cover
Contact Name
Unang arifin
Contact Email
bcsp@unisba.ac.id
Phone
+6289691247094
Journal Mail Official
bcsp@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Jl. Tamansari No. 20, Bandung 40116, Indonesia, Tlp +62 22 420 3368, +62 22 426 3895 ext. 6891
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bandung Conference Series: Pharmacy
ISSN : -     EISSN : 28282116     DOI : https://doi.org/10.29313/bcsp.v2i2
Core Subject : Health, Science,
Bandung Conference Series: Pharmacy (BCSP) menerbitkan artikel penelitian akademik tentang kajian teoritis dan terapan serta berfokus pada Farmasi dengan ruang lingkup Airlock system Kanker, Alcohol, Antelmintik, Antigastritis drugs, Antioksidan, Artemia franciscana, Ascaris suum, Cacing babi (Ascaris suum Goeze), Contact Bioautography TLC, Daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers), Daun kelor (Moringa oleifera Lam), Diabetes mellitus, DPPH Flavonoid, Fenilpropanolamin, Fermentasi, Flavonoid, Flavonol,Iles-iles, Isolasi, Lichen, Malassezia furfur, Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), Obat antidiabetes (OAD) Propionibacterium acnes, Obat tradisional, Parkia Speciosa Antibakteri, Pektin, Propionibacterium Acnes, Pseudoefedrin, Saccharomyces Cerevisiae, Spektrofotometri uv sinar tampak, Staphylococcus epidermidis, uji aktivitas antibakteri, Uji sitotoksik, Usnea baileyi. Prosiding ini diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah Unisba. Artikel yang dikirimkan ke prosiding ini akan diproses secara online dan menggunakan double blind review minimal oleh dua orang mitra bebestari.
Articles 83 Documents
Search results for , issue "Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy" : 83 Documents clear
Kajian Potensi Aktivitas Antikanker dari Tanaman Mawar secara In Vitro Khansa Fitrah Shaliha; Yani Lukmayani; Indra Topik Maulana
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8511

Abstract

Abstract. Rose (Rosa damascena) is a new alternative that can be used as a cancer treatment made from natural materials. Cancer occurs in pathological conditions caused by abnormal and uncontrolled cell growth. This Systematic Literature Review aims to know the potential of rose plant (R. damascena) against any type of cancer and the magnitude of the potential that can occur, as well as the compounds in rose plant (R. damascena) that have potential anticancer activity. The method used in this study was the search of libraries through online databases and books. The results of the study showed that R. damascena was able to provide the most effective anti-cancer activity against liver cancer cells (HepG-2) with an IC50 result of 16.28 µg/mL. It is able to provide the most effective anti-cancer activity against colorectal cancer cells (Caco-2) with an IC50 result of 137.8 µg/mL. R. damascena is able to provide the most effective anti-cancer activity against lung cancer cells (A-549) with an IC50 result of 36.43 µg/mL. Inhibition of cancer cell growth from R. damascena can occur due to the presence of secondary metabolites, including phenolic, flavonoid, and anthocyanin groups. The active compounds that have been identified and analyzed as anticancer agents are phenylethanol, β-citronellol, geraniol, eugenol, and methyl eugenol. Abstrak. Mawar (Rosa damascena) menjadi alternatif baru yang dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan kanker dari bahan alam. Kanker terjadi pada kondisi patologis yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal dan tidak terkendali. Systemic Literature Review ini bertujuan untuk mengetahui potensi tanaman mawar (R. damascena) terhadap jenis kanker apa saja dan besarnya potensi tersebut dapat terjadi serta senyawa pada tanaman mawar (R. damascena) yang memiliki potensi aktivitas antikanker. Metode yang dilakukan pada kajian ini adalah penelusuran pustaka melalui database online dan buku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petal R. damascena mampu memberikan aktivitas antikanker paling efektif terhadap sel kanker hati (HepG-2) dengan hasil IC50 sebesar 16,28 µg/mL. Bagian kalusnya mampu memberikan aktivitas antikanker paling efektif terhadap sel kanker kolorektal (Caco-2) dengan hasil IC50 sebesar 137,8 µg/mL. Bunga R. damascena mampu memberikan aktivitas antikanker paling efektif terhadap sel kanker paru (A-549) dengan hasil IC50 sebesar 36,43 µg/mL. Penghambatan pertumbuhan sel kanker dari R. damascena dapat terjadi karena adanya kandungan senyawa metabolit sekunder, diantaranya golongan fenol, flavonoid, dan antosianin. Senyawa aktif yang telah diketahui dan dianalisis sebagai agen antikanker yaitu fenil etanol, β-sitronelol, geraniol, eugenol, dan metil eugenol.
Formulasi Sediaan Cleansing Balm Mengandung Allantoin (Aluminum dihydroxy allantoinate) Sebagai Eksfoliator Laluna Salsa Midika; Mentari Luthfika Dewi; Ratih Aryani
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8517

