cover
Contact Name
JOKO SANTOSO
Contact Email
ps.johnsantoso@gmail.com
Phone
+6287836107190
Journal Mail Official
jurnalberitahidup@gmail.com
Editorial Address
Jl. Solo-Kalioso KM.7.Solo
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Transformasi Fondasi Iman Kristen dalam Pelayanan Pastoral di Era Society 5.0
ISSN : 26564904     EISSN : 26545691     DOI : https://doi.org/10.38189/jtbh.v4i1.181
Core Subject : Religion,
Focus & Scope Jurnal Teologi Berita Hidup adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Pastoral Kepemimpinan Kristen Pendidikan Agama Kristen
Articles 40 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022" : 40 Documents clear
Pancasila Sebagai Providensia Allah bagi Kekristenan di Indonesia Oda Judithia Widianing
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.210

Abstract

Anthropocentric kerap kali menjadi konklusi pemahaman doktrin Providensia. Hal ini membuat seolah-olah Allah hadir untuk melayani manusia dan kepentingannya. Alkitab tidak pernah memaksudkan seperti itu. Theocentric adalah inti dari semua pergerakan sejarah. Maka final-end dari karya providensia adalah pada diri Allah sendiri, demi kemuliaan-Nya dan penggenapan rencana kekal-Nya. Namun Allah yang maha kuasa dan kasih itu bekerja dengan berbagai sarana yang Dia tetapkan untuk memelihara apa yang telah Dia ciptakan, secara khusus bagi umat ketebusan-Nya. Demikian pula halnya dengan kekristenan di Indonesia yang sudah hidup sejak kolonialis VOC. Pancasila adalah sarana yang Allah tetapkan dalam kedaulatan-Nya untuk menjadi sarana providensia-Nya bagi orang percaya di Indonesia.  Metodologi yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data adalah studi pustaka berpijak pada biblical perspective. Dalam artikel ini penulis akan mengkaji tentang providensia Allah yang berlaku bagi umat Kristen di negara Bhineka Tunggal Ika dengan berpijak pada historikal Pancasila dan implementasi yang seharusnya dikerjakan umat Kristen di Indonesia sebagai respon terhadap providensia Allah ini. Kebaruan dari artikel ini adalah melihat final-end providensia Allah secara kosmis dalam diri Kristus sebagai Kepala dan fakta sejarah Pancasila menjadi Common Platform yang adalah sarana providensia Allah bagi umat Kristen Indonesia
Keberpihakan Yesus (Analisis Sosio-Teologis Terhadap Teks Yohanes 4:1-42) Sipora Blandina Warella; Karel M Siahaya; Flora Maunary
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.244

Abstract

Konteks cerita teks dan sosial masyarakat teks ini tampak kekuatan struktural dari segi agama dan etnis Yahudi kuat membentuk keseragaman kultural bahwa secara hierarkhi masyarakat dengan latar kultur itu adalah unggul karena pemilihan Yahweh. Hal ini menimbulkan cara pandang dan sikap bahwa mereka masyarakat kelas satu sedangkan masyarakat Samaria dan yang lain adalah kelas dua, masalah perbedaan sosial yang tidak mengalami moderasi. Para rohaniawan Yahudi dalam kekuasaan dan status tidak dapat melakukan kontrol sosial di tengah struktur kekuasaan sosio-religius masyarakatnya yang melanggengkan perbedaan dan segregasi. Yesus memiliki mind set dan tindakan moderat dengan membangun percakapan moderasi bersama perempuan Samaria. Kesimpulannya ialah moderasi ala Yesus menjadi bencana bagi eksklusivisme dan dominasi masyarakat Yahudi yang mapan dalam kelas sosialnya, sebaliknya menjadi harapan bagi penataan konstruk sosial masyarakat moderat yang mengalami keslamatan universal. Kebaruan penelitian ialah moderasi ala Yesus dengan sikap menjumpai perempuan itu, membangun dialog mentransformasi bangunan ruang sosial bersama dalam perbedaan yang menghadirkan keslamatan universal, dimulai dengan sikap, tindakan dialogis dengan perempuan Samaria.
Relasi Ibadah Sejati Berdasarkan Roma 12:1 terhadap Pertumbuhan Rohani Orang Kristen di Era Globalisasi Sonny Herens Umboh; Areyne Christi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.145

