cover
Contact Name
I KETUT MUDITE ADNYANE
Contact Email
adnyane@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
acta.vet.indones@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
ACTA VETERINARIA INDONESIANA
ISSN : 23373207     EISSN : 23374373     DOI : -
Core Subject : Health,
Acta Veterinaria Indonesiana (Indonesian Veterinary Journal) mempublikasikan artikel-artikel dalam bentuk: penelitian, ulasan, studi kasus, dan komunikasi singkat yang berkaitan dengan berbagai aspek ilmu dalam bidang kedokteran hewan, biomedis, peternakan dan bioteknologi. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Acta Veterinaria Indonesiana diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Hewan bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia. Terbit dua kali dalam satu tahun pada bulan Januari dan Juli. [ISSN 2337-3202, E-ISSN 2337-4373]
Arjuna Subject : -
Articles 248 Documents
Feline Atopic Skin Syndrome: an Introduction to Recently Proposed Terminology and How to Work Up the Case Michael Gunawan; Andhika Hardani Putra; Tiara Widyaputri
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.79-86

Abstract

Atopic disease remains as an enigmatic hypersensitivity disorder in feline patients. Studies of cutaneous atopic syndrome in cats have reported several reaction patterns in cats, presenting as a diagnostic challenge, and a recent literature review has proposed a new set of terminologies for such diagnoses. This paper aims to report a case workup of feline atopic skin syndrome in a patient presented with severe pruritus and reaction patterns of self-inducd alopecia and facial excoriation. Feline food allergy and flea allergic dermatitis were ruled out by a 6-week elimination diet and use of fluralaner respectively. Clinical symptoms were successfully managed with the use of oral glucocorticoid (GC) and systemic and topical antimicrobial, the use of all of which for 8 weeks was deemed successful based on the degree of clinical relief provided. It is concluded that feline atopic skin syndrome is a clinical diagnosis and pharmacological interventions, including drugs to treat skin inflammation and secondary infection, are warranted.
Koinfeksi Fasciola dan Paramphistomum pada Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) di Kabupaten Sumba Timur Ghiandra Naufal Syazily Saukhan; Fadjar Satrija; Sri Murtini; Agik Suprayogi; Riki Siswandi; R. Harry Soehartono
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.17-25

Abstract

Kerbau lumpur (Bubalus bubalis) merupakan ternak yang memegang peranan dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Kabupaten Sumba Timur. Salah satu penyakit yang hingga kini masih menjadi masalah kesehatan pada ternak, termasuk kerbau, adalah infeksi Trematoda. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis cacing Trematoda yang menginfeksi serta mengukur prevalensi dan intensitas infeksinya. Metode filtrasi bertingkat digunakan untuk mendeteksi keberadaan Trematoda pada penelitian ini. Hasil pemeriksaan 105 sampel tinja kerbau asal Kabupaten Sumba Timur menunjukkan sebanyak 17/105 (16,19%) kerbau mengalami Trematodosis yang disebabkan oleh infeksi tunggal Fasciola gigantica (0,95%; rataan telur tiap gram tinja [TTGT] 1,00) dan Paramphistomum sp. (14,29%; rataan TTGT 2,26), serta infeksi campuran (koinfeksi) kedua Trematoda tersebut (0,95%; rataan TTGT 2,45). Prevalensi infeksi Trematoda kerbau betina (17,33%) ditemukan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerbau jantan (13,33%). Umur dan jenis kelamin diketahui tidak berasosiasi nyata (p > 0,05) dengan kejadian dalam penelitian ini. Intensitas infeksi Trematoda pada penelitian ini dikategorikan ringan, dengan rataan geometrik 2,18 TTGT. Temuan ini menunjukkan bahwa kerbau lumpur di Kabupaten Sumba Timur terinfeksi oleh cacing Trematoda, sehingga diperlukan upaya pengendalian untuk mencegah kerugian akibat infeksi tersebut.
Blood Cells Morphometry and Descriptive Morphology of Captive Changeable Hawk Eagles (Nisaetus chirratus) at Wildlife Rescue Centre Jogja Andreas Bandang Hardian; Warih Pulung Nugrahani; Irhamna Putri Rahmawati; Dorothea Vera Megarani
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.69-78

