cover
Contact Name
Agustinus Konda Malik
Contact Email
aguskondamalik@staf.undana.ac.id
Phone
+6281237987345
Journal Mail Official
jurnalpeternakan@undana.ac.id
Editorial Address
Jl. Adisucipto Penfui, Kupang Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Location
Kota kupang,
Nusa tenggara timur
INDONESIA
Jurnal Peternakan Lahan Kering
ISSN : -     EISSN : 27147878     DOI : -
Jurnal Peternakan Lahan Kering (JPLK) menerbitkan artikel hasil penelitian yang meliputi Produksi ternak, Pakan dan nutrisi ternak, Reproduksi dan pemuliaan ternak, Teknologi hasil ternak, Sosial ekonomi peternakan, dan Kesehatan ternak
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol. 5 No. 1 (2023): Maret" : 20 Documents clear
Kombinasi Tepung Ubi Ungu (Ipomoea batatas L.), Daun Kelor (Moringa oleifera) dan Minyak Kelapa sebagai Pengganti Jagung dalam Ransum terhadap Produksi Karkas dan Lemak Abdominal Puyuh Jantan: Combination of Purple Sweet Potato Flour, Moringa Leaves and Coconut Oil as Substitute for Corn in Rating for the Production of Carcas and Abdominal Fat of Quail Males Yusina Panie; Victor J Ballo; Ni Putu Febri Suryatni
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 5 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of the combination of purple sweet potato flour, moringa leaves and coconut oil in place of corn on the production of carcass and abdominal fat of male quail. The method used was a randomized block design (RAK) with 5 groups and 4 treatments, namely corn replacement by 0%(R0), 25%(R1), 50%(R2), 75%(R3). The results showed that the treatment had a significant effect (P<0.05) on the final body weight, the percentage of carcass, non-carcass but had no effect on the percentage of abdominal fat (P>0.05). From the results of the study, it was concluded that the combination of purple sweet potato flour and Moringa leaves up to 75% replacing corn was able to increase final body weight and carcass percentage, reduce non-carcass percentage but had no effect on male quail abdominal fat. The highest carcass percentage used a combination of purple sweet potato flour and 50% Moringa leaves in the ration, which was 69.92%.   Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kombinasi tepung ubi ungu, daun kelor dan minyak kelapa menggantikan jagung terhadap produksi karkas dan lemak abdominal puyuh jantan. Metode yang digunakan adalah eksperimen menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 kelompok dan 4 perlakuan yaitu penggantian jagung sebesar 0% (R0), 25% (R1), 50% (R2), 75% (R3). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot badan akhir, persentase karkas, non karkas namun tidak berpengaruh pada persentase lemak abdominal (P>0,05). Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa kombinasi tepung ubi ungu dan daun kelor sampai 75% menggantikan jagung mampu meningkatkan bobot badan akhir dan presentase karkas, menurunkan persentase non karkas namun tidak berpengaruh terhadap lemak abdominal puyuh jantan. Persentase karkas tertinggi pada penggunaan kombinasi tepung ubi ungu dan daun kelor 50% dalam ransum yaitu sebesar 69,92%.
