cover
Contact Name
Dita Archinirmala
Contact Email
dorotea.ditaarchinirmala@kalbe.co.id
Phone
+6281806175669
Journal Mail Official
cdkjurnal@gmail.com
Editorial Address
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/about/editorialTeam
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Cermin Dunia Kedokteran
Published by PT. Kalbe Farma Tbk.
ISSN : 0125913X     EISSN : 25032720     DOI : 10.55175
Core Subject : Health,
Cermin Dunia Kedokteran (e-ISSN: 2503-2720, p-ISSN: 0125-913X), merupakan jurnal kedokteran dengan akses terbuka dan review sejawat yang menerbitkan artikel penelitian maupun tinjauan pustaka dari bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat baik ilmu dasar, klinis serta epidemiologis yang menyangkut pencegahan, pengobatan maupun rehabilitasi. Jurnal ini ditujukan untuk membantu mewadahi publikasi ilmiah, penyegaran, serta membantu meningkatan dan penyebaran pengetahuan terkait dengan perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat. Terbit setiap bulan sekali dan disertai dengan artikel yang digunakan untuk CME - Continuing Medical Education yang bekerjasama dengan PB IDI (Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia)
Articles 2,961 Documents
Penyakit Leiner: Tinjauan Imunologi, Diagnosis, dan Penatalaksanaan Angelina, Jessica
Cermin Dunia Kedokteran Vol 44, No 4 (2017): Optalmologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.669 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v44i4.850

Abstract

Penyakit Leiner adalah penyakit langka yang dapat mengancam nyawa. Faktor penyebab seperti defisiensi sistem imun (faktor komplemen) dalam opsonisasi jamur, diikuti infeksi sekunder yang meluas ke seluruh tubuh. Penyakit Leiner didefinisikan sebagai dermatitis seboroik berat dan meluas, terjadi pada awal kehidupan dan memerlukan penanganan khusus. Penyakit Leiner memiliki gejala klinis khas yaitu eritema universalis dan skuama kasar di seluruh tubuh, disertai diare dan gagal tumbuh. Penatalaksanaan lini pertama meliputi pemberian cairan untuk menghindari dehidrasi, emolien, dan salep kortikosteroid potensi lemah.Leiner disease is a rare and life-threatening condition. The causes are multifactorial, such as immune system deficiency (complement factor) in yeast opsonization, followed by secondary infection. Leiner disease is defined as severe infantile seborrhoeic dermatitis. Clinical manifestation is generalized eritema and scaly patches, followed by diarrhoea and failure to thrive. First-line therapy should include rehydration, emollients and topical low potential corticosteroid. 
Tatalaksana nutrisi pada pasien luka bakar mayor Rahardja, Marcel Aldion
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 12 (2014): Endokrin
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v41i12.1066

Abstract

Luka bakar derajat berat masih menjadi masalah utama di seluruh dunia. Luka bakar mayor, yang mengenai lebih dari 20% TBSA (total burn surface area), dengan atau tanpa gangguan pernapasan, merupakan kondisi spesifik di unit intensive care. Terapi nutrisi merupakan bagian dari terapi luka bakar, dimulai sejak dini dari permulaan resusitasi. Pemberian nutrisi yang spesifik dengan perhitungan kalori yang adekuat sangat diperlukan sebagai bagian tatalaksana luka bakar untuk memperbaiki outcome klinis dari pasien luka bakar mayor.Major burn that accounts for more than 20% TBSA, with or without respiratory problem, is a specific condition in intensive care. Nutrition therapy is an important component of burn management since early phase, and adequate calorie and nutrition supply is essential in improving clinical outcome. 
Penyakit Wilson – Diagnosis dan Tatalaksana -, Fery
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 7 (2016): Kulit
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.676 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i7.78

Abstract

Penyakit Wilson disebabkan oleh kelainan genetik berupa mutasi gen ATP7B pada kromosom 13 yang menyebabkan akumulasi tembaga berlebih di hati dan/atau otak. Artikel ini membahas gejala, diagnosis, dan terapi penyakit Wilson.
Peningkatan Kesintasan Pasca Henti Jantung-Di Luar Rumah Sakit Memerlukan Alat Baru Sargowo, Djanggan
Cermin Dunia Kedokteran Vol 44, No 9 (2017): Kardiologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (824.596 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v44i9.730

