cover
Contact Name
Anwar
Contact Email
anwar@unram.ac.id
Phone
+6281907801569
Journal Mail Official
agrimansion@unram.ac.id
Editorial Address
Jalan Majapahit No.62, Gomong, Selaparang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. 83125,
Location
Kota mataram,
Nusa tenggara barat
INDONESIA
Agrimansion: Agribusiness Management & Extension
Published by Universitas Mataram
ISSN : 14118262     EISSN : 27985385     DOI : 10.29303
Jurnal Agrimansion adalah jurnal ilmiah yang memuat tulisan berupa hasil penelitian yang terkait dengan pemikiran/gagasan atau telaahan konseptual/teoritis yang mengkaji aspek-aspek agribisnis dan sosial ekonomi pertanian secara luas seperti manajemen produksi dan pemasaran produk pertanian, penyuluhan dan komunikasi pertanian, kebijakan pembangunan pertanian, perencanaan wilayah, analisis gender, gizi masyarakat dan sosiologi pedesaan. Naskah yang diterima adalah naskah asli yang belum pernah diterbitkan atau dalam proses penerbitan pada publikasi apapun, baik dalam maupun luar negeri.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 4 No 2 (2004): JURNAL AGRIMANSION MEI 2004" : 6 Documents clear
1. STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGROMARIN DI PULAU LOMBOK Anas Zaini
JURNAL AGRIMANSION Vol 4 No 2 (2004): JURNAL AGRIMANSION MEI 2004
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v4i2.113

Abstract

ABSTRAK Pasal 10 UU No.22 Tahun 1999 mengenai otonomi daerah menyatakan bahwa daerah berwenang mengelola sumberdaya alam di wilayah yurisdiksinya. Pengaturan yang lebih spesifik terdapat pada pasal 5 UU No. 25 Tahun 1999 mengenai perimbangan keuangan daerah menyatakan penerimaan yang berasal dari sektor perikanan dibagi dengan proporsi 20 persen pemerintah pusat dan 80 persen untuk pemerintah daerah. Pemberlakuan undang-undang ini berarti menyediakan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan dalam rangka pembangunan agromarin. Oleh karena itu identifikasi berbagai pilihan strategi untuk mengembangkan sektor ini sangat diperlukan. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif, sedangkan analisis data dengan mengkombinasikan teknik SWOT (strength, weakness, opportunity, and threat) dan AHP (analytic hierarchy process). Kesimpulan penelitian mengenai strategi kebijakan dikelompokan kedalam dua level pengambilan keputusan. Pertama strategi pada tingkat perusahaan (industri) yaitu: (1) mengusahakan pasar baru, (2) menjaga pasar yang ada, (3) memperkuat organisasi, (4) mengadakan penelitian dan pengembangan secara kolaboratif, (5) memberi prioritas kepada tenaga kerja lokal. Kedua strategi pada tingkat pemerintah, baik daerah maupun pusat, yaitu: (1) memperbaiki infrastruktur, (2) menghasilkan Perda yang konsisten dan kondusif, (3) mengundang investor baru, (4) memperluas akses informasi pasar, (5) menghasilkan tenaga kerja terampil, dan (6) meningkatkan alokasi kredit bagi industri agromarin. ABSTRACT As stated in article 10 of Act No.22/1999 on regional autonomy, regency governments have authorities in managing their natural resources available in their jurisdiction. Specifically article 5 of Act No. 25/1999 on financial balance argues that revenu generated from fishery sector are allocated as 20 percent for central government and 80 percent for provincial and regency governments. The enactment of these acts has provided opportunities for regency governments to optimally utilize marine and fishery resources in the context of agromarine development. Therefore identification of policy strategies to develop the sector is urgently needed. Research was undertaken by utilizing descriptive method, while data analysis was accomplished by combining SWOT technique (strength, weakness, opportunity, and threat) and AHP (analytic hierarchy process). The research concludes that policy strategies that should be implemented are categorized into two broad levels. First, strategies at industry level, namely: (1) market penetration, (2) maintain existing market, (3) strengthening organization, (4) collaboration in research and development, and (5) provide more priority to local labors. Second, strategies at government level that are: (1) improving infrastructures, (2) producing conducive and consistent regulations, (3) inviting new investors, (4) enhancing access on market information, (5) providing skilled labors, (6) increasing credit allocation to agromarine activities.
2. EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PADA INDUSTRI RUMAHTANGGA GULA AREN DI DESA PEMEPEK LOMBOK TENGAH Adnan H. Muhammad; Efendy Efendy
JURNAL AGRIMANSION Vol 4 No 2 (2004): JURNAL AGRIMANSION MEI 2004
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v4i2.114