Kandungan dan Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Lamtoro Tarramba (Leucaena leucocephala cv. Tarramba) yang Diberi Pupuk Amazing Bio Growth Tablet dengan Level yang Berbeda Secara In Vitro: Content and Digestibility of Dry Matter and Organic Matter Lamtoro Tarramba (Leucaena leucocephala cv. Tarramba) Given Fertilizer Amazing Bio Growth Tablets With Different Level In Vitro Rio Anderias Sasongko Sakan; Twenfosel Ocsierly Dami Dato; Marthen Yunus
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 5 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the effect of the use of organic fertilizers Amazing Bio Growth tablet with different levels of content and digestibility in vitro forage of lamtoro tarramba. The experimental design used in this study was a completely randomized design, consisting of 5 treatments with 3 replications. Such treatment is: R₀= without fertilizer ABG tablet   (control), R₁= ABG tablets 10g, R₂= ABG tablet 20g, R₃ = ABG tablet 30g, and R₄ = ABG tablet 40g. The variables observed were: content and digestibility of dry matter and organic matter in vitro. The results showed the mean dry matter content(%) : R₀ (88.53±0.22); R₁ (88.77±0.60); R₂ (88.86±0.25); R₃ (88.91±1.47); R₄ (89.64±0.74); organic matter content: R₀ (80.51±0.10); R₁ (80.695±0.47); R₂ (81.60±0.33); R₃ (81.69±1.29); R₄ (81.98±0.46); digestibility in vitro of dry matter (%): R₀ (71.39±0.72); R₁ (72.24±0.09); R₂ (72.43±1.15); R₃ (73.91±2.26); R₄ (74.57±1.12); and digestibility in vitro of organic matter (%): R₀ (66.15±1.63); R₁ (66.18±1.88); R₂ (67.70±0.86); R₃ (67.91±2.70); R₄ (70.35±0.49). The results of statistical analysis showed that the treatment of ABG tablet organic fertilizer had no significant effect (P> 0.05) on the content and digestibility in vitro of dry matter and organic matter. It was concluded that the use of ABG tablet organic fertilizer was 40g significantly. can reduce the content of dry matter and organic matter so that it gives a real response to the digestibility in vitro of organic matter and dry matter in tarramba lamtoro forage. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik Amazing Bio Growth tablet dengan level yang berbeda terhadap kandungan dan kecernaan in vitro bahan kering dan bahan organic hijauan lamtoro tarramba. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap, terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 ulangan, yakni: R₀ = tanpa pupuk ABG tablet (kontrol); R₁ = ABG tablet 10g ; R₂ = ABG tablet 20g ; R₃ = ABG tablet 30g ; dan R₄ = ABG tablet 40g. Variabel yang diamati adalah: kandungan dan kecernaan bahan kering dan bahan organik in vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan kandungan bahan kering (%): R₀ (88,53± 0,21); R₁ (88,77± 0,60); R₂ (88,86± 0,25); R₃ (88,91± 1,46); R₄ (89,64± 0,73); kandungan bahan organic (%): R₀ (80,51±0,11); R₁ (80,69± 0,47); R₂ (81,60± 0,33); R₃ (81,69±1,29); R₄ (81,98±0,46); kecernaan in vitro bahan kering (%): R₀ (71,39±0,72); R₁ (72,24±0,08); R₂ (72,43±1,14); R₃ (73,91±2,25); R₄ (74,57±1,11); dan kecernaan in vitro bahan organic (%): R₀ (66,15±1,63); R₁ (66,18±1,87); R₂ (67,70±0,85); R₃ (67,91±2,70); R₄ (70,35±0,49). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan pupuk organik ABG tablet berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kandungan dan kecernaan in vitro bahan kering dan bahan organik, Disimpulkan bahwa penggunaan pupuk organik ABG tablet hingga level 40g belum memberikan respon yang nyata terhadap kandungan dan kecernaan in vitro bahan kering dan bahan organik pada hijauan lamtoro tarramba.  
Pengaruh Penggunaan Campuran Tepung Daun Kelor dan Tepung Daun Katuk dalam Ransum terhadap Konsumsi, Kecernaan Kalsium dan Fosfor Ternak Babi Fase Grower: The Effect of The Use of Mixed Leaf Flour and Katuk Leaf Flour in Rating on The Consumption, Digestiveness of Calcium and Phosphors of Livestock Pig Grower Phase Patrix Ignasius Moruk; Ni Nengah Suryani; I Made Suaba Aryanta
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 5 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the effect of a mixture of Moringa leaf flour and katuk leaf flour in the ration on the intake and digestibility of, calcium and phosphorus  of pigs in the grower phase.  this study used a Randomized Block Design (RAK) with 4 treatments and 3 replications. The treatments were R0: 100% basal ration, R1: 95% basal ration + 4% moringa leaf meal and 1% katuk leaf meal, R2: 90% basal ration + 8% Moringa leaf meal and 2% katuk leaf meal, R3 : 85% basal ration + 12% moringa leaf meal  and 3% katuk leaf meal. The ratio of the mixture of Moringa leaf flour and katuk leaf flour is 4:1. The variables measured  were feed intake , calcium and phosphorus intake , calcium and phosphorus digestibility. The results of the ANOVA analysis showed that the treatment had no significant effect (P>0.05) on the variables. It was concluded that the use of Moringa leaf flour and katuk leaves up to 15% in the ration had good effect on  feed intake , calcium and phosphorus intake , calcium and phosphorus digestibility of landrace pigs in the grower-finisher phase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan campuran tepung daun kelor dan tepung  daun katuk dalam ransum terhadap konsumsi, dan kecernaan kalsium dan fosfor ternak babi fase grower. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah R0: 100% ransum basal, R1: 95% ransum basal + 4% tepung daun kelor dan 1% tepung daun katuk, R2: 90% ransum basal + 8% tepung daun kelor dan 2% tepung daun katuk, R3: 85% ransum basal + 12% tepung daun kelor dan 3% tepung daun daun katuk. Perbandingan campuran tepung daun kelor dan tepung daun katuk adalah 4:1. Variable yang diukur dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum, konsumsi kalsium dan fosfor, kecernaan kalsium dan fosfor. Hasil analisis ANOVA menunjukkan perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap variabel. Disimpulkan bahwa penggunaan tepung daun kelor dan daun katuk hingga level 15% dalam ransum, memberikan efek yang baik terhadap konsumsi ransum, konsumsi kalsium dan fosfor, kecernaan kalsium dan fosfor ternak babi landrace fase grower-finisher.  
