cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota banjarmasin,
Kalimantan selatan
INDONESIA
JURNAL PHARMASCIENCE
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Pharmascience memuat naskah hasil penelitian dan artikel review bidang kefarmasian. Naskah dapat berasal dari mahasiswa, dosen, peneliti, dan lembaga riset. Setiap naskah yang diterima redaksi Jurnal Pharmascience akan ditelaah oleh Mitra Bebestari dan Anggota Redaksi. Jurnal Pharmascience terbit 2 (dua) kali dalam setahun yaitu Februari dan Oktober. Redaksi menerima pemesanan Jurnal Pharmascience untuk berlangganan atau pembelian setiap terbitan. ISSN-Print : 2355-5386. ISSN-Online : 2460-9560. Telp. (0511) 4773112. Fax. (0511) 4782899. CP: 0852-924-65264. Email: jps@unlam.ac.id
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue " Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE" : 11 Documents clear
PENGARUH KONSENTRASI ASAM STEARAT TERHADAP KARAKTERISTIK SEDIAAN DAN PELEPASAN KRIM KURKUMIN Safitra, Diah; Sari, Destria Indah
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARIKurkumin merupakan hasil isolasi bahan alam yang telah diketahui manfaatnya dalam pengobatan. Pemberian dalam bentuk topikal lebih baik untuk tujuan pengobatan di kulit. Asam stearat merupakan bahan yang secara luas diketahui digunakan sebagai basis sediaan topikal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan konsentrasi asam stearat terhadap karakteristik sediaan dan pelepasan kurkumin dari krim sesaat setelah dibuat dan setelah penyimpanan 40°C selama 14 hari. Variasi konsentrasi asam stearat yang digunakan sebesar 5%, 7,5%, dan 10% terhadap bobot sediaan. Nipagin, butylated hydroxytoluene (BHT), dan oleum menthae telah ditambahkan untuk meningkatkan akseptabilitas krim. Karakteristik sediaan yang diuji meliputi organoleptis, pH, viskositas, dan ketersebaran. Pelepasan kurkumin diamati selama 9 jam. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan konsentrasi asam stearat memberikan pengaruh terhadap karakteristik sediaan dan pelepasan kurkumin dari krim.Kata Kunci : Kurkumin, asam stearat, pelepasan obat.ABSTRACTCurcumin is an isolated natural product which has been used to treat ailments. Topical use give better response when skin is the target. Stearic acid is extensively known as topical cream base. This study was aimed to determine stearic acid concentration effect to cream characteristic dan curcumin release on freshly made cream and 14 days 40°C storage cream. Stearic acid concentration was 5%, 7,5%, and 10%, relatively to total weight. Nipagin, butylated hydroxytoluene (BHT), and oleum menthae were added to increase acceptability. Cream characteristic was evaluated of organoleptic, pH, viscosity, and spreadability. Curcumin released was observed for 9 hours. Results showed elevation of stearic acid concentration could influence cream characteristic and curcumin release.Keywords : Curcumin, stearic acid, drug release.
