cover
Contact Name
Hero Patrianto
Contact Email
jurnal.atavisme@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.atavisme@gmail.com
Editorial Address
Balai Bahasa Jawa Timur, Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo 61252, Indonesia
Location
Kab. sidoarjo,
Jawa timur
INDONESIA
ATAVISME JURNAL ILMIAH KAJIAN SASTRA
ISSN : 1410900X     EISSN : 25035215     DOI : 10.24257
Core Subject : Education,
Atavisme adalah jurnal yang bertujuan mempublikasikan hasil- hasil penelitian sastra, baik sastra Indonesia, sastra daerah maupun sastra asing. Seluruh artikel yang terbit telah melewati proses penelaahan oleh mitra bestari dan penyuntingan oleh redaksi pelaksana. Atavisme diterbitkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur. Terbit dua kali dalam satu tahun, pada bulan Juni dan Desember.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 23, No 1 (2020): ATAVISME" : 10 Documents clear
PENDEKATAN SASTRA BANDINGAN FEMINIS ATAS VARIASI GUBAH ULANG AGNI PARIKSHA SITA DALAM TIGA SAJAK INDONESIA Nugraha, Dipa; Suyitno, Suyitno
ATAVISME Vol 23, No 1 (2020): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v23i1.628.62-74

Abstract

Babak Agni Pariksha (percobaan api atas Sita) di dalam kisah Ramayana telah menginspirasi banyak sastrawan Indonesia di dalam menghasilkan karya-karya sastra. Selama ini kajian mengenai karya yang terinspirasi oleh Agni Pariksha sudah banyak dilakukan, tetapi belum ada yang menggunakan pendekatan sastra bandingan feminis. Di samping itu, masih terdapat keraguan mengenai keterlibatan laki-laki di dalam feminisme dan/atau kritik terhadap sistem patriarki. Penelitian ini menggunakan pendekatan sastra bandingan feminis terhadap tiga sajak: ?Asmaradana? karya Subagio Sastrowardoyo, ?Sita Sihir? karya Sapardi Djoko Damono, dan ?Sepucuk Surat Sita Sebelum Labuh Pati? karya Soni Farid Maulana. Pembacaan cermat dan analisis isi dilakukan atas ketiga sajak untuk menyibak makna laten bernuansa feminisme sembari dibandingkan dengan kisah asli Ramayana. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa ketiga sajak mengkritik representasi ideal dari konstruksi relasi gender heteroseksual di dalam sistem patriarki yang terbangun dari kisah Ramayana. Temuan ini memberikan bukti bahwa laki-laki pun dapat mengajukan kritik terhadap sistem patriarki dari posisi mereka sebagai laki-laki dan sekaligus mengartikulasikan pandangan mereka yang koheren dengan gerakan feminisme[A Comparative Feminist Approach on the Variety of Re-writing Sita?s Agni Pariksha in Three Indonesian Poems] Agni Pariksha (Sita?s Fire Ordeal) in Ramayana has inspired many Indonesian writers. Previous studies on the writings inspired by Agni Pariksha in Indonesian literature have never used feminist comparative literature approach. Moreover, there have been doubts on the involvement of men in feminism and/or in criticizing patriarchy. This study used feminist comparative literature approach on three Indonesian poems: ?Asmaradana? by Subagio Sastrowardoyo, ?Sita Sihir? by Sapardi Djoko Damono, and ?Sepucuk Surat Sita Sebelum Labuh Pati? by Soni Farid Maulana. These poems were close read and analyzed using content analysis to reveal their potential profeminism messages whilst also compared to the story of Ramayana. This study found that the three poems criticize the ideal representation of heterosexual gender relation construction in the patriarchal system based on the story of Ramayana. The findings suggest that men are able to give criticism towards the patriarchal system from their subject position as men while at the same time also articulate their pro-feminism stance.Keywords: Agni Pariksha; feminist comparative literature; existentialist feminism; subject question;subject in situation
FRON COVER sungkowati, yulitin
ATAVISME Vol 23, No 1 (2020): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v23i1.670.%p