PenambahanTepung Bonggol Pisang sebagai Substitusi Tapioka terhadap Kualitas Kimia dan Organoleptik Bakso: Burning Quality of Biocharcoal Briquettes Mixed of Goat Dung and Lontar Shell (Saboak) with Different Levels of Adhesive Natalia Kolo; Agustinus R. Riwu; Heri Armadianto,
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 5 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banana weevil flour is widely used as a food additive, so it is expected to be an alternative as asubstitute for tapioca which diffuses as a filler and binder. Experiments were conducted with the aimof substituting tapioca with coco banana weevil flour against the chemical and organoleptic qualities ofbeef meatballs. Research materials include beef, banana pupae weevil flour, tapioca flour, as well asother additives such as spices. The Complete Randomized Design (RAL) was used in this study whichconsisted of 5 treatments, namely the substitution of banana weevil flour: 0%, 5%, 10%, 15% and 20%and 3 repeats. The parameters studied are chemical quality tests which include (fat, protein, andcarbohydrate content) and organoleptic tests which include (taste, aroma, and color). The results of theanalysis showed that the substitution of banana weevil flour had a noticeable influence (P<.0.05) onchemical and organoleptic quality. It is concluded that banana weevil flour can replace tapioca inmeatball processing and substitution at the level of 5% can produce low fat, relatively good taste andaroma. The substitution of 10% banana puck boggol flour can produce high protein and to producehigh carbohydrates and the best color can be used banana weevil flour as much as 15%. Penelitian bertujuan mengetahui kualitas bakar briket bioarang campuran arang kotoran kambing dan tempurung saboak dengan level perekat berbeda. Materi yang digunakan adalah kotoran  kambing 8 kg, tempurung saboak 8 kg, tapioka 1,5 kg dan air. Metode yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan level perekat dari bahan bioarang yaitu P1: 6%, P2: 8%, P3: 10%, dan P4: 12%; proporsi kotoran kambing dan tempurung  saboak masing-masing 500 gram. Variabel yang diteliti: temperatur bakar, laju pembakaran, ketahanan bakar, warna dan asap serta kemampuan mendidihkan air. Data dianalisis dengan analisis keragaman (ANOVA). Hasil analisis menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap temperatur bakar, berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap laju pembakaran, ketahanan bakar, warna dan asap serta kemampuan mendidihkan air. Temperatur bakar briket bioarang yang didapatkan berkisar 154,17-214,09oC; laju pembakaran 2,14-2,44g/menit; ketahanan bakar 164-188 menit; skor warna pembakaran 2,8-4 (cenderung merah - merah kebiruan) dan skor asap 3,85-4 (cenderung tidak ada asap - tidak ada asap) dan kemampuan mendidihkan air 19,5-27,75 menit. Disimpulkan bahwa naiknya level perekat menurunkan temperatur bakar tapi tidak menyebabkan perubahan laju pembakaran, ketahanan bakar, warna dan asap pembakaran serta kemampuan mendidihkan air. Kualitas bakar terbaik didapatkan pada P1 yaitu penggunaan level perekat 6%.  