Abstract

Providing qualitative and quantitative haematologic references of neglected captive wild animals is pivotal for the sanctuary health management and improvement. Changeable hawk eagles (Nisaetus chirratus) are abundantly kept in sanctuary in which no haematologic reference is ever reported. This study aimed to present the visual keys and morphometric references of changeable hawk eagles’ blood cells as the standard for further haematologic count. The peripheral blood smears were prepared and collected from eight changeable hawk eagles kept at Wildlife Rescue Centre Jogja then stained with 10-fold diluted Giemsa stain following the standard manners. All slides were inspected and captured under camera-equipped microscope which then were morphologically and morphometrically evaluated using ImageJ version 1.52a. As the changeable hawk eagles are naturally present in dark and bright morph, we statistically compared the blood cells morphometric parameters between morph-based groups. Changeable hawk eagles’ erythrocytes were oval shaped with occasional morphologic variation. Leukocyte consisted of polymorphonucleated granulocytes - with exception of basophils which lacked nuclear lobulation - and mononucleated agranulocytes. There were significant differences (P<0.05) of all erythrocyte morphometric parameters, heterophils diameter, and lymphocytes diameter between dark and bright morph group. Overall, the morphologic properties of changeable hawk eagles’ blood cells were visually identical to other avian species though the blood cells morphometry might be comparatively different.
Surgical Repair Hernia Ventralis dengan Omentum Flap Erwin Erwin; Amiruddin Amiruddin; Rusli Rusli; Razali Daud; Etriwati Etriwati; Hefri Yunaldi; Novredha Rahmadita
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.63-68

Abstract

Hernia ventralis merupakan penonjolan area vetral abdomen yang terjadi akibat kegagalan penutupan dinding abdomen setelah tindakan bedah. Penelitian ini bertujuan untuk observasi klinis dan pencitraan imaging penutupan defek hernia ventralis menggunakan omentum flap pada kucing lokal. Penelitian ini menggunakan pasien kucing lokal betina berusia 2 tahun dengan bobot badan 3,6 kg dari Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala (RSHP FKH USK). Kondisi kucing secara klinis sehat dan hanya menunjukan penonjolan area abdomen yang terjadi setelah tindakan bedah sebelumnya. Tindakan bedah dilakukan secara steril dan aseptis. Defek hernia ventralis ditutup menggunakan omentum flap yang diambil dari omentum kucing yang sama dengan ukuran 5 x 10 cm. Observasi kondisi klinis luka dilakukan setiap hari, pengamatan Digital Radiography (DR X-ray) dan Ultrasonografi (USG) dilakukan pada hari ke- 0, 5, 10 dan 20 setelah bedah penutupan defek hernia. Hasil pengamatan kondisi klinis luka sembuh dengan baik. Pencitraan DR X-ray defek hernia ventralis tertutup dengan baik dan tidak ditemukan peradangan disekitar omentum flap. Pencitraan USG, struktur lapisan dinding abdomen tertutup dengan baik, omentum flap menunjukkan ekhogenisitas hypoechoic dan tidak ditemukan masa anechoic pada hari-20 setelah bedah. Omentum flap mempercepat penyembuhan luka, menguatkan jaringan dinding abdomen, sehingga mencegah terjadi risiko hernia berulang.
The Potential of Ciplukan Leaf Extract (Physalis Angulata L.) to Improve Kidney Function Bella Tampie; Damiana R Astuti; I Ketut M Adnyane; Aryani S Satyaningtijas
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.9-16