PREVALENSI PRESCRIBING ERROR PADA PASIEN RAWAT INAP STROKE AND DIABETES MELLITUS DI RSUD ULIN BANJARMASIN Cahaya, Noor
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARIMedication error merupakan permasalahan yang sering terjadi di rumah sakit. Angka kejadian medication error pada pasien rawat inap berkisar 3-7% dan setiap minggu farmasis menemukan 135 prescribing error pada pasien rawat inap sehingga menimbulkan berbagai dampak mulai dari yang ringan hingga serius. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui prevalensi dan rasio prevalensi prescribing error,kejadian tidak tepat dosis dan interaksi obat terhadap pasien rawat inap stroke dan Diabetes Mellitus di RSUD Ulin Banjarmasin. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan cross-sectional,pengumpulan data retrospektif dari semua resep pasien stroke, hipertensi dan DM rawat inap di RSUD Ulin Banjarmasin periode tahun 2011, kemudian dihitung prevalensi dan rasio prevalensi kejadian prescribing error pada masing-masing kelompok penyakit dan status pasien. Sebanyak 3462 lembar resep dikumpulkan, hasil analisis diperoleh prevalensi prescribing error pada pasien stroke (N = 1210; 35.0%) lebih besar daripada pasien diabetes mellitus (N = 556; 16.0%). Rasio prevalensi kejadian prescribing error pada pasien stroke lebih besar dari pasien diabetes mellitus (RP = 1.53; p = 0.000; 95%CI 1,337-1,767). Pasien stroke memiliki resiko kejadian prescribing error lebih besar dengan nilai rasio prevalensi sebesar 1.53 dibanding pasien diabetes mellitus.Kata kunci: prescribing error, stroke, diabetes mellitusABSTRACTMedication error is a common issue in a hospital. The error rate for inpatient medication error was reported to be 3-7%. Weekly, 135 prescribing errors determined by pharmacist and resulted in various consequences side effects. The objective of this research is to count the prevalence and its ratio of prescribing errors of stroke and diabetes mellitus inpatients at a public hospital in Banjarmasin, Indonesia. This research was conducted by a retrospective cross-sectional study. The samples of the study are inpatients with stroke and diabetes mellitus. The study was carried out from January to December 2011. The result showed that prevalence of prescribing errors in stroke patients were higher (N = 1210; 35.0%) than diabetes mellitus patients (N=556; 16.0%). Prevalence ratio of prescribing errors among stroke patients greater than DM patients (RP= 1,53; p = 0,000; 95%CI 1,337-1,767). Therefore the prevalence of prescribing error in stroke patients is high with a prevalence ratio of 1,53 compared to diabetes mellitus patients.Key words: prescribing errors, stroke, diabetes mellitus.
PENGEMBANGAN FORMULASI DAN EVALUASI GUMMY CANDIES PARASETAMOL UNTUK ANAK-ANAK Chabib, Lutfi; Rizki, Muhammad Ikhwan; Aprianto, Aprianto; Zahrah, Aghna Mafruha
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARIGummy candy parasetamol adalah sediaan permen kenyal mengandung parasetamol yang ditujukan untuk hancur dan larut di dalam mulut. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh variasi campuran pemanis sorbitol dan glukosa cair terhadap sifat fisik sediaan gummy candy parasetamol. Pembuatan sediaan menggunakan metode cetak tuang. Perbandingan konsentrasi sukralos dengan sorbitol, manitol, stevia, serta xylitol masing masing 25:75%. Data yang diperoleh dianalisis dengan deskriptif non analitik. Hasil uji sifat fisik dan uji stabilitas fisik sediaan dengan parameter bentuk, rasa, aroma, tekstur, pengamatan kekakuan, pengamatan kristal, dan pH sediaan. Formula 4 (25:75%) memiliki rasa yang sedikit manis dan stabil dalam penyimpanan selama sebulan di climatic chamber suhu 25º dibandingkan formula yang lain. Hasil persentase uji hedonik (bentuk, rasa dan aroma) pada 28 responden memilih formula 4. Kombinasi pemanis sukralose dan stevia (25:75%) dapat menutupi rasa pahit dari parasetamol.Kata kunci : parasetamol, gummy candy,pemanis, sukralos.ABSTRACTGummy candy paracetamol is candy containing paracetamol that to disintegrate and dissolve in the mouth. The aim of research to determine influence of variation mixed sorbitol and liquid glucose on the physical properties of paracetamol dosage form gummy candy. Preparations used molding method. Concentration ratio sukralose with sorbitol, manitol, and xylitol 25:75%. Data were analyzed descriptive non analytic. Test results of physical properties and physical stability dosage form with parameter shape, taste, odor, texture, stiffness, crystal, and pH of dosage form. Formula 4 (25:75%) had a sweet taste and stable in storage for a month in the climatic chamber temperature of 25ºC compared to other formula. Concentration ratio sukralos and stevia (25:75%) could mask the bitterness of paracetamol.Key word: paracetamol, gummy candy, sweetener, sukralos.
