang lain secara sosial, karena lebih terfokus kepada Smartphone daripada interaksi sosial secara nyata. Selain daripada itu dampak negative lainya adalah Kecanduan Internet. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan degradasi moral anak-anak yang tergolong dalam Generasi Z. Tinjauan Etis Teologis akan menjadi jawaban bagi Problematikan Degradasi Moral tersebut, karena mendasarkan semua nilai moral dari Karakter Yesus dan Ajaran Yesus dalam Sudut padangan Karakterologi. Penulisan ini menggunakan metode Kuantitatis melalui Penelitian kepustakaan sehingga menghasilkan sebuah hasil Tinjauan Etis Teologis dimana Firman Tuhan mengajarkan utntuk setiap orang mengasihi sesamanya dan membangun kesatuan supaya setiap orang menerima berkat Tuhan. The development of the times marked by the rapid advancement of technology has a positive and negative impact, according to the Wibawanto, the impact of the development of technology that is so fast also affected the generation of Z, which is generation born in 1995-2000 which is also called the Internet generation. One of the impact negative technological developments for the Z generation is Phubbing originating from the word phones and snubbing which can be interpreted with actions that hurt others socially, because they are more focused on smartphones than social interactions in real terms. Apart from that other negative impacts are addicted to the internet. These things can lead to moral degradation of children belonging to the Genis Z. Theological ethical review will be the answer to the problem of the moral degradation, because it bases all the moral values of Jesus 'character and Jesus' teachings in the corner of the Characterology. This writing uses a quantitatic method through library research so as to produce a result of theological ethical review where the Word of God teaches everyone to love each other and build unity so that everyone accept God's blessings. Keywords: Degradation, Moral, Generation Z, Christian Ethics, Theological. Abstrak: Perkembangan Zaman yang ditandai dengan Pesatnya Kemajuan Teknologi memiliki dampak positif dan juga negatif, Menurut Wibawanto, dampak perkembangan Teknologi yang begitu cepat juga sangat berimbas kepada Generasi Z yaitu Generasi yang lahir pada Tahun 1995-2000 yang disebut juga dengan Generasi Internet[1]. Salah satu imbas Negatif perkembangan teknologi bagi Generasi z adalah Phubbing yang berasal dari kata Phone dan Snubbing[2] yang dapat diartikan dengan Tindakan yang menyakiti orang lain secara sosial, karena lebih terfokus kepada Smartphone daripada interaksi sosial secara nyata. Selain daripada itu dampak negative lainya adalah Kecanduan Internet. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan degradasi moral anak-anak yang tergolong dalam Generasi Z. Tinjauan Etis Teologis akan menjadi jawaban bagi Problematikan Degradasi Moral tersebut, karena mendasarkan semua nilai moral dari Karakter Yesus dan Ajaran Yesus dalam Sudut padangan Karakterologi. Penulisan ini menggunakan metode Kuantitatis melalui Penelitian kepustakaan sehingga menghasilkan sebuah hasil Tinjauan Etis Teologis dimana Firman Tuhan mengajarkan utntuk setiap orang mengasihi sesamanya dan membangun kesatuan supaya setiap orang menerima berkat Tuhan.[1]H. Wibawanto,“GenerasiZdanPembelajarandiPendidikanTinggi.”SimposiumNasional PendidikanTinggi, 2016, 1–12.[2] Lloyd Harper, “How Stop to Phubbing.” Stop Phubbing Start Connecting, 2015. https://www.stopphubbing.com/how-to-stop-phubbing.
Transformasi Kearifan Lokal Berbasis Pendidikan Agama Kristen Multikultural pada Pendidikan Tinggi Imelda Christy Poceratu; Yance Zadrak Rumahuru; Pitersina Christina Lumamuly
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v3i2.128

Abstract

Multicultural education is a progressive approach to transform multicultural education into an urgent need to be carried out in universities, especially in Maluku, as an area that has plural characteristics, and has even experienced social conflicts.  Multicultural education as an instrument of social engineering encourages universities to play a role in instilling awareness in a multicultural society and developing an attitude of tolerance and tolerance torealize the needs and ability to cooperate with all existing differences.  This research uses qualitative methods with a descriptive approach. Through local wisdom owned by the Maluku people, pela gandong culture can be used as a role model for higher education that is multicultural. The implementation of multicultural education in universities, especially Universitas Pattimura, must be able to develop inclusive multiculturalism based on local cultural wisdom in Maluku. AbstrakPendidikan multikultural merupakan suatu pendekatan progresif untuk melakukan transformasi pendidikan multikultural menjadi urgen untuk dilakukan di Perguruan Tinggi, khususnya di Maluku, sebagai daerah yang memiliki karakteristik kemajemukan, bahkan pernah mengalami konflik sosial. Untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi sebuah rekayasa sosial dapat dilakukan di perguruan tinggi melalui pendidikan multikultur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Melalui kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Maluku yaitu budaya pela gandong dapat dijadikan role model bagi Pendidikan tinggi yang bersifat multikultural. Implementasi Pendidikan multikultural di Perguruan Tinggi, khususnya Universitas Pattimura harus dapat mengembangkan multikulturalisme yang bersifat inklusif yang didasari pada kearifan budaya lokal di Maluku.
Pray, Praise and Worship: Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini Nitani Harita; Hendro Hariyanto Siburian
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v3i2.129