Abstract

Gagal ginjal merupakan penyakit tidak menular namun dapat mengancam nyawa manusia. Penyakit ini dapat dialami dari berbagai macam usia mulai dari anak-anak hingga lansia. Salah satu tanaman yang biasanya dijadikan sebagai obat herbal ialah tanaman ciplukan (Physalis angulata L.). Gagal ginjal merupakan penyakit tidak menular namun dapat mengancam nyawa manusia. Penyakit ini dapat dialami dari berbagai macam usia mulai dari anak-anak hingga lansia. Salah satu tanaman yang biasanya dijadikan sebagai obat herbal ialah tanaman ciplukan (Physalis angulata L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari daun tanaman ciplukan dalam memperbaiki fungsi ginjal. Penelitian ini dilakukan di Kampus IPB Dramaga, IPB University, Bogor. Tikus putih digunakan sebanyak 24 ekor dan dibagi menjadi 8 kelompok dengan perlakuan dosis 150mg/kg BB dan 300mg/kg BB. Perlakuan dilakukan selama 14 hari dan 28 hari.Etilen glikol digunakan sebagai agen nefrotoksik. Pemberian kombinasi etilen glikol 1 ml/100g BW secara oral dan ekstrak ciplukan dosis 300mg/kg BB secara bersamaan mampu menormalkan kadar ureum dalam darah. Hasil histologi juga menunjukkan adanya perbaikan pada glomerulus ginjal. Ekstrak daun ciplukan memiliki kandungan flavonoid yang berpotensi memperbaiki fungsi dan morfologi ginjal.
Edible Bird’s Nest as Potential Food with Anti-Viral and Anti-Inflammatory Properties Against Covid-19: an in Silico Study Siti Gusti Ningrum; Rochiman Sasmita; Viol Dhea Kharisma
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.43-50

Abstract

The Chinese believe consuming edible bird’s nests (EBN) can increase immunity to various diseases, including Covid-19. This study attempts to identify SARS COV-2-specific anti-viral and anti-inflammatory agents of EBN. We gathered samples from PubChem and Protein Data Bank (PDB). Afterwards, drug likeness was examined using the Lipinski model from the SCFBIO online service. The PASS web server analyzed the bioactive likelihood of chemicals found in EBN. Using PyRx 0.8 software with the blind docking technique. The PoseView web server and PyMol v2.4.1 software were utilized to ascertain molecular interactions. The in silico results show the potential of EBN as food therapy for Covid-19 sufferers, which is indicated by the presence of bioactive compounds from edible bird’s nest consisting of 9-O-acetylated GD3, glycopeptide, N-acetyl neuraminic acid, N-glycolyl-neuraminic acid, sialic acid, and tetra acetyl-thymol-beta-D-glucoside. These bio compounds are predicted to work as anti-viral and anti-inflammatory candidates against SARS-COV-2.
Distribusi Penyebaran Bovine Viral Diarrhea Virus (BVDV) pada Sapi Potong Impor asal Australia Di Sukabumi Berdasarkan Uji Serologis Aditya Primawidyawan; Retno Wulansari; Surachmi Setiyaningsih; Mawar Subangkit; Bambang Pontjo Priosoeryanto
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.1.51-62