PREVALENSI, KARAKTERISTIK PASIEN, DAN PROFIL TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM AKHIR DI RSUD RATU ZALECHA, MARTAPURA, KALIMANTAN SELATAN Srikartika, Valentina Meta; Intannia, Difa; Nurlely, Nurlely
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARIHipertensi merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis (PGK). Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan keparahan kondisi ginjal dari pasien PGK itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, karakteristik pasien dan profil terapi hipertensi pada pasien PGK stadium akhir di RSUD Ratu Zalecha, Martapura, Kalimantan Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode pengumpulan data retrospektif melalui rekam medik pasien rawat jalan yang menjalani hemodialisis. Data yang didapat dianalisis menggunakan statistika deskriptif (Frequency dan cross-tabulation) dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 92.16% dari 51 pasien PGK mengalami hipertensi, dimana 61.70% dari pasien hipertensi adalah perempuan, dan 63,80% berumur 41-65 tahun. Berdasarkan tingkat keparahan hipertensi, 40.63% pasien mengalami hipertensi stage-1, dan masing-masing 24.22% pasien mengalami hipertensi stage-2 dan pra-hipertensi. Terapi obat tunggal merupakan terapi yang paling banyak diberikan kepada pasien (63.30%), disusul dengan terapi kombinasi 2 obat (32.1%), kombinasi 3 obat (3.9%), dan kombinasi 4 obat (0.8%). Terapi tunggal yang paling banyak diberikan adalah Amlodipin (52.3%%), Furosemid (4.7%), dan Captopril (3.1%). Sedangkan kombinasi 2 obat dan 3 obat yang paling banyak berturut-turut adalah kombinasi Amlodipin-Captopril (28.9%), dan kombinasi Bisoprolol-Furosemid-Telmisartan (3.1%). Terdapat peresepan anti hipertensi yang menggunakan kombinasi 4 obat yaitu Amlodipin-Diltiazem-Furosemid-Valsartan sebanyak 0.8%.Kata kunci: hipertensi, penyakit ginjal kronik, profil terapiABSTRACTHypertension is the most common complication in patients with chronic kidney disease (CKD). Uncontrolled hypertension can lead to kidney condition severity of CKD patients themselves. This study aimed to determine the prevalence, patient characteristics and treatment profile of hypertension in patients with CKD stage late in Ratu Zalecha Hospital, Martapura, South Kalimantan. This study is a descriptive study with retrospective data collection methods through the medical records of patients undergoing outpatient hemodialysis. The data obtained were analyzed using descriptive statistics with SPSS. The results showed that 92.16% of the 51 patients with CKD have hypertension, where 61.70% of hypertensive patients are women, and 63.80% aged 41-65 years. Based on the severity of hypertension, 40.63% of patients had hypertension stage-1, and 24.22% respectively of patients had stage-2 hypertension and pre-hypertension. Single drug therapy is the most widely therapy given to patients (63.30%), followed by 2 drug combination therapy (32.1%), a combination of 3 drugs (3.9%), and a combination of 4 drugs (0.8%). Single therapy is the most widely prescribed amlodipine (52.3 %%), furosemide (4.7%), and captopril (3.1%). While the combination of 2 drugs and the drug most widely 3 in a row is a combination of amlodipine-Captopril (28.9%), and the combination of Bisoprolol-Furosemide-Telmisartan (3.1%). There prescribing the use of antihypertensive medication is a combination of 4-Diltiazem-furosemide amlodipine-valsartan as much as 0.8%.Keywords: hypertension, chronic kidney disease, therapeutic profile
PENGGUNAAN OBAT OFF-LABEL PADA PASIEN NEONATUS RAWAT INAP RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE JANUARI—DESEMBER 2013 Kartinah, Nani; Dasupantini, Sulvia; Intannia, Difa
