cover
Contact Name
Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si
Contact Email
wilda.hafny@usu.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
dentika_journal@usu.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Dentika Dental Journal
ISSN : 1693671X     EISSN : 2615854X     DOI : -
Core Subject : Health,
d e n t i k a DENTAL JOURNAL is one of the journals managed by TALENTA Universitas Sumatera Utara which first published in 2015. This is an online scientific journal that publishes articles and scientific work from Researches, Case Reports and Literature Reviews in Dentistry and Dental Science. The scopes are varied from Dental Surgery, Dental Forensics, Oral Biology, Oral Medicine, Dental Public Health and Preventive Dentistry, Paediatric Dentistry, Dental Materials and Technology, Conservative Dentistry, Orthodontics, Periodontics, Prosthodontics, to Dental Radiology.
Arjuna Subject : -
Articles 19 Documents
Search results for , issue "Vol. 17 No. 4 (2013): Dentika Dental Journal" : 19 Documents clear
APPLICATION OF GLASS IONOMER CEMENT (GIC) FOR REPAIRING DENTAL PULP BY MEASURING EXPRESSION OF DENTIN MATRIX PROTEIN-1 : APLIKASI SEMEN IONOMER KACA UNTUK PERBAIKAN PULPA GIGI DENGAN MENGUKUR EKSPRESI DENTIN MATRIKS PROTEIN-1 Endang Suprastiwi; Siti Mardewi Soerono Akbar; Narlan Sumawinata; Ellyza Herda
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 4 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.863 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i4.1777

Abstract

Glass ionomer cement (GIC) has a potential to improve the pulp by inducing Dentin Matrix Protein-1 (DMP-1) release that can mineralize dentin. This study used three types of glass ionomer cements; Conventional GIC i.e. GC Fuji IX; resin-modified glass ionomer cement (RMGIC) i.e. GC Fuji II LC and Nano particle of RMGIC i.e. Ketac™ N100 3MEspe. The three materials were applied to the tooth pulp of Macaca nemestrina. Expression of DMP-1 extract-dental pulp of the subjects was investigated by using ELISA. This study was statistically analyzed by using Mann-Whitney test. The result showed that GICs has a potential to induce the expression of DMP-1 and there was no significant differences among the three groups of GIC to induce DMP-1(p≥ 0,05). In conclucion, all tested materials have a potential in dental pulp repair by expressing DMP-1.
EFFECT OF IMMERSION TIME TO MECHANICAL STRENGTH OF POLYVINYL ALCOHOL– HYDROXY APATITE COMPOSITE AS BIODEGRADABLE BONE PLATE : PENGARUH WAKTU PERENDAMAN TERHADAP KEKUATAN MEKANIS KOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL–HIDROKSI APATIT SEBAGAI FIKSASI FRAKTUR TULANG Mochammad Taha Ma’ruf; Widowati Siswomihardjo; Marsetyawan Heparis Nur Ekanda Soesatyo; Alva Edy Tontowi
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 4 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.302 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i4.1778

