cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Rekayasa Teknik Sipil
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 380 Documents
PENGARUH VARIASI PANJANG SAMBUNGAN BIBIR LURUS DAN BAUT PADA KUAT LENTUR BALOK BAMBU PETUNG LAMINASI IMAM SYAFII, MUHAMMAD; SABARIMAN, BAMBANG
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bambu laminasi merupakan salah satu alternatif konstruksi berbahan dasar kayu karena memiliki sifat unisotropis dimana kayu dan bambu sama-sama memiliki serat. Produksi bambu laminasi memiliki panjang maksimal 1,5meter, sedangkan balok struktur pada umumnya memiliki panjang 3-6meter, sehingga perlu adanya sambungan pada balok bambu laminasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi panjang sambungan bibir lurus pada kuat lentur balok bambu petung laminasi dan kekakuan balok pada setiap variasi panjang sambungan balok bambu petung laminasi dengan dimensi bilah berukuran sama yaitu 5mmx20mm.Metode eksperimen penelitian ini menggunakan metode uji lentur two points loading. Balok uji berdimensi (tinggi) 100mm x (lebar) 60mm x (panjang) 1000mm. Panjang sambungan balok bambu petung bervariasi yaitu 200mm, 210mm, dan 220mm. Hasil penelitian menunjukan saat benda uji ditinjau dari lendutan ijin dapat menerima beban pada variasi BBL1 sebesar 110,4 kg; BBL2 sebesar 87,5 kg; dan BBL3 sebesar 70,8 kg. BBL1 memiliki kekakuan yang lebih besar dari BBL2; dan BBL2 memiliki kekakuan yang lebih besar dari BBL3. Jika ditinjau dari kuat lentur balok, benda uji memiliki kuat lentur ijin yang lebih kecil dari kuat lentur layan dengan variasi panjang sambungan 200mm adalah yang paling efektif karena memiliki kuat lentur paling besar yaitu 3,68 MPa.
PENGARUH STYROFOAM (POLYSTYRENE) PADA CAMPURAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) DAN LASTON AC-WC DENGAN FILLER FLYASH EKA YUNANTO, KURNIAWAN; MAHARDI, PURWO
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Proses pembangunan jalan di Indonesia sebagian besar masih menggunakan cara konvensional, yaitu menggunakan agregat dan aspal dalam jumlah yang besar, hal tersebut jika dilakukan terus menerus dapat menimbulkan permasalahan lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan meninjau dampak penggunaan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) sebagai pengganti agregat dan penambahan Styrofoam (polystyrene) dalam campuran lapisan AC-WC dengan parameter Marshall. Kadar aspal optimum (KAO) yang digunakan adalah 5,25%. Prosentase penambahan Styrofoam pada campuran aspal sebesar 5%,6% dan 7% dari berat aspal yang digunakan. Hasil uji Marshall menunjukkan nilai stabilitas optimum pada penambahan plastik 6,0% yaitu sebesar 1278,5 kg dengan mengalami peningkatan sebesar 1,74% dari campuran laston tanpa tambahan Styrofoam. Nilai flow mengalami kenaikan sebesar 6,76%, VFA sebesar 0,65%. Sedangkan nilai MQ mengalami penurunan sebesar 4,82%,VIM 0,14%,VMA 0,12%. Kata Kunci: Karakteristik Marshall,Styrofoam (polystyrene),Reclaimed Asphalt Pavement (RAP), Laston AC-WC. Abstract The process of road construction in Indonesia is mostly still using conventional methods, namely using large amounts of aggregate and asphalt, if done continuously it can cause environmental problems. This research was conducted by reviewing the impact of the use of Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) as an aggregate substitute and the addition of Styrofoam plastic in the AC-WC layer mixture with Marshall. The optimum asphalt level (KAO) used was 5,25%. The percentage of the addition of Styrofoam to the asphalt mixture is 5%, 6%, and 7% of the asphalt weight used. The Marshall test results show that the optimum value of stability in the addition of 6,0% plastic is 1278.5 kg with an increase of 1,74% from laston mixture without additional Styrofoam. The highest flow value increased by 6,76%, VFA increased 0,65%. While the value of MQ has decreased 4,82%, VIM 0,14%,VMA 0,12%. Keywords: Marshall Characteriscs,Styrofoam (polystyrene), Reclaimed Asphalt Pavement (RAP), Laston AC-WC.
