cover
Contact Name
Simon Simon
Contact Email
charistheo08@gmail.com
Phone
+62895395000168
Journal Mail Official
charistheo08@gmail.com
Editorial Address
Kampus Utama: BG Junction Mall L2/P5, Jl. Bubutan 1-7 Surabaya
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
ISSN : 28088735     EISSN : 28084454     DOI : -
Fokus dan ruang lingkup jurnal CHARISTHEO: Teologi Kristen Pendidikan Agama Kristen Kepemimpinan Kristen Etika Kristen Sosial dan Keagamaan Misiologi
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 2 (2022): Maret 2022" : 8 Documents clear
Pemulihan Anak yang Mengalami Kekerasan dari Orang Tua Akibat Pandemi Covid-19 Asmat Purba; Lisna Novalia; Linda Zenita Simanjuntak
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.728 KB) | DOI: 10.54592/jct.v1i2.26

Abstract

The purpose of this article is to find the right way for parents not to abuse their children both verbally and physically. As a good parent, be a guide in truth and comfort in times when children are sad or find problems. Children are God's gift to be loved by parents. They need to be loved, valued as God's creation, and want to be raised with compassion rather than by violence. Children who have been harmed by parents should not be allowed but should be restored immediately. This article discusses the recovery of children who experience violence from parents due to the Covid-19 pandemic. This research is qualitative, looking for phenomenal information in the community through online newspapers to obtain data by reducing certain parts and sorting according to the purpose of the research. Parents should pay attention and affection to their children under any circumstances. To children who have violence problems, parents are asked to provide guidance in the form of special counseling such as inner healing and guide children out of fines, bitter roots and free them to tell the root of the problem at hand.ABSTRAKTujuan dari artikel ini untuk menemukan cara yang tepat bagi para orang tua agar tidak melakukan kekerasan terhadap anak-anak mereka baik secara verbal maupun fisik. Sebagai orangtua yang baik justeru menjadi pembimbing dalam kebenaran dan penghibur di saat anak-nak bersedih atau menemukan masalah. Anak-anak adalah titipan Tuhan untuk dikasihi oleh orang tua. Mereka membutuhkan dikasihi, dihargai sebagai ciptaan Allah, dan ingin dibesarkan dengan kasih sayang bukan dengan kekerasan. Anak yang sudah terlanjur dilukai oleh orang tua tidak boleh dibiarkan tetapi harus segera dipulihkan. Artikel ini membahas pemulihan anak yang mengalami kekerasan dari orang tua akibat pandemi Covid-19. Penelitian ini bersifat kualitatif, mencari informasi yang fenomenal di masyarakat melalui Koran online untuk memperoleh data dengan mereduksi bagian-bagian tertentu dan memilah yang sesuai tujuan penelitian. Orang tua harus memberi perhatian dan kasih sayang pada anak-anaknya dalam keadaan apapun. Kepada anak yang memiliki masalah kekerasan maka orang tua diminta memberikan bimbingan dalam bentuk konseling khusus seperti inner healing dan menuntun anak-anak keluar dari dengan, akar pahit serta membebaskan mereka untuk menceritakan akar masalah yang dihadapi. Kata kunci: pemulihan; anak, kekerasan; orang tua; pandemi covid-19; konseling krisis; luka batin. 
Karya Roh Kudus yang Karismatik dalam Kehidupan Kristus Menurut Injil Lukas dan Implikasinya bagi Orang Percaya Kalis Stevanus
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.14 KB) | DOI: 10.54592/jct.v1i2.23

