cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 11 No. 2 (2004): Desember 2004" : 10 Documents clear
HUBUNGAN PERUBAHAN JENIS KELAMIN DAN UKURAN TUBUH IKAN BELUT SAWAH (Monopterus albus) Etty Riani; Yunizar Ernawati
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 11 No. 2 (2004): Desember 2004
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1279.737 KB)

Abstract

Belut (Monopterus albus) bersifat hermaprodit protogini, yang mengalami perubahan jenis kelamin dari betina menjadi jantan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perubahan jenis kelamin dengan ukuran tubuh ikan belut. Penelitian berlangsung di Desa Kahuripan, Kecamatan Tawang, Tasikmalaya, Jawa Barat dari Juni sampai Juli 2002. Pengambilan contoh dilakukan secara acak sebanyak 11 kali, tiga hari sekali pada pukul 20.00 – 04.00 WIB, di tiga stasiun. Dari hasil penangkapan didapat 162 ekor belut, di stasiun I 67 ekor, stasiun II 65 ekor dan stasiun III 30 ekor. Hasil tangkapan paling banyak berukuran 22.8 - 26.7 cm. Hasil tangkapan stasiun I dan II relatif sama sedangkan pada stasiun III berbeda. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa panjang belut yang berukuran kurang dari atau sama dengan 29 cm berjenis kelamin betina namun yang lebih dari 29 cm berjenis kelamin jantan. Belut yang matang gonad pada stasiun I berukuran 24.9 - 28.8 cm, pada stasiun II, 19.0 - 23.1 cm dan 23.2 - 27.3 cm. Sedangkan di stasiun III tidak ditemukan yang matang gonad. Berdasarkan IKG belut yang diperoleh di ketiga stasiun, IKG terbanyak ada pada selang kelas IKG 0.0124 - 0.0873. Fekunditas 35 - 250 butir dengan ukuran telur 0.0265 - 1.2624 mm, dengan pola pemijahan sebagian (partial spawner).Kata kunci: belut, hermaprodit protogini, jenis kelamin, ukuran, IKG, fekunditas. The research was aimed to study body size and sexual changes relationship in a protoginy hermaphrodite species the eel, monopterus albus. This research were conducted in Kahuripan village, district of Tawang, Tasikmalaya, West Java during June to July 2002. Sampling were done at three stations for eleven time, with 3 days interval between 20.00 pm until 04.00 am. The number of eel collected were consisting of 162, ie 67; 65 and 30 from the first, second and third station respectively. The length of the eel were ranged between 22.8 - 26.7 cm. The results showed that the eel less than or equal to 29 cm in length were female, more than 29 cm were male. The mature eel were found in the first and second stations with body size of 24.9 - 28.8 cm, 19.0 - 23.1 cm, respectively. IKG values were varied between 0.0124 - 0.0873, fecundity between 35 - 250 egg, and egg diameter between 0.0265 - 1.2624 mm. Based on egg diameter, eel is considered as partial spawner.Key words: eel, protoginy hermaphrodite, sexuality, body size, IKG and fecundity.
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK Kasful Anwar; Mozes Toelihere; Ridwan Affandi; Norman Razieb Azwar; Etty Riani