Abstract

GAZE PUISI “AT TA’SYIRAH” HISYAM AL JAKH SM, M. Hafidzulloh; Salam, Aprinus
ATAVISME Vol 23, No 1 (2020): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v23i1.602.1-16

Abstract

Penelitian ini bertujuan membahas konsep gaze Hisyam Aljakh dengan perspektif Slavoj ?i?ek. Diskursus mengenai gaze dalam karya sastra menyangkut narasi representasi subjek pengarang dari eksterioritas simbolisnya. Representasi dari the other ini mengindikasikan adanya ideologi tertentu pada pengarang yang sudah terkonstruksi secara sistemik dan direpresentasikan melalui uraiannya. Penjelmaan simbolis the other terhadap ideologi pengarang membuatnya terjerembap pada tataran simbolis, kemudian menjadikannya sebagai objek penyebab hasrat. Dalam konteks penelitian ini, gaze memperlihatkan bagaimana upaya yang dilakukan pengarang untuk memperlihatkan subjektivitasnya menuju posisi the real. Interpelasi the other terhadap subjek pengarang diperlihatkan dalam puisi ?Atta?syirah? karya Hisyam Aljakh yang mengilustrasikan adanya konstruksi simbolis dari eksternal pengarang. Dengan metode analisis tekstual dan identifikasi konstruksi simbolis, penelitian ini menghasilkan temuan bahwa gaze berhasil mengkonstruksi ideologi pengarang dengan perjumpaan simbolis yang merepresentasikan eksternalnya sekaligus menunjukkan bahwa tulisan itu merupakan representasi dari tatanan simbolisnya.[Hisyam Aljakh?s Gaze in "Atta?syirah"] This research discusses the gaze concept of Hisyam Aljakh with Slavoj ?i?ek?s perspective. The discourse on gaze in literary works concerns the author?s narration of his subject representation and symbolic exteriority. This representation of the other indicates a the author?s certain ideology which is already systematically constructed and represented through the author?s explanation. The symbolic embodiment of the other on the author?s ideology brings it into the symbolic order, and subsequently makes it the object of desire. In this research, gaze illustratesthe author?s effort to expose his subjectivity leading to the real position. The interpellation of the other on the author?s subject is portrayed on the poem of ?Atta?syirah? by Hisyam Aljakh which illustrates the symbolic construction external to the author. With the textual analysis method and symbolic construction identification, this research found that the existence of gaze successfully constructs the author's ideology with a symbolic encounter that represents the external as well as revealsthat the writing isa representation of the symbolic order.Keywords: gaze; subjectivity; symbolic construction; Atta?syirah; Slavoj ?i?ek
SIMBOLISME PUISI SUFISTIK ODHY’S SIMBOLISM OF ISLAMIC MYSTICISM POETRY OF ODHY’S Fuad, Khairul
ATAVISME Vol 23, No 1 (2020): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v23i1.622.75-88