Abstract

ABSTRAK Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efisiensi teknis dan efisiensi harga penggunaan faktor produksi pada Industri rumahtangga gula aren telah dilakukan di Desa Pemepek Lombok Tengah dengan metode analisis desktriptif pada 16 responden yaitu masing-masing 8 responden pada Kelompok Usaha bersama (KUB) dan Non KUB. Pengembangan analisis menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan OLS, MLE dan Z-test. Hasil analisis menunjukkan bahwa efisiensi teknis dari penggunaan faktor produksi nira segar, kayu bakar, kayu korot, tenaga kerja wanita dan minyak kelapa pada industri rumahtangga gula aren KUB dan Non KUB telah tercapai dan tidak ada satupun input yang efisien dari aspek harga. Faktor produksi nira segar, tenaga kerja wanita dan minyak kelapa digunakan secara tidak efisien, sedangkan faktor produksi kayu bakar dan kayu korot penggunaannya belum efisien. Demikian juga pada industri rumahtangga gula aren Non KUB tidak ada satupun faktor produksi digunakan secara efisien. Faktor produksi yang tidak digunakan secara efisien yaitu bahan baku nira segar, kayu bakar, tenaga kerja wanita sedangkan belum efisien penggunaannya adalah faktor produksi kayu korot dan minyak kelapa. ABSTRACT This research was carried out to measure technical and price efficiency usages of inputs in Palm Sugar Household Industry. The study was conducted at Pemepek Village Central Lombok using descriptive analysis method interviewing 16 respondents from KUB and Non KUB with 8 respondents each. For extended analysis both Cobb-Douglass production function OLS, MLE and Z-test were used. The result of analysis indicated that technical efficiency of production factors such as fresh “nira”, firewood, korot wood, woman labour and palm oil have been efficient in both KUB and Non-KUB and none of these inputs were efficient in term of price. Production factors such as fresh “nira”, woman labour and palm oil were used inefficiently while firewood and korot wood had not efficient yet. The same case found in Non-KUB where none of production factors have been used efficiently. Firewood, korot wood, woman labour and palm oil at KUB and Non KUB have technically efficient while production factors such as sap (fresh nira), firewood, korot wood, woman labour and palm oil have not reached price efficiency.
3. ADOPSI TEKNOLOGI USAHATANI KONSERVASI LAHAN KERING SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI DAN KONSUMSI RUMAHTANGGA PETANI DI KECAMATAN SEKOTONG TENGAH-KABUPATEN LOMBOK BARAT Candra Ayu
JURNAL AGRIMANSION Vol 4 No 2 (2004): JURNAL AGRIMANSION MEI 2004
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v4i2.115

Abstract

ABSTRAK Tulisan ini memberi gambaran tentang dampak adopsi teknologi usahatani konservasi lahan kering terhadap produksi dan konsumsi pangan dan non pangan rumahtangga adopter. Penelitian menggunakan metode survei dan pengumpulan data dengan kombinasi metode observasi serta wawancara intensif terhadap petani adopter dan non adopter masing-masing 35 orang serta dilengkapi dengan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adopsi teknologi konservasi tergolong sedang dan adopsinya berdampak positip terhadap produksi dan pendapatan usahatani adopter sehingga meningkatkan kemampuan permodalan kegiatan produktif lainnya. Selain itu, adopsi teknologi tersebut mengakibatkan meningkatnya kuantitas dan kualitas konsumsi pangan dan non-pangan keluarga petani adopter. ABSTRACT This article gives the picture of impacts of adoption of up land farming conservation technologies on production and food and non-food consumption of farmer households. This research used survey method. The data were collected by interviewing 35 farmers who adopted the technology and 35 farmers as non-adopters. Secondary data were also colleted. Results of this research indicate that the farmers have adopted the conservation technologies by a medium level and has positively affected farm production and farmers’ income as well as increased funding capacity to run their farms. Additionally, the adoption of the technologies increased the quantity and the quality of food and non-food consumptions of the farm households.
4. PERANAN LEMBAGA ADAT MASYARAKAT SASAK DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN DESA (Studi Kasus di Desa Sesait Kabupaten Lombok Barat) M. Rasyidi
JURNAL AGRIMANSION Vol 4 No 2 (2004): JURNAL AGRIMANSION MEI 2004
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v4i2.116