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 11 No. 2 (2004): Desember 2004
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.963 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan tiram mutiara Pintada maxima. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2003 sampai Februari 2004 di perairan Teluk Sekotong Propinsi Lombok. Pengambilan contoh fitoplankton di perairan dilakukan setiap 3 jam sekali selama 24 jam antara pukul 06.00 - 03.00 WIB. Pada setiap pemgamatan diambil sebanyak 8 ekor tiram mutiara untuk sekali pengamatan. Untukmemperoleh gambaran kebiasaan makan tiram mutiara dilakukan analisis indeks pilihan. Pintada maxima memakan semua fitoplankton yang ada di lingkungannya. Tiram mutiara tidak melakukan seleksi terhadap jenis makanannya yang terdapat di alam, tetapi menyeleksi makanannya berdasarkan ukuran makanannya. Tiram mutiara menyukai makanan yang memiliki ukuran lebih kecil. Persentase jenis-jenis fitoplanktonyang disukai tiram mutiara berturut-turut adalah kelas Bacillariophyceae, Dinophyceae, Ciliata, Chrisophyta, Cyanophyceae, Chlorophyceae dan moluska.Kata kunci: kebiasaan makan, Pintada maxima, Teluk Sekotong
PENEMPELAN MUSIMAN PARASIT BOPYRID PADA UDANG LUMPUR, Nihonotrypaea japonica (Ortmann, 1891) DAN EFEKNYA TERHADAP KERAGAAN REPRODUKTIF BETINA Yusli Wardiatno
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 11 No. 2 (2004): Desember 2004
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.031 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji penempelan musiman sejenis bopyrid parasit pada udang lumpur, Nihonotrypaea japonica, dan untuk mengkaji efek penempelannya terhadap keragaan reproduktif udang lumpur betina. Pengambilan contoh dilakukan selama 21 kali pada saat pasang purnama antara tanggal 20 April 1999 hingga 18 April 2000 di 3 (tiga) stasiun tetap pada suatu daerah intertidal pantai berpasir muara Sungai Shirakawa, perairan estuari Ariake, Kyushu Barat, Jepang. Penempelan parasit, baik pada jantan maupun betina, dicatat dengan indikasi pembengkakan ruang insang. Efek penempelan parasit terhadap keragaan reproduktif udang betina diukur dengan membandingkan indek perkembangan ovari betina berparasit, betina tidak berparasit, dan total betina keseluruhan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penempelan parasit pada jantan lebih tinggi dibandingkan pada betina, meskipun nisbah kelamin memperlihatkan lebih banyak betina dibandingkan jantan. Indeks perkembangan ovari menunjukkan bahwa efek penempelan parasit terhadap keragaan reproduktif lebih bersifat individual.Kata kunci: parasit bopyrid, udang lumpur, callianassidae, pantai berpasir, perairan estuari Ariake, Kyushu.
PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK ACOUSTIC DESCRIPTOR ANALYZER (ADA-VERSI 2004) UNTUK IDENTIFIKASI KAWANAN IKAN PELAGIS Fauziyah ,; Indra Jaya
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 11 No. 2 (2004): Desember 2004
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.474 KB)

