cover
Contact Name
Johanes Hasugian
Contact Email
johaneswhasugian@gmail.com
Phone
+6285265222617
Journal Mail Official
johaneswhasugian@gmail.com
Editorial Address
johaneswhasugian@gmail.com
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
ISSN : 27216020     EISSN : 2721432X     DOI : 10.46305
Core Subject : Religion, Education,
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi dan pendidikan agama Kristen, dengan nomor ISSN: 2721-432X (online), ISSN: 2721-6020 (print), yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara, Medan. Focus dan Scope penelitian IMMANUEL adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Praktika Pendidikan Agama Kristen IMMANUEL menerima artikel dari dosen dan para praktisi teologi yang ahli di bidangnya, dari segala institusi teologi yang ada, baik dari dalam maupun luar negeri. Artikel yang telah memenuhi persyaratan akan dinilai kelayakannya oleh reviewer yang ahli di bidangnya melalui proses double blind-review. IMMANUEL terbit dua kali dalam satu tahun, April dan Oktober
Articles 60 Documents
Strategi Pemecahan Masalah Pelayanan Pastoral Kontekstual Berdasarkan Yohanes 4:1-26 dan Pemuridan Masa Kini Sabda Budiman; Harming Harming
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 1 (2021): APRIL 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i1.26

Abstract

This article describes problem solving strategies in pastoral ministry. The problem solving strategy is certainly carried out with a contextual approach. It means that the principles of pastoral service are aligned with local situations and conditions. This article describes problem solving strategies based on John 4:1-26, by looking at Jesus' example in solving problems experienced by Samaritan women. Furthermore, this article also describes the follow-up service that can be done to the counselor when it is served. The purpose is of course for the counselor to draw closer and to know Christ more deeply and for the counselor to continue to grow. The method used in this study is a qualitative method with a descriptive approach.AbstrakArtikel ini menjelaskan tentang strategi pemecahan masalah dalam pelayanan pastoral. Strategi pemecahan masalah tersebut tentunya dilakukan dengan pendekatan kontekstual. Artinya bahwa prinsip-prinsip pelayanan pastoral itu diselaraskan dengan situasi dan kondisi setempat. Artikel ini memaparkan strategi pemecahan masalah berdasarkan Yohanes 4:1-26, dengan melihat teladan Yesus dalam memecahkan masalah yang dialami oleh perempuan Samaria. Lebih jauh, artikel ini juga menjelaskan tentang pelayanan follow up yang dapat dilakukan kepada konseli ketika sudah dilayani. Tujuannya tentu agar konseli semakin dekat dan mengenal Kristus lebih dalam lagi serta agar konseli terus bertumbuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Peran Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga di Era Digital terhadap Pembentukan Spiritualitas dan Moralitas Anak Fredik Melkias Boiliu; Meyva Polii
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v1i2.18

Abstract

This article discusses the role of Christian religious education in families in the digital era to improve children's spirituality and morality. The digital era is an era where everything is instantaneous and fast. In this era, all human activities are carried out online, be it work activities, education and also worship. These online activities have both positive and negative impacts. By using a descriptive-analytical method,in this paper the author discusses the negative impact of online activities on children's spirituality and morality. Spirituas and morality are the main and foremost things for children's lives or things that are very basic for children. Therefore, parents have a very important role in the family to shape the spiritual and moral of the child because good or bad spiritual and moral children depend on the role of parents in the family. In the family, parents must play their role as the first and foremost role in improving children's spirituality and morality through the role of parents as teachers, educators, mentoring, motivators, and role models.AbstrakArtikel ini membahas tentang bagaimana peran pendidikan agama Kristen dalam keluarga di era digital untuk meningkatkan spiritualitas dan moralitas anak. Era digital merupakan era di mana semua serba instan dan serba cepat. Pada era ini, semua aktifitas manusia dilakukan secara online baik itu aktivitas pekerjaan, pendidikan dan juga beribadah. Aktivitas yang dilakukan secara online ini memiliki dampak yang positif dan negatif. Dengan menggunakan metode deskriptif-analitis, dalam tulisan ini penulis membahas dampak negatif dari kegiatan secara online terhadap spiritualitas dan moralitas anak. Spiritualitas dan moral merupakan hal yang utama dan terutama bagi kehidupan anak atau hal yang sangat mendasar bagi anak. Oleh sebab itu, orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam keluarga untuk membentuk spiritual dan moral anak karena baik atau buruknya spiritual dan moral anak tergantung pada peran orangtua dalam keluarga. Dalam keluarga orangtua harus memainkan peranannya sebagai yang pertama dan utama dalam meningkatkan spiritualitas dan moralitas anak melalui peran orangtua sebagai guru, pendidik, mentoring, motivator, role model.
Iman yang Bertumbuh melalui Keteladanan Hamba Tuhan Arniman Zebua
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 1 (2020): APRIL 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v1i1.6