Abstract

This research method is a descriptive qualitative method with the aim of describing the role of the Holy Spirit in the life of Christ specifically from Luke's writings in the Gospel of Luke. This paper is expected to complement and add to the understanding of what has been written and understood by many theologians and Christians, so that readers can benefit from their Christian faith life. The search results in Luke's Gospel show that Luke emphasizes the charismatic work of the Holy Spirit. In Luke's charismatic theology, the Holy Spirit plays a key role in the history of salvation. This is shown especially in the life of Jesus as a charismatic prophet. Jesus was not only anointed by the Holy Spirit, but was filled and led by the Spirit. For Luke, it was impossible to separate Jesus' salvific mission from the charismatic work of the Holy Spirit.ABSTRAKMetode penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan maksud untuk memaparkan peran Roh Kudus dalam kehidupan Kristus secara khusus dari tulisan Lukas di dalam Injil Lukas. Tulisan ini diharapkan dapat melengkapi dan menambah pemahaman apa yang selama ini sudah ditulis dan dipahami oleh banyak teolog maupun umat Kristen, sehingga pembaca mendapat manfaat bagi kehidupan iman kristianinya. Hasil penelusuran di dalam Injil Lukas menunjukkan Lukas memberi penekanan pada karya karismatik Roh Kudus. Di dalam teologi karismatiknya Lukas, Roh Kudus memegang peran kunci dalam sejarah keselamatan. Hal itu ditunjukkan khususnya di dalam hidup Yesus sebagai nabi karismatik. Yesus bukan saja diurapi oleh Roh Kudus, tetapi dipenuhi dan dipimpin oleh Roh. Bagi Lukas, tidaklah mungkin untuk memisahkan misi keselamatan Yesus dari karya Roh Kudus yang karismatik dan misioner. Kata kunci: Injil Lukas, Karismatik, Kristus, Roh Kudus
Kajian Hermeneutis Ungkapan “Sungguh Amat Baik” dalam Kejadian 1:31 Ditinjau dari Perspektif Redemptive-Historical Approach Jhon Leonardo Presley Purba; Hizkia Febrian Prastowo; Robinson Rimun
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.194 KB) | DOI: 10.54592/jct.v1i2.14

Abstract

AbstractThe phrase “it was very good” in Genesis 1:31 is a phrase that has important theological and historical significance in the redemptive historical of Christ. The history of redemption itself, as a hermeneutical approach, cannot be separated from the events of creation. Presented in a qualitative descriptive form with the method of literature study and grammatical textual analysis, this article is intended to do a hermeneutical study of the expression “it was very good” in Genesis 1:31, which is carried out from the perspective of the redemptive historical approach, to then find its theological and historical meaning. The results of this study conclude that based on a hermeneutical study from the perspective of the redemptive historical approach, the expression “it was very good” in Genesis 1:31 has two important meanings, first, the theological meaning in terms of genealogy/origins of creation where this expression is God's qualitative assessment of the quality of all creation that is perfect, complete and harmonious, which reflects the quality of God as the Creator. Second, the historical meaning which is viewed from the eschatology of Christ's redemption where this expression is the beginning of history which progressively, after the fall of man into sin, also acts as the beginning and end of the history of redemption. The phrase “it was very good” is the ultimate goal/ultimate quality of all creation that Christ has redeemed. Christ's redemptive work restores the quality of the value of creation to its original state, as God intended from the beginning.AbstrakUngkapan “sungguh amat baik” dalam Kejadian 1:31 merupakan frasa yang memiliki makna teologis dan historis yang penting dalam sejarah penebusan Kristus. Sejarah penebusan sendiri sebagai suatu pendekatan hermeneutis, tidak dapat dipisahkan dari peristiwa penciptaan. Disajikan dalam bentuk kualitatif deskriptif dengan metode studi literature dan analisis tekstual grammatical, tulisan dimaksudkan untuk melakukan kajian hermeneutis terhadap ungkapan “sungguh amat baik” dalam Kejadian 1:31, yang dilakukan dari perspektif redemptive historical approach, untuk kemudian menemukan makna teologis dan historisnya. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa berdasarkan kajian hermeneutis dari perspektif redemptive historical approach, ungkapan “sungguh amat baik” dalam Kejadian 1:31 memiliki dua makna penting yaitu pertama, makna teologis ditinjau dari silsilah/asal-usul penciptaan dimana ungkapan ini merupakan penilaian kualitatif Allah atas kualitas segala ciptaan yang sempurna, utuh dan harmonis, yang mencerminkan kualitas Allah sebagai Pencipta. Kedua, makna historis yang ditinjau dari eskatologis penebusan Kristus dimana ungkapan ini merupakan awal dari sejarah yang secara progressive, setelah kejatuhan manusia dalam dosa, juga berperan sebagai awal dan tujuan akhir sejarah penebusan. Ungkapan “sungguh amat baik” merupakan tujuan akhir/kualitas akhir segala ciptaan yang telah ditebus Kristus. Karya penebusan Kristus mengembalikan kualitas nilai ciptaan kepada keadaanya yang semula, sebagaimana Allah maksudkan sejak awal.
VIRTUALISASI TUHAN: Menyelak Ownership Tokoh Agama Elia Tambunan; Simon Simon
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.837 KB) | DOI: 10.54592/jct.v1i2.29

