cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Perspektif : Review Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 14128004     EISSN : 25408240     DOI : -
Core Subject : Education,
Majalah Perspektif Review Penelitian Tanaman Industri diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan yang memuat makalah tinjauan (review) fokus pada Penelitian dan kebijakan dengan ruang lingkup (scope) komoditas Tanaman Industri/perkebunan, antara lain : nilam, kelapa sawit, kakao, tembakau, kopi, karet, kapas, cengkeh, lada, tanaman obat, rempah, kelapa, palma, sagu, pinang, temu-temuan, aren, jarak pagar, jarak kepyar, dan tebu.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 1 (2017): Juni, 2017" : 6 Documents clear
PENGANGKATAN AIR TANAH OLEH JAMBU METE DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA / Hydraulic Lift on Cashew and Its Utilization Prospect Pitono, Joko
Perspektif Vol 16, No 1 (2017): Juni, 2017
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v16n1.2017.%p

Abstract

ABSTRAK Jambu mete dikembangkan secara luas di wilayah berlahan kering dan beriklim kering karena memiliki kemampuan adaptasi yang baik pada kondisi kekeringan, khususnya di wilayah timur Indonesia. Nilai ekonomi jambu mete utamanya diperoleh dari produk kacang mete, buah semu, dan CNSL dari cangkang biji mete. Namun praktek budidaya yang dilakukan masyarakat umumnya terbatas dalam pemberian input produksi khususnya pupuk yang menyebabkan penampilan produktivitas jambu mete di wilayah tersebut masih tergolong rendah. Agar pengembangan jambu mete tetap menarik, maka selain memberikan nilai ekonomi dari kacang mete dan produk ikutannya, diharapkan juga bisa memberikan nilai tambah untuk konservasi ekologi pada lahan kering. Sebagaimana hasil dari beberapa studi ekologi pada beberapa spesies tanaman hutan dan gurun tertentu yang terbukti dapat mengkonservasi lengas tanah di sekitar titik tumbuhnya. Kemampuan menyeimbangkan defisit lengas tanah yang hilang pada siang hari akibat evapotranspirasi yang tinggi, diketahui berasal dari proses hydraulic lift, yaitu proses jaringan akar yang mampu membasahi kembali partikel tanah di lapisan atas saat potensial air di jaringan akar tinggi dan laju transpirasi pada periode malam hari sangat rendah. Hasil dari beberapa studi terakhir menunjukkan bahwa tanaman jambu mete juga berindikasi memiliki kemampuan hydraulic lift, baik pada uji skala rumah kaca maupun skala lapangan. Tentunya, adanya kemampuan fungsi ekologis yang demikian memberikan nilai yang lebih strategis bagi tanaman jambu mete untuk mendukung pengembangan pertanian lebih lanjut di lahan kering beriklim kering. Tulisan ini mengulas perkembangan terkini hasil evaluasi fungsi ekologis pada tanaman jambu mete, terutama yang terkait dengan kemampuan hydraulic lift dan perspektif potensi pemanfaatannya bagi pengembangan pertanian lahan kering ke depan. ABSTRACT Cashew is widely cultivated in dry land with dry climates, especially in eastern Indonesia, due to its good adaptability to drought conditions. The economic value of cashew nuts is primarily from kernel, apple fruits, and CNSL from nut shells. However, the cultivation practices commonly done by the farmers rarely apply input production, especially fertilizer, resulting in low cashew productivity in the region. Thus, to maintain cashew nut development, in addition to improving the economic value of cashew nuts and its products, is also expected to provide ecological conservation in the dry land.  Several studies on certain species of forest and desert plants indicated their ability to conserve moisture around the growing point. The ability to balance the soil moisture deficit lost during the day due to high evapotranspiration is identified as the result of the hydraulic lift process.  Hydraulic lift process occurs when the root tissue is capable to moisten the soil particles in the upper layer because the water potential in the root tissue is high while the transpiration rate at night is very low. Recent studies at greenhouse and field trial also indicated the capabilities of hydraulic lift on cashew.  This particular ecological function capability improves strategic value of cashew trees to support the further development of agriculture in dry land with dry climates. This paper reviewed the latest developments in the evaluation of ecological functions of cashew trees, especially related to its hydraulic lift capability and the perspectives of its potential utilization to develop agriculture in the dry land in the future.
POTENSI JAMUR Metarhizium anisopliae (METSCH.) SOROKIN UNTUK PENGENDALIAN SECARA HAYATI HAMA URET TEBU Lepidiota stigma (COLEOPTERA:SCARABAEIDAE)/Potency of Metarhizium anisopliae (Metsch.) Sorokin for biocontrol of sugarcane white grub, Lepidiota stigma Indrayani, I Gusti Agung Ayu
Perspektif Vol 16, No 1 (2017): Juni, 2017
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v16n1.2017.24-32