ANALISA CAMPURAN AC-WC DENGAN AGREGAT RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) DAN FILLER ABU BATU SEBAGAI CAMPURAN UNTUK PENAMBAHAN PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) PRATAMA PUTRA, DIANSYAH; MAHARDI, PURWO
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Peningkatan kinerja campuran aspal dapat dilakukan dengan memodifikasi campuran aspal untuk mendapatkan campuran aspal yang tahan lama dan kuat. Dalam meningkatkan kualitas jalan secara efektif dan efisien dilakukan penelitian diantaranya dengan pemanfaatan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP). Sebagian besar limbah hasil konstruksi belum dimanfaatkan sebaik mungkin, seperti halnya sisa-sisa bongkaran aspal hasil patching yang terkadang hanya digunakan sebagai bahan timbunan pada bahu jalan atau bahkan hanya dikumpulkan dan ditumpuk di sebuah tempat dan akhirnya terabaikan. Teknologi daur ulang perkerasan adalah sebuah teknologi alternatif dalam konstruksi perkerasan yang memungkinkan penggunaan limbah hasil pekerjaan konstruksi perkerasan sebagai material yang digunakan untuk pemeliharaan jalan. Penelitian ini dilakukan dengan meninjau dampak penggunaan RAP sebagai pengganti sebagian agregat dalam campuran lapisan laston AC-WC pen 60/70 dengan parameter Marshall. Parameter Marshall yang meliputi stability, flow, void in mineral aggregate (VMA), void in mix (VIM), void filled with asphalt (VFA) dan Marshall Quotient (MQ). Penggunaan RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) sebagai pengganti sebagian agregat pada campuran laston AC-WC (Asphalt Concrete - Wearing Course) dengan filler abu batu menggunakan aspal minyak pen 60/70 didapatkan hasil kadar aspal optimum sebesar 5,75% pada gradasi campuran variasi 3. Penggunaan RAP yang digunakan sebesar 45% pada Fine Agregat (0-5mm). Hasil penggunaan RAP 45% dan kadar aspal 5,75% didapatkan nilai stabilitas sebesar 1252,3 kg , kelelehan atau flow 3,37 mm, V.I.M 4,5%, V.M.A 15,5%, V.F.A 71,2%, dan Marshall Quotient 372,4 kg/mm. Kata Kunci: Parameter Marshall, Reclaimed Asphalt Pavement (RAP), Laston AC-WC Abstract Improving the performance of asphalt mixes can be done by modifying asphalt mixes to get a durable and strong asphalt mixture. In improving the quality of roads effectively and efficiently, research has been carried out including the use of Reclaimed Asphalt Pavement (RAP). Most of the waste from construction has not been used as well as possible, as well as the remnants of asphalt patching results which are sometimes only used as pile material on the shoulder of the road or even just collected and piled in a place and eventually ignored. Pavement recycling technology is an alternative technology in pavement construction that enables the use of pavement construction waste as a material used for road maintenance. This research was conducted by reviewing the impact of using RAP as a partial replacement for aggregates in the 60/70 pen AC / WC laston layer mixture with Marshall parameters. Marshall parameters which include stability, flow, void in mineral aggregate (VMA), void in mix (VIM), void filled with asphalt (VFA) and Marshall Quotient (MQ). The use of RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) as a partial replacement for the aggregate in the mixture of laston AC-WC (Asphalt Concrete - Wearing Course) with rock ash filler using asphalt pen oil 60/70 obtained the optimum asphalt content of 5.75% in the gradation of mixture variation 3 The use of RAP used at 45% in Fine Aggregates (0-5mm). The results of using 45% RAP and asphalt content of 5.75% obtained a stability value of 1252.3 kg, 3.37 mm melt or flow, VIM 4.5%, 15.5% VMA, 71.2% VFA, and Marshall Quotient 372.4 kg / mm. Keywords: Marshall Parameter, Reclaimed Asphalt Pavement (RAP), Laston AC-WC
PEMODELAN BIAYA DESAIN ANTARA PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU BERDASARKAN METODE BINA MARGA 2017 ROSALINA, MONICA; MAHARDI, PURWO