Abstract

Polymer based material such as Poly-L-Lactic-Acid (PLLA) have been used for titanium substitution. However, the last research indicates that it was not an ideal material as bone fracture fixation device. It is a challenge to develop other materials as biodegradable bone plate for titanium substitution, such as polyvinyl alcohol (PVA). In this study, polyvinyl alcohol has composited with Hydroxy apatite (HA) and reinforced with catgut fiber. The aim of this study was to know the effect of immersion time to mechanical strength of PVA– HA composite with catgut reinforced as biodegradable bone plate after biodegradation test for 30 and 60 days. Specimens were prepared for tensile and bending strength tests, immersed in phosphate buffered saline (PBS) solution with pH 7.4 at 370C. Specimens were weighed before and after biodegradation test, tensile and bending test were done after removed for 30 and 60 days. The result showed that PVAHA composite reinforced with catgut fiber has stable mechanical strength after 30 and 60 days biodegradation process. The mechanical strength decreased in 30 and 60 days in all intervention groups, but it still has adequate mechanical strength as biodegradable bone plate. In conclusion, PVA-HA composite reinforced with catgut fiber can be developed as biodegradable bone plate replace titanium and other commercial bone plate.
HUBUNGAN SUDUT INTERINSISAL DENGAN PROFIL JARINGAN LUNAK WAJAH MENURUT ANALISIS HOLDAWAY PADA MAHASISWA FKG USU RAS CAMPURAN PROTO DAN DEUTRO-MELAYU : CORRELATION BETWEEN INTERINCISAL ANGLE AND SOFT TISSUE FACIAL PROFILE WITH HOLDAWAY ANALYSIS IN MIXED PROTO AND DEUTRO-MALAY RACE Nurhayati Harahap; Melisa
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 4 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.8 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i4.1779

Abstract

Inklinasi insisivus mempunyai peranan penting dalam penentuan estetis wajah terutama sepertiga wajah bawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sudut interinsisal dengan profil jaringan lunak wajah. Pengukuran dilakukan menggunakan radiografi sefalometri pada 50 orang mahasiswa FKG USU ras campuran Proto dan DeutroMelayu. Pengukuran dilakukan pada sefalogram lateral yaitu sudut interinsisal yang dibentuk dari sumbu memanjang gigi insisivus pertama atas dan bawah, profil jaringan lunak wajah menurut analisis Holdaway yaitu sudut fasial (N’-Pog’ dan Frankfurt horizontal) dan sudut H(N’-Pog’-Ls). Data dianalisis dengan uji korelasi Pearson’s. Hasil penelitian menunjukkan rerata sudut interinsisal sebesar 120,76º, rerata sudut fasial sebesar 88,60º, dan rerata sudut H sebesar 15,74º. Dapat disimpulkan, bahwa tidak terdapat korelasi antara sudut interinsisal dengan sudut fasial (r= 0,034) tetapi terdapat hubungan sedang antara sudut interinsisal dengan sudut H (r= 0,441).
PERBEDAAN PENYERAPAN AIR KE DALAM RESIN KOMPOSIT MIKROHIBRID DAN NANOHIBRID SETELAH DIRENDAM DI DALAM SALIVA BUATAN: DIFFERENCES OF WATER ABSORPTION INTO MICRO AND NANOHYBRID COMPOSITE RESINS AFTER IMMERSED IN ARTIFICIAL SALIVA Kholidina Imanda Harahap; Harry Agusnar; Sumadhi Sastrodihardjo
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 4 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.316 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i4.1780