Abstract

Pada survei hidroakustik kesalahan identifikasi kelompok spesies akan mempengaruhi akurasi perkiraan distribusi dan biomassa ikan. Tujuan pengembangan perangkat lunak ini adalah untuk mengidentifikasi atau mendeteksi kawanan ikan pelagis di suatu perairan dengan menggunakan deskriptor akustik. Pendekatan program ADA-2004 (Acoustic Descriptor Analyzer) adalah untuk membantu menganalisis berbagai tampilan kawanan ikan pelagis dengan menggunakan teknik pengolahan citra dan mengembangkan algoritma yang dapatmembedakan antar kelompok spesies. Sistem ini menggunakan Window XP atau versi lainnya sebagai dasar untuk mengaplikasi bahasa program Matlab version 6.3. Perangkat lunak ini telah diuji coba untuk pendeteksian kawanan ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker, 1853) di perairan Selat Bali dan menunjukkan hasil yang memuaskan.Kata kunci: Perangkat lunak, identifikasi, kawanan ikan pelagis, deskriptor akustik.
KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM BARAT DAN TIMUR Harpasis S. Sanusi
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 11 No. 2 (2004): Desember 2004
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (807.831 KB)

Abstract

Hasil penelitian pada periode musim barat (Desember, 1993) maupun timur (Juli, 1994) memperlihatkan kadar zat hara (NO3-N, NH4-N, PO4-P) yang relatif rendah bagi kebutuhan optimum proses fotosintesis fitoplankton. Unsur hara SiO2 terlarut pada musim barat, baik di perairan permukaan (37.56 - 151.68 mg SiO2/l) maupun pada kedalaman 25 m (3.97 - 39.19 mg SiO2/l) jauh berada di atas rata-rata normal 2.0 mg SiO2/l. Lain halnya pada musim timur, kadar SiO2 tercatat rendah yaitu 0.135 - 0.995 mg SiO2/l (perairan permukaan) dan 0.132 - 0.218 mg SiO2/l (kedalaman 25 m). Keberadaan unsur hara di perairan teluk selain dipengaruhi aktivitas fotosintesis juga dipengaruhi masukan dari sistem sungai yang bermuara di teluk (elemen alogenik) antara lain berupa pengaruh tingginya padatan tersuspensi (79 - 660 mg/l) yang terbawa sungai terutama pada musim barat. Penyebaran vertikal (hingga kedalaman 25 m) unsur hara pada kedua musim memperlihatkan kecenderungan menurun, terutama silikat, fosfat dan nitrat pada musim barat. Kadar unsurhara yang relatif lebih rendah pada kedalaman 25 m diikuti oleh kelimpahan organisme plankton yang lebih rendah dibandingkan dengan yang terdapat di perairan permukaan. Pada musim barat, produktivitas atau kesuburan perairan teluk, dinilai dari kelimpahan organisme plankton dan bentos, tergolong rendah sampai sedang. Berbeda dengan musim timur, produktivitas perairannya relatif tinggi yang dicirikan oleh kelimpahan plankton yang tinggi.Kata kunci: Musim barat, musim timur, unsur hara, debit sungai, elemen alogenik, padatan tersuspensi.
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JAWA BARAT Didik Wahju Hendro Tjahjo; Mennofatria Boer; Ridwan Affandi; Ismudi Muchsin; Dedi Soedarma
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 11 No. 2 (2004): Desember 2004
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.705 KB)

Abstract

Evaluasi keberhasilan penebaran udang galah (Macrobrachium rosenbergii) di Waduk Darma yang memiliki luas genangan 400 ha telah dilaksanakan berdasarkan penebaran dari April 2002 sampai Maret 2003. Udang galah yang ditangkap dengan jaring lempar mencapai 57 - 624 ind/bulan atau sama dengan 1.3 - 35.0 kg/bulan. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan penarikan contoh acak berlapis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas perairan di Waduk Darma baik fisika maupun kimia mendukung pertumbuhan udang galah. Pada kondisi tersebut laju pertumbuhan udang galah cukup tinggi dengan koefisien pertumbuhan K antara 0.88 - 1.59 dan L∞ sama dengan 36.2 cm untuk jantan, K antara 0.87 - 1.55 dan L∞ sama dengan 25.9 cm untuk betina. Kondisi makanan yang tersedia cukup untuk pertumbuhan. Interaksi dengan komunitas ikan lainnya relatif rendah. Keberhasilan penebaran mencapai 10.5% dengan laju eksploitasi antara 0.06 sampai 0.80.Kata kunci: Macrobrachium rosenbergii, penebaran, pertumbuhan, penangkapan, waduk.
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY SEKAMPUNG, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Mulia Purba; Indra Jaya
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 11 No. 2 (2004): Desember 2004
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2136.693 KB)