Abstract

The boom of information, communication and technology is changing the landscape of religious performance, especially when the West falls into a workaholicism without losing spiritualism by not leaving work. Moreover, when the world is hit by the Covid-19 pandemic, that performance is increasingly finding momentum in the virtual space. Islamic and Christian leaders are required to exist in shepherding faith of their people. Using modern socio-religious studies, religious phenomena in the digital space are analyzed in this paper to nark the virtualization of religious actorship. The data is collected from an integration of literature and social media related to the teachings of Islamic and Christian religious figures. From there, it was found, because of the sophistication of digital technology, religion in the virtual industry is trapped as a content commodity that has succeeded in placing religious figures as central actors, but often away from the supervision and control of the audience. The virtualization of religion places the religious leader as filmmakers as well as the main actors in their sacred duties but also turns towards ownership in many ways. This is revealed from the theoretical framework, namely the spiritual market, which is used here.ABSTRAKDentuman teknologi mengubah lanskap performa agama, khususnya ketika dunia Barat gila kerja tanpa kehilangan spiritualisme dengan tidak meninggalkan pekerjaan. Banyak agamawan tidak siap, tetapi banyak juga yang merekayasa diri, terlebih ketika dunia dihantam pandemic Covid-19, performa tersebut semakin menemukan momentum di ruang virtual. Pemimpin Islam dan Kristen dituntut eksis untuk menggembalakan iman umat. Lewat studi sosial keagamaan modern, fenomena keagamaan di ruang digital dianalisis dalam tulisan ini untuk menyelak virtualisasi pemeranan tokoh agama. Data dikumpulkan dari perpaduan literatur dan media sosial terkait dengan ajaran tokoh agama Islam dan Kristen. Dari sana ditemukan, oleh karena kecanggihan teknologi digital, agama dalam industri virtual terperangkap sebagai komoditas konten yang berhasil menempatkan tokoh agama sebagai aktor sentral, namun sering luput dari kontrol audiens. Secara baru, virtualisasi agama menempatkan para tokoh agama menjadi sineas sekaligus pemeran utama dalam tugas-tugas kudus mereka namun juga berkelok ke arah kepemilikan dalam banyak hal. Hal itu terungkap dari kerangka teori, yaitu pasar rohani dalam studi sosial keagamaan, yang digunakan di sini. Kata kunci: Aktor Agama, Kepemilikan, Pasar Rohani, Virtualisasi Tuhan
Allah Telah Berjanji untuk Menyelamatkan Manusia: Sebuah Studi Eksegsis Kejadian 3:15 Regueli Daeli; Samuel Purdaryanto; Apriani Telaumbanua
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.569 KB) | DOI: 10.54592/jct.v1i2.16

Abstract

  Salvation is a gift from God that is given to humans freely through Jesus Christ as Lord and Savior of the world. The fall of man into sin, makes human spiritual decline and live in sin. However, because God loves humans, it is God who took the initiative to seek humans (Gen. 3:8-9) and promised to save and restore human life through the redemption that God would work out in Jesus Christ on the cross (cf. Gen. 3 :15). This promise is seen when God was incarnated in the flesh, born of a woman, namely Mary. And this refers to the person of Jesus Christ who was born of female offspring. In John 3:16, it is the fulfillment of God's promise in Genesis 3:15. These two verses are continuous with God's actions in realizing His promise to save His people through the female offspring, namely Jesus Christ. Therefore, the principle of salvation in both Old and New Testament times is the grace of God. That is why in this paper, the author analyzes the term his descendants crush your head and you will bruise his heel indicating the realization of the promise of salvation that will be carried out by God. Therefore, the concept of salvation in Christianity is the work of God. Keywords: Salvation, God’s Grace, man, Genesis 3:15   ABSTRAKSKeselamatan adalah anugerah Allah yang diberikan kepada manusia secara cuma-cuma melalui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia. Kejatuhan manusia ke dalam dosa, membuat spritual manusia merosot dan hidup dalam keberdosaan. Namun karena Allah mengasihi manusia, maka Allah yang berinisiatif untuk mencari manusia (Kej. 3:8-9) dan berjanji akan menyelamatkan dan memulihkan kehidupan manusia melalui penebusan yang akan dikerjakan oleh Allah di dalam Yesus Kristus di kayu salib (bnd. Kej.3:15). Janji ini terlihat ketika Allah berinkarnasi dalam daging, yang lahir dari seorang perempuan yaitu Maria. Dan hal ini merujuk pada pribadi Yesus Kristus yang telah lahir dari keturunan perempuan. Dalam Yohanes 3:16, merupakan penggenapan janji Allah dalam Kejadian 3:15. Kedua ayat tersebut berkesinambungan dengan tindakan Allah dalam merealisasikan janji-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya melalui keturunan perempuan yaitu Yesus Kristus. Oleh karena itu prinsip keselamatan baik pada zaman Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru adalah kasih karunia Allah. Itulah sebabnya dalam tulisan ini, penulis menganalisis istilah keturunannya meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya menunjukkan realisasi janji penyelamatan yang akan dikerjakan oleh Allah. Oleh karena itu, konsep keselamatan dalam Kekristenan adalah karya Allah.   Kata Kunci: Keselamatan; Anugerah Allah, manusia, Kejadian 3:15
Model Kepemimpinan Berkelanjutan : Sebuah Kajian Kritis Kepemimpinan dan Manajemen Tokoh Musa Berdasarkan Keluaran 18:1-27 Tan Lie Lie; Fandy Prasetya Kusuma
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.045 KB) | DOI: 10.54592/jct.v1i2.25