Abstract

Resin komposit sebagai bahan restorasi di dalam mulut akan selalu berkontak dengan saliva sehingga terjadi penyerapan air ke dalam resin komposit. Penyerapan air pada resin komposit dapat menurunkan sifat fisis dan mekanis serta menimbulkan kelarutan elemen resin komposit sehingga akan memperpendek masa pakai dan menimbulkan toksis. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan besaran serapan air, kedalaman dan kecepatan penyerapan air antara resin komposit mikrohibrid dengan nanohibrid setelah direndam di dalam saliva buatan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini dibuat dari resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid berbentuk tablet berdiameter 15 mm dan tebal 1 mm dengan pengerasan sinar tampak biru. Penelitian dilakukan dengan merendam sampel di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam. Besaran serapan air dihitung dari perubahan berat yang terjadi dan kedalaman penyerapan air diukur dengan menggunakan mikrograf mikroskop. Kecepatan penyerapan dihitung dengan membandingkan kedalaman penyerapan air dengan waktu perendaman. Hasil yang diperoleh memperlihatkan serapan air pada resin komposit mikrohibrid 2,69, 5,71, 5,88, dan 5,96% sedangkan pada nanohibrid 5,34, 3,76, 3,09 dan 2,83%. Hasil pengukuran kedalaman penyerapan air pada resin komposit mikrohibrid 3054,98, 6125,42, 8529,94, dan 8930,01µm sedangkan pada nanohibrid 7830,77, 6941,29, 6844,67 dan 6120,53µm. Hasil penghitungan kecepatan penyerapan air resin komposit mikrohibrid adalah 1527,45, 1531,36, 1421,66 dan 1116,18µm/jam sedangkan pada nanohibrid 3915,39, 1735,32, 1140, 78 dan 761,32µm/jam. Analisis statistik menunjukkan perbedaan signifikan (p≤ 0,05) pada ketiga variabel tersebut antara kedua jenis resin komposit yang diuji. Dapat disimpulkan, serapan air dan kedalaman penyerapan resin komposit mikrohibrid lebih besar dibandingkan nanohibrid sedangkan kecepatan penyerapan air pada kedua jenis resin komposit mengalami penurunan.
PENURUNAN PRODUKSI ASAM DAN PERTUMBUHAN BAKTERI STREPTOCOCCUS SOBRINUS SETELAH TERPAPAR REBUSAN DAUN SIRIH MERAH 10%: REDUCTION OF ACID PRODUCTION AND GROWTH OF STREPTOCOCCUS SOBRINUS AFTER EXPOSING 10% RED PIPER BETLE LEAVES DECOCTION Tetiana Haniastuti; Ristini Asih
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 4 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.884 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i4.1781

Abstract

Karies merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri kariogenik yang terdapat di dalam rongga mulut, antara lain Streptococcus sobrinus. Bakteri tersebut mampu menghasilkan asamorganik yang menyebabkan demineralisasi email gigi, sehingga menghancurkan jaringan keras gigi. Sirih merah merupakan salah satu tanaman yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia. Secara tradisional, rebusan daun sirih merah sering digunakan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antikariogenik rebusan daun sirih merah dengan menguji produksi asam dan pertumbuhan Streptococcus sobrinus setelah terpapar rebusan daun sirih merah. Produksi asam dan laju pertumbuhan diuji dengan menambahkan rebusan daun sirih merah konsentrasi 5% dan 10% serta akuades (kontrol negatif) dan Listerine(kontrol positif) pada media brain heart infusion broth yang mengandung 1% glukosa. Media kemudian diinokulasi dengan 106 sel bakteri dan diinkubasi pada suhu 37oC selama1, 2, 4, 6, dan 8 jam. Absorbansi media diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang 550 nm, sedangkan pH media ditentukan dengan menggunakan pH-meter. Hasil uji Kruskal Wallismenunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pH yang signifikan antar kelompok sesaat setelah perlakuan (p> 0,05). Hasil uji Mann Whitney menunjukkan bahwa kelompok yang terpapar rebusan daun sirih merah 10% mempunyai pH yang secara signifikan lebih tinggi (p< 0,05) dibandingkan kelompok yang lain, mengindikasikan bahwa paparan rebusan daun sirih merah 10% mampu menurunkan produksi asam dari S. sobrinus. Setelah 24 jam, jumlah koloni bakteri S. sobrinus pada kelompok yang terpapar rebusan daun sirih merah 10% secara signifikan lebih sedikit dibandingkan kelompok kontrol negative (p< 0,05), tapi secara signifikan lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol positif (p< 0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa paparan rebusan daun sirih merah 10% dapat menurunkan jumlah koloni S. sobrinus. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa rebusan daun sirih merah 10% mempunyai potensi antikariogenik karena mempunyai kemampuan menurunkan produksi asam dan laju pertumbuhan S. sobrinus.
GAMBARAN ASIMETRI WAJAH DAN LENGKUNG GIGI PADA PASIEN GIGITAN TERBALIK ANTERIOR YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONTI RSGMP FKG USU : DESCRIPTION OF FACIAL AND DENTAL ARCHA SYMMETRIES IN ANTERIOR CROSSBITE PATIENT AT ORTHODONTICS CLINIC OF DENTAL TEACHING HOSPITAL UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA Ervina Sofyanti; Faradilla
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 4 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.649 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i4.1782