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari alternatif biaya desain untuk perkerasan lentur dan perkerasan kaku berdasarkan metode Bina Marga 2017. Dalam pembangunan suatu sarana transportasi memerlukan biaya yang tidak sedikit dan metode pelaksanaan yang tepat. Oleh sebab itu, diperlukan perencanaan kontruksi jalan dan perencanaan pekerjaan jalan yang optimal dan memenuhi syarat teknis menurut fungsi, volume maupun sifat lalu lintas sehingga pembangunan kontruksi tersebut dapat berguna maksimal bagi perkembangan daerah sekitarnya. Perencanaan konstruksi jalan raya perlu mempertimbangkan beberapa faktor yaitu seperti jenis beban kendaraan yang melintas, jenis perkerasan, tebal perkerasan, daya dukung tanah dasar, umur rencana, nila Equivalent Standart Axle (ESA), Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga (JSKN), dengan nilai ESA dan JSKN yang berbeda maka akan menghasilkan biaya yang berbeda setiap model desain yang direncanakan. Berdasarkan Pemodelan biaya desain dari perkerasan lentur dan perkerasan kaku menghasilkan tiga persamaan, yaitu persamaan regresi linier, persamaan logaritma dan persamaan polinomial. Dari proses ketiga persamaan menghasilkan R2 terbesar yang dihasilkan persamaan logaritma yaitu sebesar 0.96 untuk perkerasan lentur dan 0.95 untuk perkerasan kaku. Masing-masing model desain Y= 20.144,91ln(x)-140.711,34 perkerasan lentur dengan model biaya sebesar Rp 199.582,90. Sedangkan untuk perkerasan kaku model desain y= 21.124,47ln (x)+284.710,61 dengan biaya yang dibutuhkan sebesar Rp 656.300,00.
OPTIMALISASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK MENGGUNAKAN INTEGRASI BIOFILTER DAN CONSTRUCTED WETLANDS SEBAGAI SUMBER DAYA AIR TERBARUKAN ARIF FIRMANSYAH, GUNTUR; RAHMADYANTI, ERINA
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Air limbah yang dihasilkan selama proses produksi batik mengandung bahan kimia beracun dan sulit terurai yang dapat menyebabkan meningkatnya BOD, COD, TSS, pH maupun logam berat. Air limbah yang dihasilkan dari batik atau industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik yang sulit terurai, yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, terutama dari lingkungan akuatik. Effluent dari industri batik pada proses boiling tidak memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh Permen LH RI No. 5 Tahun 2014. Sistem pengolahan air limbah alami seperti constructed wetlands (CWs) dan biological sand filter menjadi alternatif yang relevan dalam mengolah air limbah karena efisiensinya, biayanya maupun pengoperasiannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengolah air limbah industri batik menggunakan integrasi biofilter dan CWs. Penelitian dilakukan dengan membuat skala kecil dari alat integrasi biofilter dan constructed wetlands yang kemudian dilakukan uji coba kinerja alat dengan mengalirkan sampel air limbah industri batik. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi penurunan untuk masing-masing parameter COD, TSS, dan minyak & lemak sebesar 72,67-86,67%; 95,85-98,18%; dan 79,47-90,04%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air hasil pengolahan limbah industri batik masih melebihi baku mutu yang telah ditetapkan sehingga air hasil pengolahan tidak diperbolehkan untuk dibuang ke badan air. Air hasil pengolahan juga tidak dapat diperuntukkan oleh masyarakat karena tidak memenuhi kriteria mutu air pada kelas air yang ditetapkan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk pemanfaatan air hasil pengolahan sebagai air bahan bangunan. Kata Kunci: limbah industri batik, boiling, biofilter, constructed wetlands Abstract Wastewater produced during the batik production process contains toxic and non-biodegradable chemicals resulting in high BOD, COD, TSS, pH and heavy metals. Wastewater generated from batik or textile industries is generally a non-biodegradable organic compound, which can cause environmental pollution, especially of the aquatic environment. Effluent from the batik industry during the boiling process did not meet the standard for discharged effluent in accordance with the Minister of Environment Regulation No.5 of 2014. Natural wastewater treatment systems such as constructed wetlands and biological sand filters are becoming an increasingly relevant alternative for treating wastewater due to its efficiency, low establishment costs and low operation and management requirements. This research aims to treat batik industry wastewater