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARIPenggunaan obat off-label pada pasien neonatus dikarenakan pengujian untuk mendapatkan data farmakokinetika,farmakodinamika dan efek samping obat pada pasien ini belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui persentase pasien neonatus yang mendapatkan obat off-label, mengetahui golongan obat dengan tingkat kejadian obat off-label tertinggi dan mengetahui persentase obat off-label berdasarkan kriteria usia, dosis, rute pemberian obat dan indikasi. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pengambilan data secara retrospektif pasien neonatus periode januari hingga desember 2013. Berdasarkan hasil analisis, 100% (n = 357) pasien neonatus mendapatkan obat off-label. Tingkat kejadian off-label tertinggi terjadi pada obat golongan antibiotik yaitu sebesar 91,9 % (n=552 obat). Berdasarkan kriteria, penggunaan off-label pada kriteria usia sebesar 71,7% (n=552 obat), kriteria dosis sebesar 98,6% (n=552 obat), kriteria indikasi sebanyak 3,3% (n=552 obat) dan kriteria rute pemberian obat tidak ada kasus off-label. Kesimpulan penelitian penggunaan obat off-label pada pasien neonatus di RSUD Ulin Banjarmasin masih sangat tinggi.Kata kunci : off-label, neonatus, rawat inapABSTRACTOff-label drug use on neonatal due to patient testing to get data pharmacokinetics, pharmacodynamics and drug side effects in these patients have not been conducted. This study aims to know percentage neonatal patients who received drugs off-label, to know classes of drugs with an incidence rate of off-label drugs and to know the highest percentage of off-label drugs based on the criteria age, doses, route of administration drugs and indications. This study was an observational study with retrospective data collection period January until December 2013. Based on the analysis, 100% (n = 357) neonatal patients get the drug off-label. The incidence rate of off-label drug classes was highest on the antibiotic that is equal to 91.9% (n = 552 drugs). Based on the criteria, the use of off-label on the age criteria was 71.7% (n = 552 drugs), dose criteria of 98.6% (n = 552 drugs), indication criteria as much as 3.3% (n = 552 drugs) and the criteria of drug administration no cases of off-label. Conclusion research off-label drug use on neonatal patients at RSUD Ulin Banjarmasin still very high.Keywords: off-label, neonatal, hospitalization
STUDI AKTIVITAS TABIR SURYA BUAH LIMPASU (Baccaurea lanceolata) BERDASARKAN PENENTUAN NILAI SUN PROTECTION FACTOR (SPF) SECARA IN VITRO Rahmawanty, Dina; Fadhilaturrahmah, Fadhilaturrahmah
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARILimpasu (Baccaurea lanceolata) merupakan tanaman khas Kalimantan Selatan yang buahnya diduga memiliki aktivitas sebagai tabir surya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas tabir surya dari buah limpasu berdasarkan nilai Sun Protection Factor (SPF) dari ekstrak etanol daging buah limpasu. Pada penelitian ini digunakan sampel buah limpasu yang sudah matang dan diekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% secara maserasi. Nilai SPF ditentukan dengan mengukur absorbansi sampel dengan konsentrasi 1000 ppm, 2000 ppm dan 4000 ppm menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 290-320 nm. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daging buah limpasu memiliki aktivitas sebagai tabir surya. Hasil menunjukkan bahwa nilai SPF ekstrak etanol daging buah limpasu sebesar 10, 18 dan 29. Nilai SPF 10 menunjukkan tingkat kemampuan tabir surya maksimal. Nilai SPF 18 dan 29 menunjukkan tingkat kemampuan tabir surya ultra.Kata kunci: Limpasu, SPF, tabir suryaABSTRACTLimpasu (Baccaurea lanceolata) is typical of South Kalimantan plant whose fruit is thought to have activity as a sunscreen. This study aims to determine the activity of the fruit limpasu sunscreen based on the value of Sun Protection Factor (SPF) of ethanol extract of the fruit flesh limpasu. This research used samples limpasu fruit that is ripe and extracted using 70% ethanol by maceration. Value SPF was determined by measuring the absorbance of the sample with a concentration of 1000 ppm, 2000 ppm and 4000 ppm using UV-Vis spectrophotometer at a wavelength of 290-320 nm. The conclusion of this study is the ethanol extract of the fruit flesh limpasu has activity as a sunscreen. The results indicate that the SPF value limpasu ethanol extract of fruit pulp by 10, 18 and 29 value indicates the level of SPF 10 sunscreen maximum capability. Value SPF 18 and 29 demonstrate the ability level of the ultra sunscreen.Keywords: Limpasu, SPF, sunscreen