Abstract

The servant of God is an instrument in God's hands to bring God's people to grow in faith. The faith growth of the church is very important because, it can bring God's people to be able to survive in the problems of life that is experienced. For that, The servant of God needs to understand their duty and function. The servant of God, in the midst of the church is tasked as a counselor, preacher, role model, leader and agent of change. These four tasks are like links that cannot be separated. So, The servant of God cannot ignore one another.AbstrakHamba Tuhan adalah alat di tangan Tuhan untuk membawa umat Tuhan hidup bertumbuh dalam iman. Pertumbuhan iman jemaat sangatlah penting karena, hal itu dapat membawa umat Tuhan untuk bisa bertahan dalam persoalan hidup yang dialami. Untuk itu, hamba Tuhan perlu memahami tugas dan fungsinya. Hamba Tuhan di tengah jemaat bertugas untuk menjadi konselor, pengkhotbah, teladan, pemimpin dan agen perubahan. Keempat tugas ini ibarat mata rantai yang tidak bisa dipisahkan. Jadi, hamba Tuhan tidak bisa mengabaikan satu dengan yang lainnya.
Kearifan Lokal Masyarakat Tapanuli Utara sebagai Wahana dalam Membangun Toleransi Umat Beragama Oloria Malau; Ratna Saragih; Rencan Carisma Marbun; Robinson Simanungkalit; Melinda Siahaan
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 1 (2021): APRIL 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i1.20

Abstract

The Batak ethnic community consisting of the Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak and Mandailing communities are North Tapanuli people who adhere to Christianity, Catholicism and Islam. The North Tapanuli people inhabit the Tarutung sub-district, Sipoholon sub-district, Siborong-borong district, Pahae Julu district. , Pahae Jae District, Sipahutar District, Pangaribuan District and Garoga District. . With a pluralistic community background consisting of various religions, the people of North Tapanuli can maintain tolerance between religious believers. It is proven that until now there has not been any conflict between religious groups. The purpose of this research is to examine how the North Tapanuli community builds tolerance between religious believers. In addition, what potential does North Tapanuli have that are used in building tolerance. This research uses qualitative research with a phenomenological approach by conducting observations and interviews and literature study is used in this study. The results of this study indicate that Dalihan Na Tolu as the Kinship System of the Batak community is the local wisdom of the North Tapanuli community. This kinship concerns kinship ties with blood ties (one offspring) and marital ties. Local keariophan has the potential to build tolerance between people. This study concludes that the people of North Tapanuli can build tolerance between religious believers because their local wisdom lives and develops in that community and is hereditary.AbstrakMasyarakat Batak di Tapanuli Utara meliputi Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak dan Mandailing yang menganut agama Kristen, Katolik dan Islam. MasyarakatTapanuli Utara mendiami wilayah kecamatan Tarutung, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Siborong-borong, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pahae Jae, KecamatanSipahutar, Kecamatan Pangaribuan dan Kecamatan Garoga. Dengan latar belakang masyarakat majemuk agama, masyarakat Tapanuli Utara dapat memelihara toleransi antarumat beragama.Terbukti sampai saat ini belum ditemui konflik antaruamat beragama. Tujuan penelitian  untuk mengkaji bagaimana masyarakat Tapanuli Utara membangun toleransi antarumat beragama. Selain itu, potensi apa yang dimiliki Tapanuli Utara yang digunakan dalam membangun toleransi. Penelitian ini mengunakan penelitian kualititatif dengan pendekatan fenomenologi dengan melakukan observasi dan wawancara serta studi pustaka. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Dalihan na Tolu sebagai sistem kekerabatan masyarakat Batak merupakan kearifan lokal masyarakat Tapanuli Utara. Kekerabatan ini menyangkut hubungan kekeluargaan beradasrakan ikatan darah (satu keturunan) dan ikatan perkawinan. Kearifan lokal memiliki potensi dalam membangun toleransi antarumat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat Tapanuli Utara dapat membangun toleransi antarumat beragama dikarenakan kearifan lokal yang dimiliki mereka hidup dan berkembang di masyarakat tesebut dan secara turun-menurun. 
Melampaui Eksegesis dan Eisegesis: Tinjauan Kritis terhadap Hermeneutika Teologi Pembebasan Agus Kriswanto
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v1i2.10