Abstract

Virus Bovine Viral Diarrhea (BVDV) secara luas diakui memiliki dampak ekonomi yang signifikan pada ternak yang terinfeksi. Kerugian penyakit ini meliputi, hewan Persistenly Infection (PI) yang kurang sehat, penyakit reproduksi, penurunan produksi, pertumbuhan yang buruk, dan berpengaruh immunosupressif terhadap hewan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan suatu kajian pola distribusi penyebaran dengan karakterisasi gejala klinis serta mendeteksi adanya kaitan pemeliharaan kandang sebagai faktor risiko sumber penularan penyakit BVD pada sapi potong impor. Jumlah hewan yang diambil 100 ekor sapi yang didapatkan dengan metode penghitungan kajian lintas seksional dengan pertimbangan penyakit ini sudah ada di Indonesia. Persebaran penyakit pada setiap kandang kandang A sampai H dengan total 80 ekor sapi terlihat sampel positif merata sebanyak 21 sampel pada posisi nilai S-N sebesar 0,3-0,7 di pengambilan awal dan meningkat pada nilai S-N sebesar 0,9-1,5 sebanyak 53 sampel. Peningkatan penyebaran pada kandang diluar kandang karantina mencapai 2,5x lipat mengindikasikan penyebaran BVDV cukup tinggi. Pengelolaan limbah buruk akan berpeluang 2,483 kali lebih besar menimbulkan hasil ELISA antigen positif bila dibandingkan dengan peternakan yang memiliki pengelolaan limbah yang baik (OR=2,483; CI=1,066-5,783). Program biosekuriti buruk akan berpeluang 2,667 kali lebih besar menimbulkan hasil ELISA Ag BVD positif dibandingkan dengan peternakan yang memiliki program biosekuriti yang baik (OR=2,667; CI=1,145-6,210). Bangsa Brahman Cross berpeluang tiga kali lebih besar memiliki peluang hasil positif bila dibandingkan dengan sapi yang memiliki ras non-Brahman Cross (OR=3; CI=1,269-7,091). Sedangkan umur sapi > dua tahun akan berpeluang 3,241 dibandingkan dengan umur sapi yang < dua tahun (OR= 3,241; CI=1,411-8,912). Impak studi penelitian terhadap jurnal ini adalah memberikan informasi distribusi penyebaran penyakit BVD asal dari hewan sapi impor dari Australia yang berguna sebagai pertimbangan tindakan preventif dalam upaya pengendalian penyakit.
Tanggap Antibodi terhadap Capsid Virus Penyakit Jembrana setelah Vaksinasi Lapang Sapi Bali di Kabupaten Sarolangun, Jambi Ferry Ardiawan; Okti Nadia Poetri; Nur Khusni Hidayanto; Ari Rumekso; Dilas Pradana; Surachmi Setiyaningsih
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 2 (2023): Juli 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.2.167-174

Abstract

Penyakit Jembrana (JD) adalah penyakit prioritas nasional yang disebabkan oleh infeksi lentivirus pada sapi Bali. Pemerintah merekomendasikan vaksinasi sebagai langkah penting pengendalian di wilayah endemis. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dinamika tanggap antibodi dengan melakukan kajian kohort sejalan dengan program vaksinasi JD di Desa Pematang Kabau oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sarolangun. Sera dari 36 sapi Bali pendatang, yang menerima dua dosis vaksin JD-Vet® dengan selang waktu 30 hari, dikoleksi pada hari 0, 44, dan 90. Antibodi spesifik kapsid virus JD (JDV) diukur menggunakan metode ELISA. Sebelum vaksinasi, 88,89% sapi menunjukkan hasil seronegatif, sedangkan 11,11% menunjukkan seropositif yang menandakan adanya paparan JDV terdahulu. Tidak ada reaksi membahayakan yang diamati pada sapi yang divaksinasi. Vaksinasi menurunkan titer antibodi secara signifikan pada sapi seropositif. Sebaliknya, 71,87% sapi seronegatif menunjukkan respons positif, meskipun hanya 40,63% yang mencapai tingkat seroprotektif pada hari ke-44. Persentase ini menurun secara signifikan menjadi 15,63% pada hari ke- 90, mengindikasikan durasi kekebalan yang relatif pendek. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan status kekebalan pravaksinasi dan menegakkan pengendalian lalu-lintas sapi Bali. Meskipun vaksin JD-Vet® terbukti aman, namun mempertahankan kadar antibodi yang tinggi masih menjadi tantangan. Kajian lebih lanjut sangat diperlukan untuk mengoptimalkan strategi vaksinasi dan meningkatkan pengendalian JD pada sapi Bali.
Analisis Kadar Nitrit pada Sarang Burung Walet Asal Pulau Sumatera Menggunakan Metode Kromameter Platika Widiyani; Mirnawati B Sudarwanto; Hadri Latif; Denny Widaya Lukman
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 2 (2023): Juli 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.2.148-155

