cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Geografi : Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian
ISSN : 25493078     EISSN : 25493094     DOI : -
Core Subject : Science,
Jurnal Geografi : Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian welcomes high-quality, original and well-written manuscripts on any of the following topics: 1. Geomorphology 2. Climatology 3. Biogeography 4. Soils Geography 5. Population Geography 6. Behavioral Geography 7. Economic Geography 8. Political Geography 9. Historical Geography 10. Geographic Information Systems 11. Cartography 12. Quantification Methods in Geography 13. Remote Sensing 14. Regional development and planning 15. Disaster
Arjuna Subject : -
Articles 555 Documents
MODEL PERGERAKAN BAHAN PENCEMAR MINYAK DISEL PADAAKUIFER BATUPASIR FORMASI VOLKANIK MERAPI MUDA Setyaningsih, Wahyu
Jurnal Geografi Vol 7, No 2 (2010): July 2010
Publisher : Jurnal Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pencemaran merupakan penyebab utama penurunan kulaitas airtanah terutama di daerah perkotaan. Pencemaran umumnya disebabkan oleh aktifitas manusia diantaranya penggunaan bahan bakar hidrokarbon. Salah satu produk hidrokarbon yang digunakan dalam transportasi missal adalah bahan bakar minyak disel. Minyak disel digunakan sebagai bahan bakar kereta api di Indonesia. Dalam proses pemanfaatan minyak disel terjadi pencemaran airtanah di daerah Jlagran-gandekan, yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan melakukan penyelidikan kondisi sistem alami daerah penelitian. Benzene digunakan sebagai parameter dalam pemodelan transport polutan. Kadar benzene diperoleh dari hasil analisa sampel airtanah pada sumur-sumur penduduk. Data kondisi sistem alami dan kadar benzene diolah dengan menggunakan perangkat lunak Visual Modflow 3.1.0. Model yang dihasilkan dapat digunakan untuk membuat prediksi penyebaran pencemaran pada masa mendatang. Dari hasil pemodelan diketahui bahwa airtanah didaerah penelitian bergerak dari utara ke selatan dan barat daya. Karena berat jenisnya lebih ringan dari air, partikel benzene akan bergerak mengikuti arah aliran airtanah. Waktu tempuh benzene dalam airtanah rata-rata 1,99 tahun. Pada tahun 2010 diprediksikan panjang penyebaran pencemaran solar adalah 900 meter dengan konsentrasi solar kurang lebih 36585,36 mg/l. Penanggulangan pencemaran hidrokarbon di daerah penelitian dapat dilakukan dengan melakukan pemompaan, pembuatan tanggul penahan dan bioremediasi. Kata-kata Kunci : Pemodelan,Hidrokarbon, Plume
PERANAN WANITA DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL (STUDI KASUS TENTANG POLA RUANG BELANJA WANITA DI DAERAH PINGGIRAN KOTA SEMARANG) Indrayati, Ariyani
Jurnal Geografi Vol 7, No 2 (2010): July 2010
Publisher : Jurnal Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui peran wanita dalam pemberdayaan ekonomi lokal, dengan tekanan pada studi ruang belanja wanita. Penelitian bersifat deskriptif-eksploratif, dengan menggunakan metode survei. Ruang lingkup kajian terdiri dari empat aspek, yaitu : (1) karakteristik sosial ekonomi wanita, (2) peran wanita dalam mengatur pengeluaran keluarga, (3) pola orientasi ruang belanja wanita, dan (4) faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi ruang belanja. Penelitian dilakukan terhadap wanita rumah tangga di kompleks perumahan di daerah pinggiran kota Semarang dengan mengambil 3 sampel strata perumahan berdasarkan tingkat ekonomi masyarakatnya, yaitu Perumahan Puri Sartika, Trangkil Sejahtera, dan Palm Hill. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik sosial ekonomi wanita rumah tangga di pinggiran kota memiliki modal dasar dan potensi besar bagi pemberdayaan ekonomi lokal, ditandai tingkat pendidikan, penghasilan dan pengeluaran yang tinggi. Wanita juga memiliki peran penting dan dominan dibanding pria dalam mengatur pengeluaran keluarga (60%). Selanjutnya dari aspek 10 jenis kebutuhan belanja, wanita memegang peran dominan lebih dari 50%. Potensi ekonomi yang besar dan peran wanita yang dominan tersebut ternyata kurang banyak memberikan manfaat bagi pengembangan ekonomi lokal. Hal ini disebabkan sebagian besar wanita membelanjakan uang atau pengeluarannya di kota Semarang (70%) dan hanya 30,28% yang berputar di wilayah lokal, tempat perumahan berada dan sekitarnya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pendidikan, penghasilan, pengeluaran, lokasi sekolah, lokasi kerja, dan jenis kebutuhan. Selain itu karena harga murah, barang lengkap dan berkualitas, serta kesamaan tempat kerja atau sekolah. Hasil analisis komparasi antar strata perumahan terhadap pola ruang belanja menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Semakin tinggi strata perumahan, semakin jauh ruang belanjanya. Dengan kata lain dampak terhadap upaya pemberdayaan ekonomi lokal semakin kecil. Hasil studi merekomendasikan : (1) Pengembangan perumahan kelas menengah ke bawah di pinggiran kota lebih disarankan dibanding dengan perumahan mewah. (2) penjelasan kontinyu dan intensif tentang peran wanita dalam pengembangan ekonomi lokal. (3) pengembangan wilayah pinggiran kota secara terpadu, khususnya dengan kota utama. (4) sarana dan prasarana ekonomi; (5) integrasi sosial dan ekonomi, (6) riset terpadu wilayah pinggiran kota. Kata kunci : Peranan wanita, pemberdayaan lokal, pola ruang
KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU Sanjoto, Tjaturahono Budi
Jurnal Geografi Vol 7, No 2 (2010): July 2010
Publisher : Jurnal Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perubahan Spasial wilayah pantai Delta di kabupaten Kendal cukup dinamis dan hingga kini masih berlangsung sebagai akibat pengaruh proses sedimentasi dan aktivitas gelombang. Di wilayah kajian terdapat daerah yang mengalami abrasi dan sedimentasi, tetapi secara keseluruhan proses sedimentasi cenderung lebih luas. Proses sedimentasi yang tinggi merupakan indikasi bahwa pengelolaan DAS kurang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Model Perubahan Spasial Pantai Delta Kabupaten Kendal secara multi waktu (1910 – 2009) dengan teknik penginderaan jauh. Bahan penelitian yang digunakan adalah peta topografi skala 1:50.000 tahun 1910, dan citra Landsat hasil pemotretan tahun 1972, 1992, 2002, dan 2009. Software pengolahan data menggunakan ER Mapper 7.0. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa perubahan wilayah pantai Delta kabupaten Kendal berlangsung cukup dinamis. Ada empat model perkembangan garis pantai yang berlangsung di pantai Delta kabupaten Kendal, yaitu Model I, wilayah pantai yang cenderung berkurang ke arah daratan. Model II, wilayah pantai yang cenderung bertambah ke arah lautan. Model III, wilayah pantai yang semula bertambah kemudian mengalami pengurangan. Model IV, wilayah pantai yang cenderung bertambah ke arah lautan namun kemudian mengalami kestabilan pantai. Kata kunci: Perubahan spasial, delta, dinamis
HAMBATAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA MATERI PETA TEMATIK DI SMA Sutarji, -
Jurnal Geografi Vol 7, No 2 (2010): July 2010