Abstract

Liberation Theology as a movement and theological method has a unique hermeneutical approach. The way they study the Bible begins with studying their real life situations, then they identify the answers the Bible gives to their real problems. Interpreting the Bible starting from the context by some scholar was considered as an act of eisegesis, and not exegesis. Thus, this paper aims to review the hermeneutical approach used by Liberation Theology movement. This research is a qualitative research using descriptive-analytical method. Liberation Theology's hermeneutical approach is clearly outlined. Furthermore, the analysis of this approach is carried out by tracing its philosophical basis. In this way, one can judge the hermeneutics of Liberation Theology fairly and proportionally. The view being argued in this paper is that criticism of the hermeneutical approach of Liberation Theology is not properly positioned in the contradiction between exegesis and eisegesis, but it needs to be understood as beyond the contradiction. Although this approach starts its hermeneutic circle from context to text, that does not mean it cannot be justified. Pre-understanding before reading the text is raised clearly so that it can be spoken about with the intention of the text being read. It is in the process of dialoguing the context with the biblical text that the "meaning" is formed. The relationship between text and context is not understood as a linear one-way movement, but as an interconnected circle.AbstrakTeologi Pembebasan sebagai sebuah gerakan dan metode berteologi memiliki pendekatan hermeneutik yang unik. Cara mereka mempelajari Alkitab dimulai dengan mempelajari situasi nyata kehidupan mereka, lalu dengan itu, mereka mengidentifikasi jawaban-jawaban yang diberikan oleh Alkitab atas persoalan nyata mereka tersebut. Memaknai teks berangkat dari konteks oleh sebagian orang dianggap sebagai tindakan eisegesis, dan bukan eksegesis. Karena itu, tulisan ini bertujuan untuk meninjau pendekatan hermeneutik yang digunakan oleh gerakan Teologi Pembebasan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode  deskriptif-analitis. Deskripsi garis besar pendekatan hermeneutik Teologi Pembebasan diuraikan secara jelas. Selanjutnya, analisis terhadap pendekatan tersebut dilakukan dengan cara merunut dasar filosofisnya. Dengan cara demikian, seseorang dapat menilai hermeneutika Teologi Pembebasan secara adil dan proporsional. Pandangan yang diajukan dalam tulisan ini adalah bahwa kritik terhadap pendekatan hermeneutika Teologi Pembebasan tidak tepat jika diposisikan dalam pertentangan antara eksegesis dan eisegesis, melainkan perlu dipahami sebagai yang melampaui pertentangan tersebut. Meskipun pendekatan ini memulai lingkaran hermeneutiknya dari konteks ke teks, bukan berarti tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pra-paham sebelum membaca teks diangkat dengan terang untuk dapat dipercakapkan dengan intensi teks yang dibaca. Dalam proses mendialogkan konteks dengan teks Alkitab tersebutlah “makna” dibentuk. Hubungan antara teks dan konteks tidak dipahami sebagai gerakan satu arah yang linear, melainkan sebagai lingkaran yang saling terhubung.
Pelayanan Diakonia: Upaya Gereja dalam Mengentaskan Kemiskinan bagi Warga Jemaat Yunardi Kristian Zega
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i2.64

