cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
JURNAL PEMULIAAN TANAMAN HUTAN
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Arjuna Subject : -
Articles 249 Documents
Evaluasi Uji Keturunan Cendana (Santalum Album Linn.) Umur 8 Bulan Di Kabupaten Timor Tengah Utara-Nusa Tenggara Timur Sumardi, Sumardi
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Publisher : Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cendana (Santalum album L.) sebagai tanaman asli Nusa Tenggara Timur  merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi karena adanya kandungan santalol  pada kayu terasnya. Saat ini kesenjangan antara produksi dan permintaan minyak cendana  dunia sangat tinggi. Peningkatan produksi dan kualitas cendana dapat dilakukan dengan serangkaian kegiatan pemuliaan untuk menghasilkan benih unggul secara genetik. Balai Penelitian Kehutanan Kupang telah membangun uji keturunan  generasi pertama cendana di Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk meningkatkan produksi kayu teras, rendemen dan kadar santalol. Rancangan penelitian disusun dengan rancangan IncompleteBlock Design (IBD) yang terdiri …..
SENYAWA FENOL PADA TOLERANSI Falcataria moluccana (Miq.) TERHADAP PENYAKIT KARAT TUMOR Putri, Asri Insiana
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 9, No 3 (2015): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Publisher : BBPPBPTH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.302 KB)

Abstract

Penyakit karat tumor menyerang secara luas pada sengon (F. moluccana Miq.), membentuk tumor (neoplasmik) yang disebabkan oleh patogen obligat parasit Uromycladium tepperianum (Sacc.) McAlpine. Senyawa fenol mempunyai kemampuan berfungsi sebagai co-factor penentu patogenisitas dari hasil perkembangan patogen dan pertahanan kimia tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan senyawa fenol pada toleransi sengon terhadap karat tumor dengan melakukan pengamatan tinggi tanaman, analisis kuantitatif senyawa fenol total, analisis anatomi kayu sengon toleran dan uji toleransi kalus sengon hasil budidaya jaringan dengan filtrat karat tumor sebagai agen kimia. Hasil penelitian ini adalah (1) sengon yang diinokulasi spora karat tumor mempunyai senyawa fenol total yang lebih rendah dibandingkan kontrol (tanpa inokulasi), (2) sengon toleran karat tumor mempunyai kandungan senyawa fenol lebih rendah dibandingkan sengon yang sensitif, (3) hasil mikroskopis anatomi kayu menunjukkan adanya kandungan substrat yang lebih gelap pada sengon tidak toleran dan (4) pada media filtrat karat tumor dengan konsentrasiyang sama, sengon toleran menunjukkan sel-sel kalus hidup yang lebih tinggi. Konsentrasi tertinggi sel kalus dapat hidup adalah25% (v/v).
Evaluasi awal produksi getah uji keturunan pinus merkusii jungh et de vriese di KPH Banyumas Barat Muslimin, Imam
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Publisher : BBPPBPTH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The research aimed to assess genetic variations, estimated heritability and genetic gain in resin yield of P. merkusii. The study was conducted on a half-sib progeny test of 4-year-old P. merkusii resin yield plantation at compartment 37C RPH Lumbir BPKH Samudra KPH Banyumas Barat, using incompletely-block-row-column design by sub-line system (sub-line SSO Jember 1, SSO Sumedang 1, Sulawesi 1, Sulawesi 2 and Jatim 2). Variables measured were average of resin yield from two drillings on the right and left trunk using 10 mm drill bit at 50 cm height from the ground. Genetic variation for resin yield between family was significant different except for sub-line SSO Jember 1. Estimated component variances of family for the sub-line SSO Sumedang 1, Sulawesi 1, Sulawesi 2 dan Jatim 2 were 8.92%; 9.87%; 7.53% and 6.74%, respectively. Individual heritability values were 0.39; 0.42; 0.36; 0.29 and family heritability were 0.59; 0.49; 0.50; 0.48 respectively for the sub-line SSO Sumedang 1, Sulawesi 1, Sulawesi 2 and Jatim 2. Expected genetic gains in resin yield were 14.5%, 10.5% and 6.6% using intensity of selection of 10%, 25% and 50%, respectively. Sub-line Sulawesi 1 had the highest estimated genetic gain and sub-line Jatim 2 was the lowest
SORDARIOMYCETES, KELOMPOK JAMUR YANG PALING BANYAK TERISOLASI DARI DAUN JARUM Pinus radiata DI AUSTRALIA Prihatini, Istiana
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 9, No 2 (2015): Jurnal pemuliaan Tanaman Hutan
Publisher : BBPPBPTH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.142 KB)