by using biofilter and CWs integration. The research was conducted by making a small scale from the biofilter and constructed wetlands integration, then tested by flowing samples of batik industry wastewater. The results indicated removal efficiency for each parameter of COD, TSS, and fat & oil amounts 72.67-86.67%; 95.85-98.18%; and 79.47-90.04%. The results showed that the treated water from batik industry waste processing still exceeds meet the standard for discharged effluent so that the treated water is not allowed to be discharged into water bodies. The treated water also cannot be used by the community because it does not meet the water quality criteria for the specified water class. Further research is needed for the utilization of treated water as building materials. Keywords: batik industry wastewater, boiling, biofilter, constructed wetlands
KINERJA HYBRID CONSTRUCTED WETLAND SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DI SIDOARJO AUDINA, OKTAVIA; RAHMADYANTI, ERINA
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Batik merupakan warisan budaya asli Indonesia yang telah disahkan oleh UNESCO. Batik digunakan dalam berbagai kesempatan baik formal mapun non-formal. Hal ini berdampak positif pada perekonomian Indonesia dengan meningkatkan jumlah produksi, jumlah industri batik, dan penyerapan tenaga kerja. Industri batik juga berdampak negatif pada lingkungan karena limbah cair yang dihasilkan dari proses pembuatannya. Constructed wetland (CW) merupakan salah satu solusi yang ditawarkan sebagai teknologi yang mudah, murah, dan berkelanjutan sebagai unit pengolahan limbah dengan memanfaatkan teknologi alami. Tanaman yang digunakan adalah tanaman Canna indica. Tanaman ini telah banyak digunakan karena tanaman ini dapat mentoleransi limbah dengan kandungan timbal yang tinggi. Hybrid constructed wetland merupakan gabungan antara horizontal dan vertical subsurface flow CW. Teknologi ini diaplikasikan untuk mengolah limbah cair hasil perebusan batik (boiling). Parameter yang diteliti adalah Chemical Oxygen demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), dan Fat, Oil, and Grease (FOG) dengan lama limbah berada direaktor (Hydraulic Retention Time) selama 3,5,dan 7 hari. Removal efficiency yang dapat dicapai untuk COD sebesar 89,61% dan FOG 89,53% pada hari ke 3. Removal efficiency paling optimal untuk TSS sebesar 98,74% pada hari ke 5. Kata kunci : limbah industri batik, limbah boiling, hybrid CW, canna indica, hydraulic retention time (HRT)
PENGARUH VARIASI SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT TEKAN, BERAT VOLUME, POROSITAS DAN SIFAT SEGAR BETON HIGH VOLUME FLY ASH METODE SELF COMPACTING CONCRETE ARDI SETIAWAN, BIMA; FIRMANSYAH SOFIANTO, MOCHAMAD
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Self Compacting Concrete (SCC) atau bisa juga disebut beton memadat sendiri yang merupakan beton khusus yang dapat memadat ke setiap celah struktur penulangan tanpa menggunakan alat vibrator beton. Penggunaan beton bermutu tinggi tidak dapat dihindarkan dalam perencanaan dan perancangan struktur bangunan karena menghasilkan beton yang relatif lebih awet dan tahan sulfat. Beton dengan kandungan fly ash 50% atau lebih sebagai pengganti semen disebut High Volume Fly Ash Concrete. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan berat volume, kuat tekan, porositas dan sifat segar beton high volume fly ash dengan metode scc menggunakan superplasticizer yang bervariasi. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 20 cm. Pengujian kuat tekan pada umur 7, 14, dan 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan penambahan proporsi superplasticizer pada beton high volume fly ash metode self compacting concrete dapat menambah workability. Hal ini ditujukan dengan hasil uji beton segar pada uji T500, slump flow, L-box, dan V-funnel. Kuat tekan, berat volume, dan porositas beton dengan proporsi superplasticizer mempunyai nilai optimum pada 1,2% superplasticizer karena memiliki nilai kuat tekan tertinggi dengan 49,44 MPa, nilai berat volume tertinggi dengan 2534,05 kg/m3, nilai porositas terkecil dengan 1,72% pada 28 hari dan sifat segar beton memenuhi standar self compacting concrete.