VALIDASI METODE DAN ANALISIS TADALAFIL DALAM PRODUK JAMU PENAMBAH STAMINA DI KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Wardana, Dika; Triyasmono, Liling; Rahmawanty, Dina
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARIJamu merupakan salah satu jenis obat tradisional yang sering digunakan. Salah satu bahan kimia obat yang sering ditambahkan pada jamu penambah stamina pria adalah tadalafil. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan tadalafil dalam jamu penambah stamina di kota Banjarmasin serta melakukan validasi metode penetapan kadar tadalafil dengan KCKT. Sampel terdiri atas 10 macam jamu penambah stamina dengan merek yang berbeda yang dikumpulkan dari 5 kecamatan di Banjarmasin. Analisis dilakukan dengan menggunakan KCKT fase terbalik dengan kolom Eurospher (5 μm, 250 mm x 4,6 mm), detektor Uv-Vis, fase gerak berupa campuran asetonitril dan dapar fosfat (pH 7) (3:2 v/v), laju alir 0,8 mL/menit dengan panjang gelombang 262 nm. Pada sistem kromatografi tersebut, menunjukkan waktu retensi tadalafil yaitu 5,7 menit. Pada rentang analisis 50 hingga 150 ppm diperoleh linieritas dengan koefisien korelasi (r) = 0,999. Nilai akurasi yang diperoleh berkisar antara 99,358-100,142 %, presisi 0,332-0,709 % serta nilai LOD dan LOQ sebesar 0,003 dan 0,01 ppm. Hasil menunjukkan bahwa metode yang digunakan telah memenuhi syarat validasi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh sampel Jamu B terbukti mengandung tadalafil 2,724 ± 0,136 mg tiap 100 mg sampel.Kata kunci : Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), Jamu, Validasi Metode, TadalafilABSTRACTHerbal medicine is one type of traditional medicine that is often used. One of the chemical drugs that are often added to herbal durability enhancer is tadalafil. This research aimed to identify the content of tadalafil durability enhancer in herbal medicine in Banjarmasin, and perform validation of methods of determination tadalafil with HPLC. Samples consisted of 10 kinds of herbal durability enhancer medicines with different brand collected from 5 sub-districts in Banjarmasin. The analysis conducted using the HPLC reversed phase with Eurospher column (5 μm, 250 mm x 4,6 mm), Uv-Vis detectors, stationary phase as a mixture of acetonitrile and buffer phosphate (pH 7) (3:2 v/v), flowrate 0,8 mL/minute, and wavelength 262 nm. In the chromatography system, showed that the retention time of tadalafil was 5,7 minutes. Linearity obtained at analysis range of 50 to 150 ppm with correlation coefficient (r) = 0,999. Accuracy obtained at range between 99,358-100,142 % precision at 0,332-0,709 %, LOD and LOQ are 0,003 and 0.01 ppm respectly. The results showed that the method has qualified validation condition. Based on results of research, indicates that herbal medicine brand B is proven containing 2,724 mg tadalafil in each 100 mg samples.Key words : High Performance Liquid Chromatography (HPLC), Herbal Medicine, Validation Method, Tadalafil
PREVALENSI KEJADIAN BERPOTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN INTENSIVE CARE UNIT (ICU) DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2012 Arnata, Azhar; Cahaya, Noor; Intannia, Difa
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARIKondisi klinis pasien ICU yang kompleks menyebabkan penggunaan obat yang banyak yang mengarah terjadinya interaksi obat potensial. Tujuan penelitian yaitu mengetahui persentase pasien ICU RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2012 yang mengalami interaksi obat potensial secara umum dan ditinjau dari kelompok umur pasien, jumlah obat yang diberikan, tingkat keparahan interaksi obat, dan mekanisme interaksi obat yang terjadi. Digunakan metode penelitian deskriptif denan pengambilan data secara retrospektif. Data diambil dari rekam medik pasien ICU RSUD Ulin Bnajarmasin Tahun 2012. Jumlah sampel