Abstract

Christian worship is the statement of GOD himself in Jesus Christ and the people reaction of HIMself (GOD alone). The problem is that : What is the real meaning of christian worship ? How do the spirituality growth of christian people? How the realization of truly worship based on Rome 12:1 to spiritual growth of christian people In globalization era. Answer : (1) truly worship based on rome 12:1 is : (a) the real offering is the offering that isnt show by offering riches that is only things but by fully surrendering ourself  to GOD and lead by HIS will. (b) The holy present is decree, grant and gift of GOD. (c) Self surrendering of christian people or believer is act that pleasing our GOD. (2) Spiritual growth of christian is the essence by learning religion and become daily life basis. (3) More intense the truly worship of someone live,holy and delight upon GOD so she will gaining in spirituality. Ibadah Kristen adalah pernyataan diri Allah sendiri dalam Yesus Kristus dan tanggapan manusia terhadap-Nya. Persoalan yang muncul adalah: Apa yang dimaksud dengan Ibadah sejati? Bagaimanakah keadaan pertumbuhan kerohanian orang Kristen? Bagaimanakah relasi Ibadah Sejati berdasarkan Roma 12:1 terhadap Pertumbuhan Rohani Orang Kristen di Era Globaliasi?  Jawabnya: (1) Ibadah sejati dalam Roma 12: 1 adalah: (a)  persembahan yang hidup adalah suatu persembahan yang ditunjukkan bukan dengan cara menyerahkan harta benda yang merupakan benda mati melainkan dengan menyerahkan diri kepada Allah untuk sepenuhnya dituntun menurut kehendak-Nya. (b) Persembahan yang kudusan adalah ketetapan, pemberian dan kasih karunia dari Allah. (c) Persembahan tubuh dari orang Kristen atau orang percaya adalah sebuah tindakan menyenangkan Allah.  (2) Pertumbuhan kerohanian orang Kristen merupakan sebuah intisari dari pembelajaran dasar-dasar agamawi dan menjadi dasar-dasar kehidupan yang dilakukan sehari-hari. (3) Semakin ibadah sejati seseorang hidup,  kudus, dan berkenan kepada Allah maka ia semakin bertumbuh dalam kerohaniannya.
Pemikiran Bapa-bapa Philokalia Tentang Hesychasm: Pembaruan Batin Menuju Kesempurnaan Seperti Kristus Hendi Hendi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.142

Abstract

Artikel ini menganalisis pemikiran-pemikiran para Bapa Philokalia tentang Hesychasm. Kajian literatur utama adalah tulisan mereka dan didukung oleh literatur sekunder. Philokalia yang berarti cinta akan kecantikan atau keindahan adalah kumpulan tulisan para Bapa Gereja dari Tradisi Gereja Ortodoks antara abad ke-4-15 tentang spiritualitas yang berpusat pada pembaruan batin atau hati. Hesychasm adalah tradisi monastik yang sudah ada sejak monasteri berdiri di abad ke-3 oleh Antonius Agung. Namun, sayangnya kekristenan di Indonesia khususnya di gereja-gereja Protestan tidak mengenal tradisi monastik ini. Hesychasm mendatangkan anugerah di dalam hati untuk menerangi nous sehingga kita dapat mencapai apatheia atau purifikasi, keberjagaan batin atau nepsis, penyatuan antara intelek atau nous dan tubuh, kebajikan-kebajikan. Dan itu semua adalah indikasi dari proses pembaruan hati sehingga apa yang dikerjakan oleh para hesychast sebetulnya adalah proses purifikasi atau pengudusan hati mencapai Theosis. Anugerah dari Roh Kudus melalui hesychasm inilah yang menguduskan atau menyucikan diri kita untuk menjadi serupa dengan Kristus.
Analisis Grammatical-Exegetical Wahyu 3:20 dan Implikasinya Terhadap Relevansi Penggunaan Wahyu 3:20 Dalam Model Penginjilan Kontemporer Jhon Leonardo Presley Purba; Riang Hati Waruwu; Amran Manullang; Robinson Rimun
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.195