ANALISIS PENGARUH VARIASI KEMIRINGAN LERENG DENGAN TINGKAT KEPADATAN TANAH 90% TERHADAP STABILITAS GULING MODEL BENDUNGAN TIPE URUGAN AMINULLAH, RIZKI; , KUSNAN
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu hal yang fundamental dalam perencanaan sebuah bendungan tipe urugan tanah adalah masalah stabilitas tubuh bendungan itu sendiri. Salah satu faktor yang mempengarui stabilitas tersebut ialah kemiringan lereng. Maka dari itu, pada penelitian ini menunjukan hubungan kemiringan lereng tubuh bendungan tipe urugan dengan kestabilannya melalui pemodelan bendungan urugan homogen. Dalam penelitian ini diterapkan perhitungan stabilitas lereng dengan metode Fellenius dan juga program komputer Geostudio Slope/w versi pelajar dalam perhitungan angka keamanannya. Selain itu pengamatan keruntuhan lereng juga dilakukan pada model fisik bendungan dengan ukuran 3200 cm (80 cm pada model fisik), tinggi 880 cm (22 cm pada model fisik), dan panjang 1760 cm (44 cm pada model fisik), di mana terpasang drainase sepanjang 1200 cm (30 cm pada model fisik) dan tinggi 80 cm (2 cm pada model fisik) di bagian hilir bendungan dengan bahan pasir berkerikil yang dimodelkan dalam sebuah media akuarium yang terdapat pada laboratorium keairan Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya. Berdasarkan analisis yang telah dilaksanakan, baik dengan metode Fellenius maupun program komputer Geostudio Slope/w versi pelajar menunjukkan bahwa semakin besar kemiringan lereng tubuh model bendungan urugan tanah (semakin curam), maka semakin rendah nilai angka keamanan tubuh bendungan tipe urugan. Di sisi lain, berdasarkan pengamatan pemodelan fisik tubuh bendungan dapat disimpulkan bahwa semakin besar kemiringan lereng tubuh model bendungan, maka semakin besar pula kerutuhan yang berpotensi terjadi. Kata Kunci: Bendungan Urugan, Kemiringan Lereng, Angka Keamanan, Fellenius, Geostudio Slope/w 2012 versi pelajar, Keruntuhan, Model Fisik.
ANALISA KUAT TEKAN MORTAR GEOPOLIMER DENGAN PENGIKAT ZEOLITE DAN FLY ASH PADA MOLARITAS 8M DAN 10M KONDISI W/S=0,35 DAN SS/SH=1,5 FANDI P, RIZAL; WARDHONO, ARIE
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses pembuatan semen menghasilkan gas CO2 yang menyebabkan gas efek rumah kaca yang tidak ramah untuk lingkungan. Penggunaan semen dapat dikurangi dengan beberapa alternatif. Geopolimer merupakan alternatif baru material pasta pengikat pengganti semen. Geopolimer sendiri merupakan suatu bahan inorganik yang terdiri dari silikat (Si) dan Alumunium (Al) sebagai bahan utama serta reaktan alkali sebagai pengikat. Komposisi kandungan pada geopolimer memiliki komposisi serupa pada zeolit. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan tertinggi pada mortar geopolimer yang menggunakan campuran abu terbang (fly ash) kelas C dan zeolit pada kondisi water/solid=0,35 dan sodium silicate/sodium hydroxide=1,5. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan parameternya pada campuran fly ash dan zeolit menggunakan variasi molaritas 8M dan 10M kondisi W/S=0,35 dan SS/SH=1,5. Benda uji mortar geopolimer menggunakan perbandingan campuran fly ash dan zeolit dengan 5 variasi pada setiap molaritas 8M dan 10M. Pengujian benda uji meliputi pengujian pengikatan awal dan akhir (Uji vicat) dan pengujian kuat tekan pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Hasil Penelitian diperoleh bahwa nilai kuat tekan optimum yang dihasilkan oleh mortar geopolimer 8M pada variasi penambahan zeolit sebesar 10% dengan nilai kuat tekan 36,87 MPa, waktu pengikatan awal pada menit ke 65, dan berat volume 2,31 gram/cm3. Mortar