Abstract

The increase in the number of poor people during the current COVID-19 pandemic is a serious challenge. The COVID-19 pandemic has changed almost all of the living arrangements of most people. This can be seen from the increasing economic crisis in people's lives which is increasingly concerning. One of the causes is quite significant, because many companies do mass layoffs of employees due to the economic crisis in the company. This also affects many people who lose the only job that supports their daily needs. Therefore, to reduce the level of poverty among the people and assist the government in dealing with these problems, the church can take on its role. Therefore, the purpose of this paper is to provide an overview or concept of the role of the church in alleviating the problem of poverty in the midst of the congregation. The research method used is library research with a descriptive qualitative approach. The results of this research, namely: First, the church needs to make training that can develop the abilities (skills) of each congregation. Second, the church needs to be an example in terms of work and in building awareness to help the poor. Third, the church needs to build healthy congregational spiritual growth. AbstrakPeningkatan jumlah masyarakat miskin di masa pandemi covid 19 saat ini, menjadi sebuah tantangan yang cukup serius. Pandemi covid-19 merubah hampir semua tatanan hidup dari sebagian besar masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya krisis ekonomi dalam kehidupan masyarakat yang semakin memprihatinkan. Salah satu penyebab yang cukup signifikan, karena banyak perusahaan melakukan pemecatan secara massal kepada karyawan akibat terjadinya krisis ekonomi di perusahaan tersebut. Hal ini pun berimbas kepada banyaknya orang yang kehilangan satu-satunya pekerjaan yang menghidupi kebutuhan mereka sehari-hari. Oleh sebab itu, untuk mengurangi tingkat kemiskinan di kalangan masyarakat dan membantu pemerintah dalam menghadapi persoalan tersebut, gereja dapat mengambil perannya. Untuk itu, tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran atau konsep mengenai peran gereja dalam mengentaskan persoalan kemiskinan di tengah-tengah jemaat. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Adapun hasil dari penelitian ini, yakni: Pertama, gereja perlu membuat pelatihan yang dapat mengembangkan kemampuan setiap Jemaat. Kedua, gereja perlu menjadi teladan dalam hal bekerja dan dalam membangun kesadaran untuk menolong kaum miskin. Ketiga, gereja perlu membangun pertumbuhan spiritualitas jemaat yang sehat.
Implikasi atas Ketidaksesuaian Gambaran Manusia yang Menjadi Landasan Pemikiran Kapitalisme dan Ajaran Kristen Hendro Setiawan
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i2.79