Abstract

Penggunaan kosmetik dalam jangka waktu yang lama dengan pembersihan yang tidak sempurna akan menyebabkan penumpukan sebum yang akan mengakibatkan timbulnya jerawat. Cleansing balm merupakan produk yang pembersih wajah pada tahap pertama proses double cleansing yang bertujuan untuk mengangkat kosmetik seperti makeup waterproof, kotoran, dan minyak berlebih. Cleansing balm juga dapat berfungsi untuk mengangkat sel-sel kulit mati dengan penambahan zat aktif allantoin sebagai agent eksfoliator. Formulasi basis dilakukan dengan variasi konsentrasi F1- F3 pada komponen bahan yaitu lanolin dan shea butter. Formula basis terpilih adalah F3 dengan komponen bahan lanolin 60% dan shea butter 25%. Dilakukan penambahan zat aktif allantoin 0,35% pada basis terpilih. Didapatkan hasil evaluasi F3 mengandung allantoin 0,35% pada uji organoleptik beraroma vanilla dan berwarna kuning, uji homogenitas dihasilkan sediaan yang homogen, daya sebar sebesar 4,4 ± 0,03 cm, uji daya bersih dengan waktu 9 detik ± 0 , uji titik leleh menghasilkan suhu 32°C ± 0,57, uji viskositas 158.333 cps ± 0,55 sifat alir termasuk kedalam tipe tiksotropik dan dilakukan uji stabilitas. Hasil uji stabilitas dengan metode cycling test formula tersebut terbukti stabil. Keywords: Cleansing balm, waterproof makeup, exfoliator The use of cosmetics for a long time with imperfect cleansing will cause a buildup of sebum which will result in acne. Cleansing balm is a product that cleanses the face in the first stage of the double cleansing process which aims to remove cosmetics such as waterproof makeup, dirt and excess oil. Cleansing balm can also function to remove dead skin cells with the addition of the active substance allantoin as an exfoliator agent. The basic formulation was carried out by varying the concentration of F1-F3 on the ingredients, namely lanolin and shea butter. The selected base formula is F3 with 60% lanolin and 25% shea butter. The active substance allantoin 0.35% was added to the selected base. The results of the F3 evaluation contained 0.35% allantoin in the organoleptic test with a vanilla flavor and yellow color, homogeneity test produced a homogeneous preparation, spreadability of 4.4 ± 0.03 cm, clean power test with a time of 9 seconds ± 0 , point test melting yielded temperature 32°C ± 0.57, viscosity test 158,333 cps ± 0.55 flow properties included in the thixotropic type and stability tests were carried out. The results of the stability test using the cycling test method proved to be stable. Kata Kunci: Cleansing balm, makeup waterproof, eksfoliator
Studi Literatur Pengaplikasian Carbon Dots (CD) Sebagai Sistem Penghantaran Obat Terapi Kanker Nur Hamida; Aulia Fikri Hidayat; Gita Cahya Eka Darma
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8528

