cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana
Published by Universitas Udayana
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue " Vol 1, No 3 (2013)" : 7 Documents clear
HUBUNGAN CADANGAN OVARIUM, AFC, AMH PADA KASUS ENDOMETRIOSIS I Gede Sastra Winata, Fransiskus Christianto Raharja,
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Endometriosis dijumpai pada kurang lebih 10% populasi wanita usia reproduksi.,dengan dampak klinis yang beragam, diagnosis yang tidak mudah dan memiliki angka kekambuhan yang cukup tinggi. Endometriosis terutama memberikan tiga dampak klinik, benjolan, nyeri perut siklik, atau pelvis atau senggama, dan infertilitas. Sampai saat ini banyak cara pengobatan telah dicoba, namun hasilnya belum memuaskan. Pada dasarnya pengobatan endometriosis hanyalah untuk mengurangi atau menghilangkan dampak klinik yang ada,hanya secara simptomatis. Angka kejadian endometriosis yang cukup tinggiini, menempatkan endometriosis menjadi masalah yang dominan, sedangkan diagnosis dan penanganan sering terlambat sehingga menimbulkan kerusakan jaringan dan terjadinya infertilitas. Diagnosis yang cepat dan tepat diperlukan untuk mencegah timbulnya penyulit pada kasus endometriosis. Cadangan Ovarium, AFC (Antral Follicle Count), AHM (anti MullerianHormon) diketahui dapat menentukan tingkat keberhasilan dari program IVF (In Vitro Fertilization), Sehingga perlu diketahui adanya hubungan cadangan ovarium, AFC (Antral Follicle Count), AHM (anti Mullerian Hormon) pada kasus endometriosis.
GRANULOCYTE COLONY STIMULATING FACTOR (G-CSF) SEBAGAI PREDIKTOR PERSALINAN PRETERM Duarsa, Iswara Somadina
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persalinan preterm yang menjadi kelahiran preterm merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal baik di dunia maupun di Indonesia. Tidak semua pasien yang datang dengan tanda persalinan preterm akan menjadi kelahiran preterm. Prediktor diagnostik yang baik tidak hanya menghindari pasien dari terapi tokolitik dan efek sampingnya, tetapi juga dapat menurunkan angka perawatan rumah sakit dan juga menurunkan angka rujukan ke fasilitas perawatan perinatologi. Telah banyak prediktor diagnostik untuk memprediksi kelahiran preterm digunakan sebelumnya, namun belum ada yang memiliki sensitivitas dan spesifitas yang baik untuk digunakan klinisi dalam praktek sehari – hari. Granulocyte Colony Stimulating Factor (GCSF) telah hadir diberbagai uji diagnostik dalam mendiagnosis persalinan preterm dan memprediksi terjadinya kelahiran preterm. Dengan cukup tingginya nilai sensitivitas dan spesifisitas , pemeriksaan GCSF dapat membantu klinisi memprediksi kelahiran preterm dengan menjadikannya suatu pemeriksaan srining rutin pada wanita hamil sehingga persalinan preterm dapat dicegah dan dapat menurunkan angka perawatan rumah sakit yang tidak diperlukan.