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui simbolisme pada puisi sufistik sastrawan Kalimantan Barat, Odhy?s, di dalam antologi berjudul Rahasia Sang Guru Sufi. Sufisme terkait dengan hubungan mistik dengan Tuhan maka simbol psikologi dipilih untuk menggambarkan keadaan dan situasi hubungan tersebut. Terkait juga dengan perjalanan atau pendakian dari alam rendah ke alam tinggi maka simbol kosmologi dan ontologi dipilih untuk menggambarkan rangkaian pendakian sampai ke puncak alam tinggi. Kedua simbol tersebut menjadi bahasan, sebagai terapan lain dari terapan selama ini yang tertuju kepada sebuah tanda. Metode yang digunakan adalah deskripsi dengan teori simbolisme untuk membangkitkan pengalaman hubungan mistik yang dilewati melalui pendakaian menuju Tuhan dalam puisi-puisi Odhy?s. Hasil penelitian menunjukan bahwa langkah-langkah harus ditempuh untuk memperoleh pengalaman mistik dengan Tuhan, yaitu langkah penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs) sampai langkah membuka hijab (mukasyafah). Kemudian, langkah-langkah tersebut melalui pendakian dari alam nasut, alam malakut, dan alam jabarut untuk sampai kepada Tuhan. Penelitian ini menjadi bagian dari sumbangsih perjalanan perkembangan sufistik di Kalimantan Barat melalui sastra dan menambah khazanah sastra sufistik melalui kajian.[Simbolism of Odhy?s Islamic Mysticism Poetry (Study of Poetry Antology Rahasia Sang Guru Suf] This research aims to identify the symbolism of West Borneo writer?s mystical Islamic poetries, Odhy?s, in his anthology Rahasia Sang Guru Sufi. Sufism relates to mystical relation with God, and thus symbol of psychology is selected to describe the state and situation of those relation. Beside that, it also relates to journey or ascension from lower state to higher state; therefore, symbols of cosmology and ontology are selected to describe ascension succession to the peak of higher state. Both symbols become the discussion of the research as another application among existing applications usually aimed to a sign. Method used is description with simbolism theory to revivify the experience of mystical relation through ascension to God in Odhy?s?s poetries. From the analysis, it was found that the steps needed to achieve mystical experience with God include the self purification (tazkiyyat al-nafs) until the step of veil removal (mukasyafah). Then, those steps go through the ascension journey from nasut state, malakut state, and jabarut state to get to God. These research will become a contribution to the sufism development in West Borneo through literature and increase the sufism literature heritage through study.Keywords: sufism poetry; simbolism of psychology; symbol of cosmology-ontology; West Borneo
GENRE PROBLEMATIK CINTA TAK PERNAH TUA KARYA BENNY ARNAS Andalas, Eggy Fajar
ATAVISME Vol 23, No 1 (2020): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v23i1.617.17-32

Abstract

Pada September 2014, Gramedia memperkenalkan karya Benny Arnas yang berjudul Cinta Tak Pernah Tua ke publik sebagai kumpulan cerita pendek. Meskipun kedua belas judul cerita yang ada di dalam karya ini ditulis dan telah dimuat sebelumnya dalam berbagai media massa nasional pada rentang tahun 2010-2014, pembaca akan menemukan keterjalinan kisah antarjudul cerita di dalamnya. Hal ini menyiratkan adanya ?problematik? naratif sekaligus genre yang menyertai kelahiran karya ini. Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan apakah Cinta Tak Pernah Tua merupakan sebuah karya sastra bergenre kumpulan cerita pendek, seperti yang dilabelkan oleh penerbitnya, atau sebuah novel? Mengapa karya ini menjadi problematik jika dilihat berdasarkan genrenya? Dengan melakukan pembacaan dekat dengan perspektif naratologi Gerard Genette, penelitian ini menghasilkan temuan bahwa Cinta Tak Pernah Tua bukanlah kumpulan cerita pendek, tetapi novel meskipun secara genealogis kelahiran kedua belas kisah sebagai satuan cerita yang terpisah. Pemahaman terhadap dimensi genre sebuah karya sastra tidak dapat disandarkan pada faktor-faktor yang berasal dari luar dimensi naratif karya. [Poblematic Genre of Benny Arnas? Cinta Tak Pernah Tua] In September 2014, Gramedia introduced Cinta Tak Pernah Tua written by Benny Arnas to the public as a collection of short stories. Although the twelve story-titles in this work have been written and previously published in various national mass media in the range of 2010-2014, readers will find that the stories intertwine. This implies "problematic" narrative as well as a genre that accompanied the creation of this work. This article aims to answer the question of whether Cinta Tak Pernah Tua is a literary work collection of short stories, as labeled by the publisher, or a novel? Moreover, considering its genre, why is this work so problematic? By doing a close reading with Gerard Genette's narratology perspective, this research argues that Cinta Tak Pernah Tua is not a collection of short stories, but was actually a novel although genealogically the twelve stories were produced asseparate storiess. The understanding of a literary work?s genre dimension cannot rely on factors external to the narrative dimension of the work.Keywords: Cinta Tak Pernah Tua; genre problems; narratology; narrative structure
IMAJI SUFISTIK ALAM DAN BINATANG DALAM PUISI-PUISI ABDUL HADI W.M., SUTARDJI CALZOUM BACHRI, DAN KUNTOWIJOYO Sujarwoko, Sujarwoko
ATAVISME Vol 23, No 1 (2020): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v23i1.627.89-103