Abstract

Akhir-akhir ini, asimetri dentofasial kompleks menjadi salah satu alasan pasien mencari perawatan ortodonti. Pada umumnya, asimetri ini hampir ditemukan pada berbagai maloklusi, khususnya pada pasien gigitan terbalik anterior. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi asimetri wajah dan asimetri lengkung gigi pada maloklusi gigitan terbalik anterior pasien masa gigi bercampur. Sampel penelitian adalah foto frontal dan foto model gigi dari 35 pasien Departemen Ortodonti RSGMP FKG USU dengan kriteria inklusi adalah pasien fase gigi bercampur dengan maloklusi gigitan terbalik anterior, hubungan Molar Kelas I dan Kelas III, serta belum pernah mendapat perawatan ortodonti. Pengukuran asimetri wajah dengan mencari selisih antara jarak jaringan lunak gonion (STG) kanan dan kiri ke midline wajah pada sepertiga wajah bawah yang diambil saat relasi sentrik dan oklusi sentrik. Pengukuran asimetri lengkung gigi ditentukan dengan jarak medial palatal plane ke landmark pada foto model gigi. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi asimetri wajah saat relasi sentrik adalah 17,14% dan saat oklusi sentrik sebanyak 45,17%. Secara klinis, sebanyak 66.67% menunjukkan sisi kiri wajah lebih lebar dibandingkan yang kanan pada saat relasi sentrik sedangkan saat oklusi sentrik terdapat sisi kanan wajah lebih lebar dibandingkan yang kiri sebesar 68.75%. Prevalensi asimetri lengkung gigi adalah 57,14% yang mana sisi kiri lengkung gigi lebih lebar dibandingkan yang kanan. Sebagai kesimpulan, asimetri wajah pada pasien dengan gigitan terbalik anterior memperlihatkan asimetri wajah yang lebih banyak pada saat oklusi sentrik dibandingkan saat relasi sentrik. Selain itu pasien dengan gigitan terbalik anterior menunjukkan lengkung gigi yang asimetris. Berdasarkan hal tersebut, pemeriksaan kesimetrisan pada saat relasi sentrik dan oklusi sentrik perlu diperhatikan pada kasus dengan gigitan terbalik anterior sehingga asimetri yang lebih parah dapat dihindari.
SALIVARY PROFILE AND IDENTIFICATION OF EXISTING CANDIDA sp OF AN INSTITUTIONALIZED ELDERLY POPULATION IN JAKARTA: PROFIL SALIVA DAN IDENTIFIKASI KEBERADAAN CANDIDA sp PADA LANSIA DI PANTI JOMPO DI JAKARTA Febrina Rahmayanti; Yuniardini Septorini Wimardhani; Indriasti Wardhany
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 4 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.57 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i4.1783