Abstract

Revelation 3:20 is a popular verse that used in contemporary evangelism to encourage the unbelievers to believe in Jesus. Nevertheless, is such usage relevant to the text and context of Revelation 3:20? Using a descriptive qualitative research form with an interpretative model of Grammatical-Exegetical analysis, the aims of this study is to find the theological meaning of Revelation 3:20 and its implications for the relevance of the using of Revelation 3:20 in contemporary evangelistic models. The results of this study conclude that based on the text and context of Revelation 3:20, the usage of this verse in contemporary evangelism toward unbelievers is irrelevant to the text and its context, the meaning of "the door that knocks" by Jesus in this verse does not refer to the door of an individual's heart who do not know Christ but the "spiritual door" of the church or community of believers who have known Christ who are asked to repent from self-satisfied and lukewarmness because of physical wealth, this is also the true theological meaning of Revelation 3:20 which is very relevant with the moral and spiritual state of the church in the modern era which also tends to be self-satisfied and spiritually lukewarm so the implication for believers and the church today is the church need to repent from its self-satisfied, spiritual lukewarmness and "open its doors" for Christ so that Christ can come in to His church and live with His church.  Wahyu 3:20 merupakan ayat yang populer digunakan dalam penginjilan kontemporer untuk mendorong individu yang belum percaya menjadi percaya kepada Yesus. Namun, apakah penggunaan demikian relevan dengan teks dan konteks Wahyu 3:20? Menggunakan bentuk penelitian kualitatif deskriptif dengan model penafsiran analisa Grammatical-Eksegetical, penelitian ini bertujuan untuk menemukan makna teologis Wahyu 3:20 dan implikasinya terhadap relevansi penggunaan Wahyu 3:20 dalam model penginjilan kontemporer. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa berdasarkan teks dan konteks Wahyu 3:20, penggunaan ayat ini dalam penginjilan kontemporer terhadap orang yang belum percaya tidak relevan dengan teks dan konteksnya, makna “pintu yang diketuk” oleh Yesus dalam ayat ini bukan merujuk pada pintu hati seorang individu yang belum mengenal Kristus melainkan “pintu rohani” gereja atau komunitas orang percaya yang telah mengenal Kristus yang diminta untuk bertobat dari berpuas diri dan suam-suam rohani karena kekayaan jasmani, inilah juga yang menjadi makna teologis yang sebenarnya dari Wahyu 3:20 yang sangat relevan dengan keadaan moral dan kerohanian gereja di era modern yang juga cenderung berpuas diri dan suam-suam secara rohani sehingga implikasinya bagi orang percaya dan gereja masa kini adalah agar gereja bertobat dari sifat berpuas diri, suam-suam rohani dan “membuka pintunya” bagi Kristus agar Kristus dapat datang kepada gereja-Nya dan tinggal bersama dengan gereja-Nya.
Internalisasi Moderasi Beragama dalam Kurikulum Sekolah Tinggi Teologi di Indonesia Rifky Serva Tuju; Babang Robandi; Donna Crosnoy Sinaga
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.240

Abstract

Keragaman Agama di bangsa Indonesia menjadi sebuah kekayaan yang unik dari bangsa ini. Indonesia yang majemuk suku, ras, dan agama, memerlukan sikap yang toleransi. Kemajemukan Agama yang beragam memiliki bahaya yang mengancam bagi bangsa ini. Sikap-sikap intoleran sering sekali terjadi. Agama menjadi bagian penting dan vital seiring dengan banyaknya masyarakat yang memiliki sikap fanatisme dengan agamanya yang mengakibatkan retaknya hubungan antar umat beragama di Indonesia. Pemerintah terus mencari solusi dalam menangani masalah-masalah intoleran yang terjadi di Indonesia. Itulah sebabnya moderasi beragama tepat jika diterapkan dalam kehidupan masyarakat yang multicultural ini. Di tahun 2021 melalui Kemendikbud Nadiem membuat Kurikulum Moderasi beragama demi menghapus intoleransi di sekolah.  Moderasi beragama merupakan sebuah solusi dalam menghadapi berbagai perbedaan yang berujung pada intoleransi beragama dan menghadapi banyaknya kelompok-kelompok ekstrem dan fundamental agama. Pemerintah menjadikan sekolah sebagai pusat pengajaran moderasi beragama.  Untuk itu dengan membentuk mahasiswa yang moderat terhadap agamanya pemerintah merasa perlu untuk memasukan kurikulum moderasi beragama  untuk memperkecil adanya orang-orang yang memiliki paham radikalisme terhadap pemeluk agama lain. Dengan memasukkan moderasi beragama di dalam kurikulum Sekolah Tinggi Teologi dapat menanamkan prinsip beragama yang moderat bagi para Mahasiswa. Sehingga dengan adanya kurikulum ini para dosen dapat membimbing mahasiswa agar memiliki karakter yang berkualitas, Sekolah TinggiTeologi menjadi toleran, sehingga menciptakan generasi muda yang menyadari bahwa kebersamaan adalah sumber kekuatan bangsa.
Pedoman Etika Praktis Pelayanan Jemaat Berdasarkan 1 Petrus 5 : 1 – 4 Aldrin Purnomo; David Martinus Gulo; Gersom Situmorang; Jontro Simanjuntak
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.134