Abstract

Saat ini, identifikasi pasien kandidat ICD masih sulit. Memperbaiki keluaran resusitasi merupakan satu–satunya cara untuk menurunkan kematian karena henti jantung mendadak. Salah satu caranya adalah memperpendek selang waktu antara henti jantung dan defibrilasi antara lain dengan alat deteksi henti jantung yang secara otomatis memperingatkan orang sekitar dan EMS. Merancang algoritma deteksi dengan positive predictive accuracy yang tinggi akan menjadi tantangan teknis tersendiriPotential ICD candidate is still difficult to be identified. The only method to lower sudden cardiac death is to improve the outcome of resuscitation; i.e by reducing the time-lag between cardiac arrest and defibrillation attempt through the use of automatic detector that can alert EMS and surrounding people. There is still a challenge to set up an algorithm with high positive predictive accuracy.
Benefit of Platinum-based Chemotherapy in Metastatic Triple Negative Breast Cancer Eveline, Ency; Rachman, Andhika
Cermin Dunia Kedokteran Vol 42, No 11 (2015): Kanker
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.095 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v42i11.951

Abstract

Background. Management of triple-negative breast cancer (TNBC) is challenging because of a lack of targeted therapy, its aggressive behavior and relatively poor prognosis. Various studies showed that these tumors are highly chemosensitive and in some cases are represented by complete pathological response (pCR), but the results remains unsatisfactory1. Recent experimental data strongly suggest that platinum-based chemotherapy (PBC) could improve the outcome of TNBC, but clinical data is still lacking4. Objective. To evaluate the benefit of addition of platinum agents to metastatic TNBC therapy. Method. Several databases were searched. Comparative studies were identified using the following keywords: triple negative breast cancer, advanced, metastatic, metastases, platinum agents, cisplatin, and carboplatin. The search was not limited to controlled or randomized trials. The limitation used in searching the articles are human, english, and max.5 years publication. Articles were reviewed by two authors and selected if they described advanced triple negative breast cancer, use of platinum agents, and outcome. Results. Seven studies were included. Median survival of metastatic TNBC patients treated with PBC was 10.4 to 32.8 months. There was a significant survival benefit compared to non-PBC treated patients with overall survival 7.5 to 21.5 months. However PBC did not showed significant different benefit between TNBC and non TNBC patients. Conclusion. PBC demonstrated not only higher response rate but also remarkable improvement in PFS and OS. It is still premature to draw a conclusion on survival advantage merely from phase II trials, but for this subtype, platinum agents had extra clinical benefit compared to other agents.Pendahuluan. Topik Manajemen triple-negative breast cancer (TNBC) masih merupakan sebuah tantangan karena ketidaktersediaan target terapi hormonal, sifatnya yang agresif, dan prognosis yang lebih buruk. Beberapa studi menyimpulkan bahwa tumor ini sangat kemosensitif sehingga pada beberapa kasus menghasilkan complete pathological response (pCR), tetapi makna klinisnya kurang berarti1. Meskipun data eksperimental secara kuat mendukung platinum-based chemotherapy (PBC) sebagai kemoterapi yang dapat memperbaiki outcome TNBC, belum ada data studi klinis. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengevaluasi manfaat penambahan agen platinum sebagai terapi pasien TNBC stadium lanjut. Metode. Beberapa database ditelusuri, Kata kunci yang digunakan: triple negative breast cancer, advanced, metastatic, metastases, platinum agents, cisplatin, dan carboplatin. Pencarian tidak dibatasi hanya controlled atau randomized trials untuk meminimalkan hilangnya studi yang bermakna. Pencarian artikel dibatasi pada human subject, english, dan max.5 years publication. Artikel dianalisis oleh dua penulis dan diseleksi sesuai dengan TNBC stadium lanjut, penggunaan agen platinum, dan hasil terapi. Hasil. Median survival empat studi yang ditemukan berada dalam rentang 10.4 hingga 32.8 bulan. Terdapat manfaat cukup signifikan dari penambahan agen kemoterapi platinum sebagai terapi pasien TNBC stadium lanjut, dibandingkan regimen tanpa platinum yang berada dalam rentang 8 hingga 21.5 bulan. Akan tetapi tidak ada perbedaan klinis penggunaan PBC antara pasien TNBC dan non-TNBC. Simpulan. PBC menghasilkan bukan hanya tingkat respon lebih tinggi tetapi juga perbaikan PFS dan OS. Meskipun belum adekuat untuk menyimpulkan adanya perbaikan survival pasien TNBC, platinum lebih memberikan perbaikan klinis daripada agen kemoterapi lain.
The Role of Electrical Impedance Tomography in Lung Imaging Christanto, Anthony; Darinafitri, Irma
Cermin Dunia Kedokteran Vol 48, No 9 (2021): Nyeri Neuropatik
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.915 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v48i9.1498