Abstract

Jamur endofit pada daun jarum beberapa jenis konifer telah banyak dipelajari melalui teknik isolasi jamur namun belum banyak penelitian yang dilakukan pada jenis Pinus radiata dan belum ada studi yang dilaporkan dari Tasmania. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kelompok terbesar jamur endofit yang berhasil diisolasi dari daun jarum P. radiata dengan beberapa kondisi  yang berbeda dari beberapa hutan tanaman di Tasmania, Victoria dan New South Wales serta mengkonfirmasinya dengan analisis filogenetik berdasarkan pada sekuen gen ITS. Sebanyak 16 jenis jamur endofit dari golongan kelas Sordariomycetes terisolasi dan Coniochaeta sp. 1 merupakan jenis yang paling banyak terisolasi pada penelitian ini.
Inteksi famili x lokasi pada uji keturunan generasi kedua acacia mangium di sumatera dan kalimantan Setyaji, Teguh
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Publisher : BBPPBPTH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The study was conducted to investigate the existence of  family × site  interactions observed in  second generation  open-pollinated progeny test  of  Acacia mangium in two locations: Lipatkain, Riau (Sumatra) and  Kenangan, East Kalimantan.  The progeny tests were  established   using  51-55 families  originated  from Oriomo River Papua New Guinea  provenance. There were 31common families tested at the both sites. Growth on both sites was significantly different between families. The average  height  and diameter was 15,9 m and  13,3 cm  respectively at  Kenangan, and  17,0 m and  16,6 cm  respectively at  Lipatkain. Family × site interactions  were  highly significant for height and diameter. The ratio of variance component of interaction to the family variance component (s2fl / s2f ) for  diameter (1,6) and height (1,2) were largerr than  Shelbourne’s  critical value (0,5),    indicating the low   genotypic stability at family level for the both traits  where the  diameter was  more sensitive than height to changing  site conditions. Genetic correlations between the same trait at different sites were low:  0.45 for height  and 0.38 for diameter. The greatest genetic gain and relative efficiency of family selection were generally expected from selecting and planting families in the same site.
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAYU KUKU (Pericopsis mooniana (Thw.) Thw) TERHADAP INOKULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA LOKAL Husna, Husna
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 9, No 3 (2015): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Publisher : BBPPBPTH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Efektivitas fungi mikoriza arbuskula (FMA) lokal dan ketergantungan jenis tanaman legum terhadap aplikasi FMA ditentukan oleh kecocokan jenis FMA dengan tanaman inang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas FMA lokal terhadap pertumbuhan, biomassa dan serapan hara bibit kayu kuku (Pericopsis mooniana (Thw.) Thw.) umur 5 bulan di rumah kaca. FMA lokal yang diuji diisolasi dari empat rizosfer kayu kuku di Kabupaten Kolaka: FMA-HA (hutan alam Tanggetada), FMA-BJ (hutan tanaman Desa Bali Jaya), FMA-CA (Cagar Alam Lamedai), FMA-Vale (PT. Vale Indonesia Tbk.), dan dua rizosfer yang berasal dari Kota Kendari: FMA-UHO (taman kampus Universitas Halu Oleo), FMA-KG (hutan kota kantor Gubernur Sulawesi Tenggara). Perlakuan tanpa FMA (kontrol) dan FMA eksotik (Mycofer) serta isolat dari Kendari (kdr 03) juga digunakan sebagai pembanding. Rancangan percobaan adalah rancangan acak kelompok dengan 9 perlakuan dan 5 ulangan. Secara umum, aplikasi FMA mampu meningkatkan pertumbuhan dan perbaikan status hara tanaman. FMA- KG dan FMA-UHO mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun dan jumlah bintil akar bibit kayu kuku. Kedua FMA ini juga mampu meningkatkan berat kering total bibit kayu kuku  masing-masing  sebesar  260%  dan  281%  lebih  tinggi  dibandingkan  kontrol.  Terdapat peningkatan jumlah klorofil total pada bibit kayu kuku yang diberi perlakuan FMA-KG. PerlakuanFMA secara umum tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar C organik dan N total. Walaupun kadar P total, K total, Ca total dan Mg total bibit kayu kuku lebih tinggi pada kontrol, akumulasi hara ditemukan lebih tinggi pada perlakuan FMA. Terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara akumulasi hara dengan biomassa bibit kayu kuku.
KETAHANAN SERANGAN PENYAKIT KARAT TUMOR PADA UJI KETURUNAAN SENGON (Falcataria moluccana) DI BONDOWOSO, JAWA TIMUR Setiadi, Dedi; Susanto, Mudji; Baskorowati, Liliana
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Publisher : BBPPBPTH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