geopolimer 10M kuat tekan optimum pada variasi penambahan zeolit sebesar 5% dengan nilai kuat tekan 37,49 MPa, waktu pengikatan awal pada menit ke 60, dan berat volume 2,32 gram/cm3. Hasil ini menunjukan bahwa nilai kuat tekan yang dihasilkan mortar geopolimer lebih tinggi. Kata kunci : Fly ash, Geopolimer, Kuat Tekan, dan Zeolit Abstract The process of making cement produces CO2 gas which causes greenhouse effect gases which are not friendly to the environment. The use of cement can be reduced by several alternatives. Geopolymers are a new alternative for cement substitute binding paste material. Geopolymer itself is an inorganic material consisting of silicate (Si) and Aluminum (Al) as the main material and alkaline reactants as binders. The composition of the content in geopolymers has a similar composition in zeolites. This thesis aims to determine the highest compressive strength of geopolymer mortars using a mixture of class C and zeolite fly ash at water / solid conditions = 0.35 and sodium silicate / sodium hydroxide = 1.5. Test specimens include initial and final binding tests (vicat test) and compressive strength tests at the age of 7 days, 14 days and 28 days This study uses an experimental method with parameters on the mixture of fly ash and zeolite using a variation of 8M and 10M molarity conditions W / S = 0.35 and SS / SH = 1.5. Geopolymer mortar specimens used a mixture of fly ash and zeolite with 5 variations at each 8M and 10M molarity. The results showed that the optimum compressive strength value produced by 8M geopolymer mortar on zeolite addition variations of 10% with a compressive strength value of 36.87 MPa, initial binding time at 65 minutes, and volume weight of 2.31 gram / cm3. 10M geopolymer mortar optimum compressive strength with variation of zeolite addition of 5% with compressive strength 37.49 MPa, initial binding time at 60 minutes, and volume weight 2.32 gram / cm3. These results indicate that the compressive strength produced by geopolymer mortar is higher Keywords: Fly ash, Compressive Strength, Geopolymer, and Zeolite
ANALISIS PENGARUH KEMIRINGAN LERENG TERHADAP ALIRAN FILTRASI PADA MODEL BENDUNGAN TIPE URUGAN HOMOGEN KHOIRUNNAS, MUHAMMAD; , KUSNAN
Rekayasa Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan sebuah bendungan, yaitu stabilitas bendungan terhadap rembesan air yang mengalir melalui tubuh bendungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pola aliran rembesan air yang terjadi pada tubuh bendungan dan menghitung debit rembesan yang terjadi. Penelitian ini menggunakan pemodelan bendungan tipe urugan homogen. Material diambil dari lokasi konstruksi bendungan Tugu, Trenggalek, Jawa Timur. Model ini berbentuk trapesium dengan panjang model adalah 80 cm (3200 cm), tinggi model adalah 22 cm (880 cm) dan lebar bawah tubuh bendungan adalah 44 cm (1760 cm), sedangkan lebar bagian atas lereng/ mercu bendungan bergantung pada sudut kemiringan lerengnya. Variasi kemiringan lereng 30°, 50°, dan 70° serta dengan tingkat kepadatan tubuh bendungan sebesar ± 90%. Bagian hilir pada model ini dipasang drainase sepanjang 30 cm dan tebal 2 cm. Ada dua kesimpulan yang didapatkan dari kedua metode, yaitu: uji model fisik (empiris) dan metode casagrande (teoritis). Pertama, semakin besar sudut lereng maka ketinggian tekanan air rata-rata atau pola aliran rembesan akan mengalami penurunan dan bentuk pola aliran rembesan semakin landai. Kedua, semakin besar sudut lereng maka debit rembesan yang dihasilkan akan semakin mengecil dan begitu juga sebaliknya.

Page 1 of 38 | Total Record : 380