Abstract

One of the problems found at the level of early childhood education is the undeveloped spiritual intelligence. The undevelopment of spiritual intelligence in class A of TK Harapan Bangsa, characterized by undevelopment  in terms of care, meaning and value, self-control and love. Early childhood is a golden period that requires stimulation and guidance to develop all its potential and spiritual intelligence. Therefore, researchers applied Pray, Praise and Worship activities to develop the spiritual intelligence of students in class A TK Harapan Bangsa. The results of implementing PPW in an effort to develop students' spiritual intelligence are an average of 85% each indicator of spiritual intelligence is well developed. So, it can be concluded that the application of PPW can develop early childhood spiritual intelligence. AbstrakPermasalahan yang ditemukan pada jenjang pendidikan anak usia dini salah satunya adalah belum berkembangnya kecerdasan spiritual. Belum berkembangnya kecerdasan spiritual di kelas A TK Harapan Bangsa, ditandai dengan belum berkembangnya dalam hal kepedulian, memberi makna dan nilai, pengendalian diri dan kasih. Anak usia dini merupakan masa emas yang membutuhkan stimulasi dan bimbingan untuk mengembangkan semua potensi dan kecerdasan spiritual yang dimilikinya. Oleh karena itu, peneliti menerapkan kegiatan Pray, Praise and Worship (PPW) untuk mengembangkan kecerdasan spiritual peserta didik di kelas A TK Harapan Bangsa. Hasil penerapan PPW dalam upaya mengembangkan kecerdasan spiritual peserta didik sebesar rata-rata 85% tiap indikator kecerdasan spiritual berkembang dengan baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan PPW dapat mengembangkan kecerdasan spiritual anak usia dini.
Tahun Sabat dan Tahun Yobel dalam Imamat 25 Nepho Gerson Laoly
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v3i2.130

Abstract

The Sabbath and Jubilee years already existed in Ancient Israel, first recorded in Leviticus 25. Explanation is needed in distinguishing the Sabbath and Jubilee in Leviticus 25 from the Sabbaths in other texts. The existence of differences in understanding of the Sabbath such as the value of the Sabbath from only one heart to one year needs to be explained clearly. Using the method of exegesis by looking at the grammar and history of Leviticus 25 is useful for entering into the Sabbath and Jubilee Year laws. The Sabbath and Jubilee laws were used as a period of rest for farmland, farmland, property rights, and debt slaves. The word abaton (שַׁבָּת֥וֹן) is a term to stop all activities at a predetermined time. ten years is often achieved as the fiftieth year, but the Jubilee year lasts forty-nine days, in the seventh month only the tenth of the Israelite calendar. AbstrakTahun Sabat dan Tahun Yobel sudah ada di masa Israel Kuno, tercatat pertama sekali di Imamat 25. Penjelasan diperlukan dalam membedakan Sabat dan Yobel di Imamat 25 dengan Sabat di teks lainnya. Adanya perbedaan pemahaman Sabat seperti nilai waktu Sabat mulai hanya satu hati menjadi satu tahun perlu dipaparkan dengan jelas. Menggunakan metode eksegese dengan melihat gramatika dan historis Imamat 25 berguna untuk masuk ke dalam hukum Tahun Sabat dan Tahun Yobel. Hukum Sabat dan Yobel telah digunakan sebagai masa beristirahat bagi tanah pertanian, pengembalian hak kepemilikan tanah, dan pembebasan para budak hutang. Kata Šabaton (שַׁבָּת֥וֹן) menjadi istilah untuk berhenti dari segala aktifitas pada masa yang telah ditentukan. Kendati Yobel sering dipahami sebagai tahun ke lima puluh, tetapi tahun Yobel hanya berlansung selama empat puluh Sembilan hari, pada bulan ketujuh hari ke sepuluh kalender Israel.
Isu Perlindungan Anak sebagai Bagian Pelayanan Holistik Gereja Nathalia Kenny Merian Mamonto; Priyantoro Widodo
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v3i2.131