Abstract

ABSTRAK Tebu (Saccharum officinarum L) adalah komoditas penting di Indonesia yang beberapa tahun terakhir mengalami penurunan produktivitas, yang disebabkan oleh cara-cara budi daya yang tidak sesuai prosedur dan adanya serangan hama uret, Lepidiota stigma. Hama uret berkembang sangat cepat dan stadia yang paling merusak adalah instar 3. Serangan yang terjadi pada tanaman tebu muda mengakibatkan tanaman layu kemudian mati. Hama uret sulit dikendalikan karena sebagian besar hidupnya (stadia larva) ada di dalam tanah. Umumnya hama uret dikendalikan secara intensif dengan pestisida kimia yang diaplikasikan ke dalam tanah dan berpotensi mengakibatkan pencemaran, sehingga diperlukan alternatif pengendalian yang ramah lingkungan. Uret tebu dapat dikendalikan dengan musuh alami, yaitu jamur Metarhizium anisopliae. Jamur M. anisopliae efektif mengendalikan berbagai spesies serangga hama yang hidup di atas dan di bawah permukaan tanah. Satu isolat unggul jamur M. anisopliae (JTMa-2) telah diperoleh melalui isolasi sampel tanah dari pertanaman tebu di Jawa Timur. Setelah melalui pengujian di laboratorium dan rumah kasa selama dua tahun berturut-turut, terbukti bahwa isolat JTMa-2 sangat patogenik terhadap hama uret. Upaya pengembangan JTMa-2 menjadi biopestisida di masa depan memerlukan dukungan teknik perbanyakan massal yang mudah dan efisien, serta perlu disempurnakan dengan teknik formulasi yang tepat, sehingga dapat melindungi bahan aktif inokulum jamur dari pengaruh radiasi ultraviolet ketika diaplikasikan di lapangan. Untuk mengoptimalkan potensi jamur M. anisopliae dalam pengendalian uret diperlukan pula kajian mengenai sinergisme dengan cara-cara pengendalian yang lain, terutama penggunaan varietas tahan dan musuh alami (parasitoid dan predator). Kata kunci: Tebu, uret, isolat, patogen serangga, inokulum ABSTRACT Sugarcane is an important crop in Indonesia, however its productivity is decrease currently due to insect pests mainly white grub, Lepidiota stigma.  The white grub is one of the pests limiting the production of sugarcane. The grub grows rapidly and the third instar is very destructive when feeding the root of the plant. The root damage can be very severe when grub feeding on younger plants of sugarcane that cause the plant die.  White grub is difficult to control because they live in soil. The control method of this grub is usually by using chemical pesticides applied into soil that harm the soil environment due to insecticides residues. Therefore, an alternative control method should be found.  Sugarcane white grub can be controlled biologically using their natural enemies, including entomopathogenic fungi Metarhizium anisopliae. The most pathogenic isolate of M. anisopliae (JTMa-2) has been isolated from soil collected in sugarcane plantation in East Java. Through laboratory and screen house studies this isolate showed highly pathogenic against L. stigma. Based on those studies, the most pathogenic isolate of M. anisopliae is promising to be a biological control agents against sugarcane white grub. To develop the most promising isolate to become a biopesticide, it can be massively produced easily using local materials for low cost and support by an appropriate formulation method in order to maintain its virulence against the insect host when applied in the field. To optimize the potential of this entomopathogenic fungi, its synergism with other control methods, especially resistant varieties of sugar cane and natural enemies, e.g. parasitoids or predators need to be studied. Key words: Sugar cane, white grub, isolate, entomopathogen, inoculum
PERCEPATAN PROSES PENGOMPOSAN AEROBIK MENGGUNAKAN BIODEKOMPOSER / Acceleration of Aerobic Composting Process Using Biodecomposer Rasti Saraswati; R. Heru Praptana
Perspektif Vol 16, No 1 (2017): Juni, 2017
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v16n1.2017.44-57