Abstract

Lung imaging in certain conditions, such as in patients with Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), poses its challenges. Heterogeneity of lung damage in ARDS can only be detected by CT scan, causing treatment delay and increased mortality. Difficulty to perform standard imaging such as CXR in such patients also contributes to the increasing incidence of VALI (Ventilator-Associated Lung Injury) due to diagnosis delay. EIT (Electrical Impedance Tomography) is a novel imaging method that uses electrical impedance modality. EIT is a bedside, continuous imaging method which can depict both solids and fluids (including air) in body cavities, both statically and dynamically. EIT carries the potency to be the primary lung imaging method for patients in intensive care in the future.Pencitraan paru mempunyai tantangan tersendiri pada beberapa kondisi pasien, misalnya pada sindrom distres pernapasan akut (Acute Respiratory Distress Syndrome/ARDS). Heterogenitas kerusakan paru pada ARDS hanya bisa dideteksi menggunakan CT scan, mengakibatkan keterlambatan penanganan serta meningkatnya mortalitas. Kesulitan melakukan pencitraan standar seperti foto polos toraks juga turut berkontribusi dalam meningkatnya insidens VALI (Ventilator-Associated Lung Injury) karena keterlambatan diagnosis. EIT (Electrical Impedance Tomography) merupakan metode pencitraan baru menggunakan modalitas impedansi listrik. EIT dapat mencitrakan benda padat ataupun fluida (termasuk udara) dalam rongga tubuh dengan baik, baik secara statis maupun dinamis, secara kontinu (bedside). EIT berpotensi menjadi metode utama pencitraan paru pasien-pasien di perawatan intensif.
Herpes Zoster Lumbalis Sinistra pada Pasien Terinfeksi HIV Hastuti, Rini; Ulya, Imroatul; Mustifah, Etty Farida; Risman, Muhammad; Dharmawan, Nugrohoaji
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 4 (2018): Cidera Kepala
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.005 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v45i4.667

Abstract

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Diketahui ada hubungan antara infeksi HIV dengan berbagai manifestasi penyakit kulit. Herpes zoster merupakan penyakit kulit yang disebabkan reaktivasi dan multiplikasi virus varicella zoster yang menetap pada ganglia sensoris setelah varicella. Kasus Laki-laki usia 32 tahun dengan gelembung bergerombol berisi air dengan dasar kulit eritem disertai nyeri pada betis sampai punggung kaki kiri sejak 3 hari. Pasien terinfeksi HIV sejak 7 bulan. Didapatkan lesi vesikel herpetiformis di atas dasar eritem sesuai dermatom Lumbal 5 (L5) sinistra. Tes Tzank menunjukkan adanya sel raksasa berinti banyak. Jumlah sel CD4 212/μL.Human Immunodeficiency Virus (HIV) may suppress the immune system. There is a relationship between HIV infection with various skin manifestations. Herpes zoster is caused by reactivation and multiplication of varicella zoster virus in sensory ganglia after varicella. Case : A 32 year-old male with painful, clustered vesicle on erythematous base along left calf to foot since 3 days. He was diagnosed HIV positive 7 months ago. Physical examination showed herpetiform vesicles on erythematous base in left Lumbal 5 (L5) dermatome. Tzank test showed the presence of multinucleated giant cells. CD4 cell count is 212/μL.
Tinea Imbrikata Johan, Reyshiani
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 10 (2016): Anti-aging
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (964.695 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i10.876

