cover
Contact Name
Dedi Mulyadi
Contact Email
d3dimulya@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
riset.geotek@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan
ISSN : 01259849     EISSN : 23546638     DOI : -
Core Subject : Science,
RISET (Indonesian Journal of Geology and Mining) welcomes article submissions dealing with Geology; Applied Geophysics; Mining.
Arjuna Subject : -
Articles 238 Documents
KONDISI PAELOSALINITAS PADA MIOSEN AKHIR–PLEISTOSEN DI CEKUNGAN JAWA TIMUR UTARA, INDONESIA, BERDASARKAN PERUBAHAN POPULASI NANOPLANKTON Wahyu Dwijo Santoso; Halmi Insani; Rubiyanto Kapid
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 24, No 1 (2014)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1987.875 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2014.v24.77

Abstract

Abstract Quantitative biostratigraphy analysis by observing Sphenolithus abies and Helicosphaera carteri could predict paleosalinity changes at a sedimentary basin diachronically. Hyposaline conditions can be investigated from the abundance changes of Helicosphaera carteri and Calcidiscus leptoporus counts. Along this line, the increasing number of Sphenolithus abies demonstrates particular states of normal saline. Paleosalinity changes in the North East Java Basin, from Late Miocene to Pleistocene were identified from the top of Wonocolo Formation to bottom of Ledok Formation. Paleosalinity along this episode was interpreted as hyposaline condition. While at the top of Ledok Formation to Mundu Formation; paleosalinity had changed to normal saline. Furthermore, environmental conditions return to hyposaline when Selorejo Formation sediment was deposited. And during the deposition of Lidah Formation, deposition environment had returned to the normal saline.
MATAAIR SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH DI KECAMATAN LASIOLAT, KABUPATEN BELU, NTT Hendra Bakti
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 21, No 1 (2011)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.593 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2011.v21.45

Abstract

ABSTRAK Ketersediaan air merupakan salah satu faktor penentu dalam pengembangan kawasan permukiman yang diperuntukan bagi penduduk lokal maupun pengungsi eks-Timor Timur di Kabupaten Belu, NTT. Dalam rangka menunjang pengembangan kawasan tersebut diatas telah dilakukan studi potensi mataair di sekitar Gunung Lakaan (+1578 m dpl) di Kecamatan Lasiolat. Studi meliputi pengamatan lapisan batuan pembawa air, pengukuran debit dan analisis hidrokimia. Mataair yang di jumpai umumnya merupakan mataair karst tipe kontak yang keluar dari celah batugamping dimana yang bertindak sebagai lapisan kedap air adalah lempung dan napal. Debit rata-rata terukur Mataair Wetihu (88 L/dt) ; Lahurus (155 L/dt); Webot (254 L/dt) dan Wemauhalek (201 L/dt). Sedangkan hidrokimia mataair dari akifer batugamping didominasi kalsium, bikarbonat dan kesadahan yang sangat tinggi, bila dibandingkan dengan air yang berasal dari batuan ultrabasa dan semuanya memenuhi syarat sebagai bahan baku air bersih.
Diferensiasi Sumber Pencemar Sungai Menggunakan Pendekatan Metode Indeks Pencemaran (IP) (Studi Kasus: Hulu DAS Citarum) Dyah Marganingrum; Dwina Roosmini; Pradono Pradono; Arwin Sabar
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 23, No 1 (2013)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1533.595 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2013.v23.68