Abstract

Manajemen merupakan aspek penting di dalam melakukan pelayanan jemaat. Sistem manajemen yang baik, bersih dan memiliki batasan-batasan wewenang yang jelas akan berpengaruh terhadap perkembangan jemaat. Dalam kenyataannya masih banyak ditemukan pola manajemen pelayanan yang buruk dan berakibat kepada hancurnya pelayanan jemaat dan tidak sedikit yang berakhir pada kisah tragis dari sang pelayan. Penyalahgunaan wewenang dan perlakukan moral yang tidak sesuai dengan ajaran yang terdapat di dalam Alkitab justru menjadi penyebab runtuhnya sebuah bangunan pelayanan jemaat. Untuk itu diperlukan sebuah  pedoman etika di dalam pelayanan jemaat sangat diperlukan untuk mengantisipasi segala bentuk kesewenang-wenangan yang terjadi di dalam pelayanan jemaat. Penelitian ini memberikan sebuah pedoman praktis bagi setiap jemaat untuk membuat sebuah dokumen etika yang harus ditaati oleh seluruh pemangku kebijakan dan pelaksana dalam sebuah pelayanan jemaat. Pedoman yang didasarkan kepada eksegesis teks 1 Petrus 5:1-4 dengan melakukan studi silang dengan beberapa dokumen pedoman etika dan kepatuhan yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan berkelas dunia. Dengan melakukan studi literatur dan focus group discussion, terbentuklah sebuah pedoman praktis yang dapat dijadikan acuan bagi jemaat untuk melakukan manajemen pelayanan jemaat yang bersih, sopan dan berkeadilan.
Ratapan dan Cinta Tuhan berdasarkan Mistisisme Mechthild dari Magdeburg dan Matius 26:36-44 Evaena Febrieni Sumbayak; Shella Gracia Vennya; Tasingkem Tasingkem
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.97

Abstract

Penderitaan merupakan realitas sehari-hari manusia. Setidaknya terdapat dua sikap yang akan dipilih: Seseorang, secara naluriah, akan berusaha mencari cara agar tetap bisa bertahan. Sebaliknya, seseorang juga dimungkinkan untuk “melarikan diri” sebagai bentuk perlawanan atau penyangkalan. Penderitaan, tidak jarang, mengusik dan menggelisahkan seseorang. Tuhan seolah tidak dapat ditemui. Dengan demikian, orang yang berlomba-lomba untuk “mengalahkan” penderitaan agar bertemu kembali dengan Tuhan menjadi logis. Melalui tulisan ini, penulis berargumen bahwa ratapan adalah praktik liturgi yang dapat menjadi cara manusia untuk bertahan hidup di tengah penderitaan. Dalam upaya membuktikan argumen ini, penulis mengintegrasikan tiga bidang Teologi, yaitu Pastoral, Mistik, dan Biblika. Pengintegrasian ketiga bidang teologi ini merupakan hal yang relatif baru dalam perkembangan teologi. Bidang yang berbeda tersebut memberikan perspektif baru dalam melihat ratapan di tengah penderitaan. Pengalaman Mechthild dari Magdeburg, mistikus perempuan yang tidak banyak dikenal di abad-abad pertengahan, yang kemudian dianyam dengan pengalaman Yesus di Getsemani memperkaya tawaran teologis doa ratapan sebagai cara Tuhan menunjukkan cinta-Nya kepada manusia.Kata-kata kunci: Penderitaan; ratapan; berdoa; Tuhan; Mechthild dari Magdeburg.
Aktualisasi Pancasila dalam PAK: Penguatan Bela Negara dan Jati diri Bangsa Menghadapi Superioritas dan Fundamentalisme atas Nama Agama Tan Lie Lie; Yonatan Alex Arifianto; Reni Triposa
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.249