Abstract

The issue of child protection is an urgent step that needs special attention by all societies.  The massive level of violence against children in society and also in the church environment often cannot be denied together, of course it must involve the church in efforts to prevent violence against the child.  The church, which is God's instrument for the world, should be able to provide solutions in efforts to prevent child violence that continues to increase in Indonesia, which also certainly has an impact on children's health in the future. Child-oriented ministry should be part of holistic church ministry. Where through the ministry of children the church can be involved in prevention efforts. In such a ministry, of course, a leader who has a vision for the child is needed and through the existing vision the leader will focus on strengthening Christian religious education in the church with the aim of increasing the resilience of faith in the family of each member of the congregation so that with strong faith parents are able to educate their children correctly based on the Word of God. This paper uses the qualitative method with descriptive explanations, with the presentation of data from various existing sources, both literatures, and online-based data to be able to describe acts of violence against children in Indonesia and their impact on children and how this issue of child protection is of concern to the church through its holistic ministry. The existing data is collected, organized in certain categories or themes and then presented in a descriptive manner.  The Child-Friendly Church was used as a proposal in an effort to prevent violence against children that could be carried out by the church.  AbstrakIsu perlindungan anak adalah sebuah langkah urgen yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari segala lapisan masyarakat yang ada. Masifnya tingkat kekerasan terhadap anak dalam masyarakat dan juga dalam lingkungan gereja kerapkali tidak dapat dipungkiri bersama, tentunya harus melibatkan gereja dalam upaya pencegahan kekerasan terhadap anak tersebut. Gereja yang merupakan instrumen Allah bagi dunia seharusnya dapat memberikan solusi dalam upaya pencegahan terhadap kekerasan anak yang terus meningkat di Indonesia, yang juga tentunya memiliki dampak terhadap kesehatan anak di masa yang akan datang.  Pelayanan yang berorientasi terhadap anak seharusnya menjadi bagian dalam pelayanan gereja secara holistik. Dimana lewat pelayanan terhadap anak gereja dapat terlibat dalam upaya pencegahan. Dalam pelayanan semacam itu, tentunya diperlukan pemimpin yang memiliki visi terhadap anak dan melalui visi yang ada pemimpin akan berfokus pada penguatan pendidikan agama Kristen dalam gereja dengan tujuan meningkatkan ketahanan iman dalam keluarga tiap-tiap anggota jemaat sehingga dengan iman yang kuat orang tua mampu mendidik anak-anak mereka secara benar berdasarkan Firman Tuhan. Tulisan ini mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dengan penyajian data-data dari berbagai sumber yang ada baik literatur, maupun data berbasis online untuk dapat menguraikan mengenai tindak kekerasan terhadap anak di Indonesia serta dampaknya bagi anak serta bagaimana isu perlindungan anak ini menjadi perhatian gereja melalui pelayanan holistiknya. Data yang ada dikumpulkan, disusun  dalam kategori-kategori atau tema-tema tertentu dan  kemudian disajikan secara desktriptif. Gereja Ramah Anak dijadikan sebagai sebuah usulan dalam upaya pencegahan kekerasan terhadap anak yang dapat dilakukan oleh gereja.
Kode Etik dan Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Kristen: Upaya Meningkatkan Karakter Anak Hana Hana; Yonatan Alex Arifianto; Reni Triposa
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v3i2.132

Abstract

This paper describes the role of the ethical code and professionality of Christian religious education teachers on the character of children. The importance of the role of the code of ethics and the teacher professionality is to provide good examples and play a role in instilling positive character values for children's character. In addition, teachers do not only transfer knowledge to children but also teach Christian values, namely the cultivation of the living character of the person of Jesus Christ. Using descriptive qualitative methods, it can be concluded that to educate and shape children to the true values of life and to encourage and direct students to good character, teachers who are professional and have characters that meet the standards and teachers who have the potential and creativity in empowering the learning process are needed. teaching is an ethical and professional teacher. AbstrakTulisan ini mendeskripsikan tentang peran kode etik dan profesionalitas guru pendidikan agama Kristen terhadap karakter anak. Pentingnya peran kode etik dan profesionalitas guru pendidikan agama Kristen adalah untuk memberikan keteladanan yang baik serta berperan untuk memberikan penanaman nilai-nilai karakter yang positif kepada karakter anak. Seorang guru harus memahami bahwa tugas dalam profesinya bukan hanya untuk sekedar mentransfer ilmu pengatahuan semata kepada anak tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kekristenan yaitu penanaman kebiasaan atau tabiat hidup dari pribadi Tuhan Yesus.  Mengunakan metode kualitatif deskriptif dapat disimpulkan bahwa untuk mendidik serta membentuk anak kepada nilai-nilai hidup yang benar dan mendorong serta mengarahkan anak didik kepada karakter yang baik dibutuhkan guru yang profesional dan memiliki karakter yang memenuhi standar serta guru yang memiliki potensi dan kreatifitas dalam memberdayakan proses belajar mengajar yaitu guru yang beretika dan profesional.