Abstract

ABSTRAK Menguatnya institusi lokal termasuk lembaga adat akhir-akhir ini adalah sebuah fenomena yang menarik untuk dicermati, karena lembaga adat mampu berperan dalam pembangunan desa. Penelitian ini ditujukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan “peranan apa saja yang dilakukan lembaga adat dalam pembangunan di Desa Sesait?” Metode penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan langkah-langkah pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan Key Informan (informan kunci), dan dokumentasi. Untuk mengukur validitas keabsahan data dilakukan teknik pemeriksaan dengan derajat kepercayaan, ketergantungan, dan kepastian atas obyek penelitian. Analisis data kualitatif menggunakan model analisis yang dikembangkan oleh Miles dan Hubermans (1984) yang meliputi proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa norma-norma/nilai-nilai adat sudah membumi dan mendarah mendaging di masyarakat Desa Sesait, begitu pula para tetua adat atau para tau lokak empat (tau = manusia/orang, lokak = tua, empat = empat) yaitu Pemusungan/kepala desa, Penghulu (yang menangani masalah agama), Mangku Gumi (menangani pertanian), dan Jintaka (menangani bagian prekonomian). Dengan wibawa dan kharismanya mereka selalu dihormati dan disegani, dan fatwa-fatwanya sampai saat ini tetap dipatuhi dan dilaksanakan. Dengan demikian Lembaga Adat di Desa Sesait tetap berperan dalam pembangunan desa. Lembaga adat mampu memainkan peranannya sebagai mediator bagi masyarakat setempat, sebagai media mayarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa. Lewat lembaga adat ini pula dipupuk rasa persaudaraan yang tinggi. Dengan semangat otonomi daerah hendaknya lembaga adat diformalkan dalam struktur pemerintahan desa, dan hendaknya pemerintah memanfaatkan lembaga adat yang sudah mengakar dalam masyarakat sebagai ujung tombak pembangunan desa. ABSTRACT Reinforcement of lokal institutions, included custom institutes, is an interesting phenomenon to be considered, where custom institutes are expected to survive and have important roles in rural development. This research was conducted to find out “what are the roles of custom institutes in rural develovment of Sesait Village?” This research used qualitative method, while data were collected through observation, documentation, and in-depth interview with key informants. Test of credibility, dependability, and conformability was applied for the study. Qualitative data analysis was performed using Miles and Huberman’s (1984) interactive data analysis model comprised of data reduction, presentation, and conclusion. The results of the study indicate that norms/values have internalised within the heart of society of Sesaot Village, and also within hearth of elders, known as Tau Lokak Empat (Tau=human being, lokak= old, empat=four). So this word means four elder people. They are: Pemusungan (Village Head), Penghulu (religious scholars), Mangku Gumi (Agriculture Affair), Jintaka (Economic Affair). With their charisma, they are not only respected, but also their instructions are always obeyed and done. Custom institutes have had important roles in rural development. Custom institutes are able to play their roles as mediator, and participatory instrument in rural development. Custom institutes have promoted community cohesiveness at the Sesait village. This research suggested that the government should (1) formalise custom institutes within rural government
5. ANALISIS SOSIAL DAN KELEMBAGAAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) DI BATUKLIANG UTARA – LOMBOK TENGAH Muktasam Muktasam
JURNAL AGRIMANSION Vol 4 No 2 (2004): JURNAL AGRIMANSION MEI 2004
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v4i2.118