Publisher : Jurnal Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tercapainya tujuan pengajaran materi peta tematik tergantung metode mengajar yang digunakan. Seorang guru harus bisa memilih dan menentukan metode yang tepat untuk tercapainya tujuan pembelajaran geografi. Pada proses pembelajaran geografi pada materi peta tematik terdapat rintangan dan hambatan, guru dan siswa harus cepat mengatasi masalah tersebut, apabila siswa mengalami hambatan dalam belajar maka guru harus memberikan motivasi. Proses belajar pada pokok bahasan peta tematik secara umum cukup baik, namun pada materi skala peta mempunyai kriteria jelek. Faktor penyebab hambatan antara lain 1) faktor sarana terutama penggunaan media dan kondisi kelas, 2) kemampuan siswa terutama tingkat perhatian, minat dan motivasi siswa, 3) metode seperti penyiapan materi dan aktivitas siswa, 4) relasi, dan 5) kemampuan guru terutama tentang penyampaian materi oleh guru dan aktivitas siswa. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru, siswa, dan sekolah harus saling menunjang. Guru harus serius dalam memberikan materi dan mendorong siswa untuk terus belajar. Siswa harus lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan pihak sekolah harus menyediakan sarana untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Kata Kunci: Hambatan, pembelajaran geografi, peta tematik
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA MATERI PENGINDERAAN JAUH Sholeh, Muh
Jurnal Geografi Vol 7, No 2 (2010): July 2010
Publisher : Jurnal Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penulisan ini adalah mendeskripsikan konsep dasar pembelajaran kontekstual, penginderaan jauh, dan implementasi pembelajaran kontekstual pada materi penginderaan jauh. CTL merupakan salah satu pendekatan yang direkomendasikan untuk dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas untuk memberi efek pengalaman belajar optimal kepada siswa. Hal tersebut dapat dipahami karena di dalam CTL melibatkan tujuh komponen utama, yaitu constructivisme (membangun), questioning (bertanya), inquiry (mencari), learning community (masyarakat belajar), modelling (pemodelan), reflection (umpan balik), dan authentic assessment (penilaian sebenarnya). Kegiatan belajar materi inderaja di menara MAJT nampaknya sangat sederhana karena yang muncul adalah kesan bermain, santai berpotret ria dan kegiatan ringan lain. Namun demikian, jika dikaitkan dengan karakteristik CTL, kegiatan tersebut merupakan salah satu contoh bentuk pembelajaran kontekstual. Sebab dalam pemanfaatan MAJT siswa secara nyata berhadapan dengan dunia kehidupan yang betul-betul ada. Melalui pembelajaran tersebut komponen pembelajaran kontekstual yang terdiri dari constructivisme, questioning, inquiry, learning community, modelling, reflection, dan authentic assessment dapat diwujudkan. Kata Kunci: Pembelajaran kontekstual, penginderaan jauh
KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA Tukidin, -
Jurnal Geografi Vol 7, No 2 (2010): July 2010
Publisher : Jurnal Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kondisi fisiografis wilayah Indonesia dan sekitarnya, seperti posisi lintang, ketinggian, pola angin (angin pasat dan monsun), sebaran bentang darat dan perairan, serta pegunungan atau gunung-gunung yang tinggi berpengaruh terhadap variasi dan tipe curah hujan di wilayah Indonesia. Berdasarkan pola umum terjadinya, terdapat 3 (tiga) tipe curah hujan, yakni: tipe ekuatorial, tipe monsun dan tipe lokal. Tipe ekuatorial proses terjadinya berhubungan dengan pergerakan zona konvergensi ke utara dan selatan, dicirikan oleh dua kali maksimum curah hujan bulanan dalam setahun, wilayah sebarannya adalah Sumatra dan Kalimantan. Tipe monsun dipengaruhi