Pengaruh Campuran Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dan Tepung Daun Katuk (Sauropus androgynus L. Merr) terhadap Konsumsi, Kecernaan Serat Kasar dan Lemak Kasar Babi Starter : Effect of a Mixture Moringa Leaf Flour (Moringan oleifera) and Katuk Leaf Flour (Sauropus androgynus L. Merr) on Consumption, Digestibility of Crude Fiber and Crude Fat on Starter Pigs Jemima Destiny H. U. Kaleka; Sabarta Sembiring; Tagu Dodu
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 5 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the effect of using a mixture of (Moringa oleifera) and (Sauropus androgynous L. Merr) leaves in the form of flour in the ration on consumption, digestibility of crude fiber and crude fat of starter pigs. The study used 12 landrace phase starter breeds of pigs with body weight  (BW) ranging from 5-15.6kg and an average weight of 8.76kg (CV 11.57%). The design used was a Randomized Completely Design (RCD) with 4 treatments and 3 replications. The treatments in question were G0: basal ration without a mixture of moringa leaf flour and  Sauropus leaf flour; G1: 95% basal ration + 4% moringa leaf meal and 1% Sauropus leaf meal, G2: 90% basal ration + 8% moringa leaf meal and 2% Sauropus leaf meal, G3: 85% basal ration + 12% moringa leaf meal and 3% Sauropus leaf flour. The parameters measured were crude fiber consumption, crude fiber digestibility, crude fat consumption and crude fat digestibility. The result of statistical analysis showed that the use of a mixture of Moringa leaves (Moringa oleifera) and  (Sauropus androgynus L. Merr) leaves  in the form of flour on the source farm had  no significant effect (P>0.05) on crude fiber consumption, crude starch digestibility, crude fat consumption and crude fat digestibility in starter pigs. The conclusion of this study, mixing moringa leaves and  in Sauropus leaves in the form of flour at a level of 0-15% gave the same relative value to the consumption, digestibility of crude fiber and crude fat in starter phase pigs. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan campuran daun kelor (Moringa oleifera) dan daun katuk (Sauropus androgynous L. Merr) dalam bentuk tepung pada ransum terhadap konsumsi, kecernaanserat kasardan lemak kasar ternak babi starter. Penelitian menggunakan 12 ekor ternak babi peranakan landrace fase starter dengan berat badan (BB) 5-15,6kg dan rata-rata BB 8,76kg (KV 11,57%).Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang dimaksud adalah G0:ransum basal tanpa campuran tepung daun kelor dan tepung daun katuk; G1: 95% ransum basal + 4% tepung daun kelor dan 1% tepung daun katuk,G2: 90% ransum basal + 8% tepung daun kelor dan 2% tepung daun katuk,G3:85% ransum basal + 12% tepung daun kelor dan 3% tepung daun katuk. Parameter yang diukur sebagai berikut konsumsi serat kasar, kecernaan serat kasar, konsumsi lemak kasar dan kecernaan lemak kasar. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa penggunaan campuran daun kelor (Moringa oleifera) dan daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr) dalam bentuk tepung pada ransum berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap konsumsi serat kasar, kecernaan serat kasar, konsumsi lemak kasar dan kecernaan lemak kasar pada ternak babi fase starter. Kesimpulan penelitian ini, pencampuran daun kelor dan daun katuk dalam bentuk tepung pada level 0-15% memberikan nilai relatif sama terhadap konsumsi, kecernaan serat kasar dan lemak kasar pada ternak babi fase starter  
Kualitas Bakar Briket Bioarang Campuran Arang Kotoran Kambing dan Tempurung Buah Lontar (Saboak) dengan Level Perekat Berbeda: Burning Quality of Biocharcoal Briquettes Mixed of Goat Dung and Lontar Shell (Saboak) with Different Levels of Adhesive Ervan Imanuel Taklal; Yakob Robert Noach; Twenfosel Ocsierly Dami Dato