Abstract

Peningkatan siklus hara di tanah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik tanah. Residu tanaman berperan penting dalam perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, tetapi dapat berdampak negatif terhadap lingkungan apabila belum terdekomposisi dengan baik. Dekomposisi bahan organik secara alami membutuhkan waktu yang lama (3 - 4 bulan, bahkan dapat lebih lama hingga 1 - 2 tahun), sehingga upaya pelestarian bahan organik di lahan pertanian dan perkebunan mengalami hambatan. Kandungan lignin dan selulosa merupakan faktor pembatas terhadap kecepatan dan efisiensi dekomposisi, karena menghalangi akses enzim selulolitik dalam degradasi bahan berserat lignoselulosa. Strategi mempercepat proses dekomposisi bahan organik dapat dilakukan dengan: 1) memanfaatkan mikroba perombak bahan organik (dekomposer) lignoselulolitik untuk menghindari adanya immobilisasi hara dan alelopati, serta sebagai substrat patogen, dan 2) mempercepat proses pengomposan dan meningkatkan kualitas kompos. Berbagai hasil demonstrasi plot menunjukkan bahwa penggunaan dekomposer bahan berserat lignoselulosa dapat mempercepat proses dekomposisi hingga 1 - 2 minggu. Pemberian biodekomposer mampu mempercepat proses pengomposan, sehingga petani dapat memperoleh keuntungan dari percepatan masa penyiapan lahan dan waktu tanam, dapat memperbanyak masa tanam, dan meningkatkan produksi tanaman dengan kompos yang berkualitas, serta mengurangi dampak negatif dari tumpukan residu tanaman. Kebijakan penggunaan teknologi biodekomposer untuk percepatan pengomposan dalam penyediaan bahan organik diharapkan dapat menjadi bagian integral paket teknologi dalam pembangunan  pertanian.ABSTRACTThe increasing of nutrient cycling is highly affected by the availability of soil organic matter. Plant residues play an important role to improve physical, chemical, and biological soil characteristics, however, can give a negative effect to environment if the plant residues are not completely decomposed. Naturally, decomposition of plant residues takes a long time (3 - 4 months, moreover up to 1 - 2 years), and thus inhibit the sustainable organic matter in agricultural and estate land. Lignin and cellulose content of organic matter is the limitation of the acceleration and efficiency of decomposition process, thus, inhibit the cellulolytic enzyme to degrade organic matter which is contain of lignocellulolytic fiber. Strategy to accelerate decomposition process are: 1) use lignolytic microbial decomposer to avoid nutrient immobilization, allelophatic effect, and as pathogen substrate, and 2) aerobic composting techniques to accelerate composting process to increase the quality of compost.  Many of demonstration plot show that the use of lignocelluloses decomposers can accelerate decomposition process up to 1 – 2 weeks. The use of decomposer is able to protect and increase soil quality. Biodecomposers are able to accelerate the composting process so that farmers can acquire a benefit from the acceleration of land preparation and planting time, can multiply the planting period, and increase the production of plants with quality compost, and reduce the negative impacts of crop residues. The policy of the biodecomposer technology to accelerate composting in the supply of organic matter is expected to become an integral part of technology package in agricultural development 
EKSPANSI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN PERLUNYA PERBAIKAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG/ Palm Oil Expansion and Requirement Spatial Planning Policy Improvement Andi Ishak; Rilus A. Kinseng; Satyawan Sunito; Didin S Damanhuri
Perspektif Vol 16, No 1 (2017): Juni, 2017
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v16n1.2017.%p