oleh angin laut dalam skala yang sangat luas, tipe hujan ini dicirikan oleh adanya perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan kemarau dalam setahun, dan hanya terjadi satu kali maksimum curah hujan bulanan dalam setahun, wilayah sebarannya adalah di pulau Jawa, Bali dan Nusa tenggara. Tipe lokal dicirikan dengan besarnya pengaruh kondisi lingkungan fisis setempat, seperti bentang perairan atau lautan, pegunungan yang tinggi, serta pemanasan lokal yang intensif, pola ini hanya terjadi satu kali maksimum curah hujan bulanan dalam waktu satu tahun, dan terjadi beberapa bulan kering yang bertepatan dengan bertiupnya angin Muson Barat, sebarannya meliputi Papua, Maluku dan sebagian Sulawesi. Jumlah curah hujan juga dipengaruhi oleh arah datang angin, pada sisi pegunungan atau gunung yang menghadap arah datang angin lembab (windward side) curah hujannya tinggi dan pada sisi sebelahnya (leeward side) curah hujannya sangat rendah atau rendah. Kata kunci: Tipe curah hujan, ekuatorial, monsun, lokal
PENGGUNAAN DATA PENGINDERAAN JAUH DALAM ANALISIS BENTUKAN LAHAN ASAL PROSES FLUVIAL DI WILAYAH KARANGSAMBUNG Raharjo, Puguh Dwi
Jurnal Geografi Vol 7, No 2 (2010): July 2010
Publisher : Jurnal Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Obyek kajian geomorfologi adalah bentuklahan yang tersusun pada permukaan bumi di daratan maupun penyusun muka bumi di dasar laut. Kondisi geomorfologi yang dimiliki suatu daerah merupakan sumberdaya  alam. Salah satu bagian dari sumberdaya alam adalah sumberdaya lahan. Pemanfaatan sumberdaya lahan yang seoptimal mungkin menjadi suatu keharusan agar mendapat hasil yang optimal. Dengan menggunakan data penginderaan jauh maka pengkaitan bentuk lahan dapat dilakukan analisa. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis bentukan lahan asal proses fluvial di wilayah Karangsambung dengan menggunakan data citra satelit. Hasil yang didapat pada penelitian ini bahwa sub bentukan lahan asal proses fluvial terdapat 5 (lima) jenis, yaitu : dataran banjir, sungai meander, sungai teranyam, pothole, point bar, sungai mati. Kata Kunci : Geomorfologi fluvial, penginderaan jauh, Karangsambung
POLA DAN INTENSITAS KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KOTA SEMARANG TAHUN 2000-2009 hariyanto, -
Jurnal Geografi Vol 7, No 1 (2010): January 2010
Publisher : Jurnal Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konversi lahan pertanian adalah fenomena yang tidak dapat dihindari bagi kota-kota besar seperti halnya kota Semarang. Desakan kebutuhan lahan untuk pembangunan begitu kuat, sementara luas lahan terbatas. Selama ini lahan pertanian mempunyai land rent yang rendah dibanding sektor lain, akibatnya lahan pertanian secara secara terus menerus akan mengalami konversi lahan ke nonpertanian. Padahal lahan pertanian (sawah) selain mempunyai nilai ekonomi sebagai penyangga kebutuhan pangan, juga berfungsi ekologi seperti mengatur tata air, penyerapan karbon di udara dan sebagainya. Konversi lahan ini akan menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola dan intensitas konversi lahan pertanian di Kota semarang dari tahun 2000-2009. Pola konversi lahan meliputi dari penggunaan lahan apa menjadi apa, dan dimana saja konversi lahan terjadi. Intensitas meliputi kecepatan rata-rata pertahun atau kumulatif selama sepuluh tahun terakhir. Metode yang digunakan adalah pendekatan statistik (data luas lahan pertanian dari BPS) dan peta penggunaan lahan dari BPN. Data statistik untuk melihat intensitas konversi lahan, data dari peta untuk melihat penyebarannya. Hasil penelitian