As a part of tree improvement project of sengon (Falcataria moluccana L. Nielsen) several progeny test  were established in December 2011. One of those progeny test  was established in Bondowoso, East Java.  Row Column Desgin (Incomplete Block Design) was used as experimental design involving 70 families (9 Papua provenance and 1 provenance Solomon), 4 replications (blocks), 4 trees per plot and a spacing of 3 x 2 m. Observations were made at the age of 6 and 12 months, including recorded the percent of survival plants, height, diameter and the gall rust incidence. Results showed that in general, the early growth of individual plant in this plot demonstrated a fairly good performance with the survival rate of 98.5% (6 months old), and 96.9% (1 year old). The early growth of sengon varied significantly between provenances. The best growth demonstrated by provenances from Meagama, Holima and Hobikosi. Early estimation of individual heritability of plant height categorised in low (h2i= 0.07 to 0.11, h2f= 0.16 to 0.21), whereas individual heritability of diameter were catagorised in medium (h2i= 0, 08 to 0.27, h2f= 0.15 to 0.43). Moreover, the positive value of the genetic correlation revealed between height and diameter (0.88 and 0.85). Several individual trees originated from Holima, Meagama and Elagaima exhibited 0% of gall rust disease incidence.
IDENTIFIKASI TIGA ISOLAT CENDAWAN PENGHASIL GAHARU DARI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN PRIMER ITS DAN TEF 1-α Nugraheni, Y.M.M Anita
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 9, No 2 (2015): Jurnal pemuliaan Tanaman Hutan
Publisher : BBPPBPTH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.459 KB)

Abstract

Gaharu telah dikenal secara luas sebagai salah satu produk hasil hutan bukan kayu unggulan karena manfaat dan nilai ekonomisnya yang cukup tinggi. Beberapa isolat cendawan pembentuk gaharu pada jenis  Gyrinops  versteegii  telah  diisolasi  dari  hasil  eksplorasi  di  pulau  Lombok  dan  Sumbawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tiga cendawan yang berasosiasi dengan pembentukan gaharu pada jenis Gyrinops versteegii asal Lombok Tengah, Alas, dan Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Ketiga cendawan dibiakan dalam medium cair PDB (Potato Dextrose Broth) dan diinkubasikan selama 1 bulan sambil digojok. Miselium dari masing-masing cendawan dipanen untuk isolasi DNA. Amplifikasi dilakukan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan primer ITS dan TEF dan diperoleh amplikon yang memiliki panjang berkisar 300-600 pb. Hasil analisis BLAST menunjukkan bahwa ketiga cendawan memiliki kesamaan dengan Fusarium solani. Hasil tersebut dikonfirmasi dengan pohon filogenetik dimana ketiga cendawan uji mempunyai kekerabatan dengan F. solani.
Keragaman genetik Gonystylus bancanus (miq.) kurz berdasarkan penanda RAPD (Random Amplified polymorphic DNA) Widyatmoko, Antonius WPBC; Aprianto, nfn
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Publisher : BBPPBPTH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gonystylus bancanus (Ramin) is one of the most valuable timber species in peat swamp forest. Over harvesting and illegal logging had decreased the potential of the species. Thus, conservation of the species becomes a very crucial activity to be carried out. In order to conserve efficient and effectively, it is important to gather information of genetic diversity and its distribution, and also genetic relationship among populations. In this activity, 86 loci from 20 RAPD primers were used for analyzing genetic diversity of 10 populations of ramin distributed in Kalimantan and Sumatera. As a result, mean genetic diversity of the 10 populations was 0.329, and mean genetic distance between populations was 0.061. Genetic diversity within population (94%) was higher than between populations (6%). Based on cluster analysis, 10 populations of ramin were divided into 2 groups. The first group was consisted of Kuok B, and the remaining 9 populations were clustered into the second group. The second group could be divided into 3 sub-groups, the first sub-group consisted of Mesukuh I, Mesukuh II, Pakilat I, Kanarakan dan Nyaru Menteng, second sub-group was consisted of Pakilat II, and the third sub-group was consisted of PT Diamond, Kuok A and Berbak.
MORFOLOGI PEMBUNGAAN DAN SISTEM REPRODUKSI MERBAU (Intsia bijuga) PADA PLOT POPULASI PERBANYAKAN DI PALIYAN, GUNUNGKIDUL Baskorowati, Liliana
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 9, No 3 (2015): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Publisher : BBPPBPTH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.168 KB)