Abstract

 The Book of Exodus ( שְׁמוֹת ) chapter 18 is present as a discourse with a narrative content of the process of reforming the leadership-management system on a national scale. Moses' position as the singular-central figure of leadership for the Israelites brought problematic consequences in the form of inefficiency in the governance of holistic consulting services. The presence of Jethro as an external figure is seen as the basis of a revolution in the field of leadership-management of the nation. A qualitative research method based on a critical literature review that is integrated with a triad of approaches is used in this research. The findings include managerial advice, recommendations for entities to reconstruct the leadership system in the form of a tetra-strata pyramid, a positive response to Moses' openness and transformational reform. In the framework of the novelty, the legacy of the leadership-management system is modified into a Sustainable Leadership Model (SLB/MKB) which is open with customization after the contemporary context.  Keywords: Musa, managerial, Model, Sustainable Leadership ABSTRAKKitab Keluaran ( שְׁמוֹת ) pasal 18 hadir sebagai wacana dengan muatan naratif proses pembaharuan sistem kepemimpinan-manajemen skala nasional. Kedudukan Musa sebagai figur singular-sentral kepemimpinan bagi bangsa Israel membawa konsekuensi problematik berupa inefisiensi tata kelola layanan konsultasi holistik. Kehadiran Yitro sebagai sosok eksternal dipandang sebagai pangkal revolusi pada bidang kepemimpinan-manajemen bangsa. Metode penelitian kualitatif berbasis kajian kritis kepustakaan yang diintegrasikan dengan triad ancangan dipakai dalam riset ini. Temuan berupa advis manajerial, rekomendasi entitas rekonstruksi sistem kepemimpinan berbentuk piramida tetra-strata, respons positif keterbukaan Musa dan reformasi transformasional. Dalam kerangka kebaruan, warisan sistem kepemimpinan-manajeman tersebut dimodifikasi menjadi Model Kepemimipinan Berkelanjutan (MKB) yang terbuka dengan kustomisasi seusai konteks zaman kiwari. Kata Kunci : Musa, manajerial, Model, Kepemimpinan Berkelanjutan
Perspektif Medis dan Teologis Terhadap Transgender sebagai Acuan bagi Gereja dalam Bersikap Andreas Kurniawan; Tjutjun Setiawan; Yanto Paulus Hermanto; Ferry Simanjuntak
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.802 KB) | DOI: 10.54592/jct.v1i2.11