Abstract

Kadar nitrit dalam sarang burung walet (SBW) telah menjadi perhatian dalam beberapa tahun terakhir. SBW yang diekspor dari Indonesia ke Negara Tiongkok harus memenuhi standar kadar nitrit (NO2), yaitu maksimum 30 ppm. Dinamika perkembangan teknologi dan jaman saat ini menuntut instrumen pengujian kadar nitrit secara akurat, diantaranya menggunakan spektrofotometer dan kromameter. Penelitian ini mengkaji kadar nitrit pada SBW bersih yang telah dilakukan pencucian asal Pulau Sumatera dengan menggunakan metode spektrofotometer dan mengevaluasi warna menggunakan kromameter berbasis sistem CIE pada parameter L*, a*, b*, C*, dan h*. Jumlah sampel ditentukan secara purposif dari rumah burung walet (RBW). Sebanyak 18 sampel SBW berasal dari berbagai wilayah di Sumatera. Sampel SBW diuji kadar nitritnya menggunakan spektrofotometer di Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian (BBUSKP) Jakarta dan kromameter diuji di laboratorium Ilmu Teknologi Pangan IPB, Bogor. Hasil kadar nitrit pada SBW menunjukkan bahwa persentase kadar nitrit di bawah 30 ppm adalah 72,22%. Nilai rata-rata L* pada grup A (kadar nitrit >30 ppm) dan B (kadar nitrit <30 ppm) secara berurutan adalah sebesar 67,65±1,97 dan 68,47±5,25. Hasil analisis statistik dengan uji-t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara nilai L*, a*, b*, C* dan *h pada kedua grup. Metode kromameter tidak dapat digunakan sebagai metode tunggal dalam mengukur kadar nitrit pada SBW serta tidak dapat membedakan secara signifikan warna SBW yang berasal dari RBW yang berbeda.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Malaka (Phyllantus emblica) Terhadap Jumlah dan Diferensial Leukosit Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinfeksi Trypanosoma evansi Citra Ayudystira Ramadhani; Nuzul Asmilia; Yudha Fahrimal
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 2 (2023): Juli 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.2.95-101

Abstract

Tripanosomiasis merupakan penyakit menular akut atau kronis pada hewan yang disebabkan oleh protozoa darah Trypanosoma sp. Tripanosomiasis tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia dan menyerang hewan seperti kuda, sapi, kerbau, dan anjing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak etanol daun malaka (Phyllantus emblica) dalam menurunkan jumlah leukosit dan diferensial leukosit tikus putih yang diinfeksikan Trypanosoma evansi. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus putih yang dibagi kedalam 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor tikus. Kelompok kontrol negatif (K0) tanpa infeksi T.evansi dan tanpa ekstrak etanol daun malaka, kelompok kontrol positif (K1) diinfeksikan T.evansi tanpa diberikan ekstrak etanol daun malaka, kelompok perlakuan K2, K3, dan K4 diinfeksikan T.evansi dan diberi ekstrak etanol daun malaka dengan dosis 300, 600, dan 900 mg/kg berat badan. Infeksi T. evansi dilakukan secara intraperitoneal sedangkan ekstrak diberikan secara oral selama 3 hari berturut-turut. Pengambilan darah dilakukan pada hari keempat setelah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ± SD nilai leukosit dan diferensial leukosit (granulosit, monosit, dan limfosit) dari K1, K2, K3, dan K4 lebih tinggi dari K0. Jumlah masing-masing sel leukosit menurun setelah pemberian ekstrak etanol daun malaka. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa infeksi T. evansi meningkatkan jumlah leukosit dan diferensial leukosit dan pemberian ekstrak etanol daun malaka dosis 600 mg/kg bb mampu mengembalikan jumlah leukosit dan diferensial leukosit dalam nilai normal.