Abstract

Puisi sufistik sebagai abstraksi kehidupan dunia sufi dapat digunakan untuk melihat jatuh bangunnya seorang sufi dalam pendakian rohani. Untuk melukiskan pendakian rohani, puisi sufistik menggunakan imaji alam dan binatang. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan makna dan mendeskripsikan imaji sufistik alam dan binatang dalam puisi-puisi Abdul Hadi W.M., Sutardji Calzoum Bachri, dan Kuntowijoyo. Penelitian ini menggunakan teori estetika sufistik puisi Braginsky dan metode deskriptif kualitatif dengan data karya-karya ketiga penyair tersebut. Hasil penelitian menunjukkan puisi sufistik karya ketiga penyair tersebut menggunakan berbagai imaji alam: cahaya, gelombang, batu, rumput, pohon, dan angin. Imaji binatang yang digunakan, meliputi: kupu-kupu, kucing, cengkerik, gajah, semut, dan singa. Imaji sufistik alam sebagai sarana untuk menggambarkan kedekatan dan penyatuan diri dengan Tuhan, sedangkan imaji sufistik binatang untuk melukiskan hakikat salik dan liku-liku perjalanan rohani yang dialami pejalan yang sedang mengalami hambatan dan ancaman dalam upaya menuju keindahan rohani sebagai puncak keriangan spiritual.[Natural and Animal Sufistic Images in Abdul Hadi W.M., Sutardji Calzoum Bachri, and Kuntowijoyo Poetries] Sufistic poetry as an abstraction of sufi?s life can be used to see the rise and fall of a sufi in spiritual ascent. To describe spiritual ascent, sufistic poetry uses natural and animals images. The purposed of this research were to reveal the meaning and describe the sufistic images of nature and animal s in Abdul Hadi W.M., Sutardji Calzoum Bachri, and Kuntowijoyo poetries. This research used the sufistic poetry aesthetic theory of Braginsky and qualitative descriptive methods with data on the works of the three poets. The results of the research showed that the poetic works of the three poets used a variety of natural images: light, waves, stone, grass, trees, and wind. Animals imagesthat were used includ: butterflies, cats, cloves, elephants, ants, and lions. Natural sufistic images as a means to describe closeness and union with God, while sufistic imagery of animals were used to describe the nature of salik and the intricacies of the spiritual journey experienced by travelers who were experiencing obstacles and threats in an effort to reach spiritual beauty as the peak of spiritual joy.Keywords: sufistic poetry; sufistic images; natural sufistic images; animals? sufistic images
DEKONSTRUKSI NARASI SUBALTERN SITI WALIDAH DALAM NASKAH DRAMA NYAI AHMAD DAHLAN (2017) KARYA DYAH KALSITORINI: PENDEKATAN SUBALTERN GAYATRI SPIVAK Santosa, Budi Tri; Ocktarani, Yesika Maya
ATAVISME Vol 23, No 1 (2020): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v23i1.591.33-43