Abstract

Tinea imbrikata adalah dermatofitosis kronis yang disebabkan oleh Trychophyton concentricum dengan gambaran morfologis khas, berupa papulo skuamosa yang tersusun dalam lingkaran-lingkaran konsentris sehingga tampak seperti atap genting. Dilaporkan satu kasus tinea imbrikata pada wanita usia 47 tahun. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan lesi kulit dengan distribusi generalisata hampir di seluruh bagian tubuh kecuali wajah, telapak tangan dan kaki berupa skuama halus yang tersusun konsentris. Pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan KOH 10% didapatkan hifa panjang, spora dan epitel.Tinea imbricata is chronic dermatophytosis caused by Trychophyton concentricum with typical morphological description, a squamous papullae arranged in concentric circles like roof tiles. A case of tinea imbricata in women aged 47 years was reported. Skin lesions with a generalized distribution was observed in almost all parts of the body except the face, palms of the hands and feet in the form of concentrically arranged smooth scaling. Microscopic examination with 10% KOH staining obtained long hyphae, spores and epithelium. 
Antenatal Care for High Risk Pregnancy Sungkar, Ali; Surya, Raymond
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 10 (2020): Optalmologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.61 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v47i10.1092

Abstract

Despite 38% gradual fall since 2000, there was still approximately 295,000 women died during and following pregnancy and childbirth in 2017. Factors that lead to high maternal mortality include inequality access to health service, severe bleeding (mostly postpartum hemorrhage), infection, high blood pressure during pregnancy, complication from delivery, and unsafe abortion. These deaths are correlated to delay in decision to seek care, delay in reaching care, delay in receiving adequate health care. Improvement of antenatal care was the solution to this problem. Indonesia has not updated to the newest model of WHO antenatal care in 2016. Defining high-risk and updating the model can help Indonesia provides excellent care for mothers and reduce maternal deaths.Meskipun terdapat penurunan angka kematian ibu (AKI) sebesar 38% sejak tahun 2000, 295.000 wanita meninggal peripartum pada tahun 2017. Faktor yang menyebabkan AKI di antaranya tidak meratanya akses pelayanan kesehatan, perdarahan berat, infeksi, tekanan darah tinggi selama kehamilan, komplikasi persalinan, dan aborsi tidak aman. Kematian ini terkait dengan keterlambatan keputusan untuk merujuk, keterlambatan untuk mencapai tempat rujukan, dan keterlambatan mendapatkan tatalaksana yang baik. Hingga saat ini, Indonesia belum mengikuti panduan kunjungan antenatal terbaru dari WHO tahun 2016. Mendefinisikan kehamilan risiko tinggi dan penyesuaian model kunjungan antenatal diharapkan dapat memberikan perawatan yang baik bagi ibu dan menurunkan kematian maternal. 
Clinical Manifestations of Ocular Tuberculosis -, Elvira
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 1 (2018): Dermatologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (998.426 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v45i1.150

Abstract

Tuberkulosis  (TB)  adalah  infeksi  kronik  oleh Mycobacterium  tuberculosis.  Bakteri  ini  dapat  menginfeksi  mata  dengan  cara  invasi  langsung setelah penyebaran hematogen yang sejalan dengan inflamasi lokal atau melalui reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Manifestasi klinis TB okular dapat menyerupai berbagai bentuk uveitis, tergantung lokasi, respons inang, dan tingkat virulensi bakteri. Diagnosis definitif membutuhkan konfirmasi Mycobacterium  tuberculosis dari jaringan atau cairan okular. Tes kulit tuberkulin dan interferron-gamma  release  assays  (IGRA) dapat  digunakan untuk diagnosis pasien tanpa manifestasi sistemik. Diagnosis dan terapi yang terlambat dapat mengakibatkan kebutaan. Artikel ini akan membahas tentang diagnosis dan terapi TB okular.