Abstract

Abstrak. Carbon dots (CD) merupakan salah satu sistem penghantaran obat berbasis karbon yang menarik perhatian dibidang nanoteknologi terutama pengaplikasiannya pada terapi kanker karena biokompatibilitas yang baik dan sitotoksisitasnya yang rendah. Secara umum CD dikenal sebagai nanopartikel kelas quasispherical, berbentuk bola dengan ukuran kurang dari 10 nm. Kelimpahan bahan karbon yang terjangkau, dan metode sintesis yang mudah, adalah salah satu alasan minat yang kuat pada CD. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui cara sintesis CD, mengetahui karakter dan profil CD yang dapat dijadikan sistem penghantaran obat serta mengetahui sitotoksisitas CD terhadap sel kanker. Penelitian ini dilakukan dengan metode Systematic Literatur Review dengan tahapan pencarian artikel, penyaringan dan pemilihan artikel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, serta ekstraksi data dari 11 jurnal. Hasil penelusuran pustaka menyatakan bahwa CD dapat diaplikasikan sebagai sistem penghantaran obat terapi kanker karena memiliki karakter berbentuk bulat dengan ukuran kurang dari 10 nm dan profil pemuatan dengan efisiensi sebesar 85,6% serta pelepasan obat dengan persentase sebesar 91% serta sitotoksisitas CD yang rendah yaitu dengan viabilitas sel sebesar 95% namun memiliki kemampuan yang baik dalam menghantarkan obat sehingga obat memiliki sitotoksisitas yang tinggi terhadap sel kanker dengan viabilitas sel sebesar 35% dibanding obat dalam bentuk bebasnya yaitu dengan viabilitas sel sebesar 90%. Abstract. Carbon dots (CDs) are one of the carbon-based drug delivery systems that attract attention in the field of nanotechnology, especially their application in cancer therapy due to their good biocompatibility and low cytotoxicity. CDs are generally known ad quasispherical class nanoparticles, spherical in shape with size less than 10 nm. The abundance of affordable carbon materials, and easy synthesis methods, are one of the reasons for the strong interest in CDs. The purpose of this research is to know how to synthesize CDs, to know the character and profile of CDs that can be used as drug delivery systems and to know the cytotoxicity of CDs against cancer cells. This research was conducted using the Systematic Literature Review method with the stages of searching for articles, screening and selecting articles based on inclusion and exclusion criteria, and extracting data from 11 journals. The results of the literature search stated that CD can be applied as a drug delivery system for cancer therapy because it has a spherical character with a size of less than 10 nm and a loading profile with an efficiency of 85.6% and drug release with a percentage of 91% and low cytotoxicity of CD, which has a cell viability of 95% but has a good ability to deliver drugs so that drugs have high cytotoxicity against cancer cells with a cell viability of 35% compared to drugs in their free form, which has a cell viability of 90%.
Kajian Literatur Profil Farmakokinetika Sacubitril-Valsartan Pada Subjek Sehat dan Gagal Jantung Firda Amelya; Ratih Aryani; Fetri Lestari
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8536

Abstract

Abstract. Sacubitril-Valsartan is a first-class therapeutic agent for ARNI (Angiotensin Receptor-Neprilysin Inhibitor) which can reduce blood pressure and reduce mortality and morbidity in patients with Heart failure with Reduced Ejection Fraction (HFrEF). A combination of Neprilysin inhibitors (NEPi) and Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs) is required to reduce the increased bradykinin concentrations due to neprilysin inhibition. The success of Sacubitril-Valsartan therapy is determined by the dosage setting design taking into account pharmacokinetic factors. The pharmacokinetic profile of each individual may vary, influenced by differences in race/ethnicity, gender, age, drug interactions and physiological changes. This study aims to determine the pharmacokinetic parameters of the drug Sacubitril-Valsartan based on differences in race/ethnicity, sex, age, drug interactions, in subjects with impaired kidney function, and in subjects with heart failure. The method used for this study is the SLR (Systematic Literature Review) method. The articles used in this study were 10 journal articles obtained from the PMC database, Wiley, Springer Link. The results showed that race/ethnicity affects T1/2 longer in Caucasians, female sex has a longer T1/2, older people have a longer T1/2, Cmax, T1/2, AUC0-24h increased in impaired kidney function with decreased CL, Cmax and T1/2 increased in HFREF patients. Keywords: Pharmacokinetic, Sacubitril-Valsartan, Heart failure. Abstrak. Sacubitril-Valsartan merupakan agen terapeutik kelas pertama ARNI (Angiotensin Reseptor-Neprilysin Inhibitor) yang dapat menurunkan tekanan darah dan menurunkan mortalitas dan morbiditas pada pasien Heart failure with Reduced Ejection Fraction (HFrEF). Kombinasi Neprilysin inhibitor (NEPi) dan Angiotensin II Receptor Blockers (ARB) diperlukan untuk mengurangi konsentrasi bradikinin yang meningkat akibat penghambatan neprilysin. Keberhasilan terapi Sacubitril-Valsartan ditentukan oleh rancangan pengaturan dosis dengan mempertimbangkan faktor farmakokinetika. Profil farmakokinetika pada setiap individu dapat bervariasi dipengaruhi oleh perbedaan ras/etnis, jenis kelamin, usia, interaksi obat-obatan dan perubahan fisiologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter farmakokinetika obat Sacubitril-Valsartan berdasarkan perbedaan ras/etnis, jenis kelamin, usia, interaksi obat-obatan, pada subjek dengan gangguan fungsi ginjal, dan pada subjek gagal jantung. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode SLR (Systematic Literature Review). Artikel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 10 artikel jurnal yang diperoleh dari database PMC, Wiley, Springer Link. Hasil penelitian menunjukan bahwa ras/etnis mempengaruhi T1/2 lebih lama pada ras Kaukasia, jenis kelamin perempuan memiliki T1/2 lebih lama, usia tua memiliki T1/2 lebih lama, Cmax, T1/2, AUC0-24jam meningkat pada subjek gangguan fungsi ginjal dengan CL yang menurun, Cmax dan T1/2 meningkat pada pasien HFREF. Kata Kunci: Farmakokinetika, Sacubitril-Valsartan, Gagal Jantung.
Uji Antidiabetes Ekstrak Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Nees & T.Nees) Blume) dengan Metode Resistensi Insulin pada Mencit Swiss Webster Jantan yang Diinduksi Emulsi Tinggi Lemak Daifa Ermanda Mawali; Ratu Choesrina; Lanny Mulqie
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8570