Abstract

Within the limitations of human reason, every product of human thought is always built on certain basic postulates or assumptions. It is not possible for humans to use the whole reality of life with all its complexity as the basis of a thought. Thus, the necessity of using postulates as a basis for developing a thought is human and acceptable. Concepts in social sciences are built on the basis of certain postulates of human images that are limited, not comprehensive. The economic system of capitalism as a product of human thought is also built on the postulate of a limited human picture. Every social science theory is built on the basis of a particular human image. Based on this human image, the whole conceptual framework is built to achieve the good that is the goal. The economic system of capitalism today is the system used in the majority of the world throughout the world. This is mainly due to globalization. Globalization expands the network of capitalism to all corners of the world. The use of the capitalist system has broad implications for the application of other systems such as a democratic political system, a free trade system, legal recognition of human freedom, globalization, etc. As a result, the capitalist system has a very significant influence on the way of life of the majority of the world's people today. Therefore, research on the suitability of the human picture that postulates the economic system of capitalism with Christian teachings is something important and worth doing. The purpose of this study is to describe and reflect the suitability of the human image which is the postulate of the economic system of capitalism with the human image in Christian teachings, and to achieve this goal, descriptive-qualitative method is used. Based on the research conducted, it was found that a suitable picture would have implications for strengthening each other. On the other hand, an unsuitable picture brings confusion as a consequence of the congregation living its religion in the midst of the world. It is the duty of the mission of the Church to continue to reflect and anticipate things that can hinder the proclamation.AbstrakDalam keterbatasan akal budi manusia, setiap produk pemikiran manusia selalu dibangun berdasar postulat atau asumsi dasar tertentu. Tidak memungkinkan bagi manusia untuk menggunakan keseluruhan kenyataan kehidupan dengan segala kompleksitasnya sebagai dasar sebuah pemikiran. Dengan demikian, keniscayaan penggunaan postulat sebagai landasan mengembangkan suatu pemikiran adalah bersifat manusiawi dan dapat diterima. Konsep-konsep dalam ilmu pengetahuan sosial dibangun dengan menggunakan landasan postulat gambaran manusia tertentu yang terbatas, tidak menyeluruh. Sistem ekonomi kapitalisme sebagai produk pemikiran manusia, juga dibangun lewat postulat suatu gambaran manusia yang terbatas. Setiap teori ilmu sosial dibangun atas dasar gambaran manusia tertentu. Berdasarkan gambaran manusia itulah, seluruh kerangka konsep dibangun untuk mencapai kebaikan yang menjadi tujuannya. Sistem ekonomi kapitalisme dewasa ini merupakan sistem yang digunakan di mayoritas dunia di seluruh dunia. Ini disebabkan terutama karena globalisasi. Globalisasi meluaskan jaringan kapitalisme ke seluruh penjuru dunia. Penggunaan sistem kapitalisme punya implikasi luas terhadap penerapan sistem-sistem lain seperti sistem politik demokrasi, sistem perdagangan bebas, pengakuan hukum atas kebebasan manusia, globalisasi, dll. Akibatnya, sistem kapitalisme punya pengaruh yang sangat signifikan terhadap cara hidup mayoritas masyarakat dunia masa ini. Karena itu, penelitian atas kesesuaian gambaran manusia yang menjadi postulat sistem ekonomi kapitalisme dengan ajaran Kristen adalah sesuatu yang penting dan layak untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan merefleksikan kesesuaian gambaran manusia yang menjadi postulat sistem ekonomi kapitalisme dengan gambaran manusia dalam ajaran Kristen, dan untuk mencapai tujuan itu digunakan metode deskriptif-kualitatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa gambaran yang sesuai akan berimplikasi pada penguatan satu sama lain. Sebaliknya, gambaran yang kurang sesuai membawa konsekwensi kebingungan jemaat yang menghidupi agamanya di tengah dunia. Sudah menjadi tugas perutusan Gereja untuk terus merefleksikan dan mengantisipasi hal-hal yang dapat menghalangi pewartaan.
Perjumpaan Injil dengan Adat Batak: Memperbarui dan Menguatkan Eka Helena Siregar; Elson Lingga; Mastia Lelyna Sinaga
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i2.80

Abstract

The churches which being in midst of culture and custom of batak are result of mission in a long time. Gospel come and meet with Batak culture, face wrestling  so that make difficult for have roots and growing and produce a church on the final as we can see today. The church stand in the centre of culture  after culture roots and growing in a long time. They said that  batak culture is  their  identity.  With that reason, Church very important to know and understand about batak custom. The church also  have to wise when its meet with Batak culture. That is important so that Christians not loosing those identity and culture, and on the other side  nor to bring out sincritism on the church. This study aims to describe the encounter of the Bible with batak customs, including how to respond to customs in the preaching of the Gospel by the Church. The research method used is library research through which various information can be collected and then elaborated for the sake of achieving research objectives. AbstrakGereja yang ada sekarang ini di tengah budaya dan adat istiadat orang batak merupakan hasil penginjilan dalam kurun waktu yang tidak singkat. Injil yang masuk berjumpa dengan adat istiadat orang batak, mengalami pergulatan yang tidak mudah untuk dapat berakar dan bertumbuh, hingga pada akhirnya menghasilkan Gereja sebagaimana adanya sekarang. Gereja berdiri di tengah budaya dan adat istiadat yang telah tertanam terlebih dulu dalam kehidupan orang-orang batak, bahkan menjadi identitas kehidupan mereka. Oleh karena itu, Gereja perlu memiliki pemahaman yang benar terhadap adat istiadat, khususnya adat istiadat batak. Gereja juga harus bertindak bijak ketika diperhadapkan dengan adat istiadat batak, sehingga di satu sisi tidak menjadikan orang-orang Kristen di tanah batak kehilangan identitas dan budayanya, namun juga tidak memunculkan sinkritisme di tengah Gereja. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perjumpaan Injil dengan adat batak, termasuk bagaimana menyikapi adat istiadat dalam pemberitaan Injil oleh Gereja. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka yang melaluinya berbagai informasi dapat dihimpun dan kemudian dielaborasi demi kepentingan pencapaian tujuan penelitian.
Model Penanaman Nilai Karakter Disiplin Mahasiswa dalam Meningkatkan Sumber Daya Unggul di Era 4.0 Urbanus Urbanus
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i2.82