Malondialdehyde (MDA) Serum Level In Incomplete Abortion Is Higher Than Normal Pregnancies Putu Surya, I Gede
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Miscarriageor spontaneous abortion is one of the most frequent obstetric complications encountered during the first trimester of pregnancies. More than 80% occur in less than 14 weeks of pregnancy. Clinically, the most common miscarriage in hospitals is incomplete abortion. On of the cause of miscarriage is oxidative stress due tounbalance between prooxidants (free radical) and antioxidants. Malondialdehyde (MDA) is compound which is the end product of lipid peroxidants in the body.MDA showedsaturated fatty acid oxidation products from free radicals. Increased free radicals will caused oxidative stress. An increase in oxidative stress in accordance with increased MDA formation. Oxidative stress will cause breakage and damage tothetrofoblast cells that continued to be miscarriage. The purpose of this research was to provethat the MDA levels in incomplete abortionishigher than normalpregnancies. The design on this research used a cross-sectional study involving 72 women, grouped into 36 women with incomplete abortions and 36 womenwith normal pregnancy less than 14 weeks which meet the criteria of inclusion and exclusion that came to the Sanglah HospitalDenpasar. Blood serum were checked to determine serum MDA levels in both groups byElisa method. Based on t-independent test, therewereno significance differences in terms of age mother, the age of pregnancy and the parity between groups were gestational age less than 14 weeks(p > 0.05). There were significant differences (p < 0.05) between MDA serum levels in incomplete abortion(2.50+ 1.38) andnormal pregnancy less than 14 weeks (1.78 + 0.38).From chi-square test, prevalence ratio is(RP = 1.98, IK 95 % = 1.20-3.26 p = 0.005). Based on ROC curve, cut off point of mda serum levels was1.836 pmol/mg. MDA serum level in incomplete abortion is higher thannormal pregnancies. Keyword : incomplete abortion, MDA serum level
PENINGKATAN JUMLAH NEUTROFIL PADA SEKRET VAGINA BERHUBUNGAN DENGAN TINGGINYA PERSALINAN PRETERM Suyasa Jaya, Made
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Infeksi saluran genitalia bawah merupakan salah satu penyebab terjadinya persalinan kurang bulan.Pematangan serviks dalam persalinan merupakan suatu proses inflamasi.  Proses ini menyebabkan terjadinya penurunan jumlah kolagen. Neutrofil merupakan sumber kolagenase, yang menyebabkan pematang serviks yang diperantarai oleh sitokin (IL-8). Pemeriksaan neutrofil vagina merupakan salah satu pemeriksaan penanda infeksi dan tidak invasif. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui jumlah neutrofil pada swab vagina dan menilai hubungannya dengan persalinan preterm. Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Jumlah sampel sebesar 52 sampel, dimana 26 sampel kasus persalinan preterm dan 26 sampel kontrol kehamilan preterm, yang dipasangkan (matching) dalam  hal umur  ibu, umur kehamilan dan paritas. Pengambilan spesimen dari vagina dengan swab, kemudian dioleskan ke objek glass dan dilakukan pewarnaan Gram dan pembacaan netrofil vagina perlapangan pandang di laboratorium. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan p <0,01. Rasio Odds digunakan menilai besarnya risiko. Hasil : Uji Chi-Square antara neutrofil vagina dan  persalinan preterm didapatkan nilai p=0,001. Hal ini berarti kejadian persalinan preterm pada kedua kelompok berbeda secara bermakna. Nilai Rasio Odds sebesar 18,3 (IK 95% = 2,15-56,58, p=0,001) yang berarti neutrofil vagina yang tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya persalinan preterm sebesar  18 kali. Simpulan : Neutrofil vagina tinggi dapat meningkatkan secara bermakna risiko terjadinya persalinan preterm sebesar  18kali dibanding kontrol. Kata kunci : persalinan preterm, kehamilan preterm, neutrofil vagina.