Page 4 of 297 | Total Record : 2961


Filter by Year

2014 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 50 No 11 (2023): Pediatri Vol 50 No 10 (2023): Kedokteran Umum Vol 50 No 9 (2023): Penyakit Dalam Vol 50 No 8 (2023): Dermatiologi Vol 50 No 7 (2023): Kardiovaskular Vol 50 No 6 (2023): Edisi CME Vol 50 No 5 (2023): Kedokteran Umum Vol 50 No 4 (2023): Anak Vol 50 No 3 (2023): Kardiologi Vol 50 No 2 (2023): Penyakit Dalam Vol 50 No 1 (2023): Oftalmologi Vol 49, No 4 (2022): Infeksi - COVID-19 Vol 49 No 12 (2022): Dermatologi Vol. 49 No. 11 (2022): Neurologi Vol 49 No 10 (2022): Oftalmologi Vol. 49 No. 9 (2022): Neurologi Vol. 49 No. 8 (2022): Dermatologi Vol 49, No 7 (2022): Vitamin D Vol 49 No 7 (2022): Nutrisi - Vitamin D Vol 49 No 6 (2022): Nutrisi Vol 49, No 6 (2022): Nutrisi Vol 49, No 5 (2022): Jantung dan Saraf Vol 49 No 5 (2022): Neuro-Kardiovaskular Vol 49 No 4 (2022): Penyakit Dalam Vol 49 No 3 (2022): Neurologi Vol 49, No 3 (2022): Saraf Vol 49, No 2 (2022): Infeksi Vol 49 No 2 (2022): Infeksi Vol 49 (2022): CDK Suplemen-2 Vol 49 (2022): CDK Suplemen-1 Vol 49, No 1 (2022): Bedah Vol 49 No 1 (2022): Bedah Vol 48 No 11 (2021): Penyakit Dalam - COVID-19 Vol 48, No 7 (2021): Infeksi - [Covid - 19] Vol 48 No 1 (2021): Infeksi COVID-19 Vol. 48 No. 10 (2021): Continuing Medical Education - Edisi 4 Vol 48 No 8 (2021): Continuing Medical Education - Edisi 3 Vol 48 No 5 (2021): Continuing Medical Education - Edisi 2 Vol. 48 No. 2 (2021): Continuing Medical Education - Edisi 1 Vol 48, No 12 (2021): General Medicine Vol 48 No 12 (2021): Penyakit Dalam Vol 48, No 11 (2021): Kardio-SerebroVaskular Vol 48, No 10 (2021): CME - Continuing Medical Education Vol 48, No 9 (2021): Nyeri Neuropatik Vol 48 No 9 (2021): Neurologi Vol 48, No 8 (2021): CME - Continuing Medical Education Vol 48 No 7 (2021): Infeksi Vol 48, No 6 (2021): Kardiologi Vol 48 No 6 (2021): Kardiologi Vol 48, No 5 (2021): CME - Continuing Medical Education Vol 48 No 4 (2021): Dermatologi Vol 48, No 4 (2021): Dermatologi Vol 48, No 3 (2021): Obstetri dan Ginekologi Vol. 48 No. 3 (2021): Obstetri - Ginekologi Vol 48, No 2 (2021): Farmakologi - Vitamin D Vol 48, No 1 (2021): Penyakit Dalam Vol 47, No 12 (2020): Dermatologi Vol 47, No 11 (2020): Infeksi Vol 47, No 10 (2020): Optalmologi Vol. 47 No. 10 (2020): Dermatologi Vol 47 No 9 (2020): Infeksi Vol 47, No 9 (2020): Neurologi Vol. 47 No. 8 (2020): Oftalmologi Vol 47, No 8 (2020): Kardiologi Vol 47, No 7 (2020): Bedah Vol. 47 No. 7 (2020): Neurologi Vol 47 No 6 (2020): Kardiologi & Pediatri Vol 47, No 5 (2020): CME - Continuing Medical Education Vol. 47 No. 5 (2020): Bedah Vol. 47 No. 4 (2020): Interna Vol 47, No 4 (2020): Arthritis Vol. 47 No. 3 (2020): Dermatologi Vol 47, No 3 (2020): Dermatologi Vol 47, No 2 (2020): Penyakit Infeksi Vol 47 No 2 (2020): Infeksi Vol 47, No 1 (2020): CME - Continuing Medical Education Vol 47, No 1 (2020): Bedah Vol 47 No 1 (2020): Bedah Vol. 46 No. 7 (2019): Continuing Medical Education - 2 Vol 46 No 12 (2019): Kardiovakular Vol 46, No 12 (2019): Kardiovaskular Vol. 46 No. 11 (2019): Pediatri Vol 46, No 11 (2019): Kesehatan Anak