Abstract

Abstrak. Kulit kayu manis (Cinamomun Burmanii (Nees & T.Nees) Blume) secara empiris digunakan masyarakat indonesia untuk mengatasi diabetes mellitus. Diduga kuat senyawa dari kulit kayu manis yang berperan yaitu MHCP dan sinamaldehid. Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas serta dosis ekstrak kulit kayu manis dalam mencegah kenaikan kadar glukosa darah dan meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin pada mencit swiss webster jantan dengan metode resistensi insulin.Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol negatif, kontrol positif, pembanding metformin 65 mg/kgBB, ekstrak etanol kulit kayu manis (EKKM) dosis 50, 100, dan 200 mg/kgBB. Pengujian dilakukan secara preventif dimana induksi dan pengobatan diberikan secara bersamaan. Tiap kelompok diberi induksi Lipofundin® MCT/LCT 20% dan fruktosa kecuali kontrol negatif. Parameter yang diamati yaitu kadar glukosa darah hari ke 0, 7, 14, dan 20 serta nilai KTTI sebagai parameter sensitivitas insulin yang diperoleh dari tes toleransi insulin. Berdasarkan pengujian, diketahui bahwa pada EEKKM dosis 50, 100, dan 200 mg/kgBB memiliki nilai KTTI secara berturut turut yaitu 15,475; 10,858; dan 10,43. Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan pada pemberian ketiga dosis EEKKM dapat mencegah kenaikan kadar glukosa darah serta dapat meningkatkan sensitivitas insulin dimana potensi aktivitas antidiabetes terbaik terdapat pada EEKKM dosis 50 mg/kgBB. Abstract. Cinnamon bark (Cinamomun Burmanii (Nees & T.Nees) Blume) has been empirically used by the people of Indonesia to overcome diabetes mellitus. It is strongly suspected that compounds of cinnamon bark which play a role are MHCP and cinnamaldehyde. The purpose of this study was to determine the effectiveness and dose of cinnamon bark extract in preventing an increase in blood glucose levels and increasing tissue sensitivity to insulin in male swiss webster mice with insulin resistance method. Test animals were divided into 6 groups consisting of negative control, positive control, metformin 65 mg/kgBB, and cinnamon bark extract (EEKKM) doses 50, 100, dan 200 mg/kgBB. Testing is carried out preventively where induction and treatment are given simultaneously. Each group was given a 20% Lipofundin® MCT/LCT and fructose except negative control.The parameters observed were blood glucose levels on days 0, 7, 14, and 20 and and KTTI values as insulin sensitivity parameters obtained from insulin tolerance tests. Based on testing, it is known that in EEKKM doses of 50, 100, and 200 mg/kg BB have KTTI values respectively of 15.475; 10,858; and 10.43. From these tests, it can be concluded that the administration of the three doses of EEKKM can prevent increases in blood glucose levels and can improve insulin sensitivity where the best potential antidiabetic activity is found in EEKKM doses of 50 mg/kg BB.
Penelusuran Pustaka Potensi Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum rhizoma) Terhadap Bakteri Escherichia coli Penyebab Penyakit Diare Fadil Rido Gumelar; Bertha Rusdi; Farendina Suarantika
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8577