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 5 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The experiment goals was to determine burning quality of biocharcoal briquette mixed of goat dung and saboak shell with different levels of adhesive. Materials used consist of 8 kg of goat dung charcoal, 8 kg of saboak shell, 1.5 kg tapioca. The completely randomized design (CRD) consist of 4 treatments and 4 replications was applied. Those treatments were level of adhesive were P1: 6%, P2: 8%, P3: 10% and P4: 12%. The proporsion of both goad dung and saboak shell is 500 gram Variables observed were burning temperature, combustion rate, burning resistance, color and smoke and water boiling ability. Data were analyzed by analysis of variance (ANOVA). The statistical results showed that treatment have significant effect (P<0.05) on burning temperature but no significant (P>0.05) on combustion rate, burning resistance, color and smoke and boiling water ability. Burning temperature ranged 154.17 to 214.09oC; combustion rated ranged 2.14 to 2.44 g/minute; burning resistance ranged 164 to 188 minute; score of color 2.8 to 4 (tend to red until bluish) and score of smoke 3.85 to 4 (without smoke) and boiling water ability 19.5 to 27.75 minute. It can be concluded the increasing of adhesive levels decrease burning temperature, but no change on combustion rate, burning resistance, color and smoke and water boiling ability. The best burning quality of biocharcoal briquettes was founded at P1 that is 6% adhesive (P1). Penelitian bertujuan mengetahui kualitas bakar briket bioarang campuran arang kotoran kambing dan tempurung saboak dengan level perekat berbeda. Materi yang digunakan adalah kotoran  kambing 8 kg, tempurung saboak 8 kg, tapioka 1,5 kg dan air. Metode yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan level perekat dari bahan bioarang yaitu P1: 6%, P2: 8%, P3: 10%, dan P4: 12%; proporsi kotoran kambing dan tempurung  saboak masing-masing 500 gram. Variabel yang diteliti: temperatur bakar, laju pembakaran, ketahanan bakar, warna dan asap serta kemampuan mendidihkan air. Data dianalisis dengan analisis keragaman (ANOVA). Hasil analisis menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap temperatur bakar, berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap laju pembakaran, ketahanan bakar, warna dan asap serta kemampuan mendidihkan air. Temperatur bakar briket bioarang yang didapatkan berkisar 154,17-214,09oC; laju pembakaran 2,14-2,44g/menit; ketahanan bakar 164-188 menit; skor warna pembakaran 2,8-4 (cenderung merah - merah kebiruan) dan skor asap 3,85-4 (cenderung tidak ada asap - tidak ada asap) dan kemampuan mendidihkan air 19,5-27,75 menit. Disimpulkan bahwa naiknya level perekat menurunkan temperatur bakar tapi tidak menyebabkan perubahan laju pembakaran, ketahanan bakar, warna dan asap pembakaran serta kemampuan mendidihkan air. Kualitas bakar terbaik didapatkan pada P1 yaitu penggunaan level perekat 6%.  
Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen Total Digestible Nutrient dan Gross Energy Tepung Kulit Singkong: The Effect of Fermentation Time on the Content of Extracts Nitrogen Free Energy, Total Digestible Nutrients and Gross Energy of Cassava Peel Flour Godilifa Mersy Lopis; Gusti Ayu Yudiwati Lestari; Imanuel Benu
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 5 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study was to find out the content of Extract Materials Nitrogen Free Energy, Total Digestible Nutrients and Gross Energy the effect of the length of time for fermentation of cassava peels. The method used for this research is the experimental method, through an experimental design using a Completely Randomized Design through 4 treatments, 3 replications to obtain 12 experimental elements. The treatments tested were KS0 = no fermentation, KS7 = 7 days of fermentation, KS14 = 14 days of fermentation and KS21 = 21 days of fermentation. The variables measured were the content of the Nitrogen-Free Energy, Total Digestible Nutrient and Gross Energy. The results of statistical tests showed that fermenting cassava peel flour at different lengths of time increased the Nitrogen-Free Energy and Total Digestible Nutrient, but did not increase the Gross Energy content. It can be concluded that the fermentation time of