Abstract

ABSTRAK Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan komoditas penting bagi perekonomian Indonesia karena menjadi sumber pendapatan negara dan penyedia lapangan kerja yang cukup signifikan. Indonesia menjadi pengekspor minyak sawit terbesar dunia saat ini dengan luas perkebunan lebih dari 10 juta hektar dan melibatkan sekitar 16 juta tenaga kerja. Ekspansi perkebunan kelapa sawit disebabkan oleh kesesuaian agroklimat, permintaan global, dan dukungan kebijakan pemerintah. Kelapa sawit berpotensi dikembangkan pada lahan seluas 51,4 juta hektar dan telah dibudidayakan pada 22 provinsi di Indonesia, terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Kelapa sawit mampu menghasilkan minyak nabati 4-23 kali lebih banyak dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya serta dimanfaatkan secara luas untuk bahan baku industri pangan dan non pangan di seluruh dunia. Dukungan kebijakan pemerintah telah mendorong investasi swasta masuk dalam industri kelapa sawit dan melakukan ekspansi perkebunan secara besar-besaran dalam tiga dekade terakhir. Ekspansi perkebunan kelapa sawit berdampak positif pada kondisi sosio-ekonomi masyarakat pedesaan. Pembangunan perkebunan swasta mendorong konversi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat, perubahan pola nafkah petani, dan migrasi tenaga kerja ke daerah-daerah perkebunan sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat dan mempercepat pembangunan wilayah. Namun ekspansi perkebunan kelapa sawit yang tidak terkendali telah berdampak negatif karena menyebabkan konflik agraria, deforestasi, dan kebakaran hutan yang memicu kabut asap. Kebijakan pemerintah terkait moratorium sawit yang dilakukan secara simultan dengan penataan ruang menjadi relevan untuk mencegah semakin luasnya dampak negatif akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit.Kata kunci: Kelapa sawit, dampak, moratorium, kebijakan spasial. ABSTRACTPalm oil (Elaeis guineensis Jacq) is an important commodity for the Indonesian economy as it becomes a significant source of state income and employment providers. Indonesia is the world's largest palm oil exporter today with a plantation area of more than 10 million hectares and involves about 16 million workers. The expansion of oil palm plantations is due to the suitability of agro-climate, global demand, and government policy support. Oil palm has the potential to be developed on an area of 51.4 million hectares and has been cultivated in 22 provinces in Indonesia, mainly on the islands of Sumatra and Kalimantan. Palm oil is able to produce vegetable oil 4-23 times more than other vegetable-producing crops and widely used for food and non-food industry raw materials worldwide. Government policy support has encouraged private investment into the palm oil industry and expanded large-scale plantations in the past three decades. The expansion of oil palm plantations has a positive impact on the socio-economic conditions of rural communities. The development of private plantations encourages land conversion to smallholder oil palm plantations, changes in farmers' livelihood patterns, and labor migration to plantation areas that increase community incomes and accelerate regional development. But the uncontrolled expansion of oil palm plantations has had a negative impact as it causes agrarian conflicts, deforestation, and forest fires that trigger haze. Government policies related to the palm oil moratorium simultaneously conducted with spatial arrangement become relevant to prevent the increasing extent of the negative impact due to the expansion of oil palm plantations.Keywords: Palm oil, impact, moratorium, spatial policy.
PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (BIOFERTILIZER) PADA TANAMAN REMPAH DAN OBAT / Biofertilizer Utilization on Spices and Medicinal Plants Andriana Kartikawati; Octivia Trisilawati; Ireng Darwati
Perspektif Vol 16, No 1 (2017): Juni, 2017
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v16n1.2017.33-43

Abstract

ABSTRAK Peningkatan hasil produksi pertanian khususnya pada tanaman rempah dan obat lebih banyak menggunakan pupuk kimia. Hal tersebut dapat memberikan efek negatif bagi lingkungan, antara lain degradasi lahan baik secara fisik (degradasi struktur tanah), kimia dan biologi, serta polusi air tanah. Solusi yang diupayakan untuk menanggulangi dampak penggunaan pupuk kimia yaitu pemanfaatan mikroorganisme dalam pupuk hayati. Aplikasi pupuk hayati sudah dikembangkan secara luas pada tanaman rempah dan obat. Pupuk hayati menjaga lingkungan tanah yang kaya hara mikro dan makro melalui fiksasi nitrogen, pelarutan fosfor dan mineralisasi kalium, pelepasan zat pengatur tumbuh tanaman, produksi antibiotik dan biodegradasi bahan organik tanah. Mikroorganisme yang digunakan dalam pupuk hayati terdiri dari berbagai macam, seperti mikoriza, fungi dan bakteri, baik yang bersimbiosis dengan tanaman maupun yang hidup bebas di lingkungan.  Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati pada tanaman rempah dan obat. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pupuk hayati memberikan pengaruh positif pada berbagai tanaman rempah dan obat seperti lada, cengkeh, jahe, artemisia, ketumbar, panili, adas, dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan parameter pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah dan luas daun, perakaran), maupun hasil senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan. Penggunaan pupuk hayati pada tanaman memberi dampak kesehatan manusia dan lingkungan.  ABSTRACT Increased agricultural production, especially in spices and medicinal plants utilize chemical fertilizers wildly. It could provide negative effect to the environment, including land degradation by physically (soil structure degradation), chemically and biologically, and also groundwater pollution. Attempted solutions to cope with the impact of chemical fertilizers utilization is by using beneficial microorganisms in the form of biofertilizer. Biofertilizer maintains soil environment having rich in micro and macro nutrients through N fixation, solubilize and mineralize phosphorus and potassium, release plant growth regulators, antibiotic production and biodegradation of soil organic matter. There are various kinds of microorganisms contain in biofertilizers, such as mycorrhiza, fungi and bacteria, which have mutual symbiotic with plants and also free-living microorganisms in their environment. The application of biological fertilizer has been developed extensively on spices and medicinal plants. Many studies have been conducted to find the effect of biofertilizer on spices and medicinal plants. The results showed that the usage of biofertilizers have a positive effect on various crops and medicinal spices such as pepper, clove, ginger, artemisia, coriander, vanilla, fennel, and others. It can be seen on the increase of plant growth and secondary metabolites content produced by these plants. 
STRATEGI PENELITIAN BUDIDAYA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING PALA / Research Strategy of Cultivation to Improve Productivity and Competitiveness of Nutmeg Rudi Suryadi
Perspektif Vol 16, No 1 (2017): Juni, 2017
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v16n1.2017.01-13