Abstract

Persoalan deskriminasi dan intoleransi yang diakibatkan pemahaman agama di ruang publik tidak memprioritaskan kebersamaan. Bahkan faham fundamentalisme yang mencoba memengaruhi anak bangsa untuk keluar dari marwah hidup yang pluralisme, sebagai ancaman yang nyata bagi generasi kedepannya. Peran penting dalam mereduksi superioritas agama  melalui aktulisasi pancasila menjadi tujuan dalam penelitian ini. Mengunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka dapat menjawab aktualisasi pancasila bagi kekristenan menjadikan umat Kristen sadar pentingnya menjaga jati diri bangsa dengan prioritas bela negara  melawan perkembangan superioritas dan fundamentalisme mengatasnamakan agama. Kesimpulan dari hasil pembahasan artikel ini adalah aktualisasi Pancasila dalam PAK: sebagai penguatan terhadap bela Negara dan sebagai Jati diri Bangsa dalam menghadapi Superioritas dan Fundametalisme atas Nama Agama. Diperlukan pemahaman bahwa Pancasila merupakan dasar hukum yang harus diterapkan bagi kehidupan bermasyarakat.  Untuk itu sebagai bagian dari makluk sosial dan beragama, Kekristenan dalam peran pendidikan agama Kristen turut membela bangsa dan negaranya dari berbagai ancaman termasuk sesama anak bangsa yang menginginkan perubahan ideologi negara.  Kekristenan juga dapat memprioritaskan bela negara dan pentingnya jati diri Bangsa sebagai bagian dari kerinduan Yesus bagi umatNya untuk menjadi terang dan garam. Maka diperlukan  sinergi Pancasila dan PAK sebagai upaya mereduksi  superiotas dan  fundamentalisme agama. Sehingga penelitian ini dapat memberikan wawasan dan sikap yang mengedepankan jati diri bangsa dan bela negara dalam bermasyarakat sebagai bagian mereduksi superioritas atas nama agama dan fundamentalisme.
Ketahanan Spiritual dalam Memaknai Peristiwa Erupsi Sinabung di Masyarakat Kuta Gugung Ivonne Sandra Sumual; Andreas Christanto; Ceria Tarigan
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.267

Abstract

The main focus of this research is related to the conditions experienced by the people on the slopes of Mount Sinabung as victims of an eruption that has lasted for 11 years since 2010. The conditions experienced by the community lead to suffering that spreads from various aspects of life, including aspects of spirituality. Departing from this, the researcher wants to explore how the spiritual condition of the Sinabung community in interpreting the suffering for 11 years so that they can survive, how they interpret God's presence in the disaster they are experiencing, and whether they have different perspectives/meanings related to the suffering they experience. They experience. Judging from the conditions of the existing problems, the method used in this research is qualitative through a phenomenological study. Thus, the research will be conducted with a descriptive approach. Direct interviews in the field were conducted to obtain the accuracy of the data in this study.Fokus utama dalam penelitian ini terkait dengan kondisi yang dialami oleh masyarakat lereng gunung Sinabung, sebagai korban dari erupsi yang telah berlangsung selama 11 tahun sejak tahun 2010. Adapun kondisi yang dialami oleh masyarakat mengarah kepada penderitaan yang tersebar dari berbagai aspek hidup, termasuk kepada aspek spiritualitas. Berangkat dari hal ini, maka peneliti hendak menggali bagaimana kondisi spiritualitas masyarakat Sinabung dalam memaknai penderitaan selama 11 tahun sehingga mampu bertahan, bagaimana mereka memaknai kehadiran Tuhan dalam bencana yang tengah mereka alami, dan apakah mereka memiliki konsep sudut pandang/pemaknaan yang berbeda terkait penderitaan yang mereka alami. Melihat dari kondisi permasalahan yang ada, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif melalui studi fenomenologis. Dengan demikian, penelitian akan dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Wawancara langsung di lapangan, dilakukan untuk memperoleh akurasi data dalam penelitian ini.

Page 1 of 4 | Total Record : 40