cassava peel flour using Effective Microorganism 4 was able to increase the content of the Nitrogen-Free Energy and Total Digestible Nutrient in the 7-day fermentation treatment, but the Gross Energy content was relatively the same. The best time needed to ferment cassava peel flour is 7 days. Tujuan dari penelitian ini agar dapat diketahui kandungan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen, Total Digestible Nutrient dan Gross Energy pengaruh lama waktu fermentasi kulit singkong. Metode yang dipakai untuk penelitian ini yaitu metode eksperimen, melalui desain percobaan memakai Rancangan Acak Lengkap lewat 4 perlakuan, 3 ulangan sampai diperoleh 12 elemen percobaan. Perlakuan yang dicobakan adalah KS0 = tanpa fermentasi, KS7 = waktu fermentasi 7 hari, KS14 = waktu fermentasi 14 hari dan KS21 = waktu fermentasi 21 hari.  Variable yang diukur adalah kandungan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen, Total Digestible Nutrient dan Gross Energy. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa fermentasi tepung kulit singkong pada lama waktu yang berbeda meningkatkan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dan Total Digestible Nutrient, tetatpi tidak meningkatkan kandungan Gross Energy. Dapat disimpulkan bahwa lama waktu fermentasi tepung kulit singkong menggunakan Effective Microorganism 4 mampu meningkatkan kandungan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dan Total Digestible Nutrient pada perlakuan lama fermentasi 7 hari, namun terhadap kandungan Gross Energy relatif sama. Lama waktu terbaik yang dibutuhkan untuk fermentasi tepung kulit singkong adalah 7 hari.
Pengaruh Penggunaan Rumput Laut Merah (Euchemia cottoni) dengan Level Berbeda dalam Pakan Komplit terhadap Profil Darah Pedet Sapi Bali yang Disapih Dini: Effect of using Red Seaweed (Euchemia cottoni) with Different Levels in Complete Feed on Blood Profile of Bali Cattle Calf Simri Nubatonis; Jalaludin; Imanuel Benu
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 5 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 The purpose of this study was to determine the effect of using red seaweed (Euchemia cottoni) or ECOT at different levels in a complete diet on the blood profile of early weaned Bali cattle. In this study, 16 Bali cattle calves aged 3-4 months and weighing 30-40 kg were used. The design used was a randomized block design (RBD) with four treatments and four replications. Feed treatment was carried out with a ratio between field grass and concentrate with a complete feed of 40:60 which was arranged in the form of a ration. The treatment given was complete feed with ECOT content of 0%, 5%, 10% and 15% respectively. Data were analyzed by Analysis of Variance (ANOVA). The results of the analysis showed that the use of red seaweed (Euchemia cottoni) with different concentrations on complete feed from 5-15% content had no effect on Hemoglobin (Hb), Hemotocrit (PCV), Erythrocytes and Leukocytes in Bali calf blood. It was concluded that the use of Euchemia cattoni had no effect on all research variables. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan rumput laut merah (Euchemia cottoni) atau ECOT pada level yang berbeda dalam pakan lengkap terhadap profil darah sapi bali yang disapih dini. Dalam penelitian ini digunakan 16 ekor pedet sapi Bali berumur 3-4 bulan dengan berat badan 30-40 kg. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan pakan dilakukan dengan perbandingan antara rumput lapangan dan konsentrat dengan pakan lengkap 40:60 yang disusun dalam bentuk ransum. Perlakuan yang diberikan adalah pakan komplit dengan kandungan ECOT masing-masing 0%, 5%, 10% dan 15%. Data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA). Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan rumput laut merah (Euchemia cottoni) dengan kadar berbeda pada pakan lengkap dari kadar 5-15% tidak berpengaruh terhadap Hemoglobin (Hb), Hemotokrit (PCV), Eritrosit, dan Leukosit darah pedet sapi Bali. Disimpulkan bahwa penggunaan Euchemia cattoni tidak berpengaruh pada seluruh variabel penelitian.