Abstract

Perempuan Jawa Islam masih dinilai tidak memiliki hak berbicara di era prakemerdekaan Indonesia. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak memiliki modal kultural, kapital, dan bahkan modal teologi. Penelitian ini mengkaji tokoh Siti Walidah sebagai perempuan Jawa Islam yang dinarasikan oleh pengarang drama sebagai tokoh yang menyuarakan identitas perempuan Jawa Islam. Penelitian ini menggunakan sumber data primer berupa naskah drama Nyai Ahmad Dahlan (2017) dengan metode analisis dekonstruksi dari Spivak mengenai subaltern. Teknik analisisnya adalah dengan mencermati narasi suara subaltern perempuan Jawa Islam oleh pengarang, kemudian narasi tersebut ditunda pemaknaannya. Penelitian ini menemukan bahwa narasi Siti Walidah untuk mengangkat suara subaltern perempuan Jawa Islam terjebak pada ideologi kolonialisme. Secara kolonialisme, perempuan Jawa Islam secara keseluruhan menjadi komoditas Siti Walidah untuk membangun narasinya.[The Deconstruction of Siti Walidah's Subaltern Narration in DyahKalsitorini's Drama Script of Nyai AhmadDahlan (2017):Gayatri Spivak's Subaltern Approach] Islamic Javanese women were still deemed not to have the right to speak in Indonesia's pre-independence era. That was because they did not have cultural capital, capital, and theological capital. This research examines Siti Walidah as an Islamic Javanese woman narrated by a drama author as a character voicing the identity of an Islamic Javanese woman. This research used drama script of Nyai Ahmad Dahlan (2017) as the primary data with a deconstruction analysis method from Spivak on subaltern. The analysis technique was done by examining the subaltern voice narration of Islamic Javanese woman by the author which was then postponed the meaning of the narration. This research found that the narration of Siti Walidah to raise the subaltern voice of Islamic Javanese women who trapped in the patriarchal hegemony and colonialism. In colonialism, Islamic Javanese women as a whole became a commodity of Siti Walidah to build her narration.Keywords: subaltern; nationalis, political identity; Islam
HUBUNGAN INTERTEKSTUAL NOVEL CANDRA KIRANA DAN “TJERITA PANJI ANGRENI”: PERSPEKTIF RIFFATERRE H.W., Muhammad Rosyid
ATAVISME Vol 23, No 1 (2020): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v23i1.620.104-116

Abstract

Penelitian ini bertujuan membahas hubungan intertekstual novel Candra Kirana karya Ajip Rosidi dengan ?Tjerita Panji Angreni?. Unsur apa saja dan bagaimana novel Candra Kirana memiliki hubungan intertekstual dengan ?Tjerita Panji Angreni?sebagai teks hipogramnya adalah pertanyaan penelitian ini. Dalam menelaah hubungan intertekstual ini, penulis menggunakan teori intertekstual Michael Riffaterre yang menitikberatkan pada analisis isi dengan metode pembacaan heuristik dan hermeneutik. Temuan penelitian ini adalah bahwa novel Candra Kirana menunjukkan hubungan intertekstual dengan ?Tjerita Panji Angreni? melalui unsur tema, citra tokoh, dan alur cerita. Meskipun demikian, novel Candra Kirana juga mentransformasikan makna-makna progresif yang berbeda dengan ?Tjerita Panji Angreni?, seperti makna nasionalisme yang berupa cinta akan kerajaan, makna kesetaraan gender yang berupa kesetiaan laki-laki, keberanian, kekuatan, perjuangan dan ketidakpasrahan perempuan, makna kerakyatan dengan pelibatan tokoh utama dari kalangan rakyat dan makna religiusitas yang berbentuk dasar niat Panji dalam mencari pasangan hidup.[Intertextuality on Novel Candra Kirana and ?Tjerita Panji Angreni?: Riffaterre?s Perspective] This research aims to discuss the intertextuality of Candra Kirana novel by Ajip Rosidi with ?Tjerita Panji Angreni?. What elements and to what extend Candra Kirana novel has an intertextual relationship with ?Tjerita Panji Angreni? as the hipogram text were the questions of this research. In examining this intertextual relationship, the writer used Michael Riffaterre's intertextual theory which focused on content analysis with heuristic and hermeneutic readings. The findings of this study were that the novel Candra Kirana showed intertextuality with the ?Tjerita Panji Angreni? through elements of themes, character images, and story lines. Even so, Candra Kirana's novel also transformed progressive meanings that differ from the ?Tjerita Panji Angreni? such as the meaning of nationalism in the form of love for the kingdom, the meaning of gender equality in the form of male loyalty, courage, strength, struggle and women's insecurity, the meaning of populist with engagement the main character of the people and the meaning of religiosity in the form of Panji's intention in finding a life partner.Keywords: intertextuality; novel;?Tjerita Panji Angreni?
LOVE AND POWER IN THE NOVEL OF THE SABDA PALON: PUDARNYA SURYA MAJAPAHIT BY DAMAR SHASHANGKA. Rosa, Silvia; Fatma, Surya Dewi
ATAVISME Vol 23, No 1 (2020): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v23i1.590.44-61