terjadi konversi lahan pertanian seluas 60,63 ha selama kurun waktu 2000-2009, tetapi juga diimbangi pencetakan sawah baru (akibat pembangunan irigasi) seluas 79,32 ha. Meskipun demikian pada dasarnya luas lahan pertanian berkurang, sebab sawah baru tersebut berasal dari lahan pertanian juga (tegal, sawah tadah hujan dan sebagaianya). Dengan luas sawah sekarang (2009) 3.980 ha, dengan intensitas konversi yang sama (60,63 ha); diprediksi dalam 66 tahun lagi sawah di Kota Semarang akan habis. Bahkan tidak sampai waktu itu jika intensitasnya terus bertambah. Pola konversi terjadi di daerah pinggiran seperti Kecamatan Gunungpati, Tembalang, Gayamsari. Simpulan perlu ada upaya untuk mengendalikan konversi lahan pertanian, baik intensitasnya maupun distribusinya. Konversi lahan pertanian harus diarahkan pada lahan yang kurang subur dan tidak beririgasi teknik. Keberadaan lahan sawah harus dipertahankan terutama untuk daerah yang berfungsi resapan seperti Kecamatan Gunungpati, Mijen, Banyumanik, Ngalian. Jika hal ini diabaikan akan berdampak buruk bagi kota bawah terutama masalah banjir. Kata kunci : Konversi lahan, pola konversi, intensitas konversi
ANALISIS SPASIAL TIPOLOGI PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI DAS SERANG BAGIAN HULU, KULON PROGO, YOGYAKARTA Juhadi, -
Jurnal Geografi Vol 7, No 1 (2010): January 2010
Publisher : Jurnal Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ketersedian lahan pertanian dari waktu kewaktu terus menurun baik secara kuantitatas maupun kualitas, sebagai akibat terus berkembangannya jumlah penduduk. Kerusakan lahan telah banyak terjadi pada sejumlah daerah, termasuk daerah perbukitan-pegunungan DAS Serang bagian hulu. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji pola, struktur, proses dan dampak spasial pemanfaatan lahan pertanian di daerah perbukitan-pegunungan DAS Serang bagian hulu. Penelitian ini menggunakan pendekatan spasial berbasis sistem informasi geografis (SIG). Satuan analisis adalah bentuklahan dan rumahtangga tani. Data dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara, uji lapangan dan pemanfaatan sumber-sumber peta Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000 dan Citra satelit Spot 5 tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada enam pola pemanfaatan lahan yakni pemanfaatan lahan untuk persawahan dan palawija; kebun campuran; kebun sejenis, permukiman, hutan dan semak belukar. Kebun campuran mendominasi wilayah penelitian, dan menjadi bagan penting bagi kehidupan penduduk setempat. Tipologi kualitas pemanfaatan lahan pada separo lebih dari wilayah penelitian termasuk tingkatan sedang. Namun demikian untuk beberapa wilayah penelitian memiliki tingkat kualitas pemanfaatan lahan yang rendah (23.81%). Untuk tipologi kerusakan lahan, hampir separo dari wilayah mengalami tingkat kerusakan tinggi, dan yang lain adalah tingkat kerusakan rendah sampai sedang. Kata kunci: tipologi pemanfaatan lahan, kerusakan lahan, SIG
DETEKSI PERUBAHAN GARIS PANTAI MELALUI CITRA PENGINDERAAN JAUH DI PANTAI UTARA SEMARANG DEMAK Parman, Satyanta
Jurnal Geografi Vol 7, No 1 (2010): January 2010