Abstract

Saliva plays an important role to protect oral and dental health, in maintenance oral microflora balance. In elderly, disease, and medications usually influence the saliva. The purpose of this preliminary study was to investigate salivary profile, oral symptoms of dryness, and existing of Candida sp of an institutionalized elderly in Jakarta, Twenty seven (27) elderly (17 men and 10 women) were examined in a cross sectional study. Unstimulated whole saliva was collected for 5 minutes, according to published protocol, and then salivary flow rate and pH were measured. Candida sp were cultured in CHROM agar. The yeasts were counted and identified. Oral symptom or complaints of oral dryness, and burning or itching were recorded with an interview. Data of systemic conditions and medication the used were obtained from the medical record. Eighteen (66.7%) CHROM agar plates were Candida sp positive cultured, and about 61.1% subjects’ salivary pH were below normal range. Twenty one (77.8%) subjects had oral symptom and complain about oral dryness, even thought the salivary flow rate were in normal range. In this study, C.albicans is not the most frequently found colonized. About 72% were identified not C.albicans. This study suggests that, in elderly which salivary pH was below normal range have greater opportunistic infected by Candida sp. It can be concluded that, the result did not confirm a significant difference between subjects’ data and salivary profile concentration. The mycological finding Candida albicans is not the most frequently found colonized in this elderly population. Further study which lagger elderly population and might give deeper insights of salivary profile in this population.
PERANAN PERFORMA MASTIKASI TERHADAP POLA IREGULARITAS GIGI INSISIVUS RAHANG BAWAH PADA ANAK USIA 7-15 TAHUN : ROLE OF MASTICATION PERFORMANCE ON THE IREGULARITY PATTERN OF MANDIBULAR INCISOR TEETH IN CHILDREN AGED 7-15 YEARS OLD Risti Saptarini Primarti; Eriska Riyanti; Roosje Oewen
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 4 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.045 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i4.1784

Abstract

Perkembangan gigi manusia merupakan proses biologis yang kompleks dan rentan terhadap pengaruh lingkungan karena dapat mengakibatkan terjadi penyimpangan perkembangan normal yang disebut maloklusi. Salah satu bentuk kelainan maloklusi yang paling banyak adalah posisi gigi anterior tidak teratur (ireguler), terutama gigi anterior rahang bawah. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap fungsi rongga mulut adalah mastikasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengeksplorasi peran mastikasi dan nilai densitas tulang alveolar terhadap terjadinya posisi gigi anterior rahang bawah yang tidak teratur. Jenis penelitian adalah potong lintang dengan tipe penelitian epidemiologi klinik. Subjek penelitian adalah anak sehat usia 7-15 tahun yang diambil dengan cara cluster sampling terpilih sebanyak 71 anak yang terdiri atas 17 anak laki-laki (23,94%) dan 54 anak perempuan (76,06%). Hasil penelitian rata-rata nilai performa mastikasi kelompok umur 7-10 tahun adalah 2,40 ± 0,82 mm2 dan untuk kelompok umur 11-15 tahun 2,11 ± 0,55 mm2.. Kelompok umur 7-10 tahun yang mempunyai pola iregularitas simetris sebanyak 77%, rotasi 20% dan ireguler 3%. Kelompok 11-15 tahun yang mempunyai pola iregularitas simetri sebanyak 80%, rotasi 16% dan ireguler 4%. Hasil uji koefisien korelasi antara performa mastikasi dengan pola iregularitas menunjukkan nilai signifikansi p= 0,018 dengan nilai F sebesar 4,265 atau bermakna. Berdasarkan persamaan korelasi menyatakan apabila performa mastikasi menurun maka pola iregularitas meningkat. Sebagai kesimpulan, ada hubungan yang signifikan antara mastikasi dan pola iregularitas gigi insisivus rahang bawah.
PERBEDAAN KETAHANAN FRAKTUR DAN POLA FRAKTUR PITA SERAT PENGUAT POLIETILEN ANYAMAN LOCKEDSTICTHED THREADS DAN BRAIDED SEBAGAI PASAK BUATAN PADA RESTORASI PASCA PERAWATAN ENDODONTI : FRACTURE RESISTANCE AND MODE OF FRACTURE DIFFERENCES OF LOCKEDSTICTHED THREADS AND BRAIDED POLYETHYLENE FIBER REINFORCED RIBBON AS CUSTOMIZED POST IN RESTORATION OF ENDODONTICALLY TREATED TOOTH Wandania Farahanny; Trimurni Abidin; Harry Agusnar
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 4 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.747 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i4.1785