Abstract

The love and power represented in the novel Sabda Palon: Pudarnya Surya Majapahit is an interesting theme to be discussed semiotics. A series of signs are scattered in this novel to concretize it's meaning and store information related to the factors causing the decline of the Majapahit kingdom. This article discusses the meaning of a series of markers that contain meaning related to the past history of the Majapahit kingdom. The method used is a semiotic method with the presentation of results in the form of descriptive-analytical exposures. The results obtained show that the Sabda Palon: Pudarnya Surya Majapahit revealed unpublished events to the public surface so far, especially related to the romance problem that struck the kingdom's leader, Bhre Kertabhumi with a Chinese princess named Siu Ban Ci, who almost ended the status of Dewi Ambarawati (Princess of Champa) as the official consort of kings in the kingdom. This research concludes that if a love relationship is not controlled properly it can destroy a power. Sabda Palon: Pudarnya Surya Majapahit conveyed the message and the mandate perfectly.
GAYA BAHASA BERBENTUK METAFORA KONSEPTUAL DALAM NOVEL GARIS WAKTU KARYA FIERSA BESARI Wibowo, Agus Hari; Ardiansyah, Buyung; Purnanto, Dwi
ATAVISME Vol 23, No 1 (2020): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v23i1.629.117-133

Abstract

Penelitian ini bertujuan membahas klasifikasi domain sumber pada pembentukan metafora konseptual dan menjelaskan berbagai fungsinya terhadap narasi cerita maupun pembaca. Sumber data penelitian adalah novel Garis Waktu (2016) karya Fiersa Besari. Data penelitian ialah kalimat yang mengandung pembentukan metafora konseptual. Pendekatan penelitian menggunakan deskriptif kualitatif dengan pemerolehan data melalui relevances sampling. Pendekatan teori menggunakan penentuan klasifikasi domain sumber metafora konseptual dan strukturalisme kesusastraan. Metode analisis menggunakan metode analisis isi, introspektif, dan padan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan metafora konseptual oleh seorang penulis dalam karyanya memiliki berbagai fungsi. Berbagai fungsi pembentukan metafora konseptual yang dijumpai ialah memberikan nilai filosofis, menampilkan estetika berbahasa, memperkuat dan memperdalam makna yang terkandung, memperluas konsep makna, menghindari kebosanan dan kejenuhan pada diksi, memberikan gambaran fisik terhadap entitas abstrak, memberikan makna yang tersirat, menyederhanakan istilah terhadap konsep yang kompleks, serta memperjelas unsur ekspresif perasaan tokoh. Konsep makna yang merujuk pada pengklasifikasian domain sumber ditemukan sebanyak 14 klasifikasi.[Figurative Language in the Form of Conceptual Metaphor in Fiersa Besari?s Novel of Garis Waktu] The research aims to discuss the classifications of source domains in the construction of conceptual metaphor and describe their functions for the story narrations and readers. The research?s data are sentences that have the construction of conceptual metaphors. The approach of the research was descriptive qualitative and relevance sampling was the data collection method. The theoretical approach used was the source domain classifications and structuralism. Data were analysed with content analysis, identity method, and introspective method. The result of the study showed that the constructions of conceptual metaphor by a writer in their content of story have many functions. The functions of conceptual metaphor formations include providing the philosophical value, showing the aesthetic of language, strengthening meaning, expanding the meaning concept, avoiding the boredom of diction, giving the physical perception of an abstract entity, giving hidden meaning, simplifying expressions of complex meaning, and showing the emotion of the character?s feeling. The perspective of concept as the comparison in the conceptual metaphor could be understood as a source domain. There were 14 classifications of source domain found in the novel of Garis Waktu.Keywords: conceptual metaphor;source domain; classifications of source domain

Page 1 of 1 | Total Record : 10