Publisher : Jurnal Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Garis pantai utara Semarang Demak selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Perubahan yang serius ini perlu untuk dilakukan pemantauan terus menerus. Permasalahan yang dihadapi di daerah pantai utara adalah bagaimana mengetahui perubahan garis pantai, proses yang terjadi dan mengapa terjadi perubahan garis pantai. Metode penelitian yang digunakann adalah interpretasi citra satelit Landsat tahun 1998 dan citra Allos tahun 2006, dan pengujian lapangan. Dengan menumpang susunkan (overlay) ke dua citra satelit melalui sistem informasi geografis merupakan cara cepat untuk mengetahui perubahan yang terjadi di pantai utara Semarang Demak. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan survei tersebut didapatkan ketelitian sebesar 93% dan dikatakan valid dari 28 titik pengamatan yang berupa garis pantai maupun penggunaan lahannya. Garis pantai yang terjadi antara tahun 1999 sampai tahun 2006 lebih banyak mengalami proses abrasi jika dibandingkann dengan akresi. Abrasi yang terjadi sebesar 771,424 ha, sedangkan akresi yang sebesar 177,931 ha. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik suatu simpulan yaitu citra stelit Landsat dan Allos dapat digunakan untuk mengetahui perubahan garis garis pantai utara Semarang Demak dengan tingkat kebenaran 93 %, perubahan garis pantai yang terjadi berupa abrasi sebesar 771,424 ha dan akresi sebesar 177,931 ha, perubahan garis pantai abrasi terjadi akibat adanya arus laut dan ombak laut yang terus menerus menghantam bibir pantai serta adanya pantai yang relatif datar. Sedangkan akresi pada pantai disebabkan oleh penumpukan sedimen yang berasal dari dari daratan dan terendapkan di pantai terutama melalui muara sungai. Saran dari penelitian adalah untuk mempercepat mengetahui perubahan garis pantai sebaiknya dengan menggunakan citra penginderaan jauh, agar masyarakat ikut menjaga dengan mencegah adanya abrasi pantai. Cara yang dapat dilakukan dengan melalui penghijauan kawasan pantai, misalnya dengan penanaman mangrove ditepi pantai. Kata kunci : Garis Pantai, Penguinderaan Jauh ,SIG

Page 1 of 56 | Total Record : 555


Filter by Year

2007 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 2 (2023) Vol 20, No 1 (2023) Vol 19, No 2 (2022) Vol 19, No 1 (2022) Vol 18, No 2 (2021): In progress [July 2021] Vol 18, No 2 (2021) Vol 18, No 1 (2021): January Vol 18, No 1 (2021) Vol 17, No 2 (2020) Vol 17, No 2 (2020): July Vol 17, No 1 (2020) Vol 17, No 1 (2020): January Vol 16, No 2 (2019): July Vol 16, No 2 (2019) Vol 16, No 1 (2019): January Vol 16, No 1 (2019) Vol 15, No 2 (2018): July 2018 Vol 15, No 1 (2018): January 2018 Vol 15, No 2 (2018) Vol 15, No 1 (2018) Vol 14, No 2 (2017): July 2017 Vol 14, No 1 (2017): January 2017 Vol 14, No 1 (2017): January 2017 Vol 14, No 2 (2017) Vol 14, No 1 (2017) Vol 13, No 2 (2016): July 2016 Vol 13, No 2 (2016): July 2016 Vol 13, No 1 (2016): January 2016 Vol 13, No 1 (2016): January 2016 Vol 13, No 2 (2016) Vol 13, No 1 (2016) Vol 12, No 2 (2015): July 2015 Vol 12, No 2 (2015): July 2015 Vol 12, No 1 (2015): January 2015 Vol 12, No 1 (2015): January 2015 Vol 12, No 2 (2015) Vol 12, No 1 (2015) Vol 11, No 2 (2014): July 2014 Vol 11, No 2 (2014): July 2014 Vol 11, No 1 (2014): January 2014 Vol 11, No 1 (2014): January 2014 Vol 11, No 2 (2014) Vol 11, No 1 (2014) Vol 10, No 2 (2013): July 2013 Vol 10, No 2 (2013): July 2013 Vol 10, No 2 (2013) Vol 8, No 2 (2011): July 2011 Vol 8, No 2 (2011): July 2011 Vol 8, No 1 (2011): January 2011 Vol 8, No 1 (2011): January 2011 Vol 8, No 2 (2011) Vol 8, No 1 (2011) Vol 7, No 2 (2010): July 2010 Vol 7, No 2 (2010): July 2010 Vol 7, No 1 (2010): January 2010 Vol 7, No 1 (2010): January 2010 Vol 7, No 2 (2010) Vol 7, No 1 (2010) Vol 6, No 2 (2009): July 2009 Vol 6, No 2 (2009): July 2009 Vol 6, No 2 (2009) Vol 4, No 2 (2007): July 2007 Vol 4, No 2 (2007): July 2007 Vol 4, No 1 (2007): January 2007 Vol 4, No 1 (2007): January 2007 Vol 4, No 2 (2007) Vol 4, No 1 (2007) More Issue