Abstract

ABSTRAK Hingga saat ini pencemaran air masih menjadi persoalan krusial di berbagai negara, khususnya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Evaluasi tingkat pencemaran air secara berkala merupakan salah satu bentuk upaya dalam sistem pengelolaan sumberdaya air. Metode Indeks Pencemaran (IP) merupakan salah satu metode analisis kualitas air yang diaplikasikan di Indonesia. Metode ini merupakan perhitungan relatif antara hasil pengamatan terhadap baku mutu yang berlaku. Sebagai metode indeks komposit, IP terdiri atas indeks rata-rata dan indeks maksimum. Indeks maksimum dapat memberikan indikator unsur kontaminan utama penyebab penurunan kualitas air. Unsur utama dapat dihubungkan dengan sumber pencemar, apakah dari domestik maupun, non domestik (industri). Studi kasus dilakukan di hulu DAS Citarum (segmen Wangisagara-Nanjung) menggunakan data historikal tahun 2002 s.d. 2010. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa fecal coliform, sulfida, dan fenol merupakan tiga unsur utama penurunan kualitas Sungai Citarum. Fecal coliform adalah parameter tipikal dalam limbah domestik. Fenol adalah parameter tipikal dalam limbah industri. Sedangkan sulfida bisa berasal dari domestik maupun industri. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi diferensiasi polutan dari sumber domestik saja menjadi domestik dan non domestik setelah tahun 2005.
PROTOTIP GROUND ENHANCEMENT MATERIAL (GEM) BERBAHAN BAKU Na-BENTONIT KARANGNUNGGAL - TASIKMALAYA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI GEM IMPOR Eko Tri Sumarnadi Agustinus; Happy Sembiring; Lina Nur Listiyowati
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (686.763 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2010.v20.36

Abstract

ABSTRACT GEM is one of the composite material which is used as backfill to protect the electronic equipments, communication network and to stem the voltage of the electrical power problem. GEM has been commonly used in Indonesia, but it is still imported. Therefore it is important to look for substitution minerals. The main compositions of GEM are silica (Si), Aluminium (Al) and carbon (C ). Therefore, this research focus on the aluminofilosilicate minerals (bentonite, from Karangnunggal, Tasikmalaya), and charcoal. Laboratory experimentations include characterizations of raw materials, mineral engineering, and developing formulation and prototype of GEM. The result of this characterizations show that Na-bentonite is the most potential material for GEM raw materials (resistivity 514 Ohm cm). Mineral engineering is used to obtain the GEM formula and prototype in powder form with composition of 70% Na-bentonite, 24% charcoal, and 6% NaCl. However, practically it is necessary to add 5% water glass and 36% moisture content into the powder in order to obtain the resistivity of 16.4 Ohm cm. This study results in GEM which is qualified for the grounding materials standard (resistivity < 25 Ohm cm).
SEJARAH LETUSAN GUNUNG MERAPI BERDASARKAN FASIES GUNUNGAPI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BEDOG, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Muh. Aris Marfai; Ahmad Cahyadi; Danang Sri Hadmoko; Andung Bayu Sekaranom
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 22, No 2 (2012)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1411.817 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2012.v22.59

Abstract

ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan fasies Gunungapi Merapi yang terletak di DAS Bedog Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan bahaya gunungapi yang diakibatkan oleh erupsi Gunungapi Merapi berdasarkan pada fasies gunungapinya. Pengambilan sampel dilakukan dengan sistematic random sampling. Fasies gunungapi ditentukan berdasarkan ciri-ciri litologi dan klasifikasi fasies gunungapi, sedangkan bahaya gunungapi ditentukan berdasarkan identifikasi bahaya-bahaya gunungapi yang dapat menghasilkan batuan-batuan yang menjadi ciri-ciri dari masing-masing fasies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasies gunungapi di DAS Bedog dari fasies medial dan fasies distal dari Gunungapi Merapi. Hal ini mengindikasikan bahwa pada masa lampau telah terjadi jatuhan awan panas, hujan abu, dan aliran lahar pada fasies medial serta hujan abu pada fasies distal. Kondisi saat ini di mana letak DAS Bedog berada di bawah DAS Krasak dan DAS Boyong (tidak berhulu di puncak Gunungapi Merapi) serta morfologi dan letak DAS Bedog yang berada di belakang Bukit Turgo menyebabkan aliran lahar sulit terjadi.
PENCEMARAN AIR PERMUKAAN DAN AIRTANAH DANGKAL DI HILIR KOTA CIANJUR M. Rachman Djuwansah; Ade Suriadarma; Dadan Suherman; Anna Fadliah Rusydi; Wilda Naily
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 2 (2009)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1066.195 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.27