Abstract

Abstract. Infectious diseases or infectious diseases are diseases caused by pathogenic microorganisms, such as viruses, bacteria, fungi, or parasites. One of the infectious diseases that often occur in the digestive tract is diarrhea. To overcome infections caused by these bacteria, you can use antibacterials, but lately the use of antibacterial often causes resistance. Therefore, alternatives that have potential antibacterial are sought. One plant that has been proven to have antibacterial activity is red ginger (Zingiber officinale var rubrum rhizoma). To determine the content of compounds that act as antibacterial and how their potential for the activity of bacteria that cause diarrhea in the digestive tract, this research was carried out by conducting a literature search of national and international journals in online media. Based on the research that has been done, it can be concluded that red ginger has secondary metabolite compounds including alkaloids, polyphenols, flavonoids, tannins, saponins, monoterpenes and sesquiterpenes. Then compounds that have antibacterial potential produced by red ginger are flavonoid and phenol compounds. Abstrak. Penyakit infeksi atau penyakit menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit. Salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi pada saluran pencernaan yaitu diare. Untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut maka dapat menggunakan antibakteri, tetapi akhir – akhir ini penggunaan antibakteri sering menyebabkan resistensi. Oleh karena itu dicari alternatif yang berpotensi sebagai antibakteri. Salah satu tanaman yang sudah terbukti memiliki aktivitas sebagai antibakteri yaitu jahe merah (Zingiber officinale var rubrum rhizoma). Untuk mengetahui kandungan senyawa yang berperan sebagai antibakteri dan bagaimana potensinya terhadap aktivitas bakteri penyebab diare pada saluran pencernaan, maka dilakukan penelitian ini dengan melakukan penelusuran pustaka terhadap jurnal nasional maupun internasional yang berada di media online. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa jahe merah memiliki senyawa metabolit sekunder diantaranya alkaloid, polifenol, flavonoid, tanin, saponin, monoterpen dan seskuiterpen. Kemudian senyawa yang memiliki potensi sebagai antibakteri yang dihasilkan oleh jahe merah yaitu senyawa flavonoid dan fenol.
Penetapan Kadar Flavonoid Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper Ornatum N.E.Br.) Giffar Abdiljabbar Najmudin; Yani Lukmayani; Kiki Mulkiya Yuliawati
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8614

Abstract

Abstract. The red betel plant (Piper ornatum N.E.Br.) has been used empirically and has been shown to have various pharmacological activities. The red betel plant contains various chemical compounds, one of which is flavonoids. The purpose of this study was to determine the levels of red betel leaf flavonoid compounds expressed in QE (Quercetin equivalent). The extraction method used maceration with 96% ethanol as a solvent and the determination of flavonoid content of the ethanol extract of red betel leaves was carried out spectrophotometrically with AlCl3 reagent. The results of determining the levels of flavonoids showed levels of 4.07 mgQE/gram extract with flavonol type flavonoids. Abstrak. Tanaman sirih merah (Piper ornatum N.E.Br.) telah digunakan secara empiris dan terbukti memiliki berbagai macam aktivitas farmakologi. Tanaman sirih merah mengandung berbagai senyawa kimia, salah satunya flavonoid. Tujuan pada penelitian ini untuk menetapkan kadar senyawa flavonoid daun sirih merah yang dinyatakan dalam QE (Quercetin equivalent). Metode ekstraksi menggunakan maserasi dengan etanol 96% sebagai pelarut dan penetapan kadar flavonoid ekstrak etanol daun sirih merah dilakukan secara spektrofotometri dengan pereaksi AlCl3. Hasil penetapan kadar flavonoid menunjukkan kadar sebesar 4,07 mgQE/gram ekstrak dengan flavonoid jenis flavonol.
Correlation of Adenosine Triphosphate (ATP) to muscle fatigue and work accuracy Riza Ramadhan; Fitrianti Darusman; Mentari Luthfika Dewi
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8620