yang didapatkan 297 orang yang terdiri atas 249 orang dewasa dan 48 orang geriatri. Prevalensi pasien ICU RSUD Ulin tahun 2012 yang mengalami kejadian interaksi obat potensial sebesar 95,96%. Berdasarkan kelompok umur, 96,8% terjadi pada kelompok dewasa dan 91,7% pada kelompok geriatri. Berdasarkan jumlah obat, 90,80% terjadi pada kelompok jumlah obat ≤ 5 obat dan 98,09% pada kelompok jumlah obat > 5 obat. Berdasarkan tingkat keparahan: 34,01% pasien pada tingkat keparahan Major; 71,38% pasien pada tingkat keparahan Moderate; dan 76,43% pasien pada tingkat keparahan Minor. Berdasarkan mekanisme interaksi: 4,7% pada inkompatibilitas obat, 74,07% pada farmakodinamik, 66,67% pada farmakokinetik obat, dan 35,69% pasien pada mekanisme tak diketahui. Prevalensi kejadian berpotensi interaksi obat pasien ICU RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2012 sebesar 95.96% (N=297).Kata kunci: interaksi obat potensial, intensive care unit.ABSTRACTComplexity clinical condition of ICU patient that uses many drug to leads potential drug interaction occurrence. Aim of this research were determined percentage of ICU RSUD Ulin patient in 2012 who had potential drug interaction in general and specifically in age group, drug total, severity, and mechanism term. Data taken from medical record retrospectively and analyzed by literature studies. Total sample were analyzed 297 that consist of 247 adult and 48 geriatric.Result: In general, 95,96% (N=297) patient had potential drug interaction. In age group term, 96,8% in adult group and 91,7% in geriatric group. In drug total term, 90,80% in ≤ 5 group and 98,09% in > 5 group. In severity term, 34,01% patient had Major; 71,38% patient had Moderate; and 76,43% had Minor. In mechanism term, 4,7% in incompatibility; 74,07% in pharmacodynamic; 66,67% in pharmacokinetic; and 35,69% in unknown mechanism.Keyword: potential drug interaction, intensive care unit
UJI PELEPASAN DAN AKTIVITAS GLUTATION SEDIAAN KRIM TIPE A/M MENGGUNAKAN CERA ALBA Murniati, Hidayah; Sari, Destria Indah
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARIGlutation tereduksi (GSH) adalah “master antioxidant”, antioksidan yang melindungi sel terhadap stres oksidatif. GSH merupakan tripeptida yang tersusun atas asam amino sistein, asam glutamat, dan glisin. Krim tipe air dalam minyak (A/M) membuat GSH yang bersifat hidrofilik lebih mudah lepas dari krim. Salah satu bahan yang digunakan dalam sediaan krim adalah cera alba yang berfungsi sebagai peningkat konsistensi. Cera alba membuat krim bertahan lama di kulit dan memberikan proteksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi cera alba yang menghasilkan pelepasan paling besar dan efektivitas antioksidan paling besar dari GSH dalam sediaan krim tipe A/M. Variasi konsentrasi cera alba untuk masing-masing formula sebesar 5%, 10% dan 15%. Uji pelepasan GSH secara in vitro selama 4 jam. Area Under Curve (AUC) digunakan sebagai parameter kuantitatif dari uji pelepasan secara in vitro. Efektivitas antioksidan dari sediaan krim GSH tipe A/M diuji secara in vitro menggunakan metode DPPH. Berdasarkan analisis statistik (P>0,05), menunjukkan perbedaan konsentrasi cera alba tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pelepasan dari GSH. Konsentrasi cera alba sebesar 5% menghasilkan pelepasan paling besar dan efektivitas antioksidan paling besar dari GSH.Kata Kunci : Glutation, cera alba, pelepasan obat, uji antioksidan DPPHABSTRACTMost of the disease preceded by excessive oxidation reactions in the body, excessive oxidation leads to oxidative stress. Reduced Glutathione (GSH) is “Master Antioxidant”, protects cells against oxidative stress. GSH is tripeptide composed of the amino acids cysteine, glutamic acid, and glycine. GSH is a hydrophilic drug, water in oil (W/O) cream used to improve the release of hydrophilic drug. One of the ingredients that used in the cream is cera alba as stiffening agent. Cera alba make the cream long lasting on the skin and give protection. The objectives of this research was to determine concentration