Abstract

ABSTRAK Air permukaan dan airtanah dangkal pada sumur-sumur gali di sepanjang ruas-ruas sungai yang melintasi kota Cianjur ke arah hilir telah dianalisis untuk mengetahui tingkat pencemarannya.  Air Permukaan dan Airtanah dangkal di Hilir kota Cianjur telah mengalami pencemaran pada tingkat yang berbeda. Pada air permukaan pencemaran ditandai dengan kandungan BOD tinggi sehingga  air tidak dapat langsung dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum, tetapi masih dapat dimanfaatkan sebagai air irigasi dan perikanan. Proses pemurnian kembali air di daerah studi tampaknya tidak akan terjadi karena jumlah rata-rata limbah yang masuk secara acak lebih besar daripada daya pulih aliran di daerah tersebut.  Gejala pencemaran Nitrogen telah tampak pada air tanah dangkal, tetapi air masih dapat digunakan sebagai sumber air minum. Untuk mengantisipasi memburuknya keadaan di masa mendatang, perlu mulai difikirkan untuk mengelola sumberdaya air daerah ini dengan pendekatan hidrologi urban.
MODELLING OF LAND SUBSIDENCE ALONG TANAH MAS -PELABUHAN SECTION SEMARANG CITY USING FINITE ELEMENT METHOD Dwi Sarah; Arifan J. Syahbana; R. Fajar Lubis; Asep Mulyono
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 21, No 2 (2011)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1811.957 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2011.v21.50

Abstract

ABSTRACT Land subsidence has been an apparent problem in the northern part of Semarang city, Central Java, which has caused enormous physical and economical impacts. This area is underlain by alluvium sediments of clay, silt, sand and gravel. The nature of the alluvium soil is soft and highly compressible which induces natural consolidation to occur. The lowering of groundwater table due to exploitation and loads of building and earth fill accelerate the rate of consolidation settlement. A study of land subsidence modeling was carried out in the northern part of Semarang city. Collection and analysis of data on the geology, hydrology, soil properties and monitored settlements were conducted. Modeling of land subsidence involved stress deformation analysis using finite element method. The settlements computed for selected section of the city of Semarang were compared with measurements of settlement in the city area. The simulation results appear to be in reasonably good agreement with the measurement results. Simulation results at selected section indicated that the contribution of lowering groundwater table factor accounts for less than 50% of total monitored subsidence. Meanwhile simulation results using application of external loading and lowering of groundwater table showed better agreement with the monitored subsidence. Information of magnitude and factors causing land subsidence is important particularly for city planning purposes.
Similarity of Drainage Basin Morphometry Development on Quarternary and Tertiary Rock Deposits as a Measure of Neotectonic Intensity in Bumiayu Area, Central Java Febri Hirnawan
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 1 (2009)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2023.674 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.18

Abstract

ABSTRAK Batuan Tersier dan endapan volkanik Kuarter yang tidak selaras di atasnya sebagai produk Gunung Slamet, yang terdeformasi, menentukan perkembangan morfometri Daerah  Aliran Sungai Pemali di Kecamatan Bumiayu, Jawa Tengah dan sekitarnya. Dalam riset ini, morfometri  di daerah penyebaran kedua satuan batuan itu dipelajari sebagai gejala morfometri tektonik dalam artian pengaruh neotektonisme, yang mengakibatkan kerusakan infrastruktur.Hasil-hasil uji regresi-korelasi antara azimuth segmen sungai dan kelurusan di kedua satuan batuan yang berlainan usia tersebut adalah signifikan, yang menunjukkan nilai-nilai tinggi dari koefisien korelasi masing-masing r1 = 0.999 dan  r2 = 0.998, yang memberikan kesimpulan kuat bahwa tektonik sangat berperan dalam mengontrol proses perkembangan morfometri.Selanjutnya, uji beda rata-rata terhadap kedua variabel itu dan juga terhadap nisbah percabangan sungai (Rb) dan kerapatan pengaliran (Dd) dari dua DAS yang berkembang pada masing-masing satuan batuan tidak berbeda secara signifikan. Hasil uji ini memberikan kesimpulan bahwa perkembangan DAS tidak dipengaruhi oleh jenis batuan tetapi lebih oleh pengaruh pola deformasi. Fenomena ini menunjukkan bahwa tektonik masa kini aktif sehingga menghasilkan pola-pola kekar yang sama pada Formasi Halang dan Formasi Kumbang,  dengan  pada  endapan  volkanik sama pada Formasi Halang dan FormasiKumbang, dengan pada endapan volkanik Kuarter, yang secara menerus deformasi itu telah memotong bidang ketidakselarasan antara kedua formasi dan endapan Kuarter tersebut.
IMPLEMENTASI MATERIAL PRESERVASI MIKROORGANISME (MPMO) DALAM PEMROSESAN LIMBAH CAIR ORGANIK PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH Eko Tri Sumarnadi Agustinus; Happy Sembiring; Effendi Effendi
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 24, No 1 (2014)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1169.678 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2014.v24.82