Abstract

Informasi tentang morfologi pembungaan sebagai langkah awal mengetahui sistem reproduksi untuk menentukan langkah konservasi sangat diperlukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui morfologi pembungaan dan sistem reproduksi merbau. Pengamatan intensitas pembungaan dan pembuahan dilakukan setiap 1 minggu sekali selama 6 bulan mulai bulan Mei hingga November2013. Pengamatan perkembangan organ generatif dilakukan setiap hari untuk mengetahui tahapan perkembangan bunga dan buah.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembungaan tersusun dalam malai, hermaprodit dengan kemasakan bunga yang tidak serempak. Organ reproduksi bertipe heterostyly dan bersifat protandry. Tidak terdapat buah yang terbentuk dari hasil percobaan dengan penyebukan sendiri (self-pollination). Hal ini memperkuat dugaan tentang sistem polinasi silang (xenogamy). Pembungaan terjadi dua kali setahun dengan puncak pembungaan Juni dan November, diikuti dengan kemasakan buah pada 3 bulan berikutnya. Terdapat berbagai macam serangga yang mengunjungi bunga merbau, namun sangat sedikit serangga penyerbuk yang ditemukan pada populasi uji. Rendahnya keberhasilan reproduksi selain dikarenakan sedikitnya jumlah bunga dan serangga pengunjung, juga karena adanya ketidakcocokan berkawin sendiri, sehingga upaya melakukan perkawinan silang atau memperbanyak serangga penyerbuk perlu dilakukan.

Page 1 of 25 | Total Record : 249


Filter by Year

2007 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 16, No 1 (2022): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 15, No 2 (2021): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 15, No 1 (2021): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 14, No 2 (2020): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 14, No 1 (2020): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 13, No 2 (2019): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 13, No 1 (2019): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 12, No 2 (2018): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 12, No 1 (2018): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 11, No 2 (2017): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 11, No 1 (2017): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 10, No 2 (2016): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 10, No 1 (2016): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 9, No 3 (2015): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 9, No 3 (2015): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 9, No 2 (2015): Jurnal pemuliaan Tanaman Hutan Vol 9, No 2 (2015): Jurnal pemuliaan Tanaman Hutan Vol 9, No 1 (2015): Jurnal pemuliaan Tanaman Hutan Vol 8, No 3 (2014): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 7, No 3 (2013): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 6, No 3 (2012): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 6, No 2 (2012): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 5, No 3 (2011): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 5, No 1 (2011): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 4, No 3 (2010): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 4, No 2 (2010): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 3, No 3 (2009): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 3, No 2 (2009): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 3, No 1 (2009): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 2, No 3 (2008): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 2, No 2 (2008): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 1, No 3 (2007): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 1, No 2 (2007): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan More Issue