Abstract

Analisis terhadap perubahan garis pantai dan penutupan lahan di pesisir Lampung Timur, antara Way Penet dan Way Sekampung dilakukan berdasarkan citra satelit LANDSAT-TM antara tahun 1991, 1999,2001 dan 2003. Observasi dan pengukuran kondisi pantai dan gelombang di lapangan dilakukan untuk mempelajari dinamika pantai. Dari rangkaian data citra satelit tersebut ditemukan bahwa garis pantai mengalami proses erosi dan sedimentasi yang cukup nyata pada bagian-bagian pantai tertentu. Erosi yang terjadi di bagian selatan di Desa Purworedjo, misalnya, bervariasi antara 90 - 600 m dalam kurun waktu 12 tahun (1991 - 2003). Sementara itu, ke arah utara dari desa ini proses sedimentasi bervariasi antara 90 - 550 m. Ke arah utaranya lagi, garis pantai mengalami erosi, kemudian sedimentasi. Bentuk morfologi garis pantai, variasi arah angin dan karakteristik gelombang ditelaah sebagai faktor yang berperan dalam perubahan garis pantai tersebut. Intensitas perubahan dan uraian dinamika pantai yang terjadi dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan tindakan mitigasi ekologi yang efektif untuk melindungi daerah tersebut.Kata kunci: dinamika garis pantai, citra satelit, Lampung Timur
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN Moh. Rasyid Ridho; Richardus F. Kaswadji; Indra Jaya; Subhat Nurhakim
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 11 No. 2 (2004): Desember 2004
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.804 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara distribusi sumberdaya ikan demersal dengan kedalaman perairan dan faktor-faktor lingkungan perairan Laut Cina  Selatan. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 10 September - 5 Oktober 2001 dengan kedalaman 13-72 meter. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi sumberdaya ikan demersal tergantung dari salinitas, kedalaman dan suhu perairan. Pengaruh faktor salinitas lebih besar dari faktor kedalaman dan suhu perairan. Distribusi Alepes kalla, Selaroides leptolepis, Scutor ruconeus, Leiognathus leusiscus, Pomadasys maculatus, Pomadasys argyreus, Pampus argenteus, Upeneus tragula dan Nemipterus mesoprion pada perairan dangkal dengan salinitas yang rendah serta suhu yang tinggi. Sebaliknya Nemipterus marginatus, Nemipterus peronii, Nemipterus tambuloides, Priacanthus macracanthus dan Upeneus bensasi pada perairan yang lebih dalam, salinitas yang tinggi dan pada suhu yang rendah. Distribusi Atropus atropus, Gazza minuta, Leiognatus equulus dan Scomberomorus commerson pada perairan dengan kecerahan yang tinggi. Scolopsis taeniopterus, Saurida undosquamis dan Priacanthus tayenus memiliki toleransi yang luas terhadap faktor lingkungan.Kata kunci: distribusi, ikan demersal, perairan Laut Cina Selatan.
QUALITATIVE AND QUANTITATIVE CHARACTERS OF THREE COMMON CARP (Cyprinus carpio L.) STRAINS IN INDONESIA Harton Arfah; Dinartri Soelistyowati
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 11 No. 2 (2004): Desember 2004
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.652 KB)

Abstract

The second generation of gynogenetic diploid common carp of majalaya, sinyonya and mirror strains have been produced in 1992. Some of them were sex-reversed by oral administration of 17 α-methyltestoteronne. The females and sex-reversed males were matured on early 1994 and mated to produce progenies ofpure strains. This research aimed to measure certain quantitative characters since the early stage of developmentto the market size. Three different conditions of rearing (i.e. rice field, ponds and concrete tanks) were applied during the nursery phase, while the earthen pond and running water system with intensive feeding were used for the grow-out stage. The results showed that average fecundity of sinyonya carp was higherthan mirror and majalaya strains, but its performances of the early development (i.e. fertilization rate, hatching  rate and survival rate at 14 days old) was lowest. At the nursery phase, the survival and growth rates of majalaya carp was relatively better than the other two strains, but the mirror carp had highest feed efficiency and lowest protein retention. During culture period, the growth rates of these three common carp strains were relatively similar (1%), but sinyonya carp, among strains had the highest percentage of fillet (38.5%) with the  lowest total number of muscular bones (69), the highest level of protein content (77.5%) and the lowest level  of lipid content (16.6%) among the three strains. Keywords: Cyprinus carpio L, gynogenesis, growth rate, product quality.
MODEL SURSHING: MODEL HYBRID ANTARA MODEL PRODUKSI SURPLUS DAN MODEL CUSHING DALAM PENDUGAAN STOK IKAN (STUDI KASUS: PERIKANAN LEMURU DI SELAT BALI) Georgina M. Tinungki; Mennofatria Boer; Daniel R. Monintja; Johanes Widodo; Akhmad Fauzi
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 11 No. 2 (2004): Desember 2004
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.342 KB)

Abstract

Kajian terhadap pendugaan stok ikan, khususnya perikanan lemuru di Selat Bali, telah banyak dilakukan oleh para peneliti melalui penggunaan model poduksi surplus. Dalam penelitian ini dilakukan penggabungan antara model produksi surplus dan model Cushing atau disebut model Surshing yang digunakan untuk menduga stok ikan lemuru di Selat Bali. Adapun hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa model Surshing lebih memuaskan dalam menduga stok ikan lemuru di Selat Bali, terlihat dari tampilan indikator statistiknya.Kata Kunci: model Cushing, model hybrid, model produksi surplus, pendugaan stok ikan.

Page 1 of 1 | Total Record : 10