Abstract

ABSTRAK Pemrosesan limbah cair organik dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pabrik Gula Sindanglaut periode giling tebu tahun 2011 belum berlangsung dengan baik ditunjukkan oleh nilai SV-30 di unit Aerasi yang rendah (0-3 ml/L). Kondisi ini mengindikasikan tidak adanya aktivitas mikroorganisme. Oleh karena itu, periode giling tebu bulan Juli 2012 diterapkan Material Preservasi Mikroorganisme (MPMO) bertujuan untuk mengetahui kinerja material tersebut sebagai stater dalam pemrosesan limbah cair organik. Dalam penelitian ini, dilakukan kombinasi kimia dan biologi dengan pengembangbiakkan bakteri dan pemantauan dalam IPAL. Sebagai indikator pemrosesan adalah parameter fisika dan kimia mengacu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995. Hasil pengukuran kondisi awal IPAL menunjukkan bahwa nilai COD (2.957 mg/L), BOD (2.356 mg/L), TSS (173 mg/L), kandungan sulfide (0,26 mg/L) dan minyak (18,9 mg/L) belum memenuhi syarat baku mutu lingkungan. Sedangkan hasil pengukuran pada kondisi akhir IPAL setelah pemrosesan, menunjukkan nilai COD (56-68 mg/L), BOD (33,63-42,41 mg/L), TSS (32-52 mg/L), kandungan sulfide (0,08 mg/L) dan minyak (1 mg/L) telah memenuhi syarat baku mutu lingkungan. Peningkatan kualitas limbah cair secara signifikan tersebut membuktikan bahwa MPMO dapat berperan sebagai stater dalam pemrosesan limbah cair organik. Sebagai dampaknya adalah peningkatan indikator sertifikasi lingkungan IPAL Pabrik Gula Sindanglaut dari proper merah menjadi proper biru.
Fasies dan Lingkungan Pengendapan Formasi Campurdarat di Daerah Trenggalek-Tulungagung, Jawa Timur M. Safei Siregar
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 18, No 1 (2008)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.325 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2008.v18.10

Abstract

Formasi Campurdarat yang tersebar di bagian selatan daerah Trenggalek-Tulungagung telah diselidiki berkaitan dengan fasies, lingkungan dan model pengendapannya. Empat (4) fasies karbonat dapat dikenali dalam formasi ini. Fasies packstone terdiri dari tiga subfasies yaitu subfasies nodular packstone, subfasies algal foraminifera packstone dan subfasies milliolid packstone berkembang dalam lingkungan terumbu belakang, lagon dan saluran pasang. Fasies floatstone diendapkan pada lingkungan terumbu belakang dan inti terumbu. Fasies rudstone ditafsirkan terbentuk pada dataran terumbu. Fasies boundstone yang membentuk inti terumbu dibagi menjadi dua subfasies yaitu subfasies bafflestone dan subfasies framestone. Fasies boundstone ini diendapkan pada lingkungan puncak terumbu-terumbu depan. Formasi Campurdarat diperkirakan terbentuk sebagai terumbu penghalang pada umur Miosen Awal dalam mana terumbu belakang berada di selatan dan bagian terumbu depan di sebelah utara.

Page 5 of 24 | Total Record : 238