PERANAN KADAR SERUM MALONDIALDEHID SEBAGAI RISIKO TERJADINYA ABORTUS IMINENS Rudi Susantha, I Nyoman
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Akhir-akhir ini dikemukakan teori radikal bebas sebagai pemicu terjadinya abortus. Ketidakseimbangan radikal bebas dan antioksidan yang mengakibatkan peroksidasi lipid diduga berperan penting dalam terjadinya gangguan proses plasentasi sehingga menyebabkan terjadinya abortus. Malondialdehid  merupakan  penanda/produk lipidperoksidasi.   Tujuan : Untuk mengetahui peranan kadar serum malondialdehid sebagai faktor risiko terjadinya abortus iminens.   Metode penelitian : Penelitian ini dilakukan dengan metode kasus-kontrol berpasangan. Sebanyak 60 ibu hamil diteliti, 30 orang kelompok kasus (abortus iminens) dan 30 orang kelompok kontrol (kehamilan normal). Pemeriksaan kadar serum malondialdehid dikerjakan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Jogjakarta. Data yang terkumpul dilakukan pengujian normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov, dan dilakukan analisa data dengan t-independent sample test. Untuk risiko terjadinya abortus iminens pada kadar malondialdehid yang tinggi dipakai uji Chi-Square.   Hasil : Pada penelitian ini didapatkanrerata kadar serum malondialdehid pada abortus iminens adalah  1,33±0,11 nmol/ml dan rerata kadar serum malondialdehid pada kehamilan normal adalah  1,03±0,10 nmol/ml. Analisis kemaknaan dengan  uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 11,44 dan nilai p= 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kadar serum malondialdehid pada kedua kelompok berbeda secara bermakna (p<0,05). Berdasarkan nilai titik potong 1,12 nmol/ml,didapatkan bahwa kadar serum malondialdehid yang tinggi meningkatkan risiko terjadinya abortus iminens sebesar  29,57 kali (RO = 29,57, IK 95% = 6,85-127,64, p=0,001).   Simpulan : Kadar serum malondialdehid pada abortus iminens berbeda secara bermakna dibandingkan dengan kadar serum malondialdehid pada kehamilan normal, dan tingginya kadar serum malondialdehid merupakan faktor risiko terjadinya abortus iminens.   Kata kunci : Abortus iminens, malondialdehid, kehamilan normal.
PERANAN PEROKSIDASI LIPID PADA PATOGENESIS PREEKLAMSIA Parwata Yasa, Gede
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Preeklamsia merupakan suatu kelainan multisistem spesifik pada kehamilan yang  mempengaruhi baik ibu maupun  janin. Angka kejadian preeklamsia sangat tinggi, di Indonesia sendiri kelainan ini masih merupakan tiga besar penyumbang tertinggi angka kematian ibu bersalin setelah pendarahan dan infeksi1. Hingga saat ini preeklamsia masih dinyatakan sebagai kelainan dengan beragam teori (disease of theory) yang merefleksikan ketidakpastian sebab dan patofisiologi preeklamsia. Berbagai penelitian terhadap preeklampsia telah dilakukan untuk mencari faktor risiko, etiologi, maupun intervensi yang terbaik untuk preeklampsia4. Berdasarkan fakta bahwa preeklamsia membaik setelah dilahirkannya plasenta serta melihat klinis penyakit yang ditimbulkan yang menunjukkan adanya kerusakan endotel, maka satu teori yang dianggap dapat menerangkan patofisiologis preeklamsia secara lebih baik adalah teori kegagalan implantasi trofoblas, iskemia plasenta dan kerusakan endotel1. Kegagalan infasi trofoblas menyebabkan terjadinya  iskemia plasenta, yang selanjutnya menyebabkan keluarnya produk uteroplasenta dan akhirnya terjadi kerusakan endotel.  Diantara bahan yang dihasilkan akibat hipoperfusi uteroplasenta yang dapat menimbulkan kerusakan pada endotel maternal adalah produk  oksidasi lipid atau selanjutnya lebih dikenal sebagai produk peroksidasi lipid1,3. Peroksidasi lipid dapat diartikan sebagai degradasi oksidatif lemak. Merupakan suatu proses  dimana radikal bebas “mencuri” elektron-elektron lemak pada membran sel dan menyebabkan kerusakan sel16 Mekanisme pasti bagaimana peroksidasi lipid menyebabkan terjadinya kerusakan endotel belum dapat dijelaskan dengan baik. Peroksidasi lipid yang bersifat sangat reaktif menyebabkan kerusakan sel endotel melalui berbagai mekanisme baik melalui  interaksi langsung dengan membran sel endotel maupun secara tidak langsung melalui aktifasi mediator lain oleh produk peroksidasi lipid16. Peroksidasi lipid berperan menimbulkan preeklamsia dengan berbagai manifestasi klinisnya melalui aktivasi atau kerusakan sel endotel, sehingga terganggunya pengeluaran endothelial derived factors, yang mengganggu fungsi utama dari sel endotel25. Secara ringkas peranan peroksidasi lipid pada patogenesis preeklamsia dapat dilihat pada gambar 11. Terdapat beberapa cara untuk menilai kadar peroksidasi lipid dalam tubuh. Hingga saat ini pengukuran yang digunakan dan dianggap sebagai baku emas kadar peroksidasi lipid adalah pengukuran malondialdehid (MDA) dan isoprostan (IsoP). MDA maupun IsoP telah ditemukan hampir di seluruh cairan biologis tubuh, namun plasma dan urin merupakan sampel yang paling umum digunakan karena paling mudah didapatkan dan paling tidak invasif.