Abstract

ABSTRAKIndonesia adalah negara penghasil sekaligus pengekspor pala nomor satu di dunia. Pala merupakan komoditas strategis sub sektor perkebunan karena selain sebagai penghasil devisa negara juga penyerap lapangan kerja dengan melibatkan jumlah petani yang cukup banyak. Permasalahan yang dihadapi adalah masih rendahnya produktivitas dan kualitas pala Indonesia dibandingkan negara pengekspor pala lainnya, seperti Grenada dan India, sehingga daya saingnya menjadi rendah. Saat ini telah dilepas 4 varietas unggul pala yang mempunyai potensi produksi antara 5.120 - 7.500 butir/pohon atau 1.000 - 1.500 kg /tahun dengan kadar minyak atsiri pada biji antara 10,80% - 11,85% dan pada fuli antara 13,9% - 20%. Apabila dalam pengembangan luas areal pertanaman pala menggunakan tanaman sambungan dari varietas unggul, maka potensi peningkatan produktivitasnya dapat ditingkatkan dari 472 kg/tahun menjadi 1.500 kg/tahun. Agar potensi produksi dari varietas unggul tersebut muncul, maka perlu didukung dengan teknologi budidaya yang benar dan efisien, seperti penentuan jarak tanam yang optimal, penentuan rekomendasi pupuk yang berimbang dan spesifik lokasi, serta optimasi sex ratio untuk meningkatkan tanaman yang produktif dari 60% menjadi 90% dengan penyambungan in situ. Namun, melihat perkembangan penelitian pala sampai saat ini, informasi hasil penelitian budidaya pala masih sangat terbatas. Oleh karena itu perlu disusun strategi penelitian budidaya untuk mendukung peningkatan produktivitas dan kualitas hasil yang efisien. Tersedianya teknologi budidaya pala yang applicable dan feasible akan mendorong tercapainya efisiensi peningkatan produktivitas dan kualitas, sehingga selain berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani juga akan meningkatkan daya saing pala Indonesia di pasar internasional. Kata kunci : Myristica fragrans, budidaya, daya saing, efisien,  produktivitas.ABSTRACT Indonesia is the first producer and exporter of nutmeg in the world. Nutmeg is a strategic commodity since it generates foreign exchange as well as providing jobs for number of farmers.  The main problem in nutmeg is low productivity and product quality, hence the competitiveness is lower than other exporting countries such as Grenada and India. Currently, has been released four varieties of nutmeg prefetch queue that have the potential to produce between 5.120 - 7.500 grains/tree or 1.000 -1.500 kg/year with oil content in seeds between 10,80% - 11,85% and the mace between 13,9% - 20%. If the development of area using grafting material of  high-yielding varieties, the potential increase in productivity can be increased from 472 kg/year to 1.500 kg/year. In order for the potential production of high-yielding varieties appear, it needs to be supported with cultivation technology properly and efficiently, such as determining the optimal spacing, determination fertilizer recommendations impartial and specific locations, and optimization of sex ratio for increasing productive plant from 60% to 90 %  with graftign in situ. However, information related to research cultivation on nutmeg is very limited.  Therefore, it is important to develop research strategies of cultivation to support the improvement of productivity and product quality of nutmeg efficiently. The availability of cultivation  technology applicable and feasible, the efforts to increase the productivity and quality of nutmeg be achieved efficiently, so that in addition to impact on farmers' income increase of nutmeg will also improve the competitiveness of Indonesian nutmeg in the international market. Keywords: Myristica fragrans, cultivation, competiti-veness, efficient, quality, productivity.

Page 1 of 1 | Total Record : 6