Abstract

Penggunaan bahan adhesif pita serat penguat polietilen dengan resin komposit sebagai pasak buatan semakin banyak diminati. Pemasangan pasak ini tidak membutuhkan pelebaran saluran akar yang lebih banyak sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya fraktur akar. Wetting resin dipakai sebagai wettability untuk meningkatkan perlekatan interfasial. Terkadang para klinisi sering menggunakan flowable resin sebagai penggantinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan fraktur penggunaan pita serat penguat poli etilen anyaman braided dan locked-sticthed threads sebagai pasak buatan pada restorasi pasca perawatan endodonti dengan aplikasi wetting resin dan flowable resin. Empat puluh gigi premolar mandibular yang telah diekstraksi dan memiliki ukuran sama dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok A (locked-sticthed+wetting resin), B (locked-sticthed+flowable resin), C (braided+wetting resin) dan D (braided+flowable resin). Setelah pemotongan mahkota dan perawatan endodonti dilakukan pemasangan pasak buatan. Pita dibenamkan ke dalam semen resin dual cured dan dilanjutkan dengan pembentukan mahkota dari resin komposit. Setelah thermocycling, dilakukan uji tekan searah aksial gigi dengan kecepatan 0,5mm/detik sampai terjadi fraktur menggunakan Universal Testing Machine. Nilai beban fraktur dan pola fraktur yang terjadidicatat. Hasil uji statistik Anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan pada ketahanan fraktur pasak buatan pita serat penguat dengan pola anyaman dan wettability yang berbeda (p= 0,367). Dengan adanya keterbatasan penelitian ini, pola fraktur pasak fiber anyaman locked-sticthed threads dan braided dengan wetting resinmenunjukkan 80-90% mudah direstorasi kembali. Sebagai kesimpulan, penggunaan pita serat penguat polietilen sebagai pasak buatan dengan anyaman berbeda memiliki ketahanan fraktur yang sama. Akan tetapi, pola fraktur pada pasak yang menggunakan wetting resin lebih mudah direstorasi kembali dibandingkan dengan flowable resin.
DAMPAK SOSIAL KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BINJAI : SOCIAL IMPACT OF ORAL HEALTH AMONG ELDERLY AT UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA IN BINJAI Sondang Pintauli; Lina Maria
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 4 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.117 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i4.1786

Abstract

Proses penuaan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan gigi dan mulut pada lansia, misalnya perubahan pada mukosa mulut, mulut kering, karies gigi dan atrisi, resesi gingiva dan perubahan periodontal yang menyebabkan tulang alveolar mengalami mobiliti dan akhirnya kehilangan gigi. Keadaan ini akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan dampak sosial kesehatan gigi dan mulut lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai dengan menggunakan indeks Geriatic Oral Health Assessment (GOHAI). Populasi penelitian pada penelitian potong lintang ini adalah 160 orang, sedangkan sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan diperoleh sebanyak 87 orang. Hasil penelitian menunjukkan pada dimensi fungsi fisik yang selalu dialami responden adalah membatasi makanan (77%), kesulitan menggigit atau mengunyah makanan (75,9%) dan masalah dalam berbicara (57,5%). Pada dimensi rasa sakit dan ketidaknyamanan, sebanyak 43,7% responden merasa tidak nyaman waktu makan, dan 19.5% selalu merasa sensitif terhadap panas, dingin dan manis. Hanya 1,1% yang sering/selalu menggunakan obatobatan untuk menghilangkan rasa sakit. Pada dimensi psikososial, 36,8% responden tidak pernah merasa senang dengan penampilan mereka karena masalah pada gigi, sedangkan 34,5% tidak pernah merasa khawatir dengan masalah pada giginya, 39,1% selalu percaya diri dan 36,8% selalu merasa nyaman bersosialisasi dengan orang lain. Jumlah gigi mempengaruhi kualitas hidup (p< 0,001). Dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup lansia yang mengalami kehilangan gigi sedikit akan lebih baik dan sebaliknya.

Page 1 of 2 | Total Record : 19