DELAPAN-HIDROKSI-2’DEOKSIGUANOSIN SERUM SEBAGAI FAKTOR RESIKO ABORTUS IMINENS Darmayasa, Made
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abortus iminens  adalah perdarahan pervaginam yang berasal dari uterus pada umur kehamilan dibawah 20 minggu tanpa adanya pembukaan serviks  dimana hasil konsepsi masih didalam uterus yang dibuktikan dengan ultrasonografi dan tes kehamilan positif. Insidennya kurang lebih 25% pada wanita hamil muda. Abortus iminens dapat bertahan sampai hamil aterm atau berlanjut menjadi abortus spontan baik komplit maupun inkomplit, dimana abortus inkomplit  memerlukan tindakan kuretase untuk membersihkan sisa jaringan  hasil konsepsi. Tindakan kuretase memiliki resiko berupa perdarahan, infeksi, sepsis sampai dengan kematian, dan  dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah infertilitas. Terjadinya abortus dapat berulang dan disebut abortus habitualis apabila kejadiannya lebih dari tiga kali.  Penyebab pasti abortus iminens tidak selalu jelas, ada beberapa faktor yang diduga berperanan, salah satunya adalah peranan radikal bebas yang menimbulkan stress oksidatif  pada awal kehamilan, yang  dapat menimbulkan kerusakan protein, lipid dan DNA pada sel-sel desidua basalis, sitotrofoblast maupun sinsitiotrofoblast yang berpengaruh pada fase organogenesis plasenta janin. Delapan-hidroksi 2’Deoksiguanosin (8-OHdG)  dapat dipakai untuk menilai kerusakan DNA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 8-OHdG serum sebagai faktor resiko abortus iminens. Desain pada penelitian ini berupa studi kasus kontrol yang melibatkan 68 orang wanita yang dikelompokkan menjadi 34 orang kasus abortus iminens dan 34 orang wanita hamil muda sebagai kontrol yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang datang ke Rumah Sakit Umum Sanglah Denpasar. Dilakukan pemeriksaan serum darah untuk mengetahui kadar 8-OHdG pada kedua kelompok dengan metode Elisa. Berdasarkan uji independent test-t diperoleh hasil dimana tidak terdapat perbedaan bermakna dalam hal umur ibu, umur kehamilan dan paritas antara kelompok kasus abortus iminens dan kelompok kontrol yaitu hamil muda (p<0,05). Terdapat perbedaan (p<0,05) yang secara signifikan bermakna antara kadar serum 8-OHdG pada abortus iminens (0,16+0,06) µg/ml dan  hamil muda normal (0,13+0,06) µg/ml. Dengan uji Chi-Square diperoleh nilai rasio odds (RO=6,00;IK95%=1,95-17,97,p=0,001). Berdasarkan kurva ROC diperoleh nilai cut off point kadar 8-OHdG adalah sebesar 0,131µg/ml. Pada hamil muda dengan kadar 8-OhdG > 0,131 µg/ml beresiko 6 kali untuk terjadi abortus iminens.   Kata kunci :  Abortus iminens, kadar 8-Hidroksi 2’Deoksiguanosin (8-OHdG)

Page 1 of 1 | Total Record : 7