Abstract

ABSTRAK Membangun dan melestarikan hutan menjadi isu yang semakin kompleks dalam satu dekade terakhir. Di satu sisi hutan diharapkan mampu untuk mempertahankan fungsi ekologisnya, sementara di sisi lain hutan diharapkan berperan banyak dalam memenuhi fungsi sosial dan ekonomi. Atas dasar persoalan ini, sebuah penelitian telah dilakukan untuk mengkaji dan menganalisa aspek sosial dan kelembagaan dalam pengelolaan hutan. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode “Modified Participatory Action Research” ini menemukan adanya beberapa persoalan strategis dalam aspek sosial dan kelembagaan yang terkait dengan interaksi manusia dengan hutan. Dalam aspek sosial diidentifikasi tingginya tingkat ketegantungan masyarakat sekitar hutan terhadap hutan, yang kemudian mendorong mereka untuk masuk mengelola dan atau merusak hutan. Dalam aspek kelembagaan diketahui bahwa masyarakat di sekitar kawasan telah memiliki “lembaga” yang diharapkan berperan dalam pengelolaan hutan, namun hingga penelitian ini dilakukan kelembagaan yang ada belum mampu berperan sebagaimana mestinya. ABSTRACT Developing and sustaining forest becomes complex issues in the last one decade. In one hand, forest development is directed to improve its ecological functions while on the other hand forestry development is supposed to fulfil its socio-economic functions. On the basis of these expectations, this study was carried out to analyse socio-institutional aspects of forest management. Through the application of the “Modified Participatory Action Research” method, this study found some critical and strategic issues associated social and institutional aspects of forest management. In social aspect for instance, it was found that the surrounding community has high dependency toward forest that lead to their actions in managing and or destroying the forest. From institutional point of view, it was found that the community has had some forms of institutional arrangement, however they could not be implemented effectively.
6. PERUBAHAN POLA HUBUNGAN PRODUKSI MASYARAKAT PERAJIN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI GERABAH (Studi Kasus di Desa Banyumulek Lombok Barat NTB) Siti Nurjannah; Anwar Anwar; Syarifuddin Syarifuddin
JURNAL AGRIMANSION Vol 4 No 2 (2004): JURNAL AGRIMANSION MEI 2004
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v4i2.119

Abstract

ABSTRAK Pengembangan industri gerabah di Desa Banyumulek telah membawa perubahan pada pola hubungan produksi antara berbagai pihak yang terlibat dalam industri gerabah. Penelitian ini ditujukan untuk memahami pola hubungan produksi sebelum pengembangan industri gerabah, dan memahami perubahan pola hubungan produksi dalam pengembangan industri gerabah. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode kualitatif, dengan strategi studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola hubungan produksi sebelum pengembangan industri gerabah yang bersifat egaliter, yang lebih mengutamakan saling tolong menolong dalam keluarga inti, mulai terkikis dengan semakin berkembangnya industri gerabah, dan semakin luasnya pemasaran. Fakta menunjukkan bahwa kelompok pedagang menguatkan posisinya dalam proses pemasaran. Perubahan yang nampak dalam pola hubungan produksi setelah pengembangan industri gerabah, bahwa hubungan pedagang dengan perajin semakin eksploitatif. Namun perajin tidak menyadari bahwa sesungguhnya pedagang melakukan eksploitasi terhadap surplus produksi yang dimilikinya, karena yang ditonjolkan adalah hubungan kekerabatan antara pedagang dan perajin. Dengan demikian pedagang dapat mengalienasi perajin dari hasil produksinya, yang dilakukan dengan cara membeli gerabah dengan harga murah, tanpa memperhitungkan tenaga yang telah dikeluarkan perajin. ABSTRACT Development of pottery industry in Banyumulek has led to changes of the patterns of production relations among the various parties involved in the pottery industry. The objectives of this study are to understand the patterns of production relation before pottery industrial development, and to get more insight on some changes of patterns of production relations in the pottery industrial development. This research is designed through the application of qualitative methods, and used of a case study as the main strategy. Results of the study found the changes in the patters of production relation within the pottery industry. Prior to pottery industrial development, production relation was more egalitarian where everyone “help each others” in the nucleus family, and once the industry developed this form of relation has gradually changed to exploitative behaviour of traders over the potters. The traders develop “false consciousness” through which the traders alienated the potters for their products. The traders offer a cheaper price to the product without calculating how much effort and skills has been used for the production.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2004 2004