Abstract

Transgender phenomena are often found in people's lives, especially in the field of work such as fashion, beauty salons, the world of entertainment and others. Many of them change their physique and appearance by performing medical procedures, namely surgery. In this study, the researcher formulates how the medical and theological perspectives on transgender are as a reference for the church in acting. The researcher used descriptive qualitative method with a literature review approach. The result of this research is that transgender is a sin from a theological perspective because it is not in accordance with biblical truth, and God is able to restore their souls without changing their physical bodies. Meanwhile, medically for cases where it is not clear what the gender is and requires medical action such as surgery, medically it must first be ascertained that the body and innate organs are not followed by psychological factors. The church must take Jesus as an example in the attitude of hating sin but loving sinners and helping these transgender people with pastoral care. ABSTRAKFenomena transgender banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat terutama pada bidang pekerjaan seperti fashion, salon kecantikan, dunia entertainmen dan lain-lain. Banyak dari antara mereka yang mengubah fisik dan penampilan dengan melakukan tindakan medis yaitu tindakan operasi. Dalam penelitian ini Peneliti merumuskan bagaimana perspektif medis dan teologis terhadap transgender sebagai acuan bagi gereja dalam bersikap.  Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif  dengan pendekatan kajian literatur.  Hasil dari penelitian  ini  adalah  bahwa transgender  itu dosa dipandang dari perspektif teologis karena tidak sesuai dengan kebenaran alkitab, dan Allah sanggup memulihkan jiwa mereka tanpa merubah fisik mereka. Sedangkan secara medis untuk kasus yang tidak jelas apa jenis kelaminnya dan membutuhkan tindakan medis seperti operasi maka secara medis harus dipastikan terlebih dahulu tubuh dan organ tubuh bawaan, bukan mengikuti faktor kejiwaannya. Gereja harus menjadikan  Yesus sebagai teladan dalam bersikap yaitu  membenci dosa tetapi mengasihi orang berdosa dan menolong  kaum transgender ini dengan pendampingan pastoral. Kata Kunci: LBGT; Trangender, Iman Kristen, Sikap Gereja, Mengasihi Sesama.
Tujuan Pembelajaran Dalam Pendidikan Kristen Berdasarkan 2 Timotius 3:16 Firman Panjaitan
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.727 KB) | DOI: 10.54592/jct.v1i2.21

Abstract

The general problem in today's education pattern lies in the imbalance between the cognitive, affective and psychomotor domains. Education tends to focus on the cognitive domain and ignores the affective and psychomotor domains, so that students' self-worth becomes "incomplete" because students have intellectual property but are poor in attitude and character. Research on the text of 2 Timothy 3:16 has the aim of proving that the right learning pattern to achieve results must touch all aspects of Christian education and the formation of the character of students. By using qualitative methods, especially textual exegesis of the text of 2 Timothy 3:16, the result is that the learning pattern must be holistic, which includes all areas of learning. Cognitively, Christian education develops the intellectual level of students as expected, and this must be balanced with the personality development of students who are part of the affective realm. This personality development makes students have emotional self-control and good character. The balance of the two domains above is equipped with psychomotor aspects that aim to build the students' personalities in achieving a level of self-restraint in dealing with life and the surrounding environment. Thus the balance of education fosters a pattern of discipline that allows students to correctly recognize Jesus Christ and behave appropriately towards their environment.Keywords: 2 Timothy 3:16; Learning; Educators; Students Abstrak Permasalahan umum dalam pola pendidikan dewasa ini terletak pada ketidakseimbangan antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendidikan cenderung berfokus pada ranah kognitif dan mengabaikan ranah afektif dan psikomotorik, sehingga nilai diri peserta didik menjadi “tidak utuh” karena peserta didik memiliki kekayaan secara intelektual tetapi miskin di dalam sikap dan karakter. Penelitian terhadap teks 2 Timotius 3:16 memiliki tujuan untuk membuktikan bahwa pola pembelajaran yang tepat untuk mencapai hasil harus menyentuh semua ranah dalam pendidikan Kristen dan pembentukan karakter dari peserta didik. Dengan menggunakan metode kualitatif, khususnya eksegesa tekstual terhadap teks 2 Timotius 3:16, diperoleh hasil bahwa pola pembelajaran harus bersifat holistik, yaitu meliputi semua ranah pembelajaran. Secara kognitif,  pendidikan Kristen mengembangkan tingkat inteletualitas para peserta didik seperti yang diharapkan, dan hal ini harus seimbang dengan perkembangan kepribadian para peserta didik yang merupakan bagian dari ranah afektif. Perkembangan kepribadian ini menjadikan peserta didik memiliki penguasaan diri secara emosional dan karakter yang baik. Keseimbangan kedua ranah di atas dilengkapi dengan aspek psikomotorik yang bertujuan membangun pribadi peserta didiknya dalam mencapai tingkat ketahanan diri dalam menghadapi kehidupan dan lingkungan sekitar. Dengan demikian keseimbangan pendidikan menumbuhkan pola disiplin yang peserta didik terhadap pengenalan yang benar akan Yesus Kristus dan berperilaku yang tepat terhadap lingkungannya.Kata-kata Kunci:  2 Timotius 3:16; Pembelajaran; Pendidik; Peserta didik

Page 1 of 1 | Total Record : 8