Abstract

Abstrak. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik yang memerlukan kontraksi otot. Kontaksi otot sendiri dapat terjadi dengan adanya energi di dalam tubuh yaitu Adenosine Triphosphate (ATP). Sayangnya ATP di dalam tubuh jumlahnya terbatas sehingga kontraksi otot secara terus menerus akan menghabiskan pasokan ATP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang terjadi pada tubuh jika pasokan ATP habis dan pengaruhnya terhadap ketelitian kerja. Penelitian ini dilakukan dengan metode systematic literature review (SLR) dari artikel ilmiah yang telah dipublikasikan pada jurnal nasional dan internasional. Hasl dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan ATP secara terus menerus untuk kontraksi otot dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kondisi yang dinamakan kelelahan otot. Kelelahan otot ditandai dengan adanya rasa sakit akibat penumpukan asam laktat hasil kontraksi otot. Habisnya pasokan ATP di dalam tubuh dapat menyebabkan kurangnya pemenuhan kebutuhan energi otak, tangan, dan mata dalam melakukan koordinasi gerak sehingga berdampak pada gangguan konsentrasi dan ketelitian kerja. Abstract. Human life cannot be separated from daily physical activities that require muscle contraction. Muscle contractions themselves can occur in the presence of energy in the body called Adenosine Triphosphate (ATP). Unfortunately, the amount of ATP in the body is limited so that continuous muscle contraction will use up the supply of ATP. This study aims to find out what happens to the body if the supply of ATP runs out and its effect on work accuracy. This research was conducted using the systematic literature review (SLR) method of scientific articles that have been published in national and international journals. The results of this study indicate that the continuous use of ATP for muscle contraction for a long time can cause a condition called muscle fatigue. Muscle fatigue is characterized by pain due to the accumulation of lactic acid resulting from muscle contractions. Depletion of the supply of ATP in the body can lead to a lack of fulfillment of the energy needs of the brain, hands and eyes in coordinating movements so that it has an impact on impaired concentration and work accuracy.
FORMULASI DAN KARAKTERISASI SISTEM NIOSOM ETIL VITAMIN C Ratu Nabila Afriandini; Aulia Fikri Hidayat; Ratih Aryani
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8627

Abstract

Abstrak. Etil vitamin C merupakan salah satu senyawa turunan vitamin C yang memiliki stabilitas yang lebih baik di banding turunan lainnya, yang memiliki fungsi sebagai whitening agent. Namun senyawa etil vitamin C diketahui sulit berpenentrasi kedalam kulit yang dikarenakan memiliki kelarutan yang tinggi dalam air. Niosom merupakan salah satu sistem penghantaran yang dapat meningkatkan senyawa untuk berpenetrasi pada penghantaran dengan rute topikal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula niosom etil vitamin C yang optimum berdasarkan karakterisasi yang dilakukan dan membandingkan daya penentrasi niosom etil vitamin C dengan etil vitamin C murni. Dibuat tiga formula dalam pembuatan niosom dengan memvariasikan komposisi surfaktan dengan perbandingan jumlah kolesterol : span 60 adalah (1:1), (1:3), dan (1:5) dengan metode hidrasi lapis tipis. Niosom yang diperoleh dari hasil karakterisasi efisiensi penjerapan, ukuran partikel, indeks polidispersitas, dan potensial zeta. Pada F1 (1:1) dengan nilai efisiensi penjerapan 75%±0,010, ukuran partikel 1,380 µm dengan ukuran yang kurang homogen dan potensial zeta -49,7±0,115 mV dipilih sebagai formula terbaik. Selanjutnya dilakukan uji penetrasi secara in vitro pada formula terbaik yang dibandingkan dengan etil vitamin C murni menggunakan metode sel difusi franz. Hasil penetrasi yang didapat memberikan nilai jumlah kumulatif terpenetrasi niosom etil vitamin C 39,8532±1,174 µg/cm2 dan fluks 19,9627±0,587 µg/cm2.jam sedangkan hasil penetrasi etil vitamin C murni memberikan nilai jumlah kumulatif terpenetrasi 25,0956±0,542 µg/cm2 dan fluks 12,5478 ±0,271 µg/cm2.jam. Sehingga hasil uji penetrasi menunjukan niosom etil vitamin C memiliki kemampuan penetrasi yang lebih baik dibanding etil vitamin C murni Abstract. Ethyl ascorbic acid is one of the compounds derived from vitamin C which has better stability compared to other derivatives, which has a function as a whitening agent. However, the ethyl compound of vitamin C is known to be difficult to penetrate into the skin due to its high solubility in water. Niosomes are one of the delivery systems that can increase compounds to penetrate the topical route of delivery. This study aims to obtain the optimum ethyl ascorbic acid niosome formula based on the characterization performed and to compare the penetrating power of ethyl ascorbic acid niosome with pure etil ascorbic acid . Three formulas were prepared for the manufacture of niosomes by varying the surfactant composition with a ratio of total cholesterol: span 60, namely (1:1), (1:3), and (1:5) using the thin layer hydration method. Niosomes which have been obtained from the results of the characterization of entrapment efficiency, particle size, polydispersity index, and zeta potential. In F1 (1:1) with an adsorption efficiency value of 75% ± 0.010, a particle size of 1.380 µm with a less homogeneous size and a zeta potential of -49.7 ± 0.115 mV was chosen as the best formula. Furthermore, an in vitro penetration test was carried out on the best formula compared to pure ethyl ascorbic acid using the Franz diffusion cell method. The penetration results obtained gave a cumulative amount penetrated by ethyl ascorbic acid niosome 39.8532 ± 1.174 µg/cm2 and a flux of 19.9627 ± 0.587 µg/cm2.hour while the penetration results of pure ethyl ascorbic acid gave a cumulative amount penetrated 25.0956 ± 0.542 µg/cm2 and a flux of 12.5478 ±0.271 µg/cm2.hour. So the results of the penetration test showed that niosome ethyl ascorbic acid has a better penetration ability than pure ethyl ascorbic acid
Uji Aktivitas Senyawa Aktif Jahe (Zingiber officinale) Sebagai Alternatif Pengobatan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) Pada Reseptor Histamin-2 Nadhifah Mauludia Rinaldie; Farendina Suarantika; Taufik Muhammad Fakih
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