Abstract

The purpose of this study is to find out the model for inculcating the value of disciplinary character by lecturers to foster student discipline character values in increasing superior resources in the 4.0 era. This research is motivated by the lack of student discipline in learning. It can be seen that students are late in collecting assignments from the allotted time and the results of the work done. This research uses descriptive qualitative research with 7 students as the research subject. Data collection techniques were carried out by means of observation and interviews. Furthermore, data analysis, data presentation and conclusions are made. The results of this study indicate that the model for inculcating student discipline character values in improving superior resources in the 4.0 era is the habituation model, the exemplary model and the coaching model. The value of disciplined character is a positive attitude that affects students' abilities, so that they have superior resources in the 4.0 era. AbstrakTujuan dari penelitian ini untuk mengetahui model penanaman nilai karakter disiplin yang dilakukan dosen untuk menumbuhkan nilai karakter disiplin mahasiswa dalam meningkatkan sumber daya unggul di era 4.0.  Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya disiplin mahasiswa dalam belajar.  Hal tersebut terlihat keterlambatan mahasiswa dalam mengumpulkan tugas dari waktu yang telah ditentukan dan hasil tugas yang dikerjakan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan subjek penelitian 7 orang mahasiswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Selanjutnya dilakukan analisis data, penyajian data dan membuat kesimpulan.  Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model penanaman nilai karakter disiplin mahasiswa dalam meningkatkan sumber daya unggul di era 4.0 yaitu model pembiasaan, model keteladanan dan model pembinaan. Nilai karakter disiplin merupakan sebuah sikap positif yang memengaruhi kemampuan mahasiswa, sehingga memiliki sumber daya unggul di era 4.0.
Niniwe yang Jahat juga Milik Allah: Fondasi Konstruksi Misi Allah dalam Yunus 3:1-4:11 Eliyunus Gulo; Barnabas Ludji; Pelita Hati Surbakti
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i2.34

Abstract

The story of Jonah who was in the belly of the big fish is a familiar story to all Christians. However, the debate around the historical character of Jonah has made many Christians forget about the main message of this book. Therefore a number of interpreters suggest that we should get out of this historicity debate and focus on its theological themes and messages. Through this paper, the authors try to focus on exploring the main theme and to answer this, the author conducted a qualitative research using “God's mission” as a hermeneutical framework for the text of Jonah 3:1-4:11. Through this framework, proposed by Christopher J. H. Wright, the Portrait of God and His Mission is the theme that the book intends to carry. The message is that the church as its readers can understand the portrait of God and His Mission. This sort of understanding is then expected to become the foundation for the church in carrying out its mission activities. AbstrakKisah Yunus dalam perut ikan besar merupakan kisah yang akrab bagi semua orang Kristen. Namun demikian, perdebatan mengenai historisitas tokoh Yunus akibat kisah ini telah membuat sebagai orang Kristen lupa mengenai tema dan pesan dari kitab ini. Karena itu sejumlah penafsir menyarankan agar kita sebaiknya keluar dari perdebatan historisitas ini dan berfokus pada tema dan pesan teologisnya. Melalui tulisan ini, penulis mencoba mengikuti usulan tersebut dan berfokus pada penggalian tema apa yang hendak disampaikan melalui kitab ini. Untuk menjawabnya, penulis melakukan penelitian kualitatif dengan menggunakan “misi Allah” sebagai bingkai kerja penafsiran (hermeneutical framework) terhadap teks Yunus 3:1-4:11. Melalui bingkai kerja yang diusulkan oleh Christopher J. H. Wright ini, maka Potret Allah dan Misi-Nya adalah tema yang hendak diusung melalui kitab ini. Pesannya adalah agar gereja sebagai pembacanya dapat memahami potret Allah dan Misi-Nya. Pemahaman tersebut selanjutnya diharapkan menjadi fondasi bagi gereja dalam menjalankan aktivitas misinya.