Kinerja Ekonomi Pemberian Pakan Rendah Protein pada Ayam Broiler Periode Finisher Dengan dan Tanpa Suplementasi Enzim Protease: Economic Value of Low Protein Feed Costs in Finisher Period Broiler With and Without Protease Enzyme Suplementation Cherly Naatonis; Franky M.S. Telupere; Ulrikus R. Lole
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 5 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pakan rendah protein dengan dan tanpa suplementasi enzim protease terhadap kinerja ekonomi pemberian pakan pada ayam broiler periode finisher. Materi penelitian adalah 96 ekor DOC strain CP 707. Metode penelitian adalah RAL Pola Faktorial 2x3. Terdapat 2 faktor perlakuan yaitu enzim protease sebagai Faktor A dan level protein sebagai Faktor B. Faktor A terdiri atas 2 perlakuan (dengan dan tanpa enzim protease) dan Faktor B terdiri dari 3 perlakuan level protein pada periode finisher 3 level protein yang diberikan yaitu 19%, 18% dan 17% sehingga terdapat 6 kombinasi perlakuan. Variabel yang diteliti adalah biaya ransum, relative feed cost (RFC), harga jual ayam hidup dan income over feed and chick cost (IOFCC). Hasil sidik ragam (ANOVA) menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap biaya ransum, PBB dan harga jual ayam hidup. Sedangkan hasil sidik ragam (ANOVA) menunjukkan perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap RFC dan IOFCC. Disimpulkan bahwa kinerja ekonomi dari pemberian pakan rendah protein pada ayam broiler periode finisher dengan dan tanpa suplementasi enzim protease memberikan pengaruh yang nyata terhadap biaya ransum dan harga jual ayam hidup yang mengandung 19% protein tanpa suplementasi enzim protease memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain, sedangkan kombinasi perlakuan tidak berpengaruh tidak nyata terhadap RFC dan IOFCC.
Nilai Rasio Daun Batang dan Nutrisi Rumput Kume dan Suket Putihan Yang Diintroduksi Berbagai Leguminosa Herba: Leaf Stem Ratio and Nutrition Value of Kume Grass and Suket Putihan Introduced with Different Types of Herbaceous Legumes Eufrosius Oba; Edwin Lazarus; Emma Wie Lawa; Maritje Hilakore
Jurnal Peternakan Lahan Kering Vol. 5 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this research is to investigate effect of the introduction of various types of herbaceous legumes on Leaf Stem Ratio and nutritive value of Kume grass (Sorghum plumosum) grown with Bothriochloa pertusa at. The research designed used Complete Random Design with 4 treatments and 3 replications. The treatment applied consisted of Co (Sorghum plumosum and Bothrichloa pertusa), Av (Sorghum plumosum, Bothrichloa pertusa and Alisycarpus vaginalis), Ct (Sorghum plumosum, Bothrichloa Pertusa and Clitoria ternatea), and Pp (Sorghum plumosum, Bothrichloa pertusa and Pueraria phaseoloides). The variables observed were the dry matter production, leaf stem ratio, content of crude protein, crude fiber, and NDF (Neutral Detergent Fiber). Research result shows that introduction of various types of herbaceous legumes did not affect on dry matter production, leaf stem ratio, and also the nutritive content of Kume grass (Sorghum plumosum) and Bothriochloa pertusa planted for 40 days. It is concluded that all of the legumes introduced in mixed crop of kume grass and Bothriochloa pertusa unable to increase dry matter production, leaf steam ratio, and its nutritional content. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui pengaruh introduksi berbagai jenis leguminosa herba terhadap rasio daun dan batang serta kandungan nutrisi rumput kume (Sorghum Plumosum) dan Bothriochloa Pertusa. Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan terdiri dari Co (Sorghum Plumosum dan Bothriochloa Pertusa), Av (Sorghum plumosum, Bothriochloa pertusa dan Alisycarpus vaginalis), Ct (Sorghum plumosum, Bothriochloa pertusa dan Clitoria ternatea) dan Pp (Sorghum plumosum, Bothriochloa pertusa dan Pueraria phaseoloides). Variabel yang diamati adalah produksi bahan kering, rasio daun batang, kandungan protein kasar, serat kasar, dan NDF (Neutral Detergen Fiber). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa introduksi leguminosa herba tidak mempengaruhi produksi bahan kering, rasio daun batang, dan juga kandungan nutrisi rumput kume (Sorghum Plumosum) dan Bothriochloa pertusa yang ditanam selama 40 hari. Disimpulkan bahwa semua leguminosa yang diitroduksikan dalam pertanaman rumput kume dan Bothriochloa pertusa belum dapatmeningkatkan produksi bahan kering hijauan, rasio daun dan batang, serta kandungan nutrisi rumput.  

Page 1 of 2 | Total Record : 20