Filter By Issues
All Issue Vol 24 No 2 (2023): Jurnal Agrimansion Agustus 2023 Vol 24 No 1 (2023): Jurnal Agrimansion April 2023 Vol 23 No 3 (2022): Jurnal Agrimansion Desember 2022 Vol 23 No 2 (2022): Jurnal Agrimansion Agustus 2022 Vol 23 No 1 (2022): Jurnal Agrimansion April 2022 Vol 22 No 3 (2021): Jurnal Agrimansion Desember 2021 Vol 22 No 2 (2021): Jurnal Agrimansion Agustus 2021 Vol 22 No 1 (2021): Jurnal Agrimansion April 2021 Vol 21 No 3 (2020): Jurnal Agrimansion Desember 2020 Vol 21 No 2 (2020): Jurnal Agrimansion Agustus 2020 Vol 21 No 1 (2020): Jurnal Agrimansion April 2020 Vol 20 No 3 (2019): Jurnal Agrimansion Desember 2019 Vol 20 No 2 (2019): Jurnal Agrimansion Agustus 2019 Vol 20 No 1 (2019): Jurnal Agrimansion April 2019 Vol 19 No 3 (2018): JURNAL AGRIMANSION DESEMBER 2018 Vol 19 No 2 (2018): JURNAL AGRIMANSION AGUSTUS 2018 Vol 19 No 1 (2018): JURNAL AGRIMANSION APRIL 2018 Vol 18 No 1 (2017): Jurnal Imiah Agrimansion Vol 16 No 1 (2015): JURNAL ILMIAH AGRIIMANSION APRIL 2015 Vol 16 No 3 (2015): Jurnal Imiah AGRIMANSION Vol 15 No 1 (2014): JURNAL ILMIAH AGRIIMANSION APRIL 2014 Vol 11 No 2 (2010): Jurnal Ilmiah Agribisnis Agustus 2010 Vol 10 No 1 (2009): JURNAL AGRIMANSION APRIL 2009 Vol 9 No 3 (2008): JURNAL AGROMINSION DESEMBER 2008 Vol 9 No 2 (2008): Jurnal AGROMINSION AGUSTUS 2008 Vol 9 No 1 (2008): Jurnal AGROMINSION APRIL 2008 Vol 8 No 3 (2007): JURNAL AGROMINSION DESEMBER 2007 Vol 8 No 2 (2007): JURNAL AGROMINSION Agustus 2007 Vol 8 No 1 (2007): JURNAL AGRIMANSION DESEMBER 2007 Vol 7 No 3 (2006): JURNAL AGRIMANSION DESEMBER 2006 Vol 7 No 2 (2006): JURNAL AGRIMANSION AGUSTUS 2006 Vol 7 No 1 (2006): JURNAL AGRIMANSION APRIL 2006 Vol 5 No 1 (2004): JURNAL AGRIMANSION NOVEMBER 2004 Vol 4 No 2 (2004): JURNAL AGRIMANSION MEI 2004 Vol 4 No 1 (2003): JURNAL AGRIMANSION November 2003 Vol 3 No 2 (2003): JURNAL AGRIMANSION MEI 2003 Vol 3 No 1 (2002): JURNAL AGRIMANSION NOVEMBER 2002 Vol 2 No 2 (2002): JURNAL AGRIMANSION MEI Vol 2 No 1 (2001): JURNAL AGRIMANSION NOVEMBER 2001 Vol 1 No 2 (2001): JURNAL AGRIMANSION MEI 2001 Vol 1 No 2 (2001): Jurnal AGRIMANSION (AGRIBUSINESS MANAGEMENT & EXTENSION) MEI More Issue