of cera alba which produces the highest release and the highest antioxidant efectivity of GSH in W/O cream. The variation of concentration of cera alba for each formula are 5%, 10% and 15%. In vitro release of GSH was performed for 4 hours. Area Under Curve (AUC) used as a quantitative parameter of release in vitro. Antioxidant efectivity of GSH in W/O cream examined using DPPH. Based on statistical analysis (P>0.05), different concentration of cera alba does not has significant influence on the release of GSH. Five percents concentration of cera alba was yield the highest released and the highest antioxidant efectivity of GSH.Keywords : Glutathione, cera alba, drug release, antioxidant test DPPH
ANALISIS KADAR ASAM LEMAK BEBAS DALAM MINYAK HASIL PENGGORENGAN BERULANG DENGAN METODE TITRASI ASAM BASA DAN SPEKTROFOTOMETER FOURIER TRANSFORMATION INFRA RED (FTIR) Alfiani, Selamat; Triyasmono, Liling; Ni’mah, Malikhatun
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARIProses penggorengan berulang pada minyak goreng akan menyebabkan terbentuknya asam lemak bebas. Asam lemak bebas dapat dianalisis menggunakan metode titrasi asam basa dengan NaOH 0,05 M sebagai titran dan menggunakan FTIR (Fourier Transform Infra Red) yang didasari pada absorbansi dari gugus asam lemak bebas. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan peningkatan kandungan asam lemak bebas dan menunjukkan pemakaian yang masih memenuhi standar mutu. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak kelompok (RAK). Pengelompokan sampel sebanyak 2 kelompok dengan masing-masing pengulangan penggorengan ke-0, ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-5. Hasil analisis kadar menggunakan titrasi asam basa untuk minyak goreng bermerek dari penggorengan ke-0 sampai ke-5 berturut-turut sebagai berikut 0,18 mgOH/g; 0,29 mgOH/g; 0,37 mgOH/g; 0,47 mgOH/g; 0,50 mgOH/g; 0,53 mgOH/g, untuk minyak goreng curah dari penggorengan ke-0 sampai ke-5 berturut-turut sebagai berikut 0,49 mgOH/g; 0,52 mgOH/g; 0,58 mgOH/g; 0,69 mgOH/g; 0,76 mgOH/g; 0,81 mgOH/g. Hasil analisis menggunakan FTIR menunjukkan ada peningkatan nilai absorbansi pada gugus fungsi C=O (1743 cm-1) asam lemak bebas pada penggorengan ke-3 dan ke-4. Kesimpulan penelitian ini terdapat peningkatan kadar pada pengulangan penggorengan dan pemakaian berulang yang masih memenuhi standar mutu pada pengulangan ke-5 untuk minyak goreng bermerek dan dua kali pengulangan untuk minyak goreng curah.Kata kunci: Asam lemak bebas, minyak goreng, titrasi asam basa, FTIR.ABASTRACTThe process of repeated frying in cooking oil will cause the formation of free fatty acids. Free fatty acids can be analyzed using the method of acid-base titration using 0.05 M NaOH as titrant and FTIR (Fourier Transform Infra Red), which is based on the atomic bonding of free fatty acid group. The purpose of this study was to determine the increase on free fatty acid content and demonstrate the use of which is still safe to use. This study used an experimental method with a plan randomized group (RAK). The samples was divided into 2 groups, with each repetition of the frying of 0, 1st, 2nd, 3rd, 4th, 5th. The results of the analysis using acid-base titration levels for branded cooking oil from the frying of 0 to 5th repetition in a row following as 0.18 mgOH/g; 0.29 mgOH/g; 0.37 mgOH/g; 0.47 mgOH/g; 0.5 mgOH/g; 0.53 mgOH/g, for the cooking oil from the frying of 0 to 5th repetition in a row following as 0.49 mgOH/g; 0.52 mgOH/g; 0.58 mgOH/g; 0.69 mgOH/g; 0.76 mgOH/g; 0.81 mgOH/g. The results of the analysis using FTIR showed difference in the absorbance values of functional groups C=O (1743 cm-1) of free fatty acids in the frying of the 3rd and 4th repetition. This study conclude there is the increase on free fatty acid level in repetition of frying and the repeated cooking oil consumption safety limit on 5 times repetition for gianded cooking oil and 2 times repetition for bulk cooking oil.Keywords: free fatty acids, edible oils, acid-base titration, FTIR.

Page 1 of 2 | Total Record : 11