GERD or Gastro Esophageal Reflux Disease is a digestive disorder that many people suffer from. Characterized by symptoms of nausea, heartburn, and stomach content rising into esophagus. Most people do not take GERD seriously. The most widely used therapy is the consumption of antacids, proton pump inhibitors (PPIs), H2 receptor blockers, and prokinetic drugs. However, long-term use of these drugs can cause serious illnesses such as colon cancer. This study aims to determine the activity of the active compounds of ginger rhizome against GERD and to determine the toxicity of the compounds 6-gingerol, 6-gingesulfonic acid, 6-shogaol, gingerglycolipid A, gingerglycolipid B, and gingerglycolipid C contained in ginger rhizome. The method used is a molecular docking method based on protein-ligand and protein-protein by looking at the binding free energy, inhibition constant, and MM-GBSA value. Research shows that the active compounds of ginger rhizome namely 6-gingesulfonic, 6-gingerol, and gingerglycolipid C can form the best interactions with histamine-2 receptors, interleukin-8, and gastrin receptors, but their stability is not better than that of natural ligands and other compounds. In the other hand, the active compound of ginger rhizome was shown as non toxic compound. So it can be concluded that the active compound of ginger rhizome can be considered as a candidate drug compound Keyword: GERD, ginger, molecular docking, toxicity GERD atau Gastro Esophageal Reflux Disease merupakan salah satu gangguan pencernaan yang banyak diderita oleh masyarakat. Ditandai dengan naiknya isi lambung ke kerongkongan, rasa panas di dada, dan rasa mual membuat penderita GERD tidak menangani penyakit ini dengan serius. Terapi yang banyak digunakan adalah konsumsi obat-obatan golongan antasida, proton pump inhibitor (PPI), penghambat reseptor H2, dan obat prokinetik. Akan tetapi, penggunaan obat GERD dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penyakit serius seperti kanker kolon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas senyawa aktif rimpang jahe terhadap GERD dan untuk mengetahui toksisitas dari senyawa 6-gingerol, 6-gingesulfonic acid, 6-shogaol, gingerglycolipid A, gingerglycolipid B, dan gingerglycolipid C yang terdapat dalam rimpang jahe. Metode yang dilakukan adalah metode molecular docking berbasis protein-ligan dan basis protein-protein dengan melihat energi bebas ikatan, konstanta inhibisi, dan nilai MM-GBSA. Penelitian menunjukkan bahwa senyawa aktif rimpang jahe yaitu 6-gingesulfonic, 6-gingerol, dan gingerglycolipid C dapat membentuk interaksi yang paling baik terhadap reseptor histamin-2, interleukin-8, dan reseptor gastrin, namun kestabilannya tidak lebih baik dibandingkan dengan ligan alami dan senyawa aktif rimpang jahe termasuk ke dalam senyawa yang tidak toksik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa aktif rimpang jahe dapat dipertimbangkan untuk menjadi kandidat senyawa obat. Kata Kunci: GERD, jahe, molecular docking, toksisitas.