Vol 46, No 10 (2019): Farmasi Vol. 46 No. 10 (2019): Farmakologi - Continuing Professional Development Vol 46 No 9 (2019): Neurologi Vol 46, No 9 (2019): Neuropati Vol 46, No 8 (2019): Kesehatan Anak Vol. 46 No. 8 (2019): Pediatri Vol 46, No 7 (2019): CME - Continuing Medical Education Vol 46, No 6 (2019): Diabetes Mellitus Vol 46 No 6 (2019): Endokrinologi Vol. 46 No. 5 (2019): Pediatri Vol 46, No 5 (2019): Pediatri Vol. 46 No. 4 (2019): Dermatologi Vol 46, No 4 (2019): Dermatologi Vol 46, No 3 (2019): Nutrisi Vol. 46 No. 3 (2019): Nutrisi Vol 46, No 2 (2019): Penyakit Dalam Vol. 46 No. 2 (2019): Interna Vol 46 No 1 (2019): Obstetri-Ginekologi Vol 46, No 1 (2019): CME - Continuing Medical Education Vol 46, No 1 (2019): Obstetri - Ginekologi Vol 45, No 12 (2018): Farmakologi Vol 45 No 12 (2018): Interna Vol 45, No 11 (2018): Neurologi Vol. 45 No. 11 (2018): Neurologi Vol. 45 No. 10 (2018): Muskuloskeletal Vol 45, No 10 (2018): Muskuloskeletal Vol 45 No 9 (2018): Infeksi Vol 45, No 9 (2018): Infeksi Vol. 45 No. 8 (2018): Dermatologi Vol 45, No 8 (2018): Alopesia Vol 45, No 7 (2018): Onkologi Vol 45 No 7 (2018): Onkologi Vol. 45 No. 6 (2018): Interna Vol 45, No 6 (2018): Penyakit Dalam Vol 45, No 5 (2018): Nutrisi Vol. 45 No. 5 (2018): Nutrisi Vol 45, No 4 (2018): Cedera Kepala Vol 45 No 4 (2018): Neurologi Vol 45, No 4 (2018): Cidera Kepala Vol. 45 No. 3 (2018): Muskuloskeletal Vol 45, No 3 (2018): Muskuloskeletal Vol. 45 No. 2 (2018): Urologi Vol 45, No 2 (2018): Urologi Vol 45 No 1 (2018): Dermatologi Vol 45, No 1 (2018): Suplemen Vol 45, No 1 (2018): Dermatologi Vol 44, No 12 (2017): Neurologi Vol 44, No 11 (2017): Kardiovaskuler Vol 44, No 10 (2017): Pediatrik Vol 44, No 9 (2017): Kardiologi Vol 44, No 8 (2017): Obstetri-Ginekologi Vol 44, No 7 (2017): THT Vol 44, No 6 (2017): Dermatologi Vol 44, No 5 (2017): Gastrointestinal Vol 44, No 4 (2017): Optalmologi Vol 44, No 3 (2017): Infeksi Vol 44, No 2 (2017): Neurologi Vol 44, No 1 (2017): Nutrisi Vol 43, No 12 (2016): Kardiovaskular Vol 43, No 11 (2016): Kesehatan Ibu - Anak Vol 43, No 10 (2016): Anti-aging Vol 43, No 9 (2016): Kardiovaskuler Vol 43, No 8 (2016): Infeksi Vol 43, No 7 (2016): Kulit Vol 43, No 6 (2016): Metabolik Vol 43, No 5 (2016): Infeksi Vol 43, No 4 (2016): Adiksi Vol 43, No 3 (2016): Kardiologi Vol 43, No 2 (2016): Diabetes Mellitus Vol 43, No 1 (2016): Neurologi Vol 42, No 12 (2015): Dermatologi Vol 42, No 11 (2015): Kanker Vol 42, No 10 (2015): Neurologi Vol 42, No 9 (2015): Pediatri Vol 42, No 8 (2015): Nutrisi Vol 42, No 7 (2015): Stem Cell Vol 42, No 6 (2015): Malaria Vol 42, No 5 (2015): Kardiologi Vol 42, No 4 (2015): Alergi Vol 42, No 3 (2015): Nyeri Vol 42, No 2 (2015): Bedah Vol 42, No 1 (2015): Neurologi Vol 41, No 12 (2014): Endokrin Vol 41, No 11 (2014): Infeksi Vol 41, No 10 (2014): Hematologi Vol 41, No 9 (2014): Diabetes Mellitus Vol 41, No 8 (2014): Pediatrik Vol 41, No 7 (2014): Kardiologi Vol 41, No 6 (2014): Bedah Vol 41, No 5 (2014): Muskuloskeletal Vol 41, No 4 (2014): Dermatologi Vol 41, No 3 (2014): Farmakologi Vol 41, No 2 (2014): Neurologi Vol 41, No 1 (2014): Neurologi More Issue