Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

Tanaman dengan Aktivitas Anti-Asma Rizki, Muhammad Ikhwan; Chabib, Lutfi; Nabil, Akhmad; Yusuf, Baharudin
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 2, No 1 (2015): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak            Asma merupakan gangguan inflamasi kronis pada saluran pernafasan ditandai episode berulang mengi, sesak nafas, sesak dada, dan batuk.  Berbagai sel inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Masyarakat di Indonesia turun temurun secara tradisional menggunakan bahan alam dalam mengatasi berbagai penyakit. Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder yang memiliki banyak khasiat dalam mengatasi berbagai penyakit disebabkan adanya efek sinergisme antar senyawa metabolit sekunder dan polivalent activity, sehingga memungkinkan mengatasi berbagai penyakit. Berdasarkan hal tersebut, asma dapat diatasi dengan menggunakan bahan alam diantaranya Putri Malu (Mimosa pudica, Linn.), Kelor (Moringa oleifera), Jintan Hitam (Nigella sativa L.), Rumput Fatimah (Labisia pumila), Ciplukan (Physalis minima L), Senggugu (Clerodendrum  serratumat), Jeringau (Acorus gramineus), dan Sirih (Piper betle Linn.). Kata Kunci: Tanaman, Anti-Asma AbstractAsthma is a chronic inflammatory disorder of the airways characterized by recurrent episodes of wheezing, breathlessness, chest tightness, and coughing. Various inflammatory cells play a role, especially mast cells, eosinophils, T lymphocytes, macrophages, neutrophils and epithelial cells. Indonesia people used natural materials to overcome various diseases. Plants can produce secondary metabolites that have many benefits in addressing a variety of diseases caused by the synergism between the effects of secondary metabolites and polivalent activity, making it possible to overcome various diseases. Based on this, asthma can be overcome by using natural medicines including Putri Malu (Mimosa pudica, Linn.), Kelor (Moringa oleifera), Jintan Hitam (Nigella sativa L.), Rumput Fatimah (Labisia pumila), Ciplukan (Physalis minima L), Senggugu (Clerodendrum  serratumat), Jeringau (Acorus gramineus), Sirih (Piper betle Linn.)Keywords: Asthma, Plants
PENGEMBANGAN FORMULASI DAN EVALUASI GUMMY CANDIES PARASETAMOL UNTUK ANAK-ANAK Chabib, Lutfi; Rizki, Muhammad Ikhwan; Aprianto, Aprianto; Zahrah, Aghna Mafruha
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 1 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTISARIGummy candy parasetamol adalah sediaan permen kenyal mengandung parasetamol yang ditujukan untuk hancur dan larut di dalam mulut. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh variasi campuran pemanis sorbitol dan glukosa cair terhadap sifat fisik sediaan gummy candy parasetamol. Pembuatan sediaan menggunakan metode cetak tuang. Perbandingan konsentrasi sukralos dengan sorbitol, manitol, stevia, serta xylitol masing masing 25:75%. Data yang diperoleh dianalisis dengan deskriptif non analitik. Hasil uji sifat fisik dan uji stabilitas fisik sediaan dengan parameter bentuk, rasa, aroma, tekstur, pengamatan kekakuan, pengamatan kristal, dan pH sediaan. Formula 4 (25:75%) memiliki rasa yang sedikit manis dan stabil dalam penyimpanan selama sebulan di climatic chamber suhu 25º dibandingkan formula yang lain. Hasil persentase uji hedonik (bentuk, rasa dan aroma) pada 28 responden memilih formula 4. Kombinasi pemanis sukralose dan stevia (25:75%) dapat menutupi rasa pahit dari parasetamol.Kata kunci : parasetamol, gummy candy,pemanis, sukralos.ABSTRACTGummy candy paracetamol is candy containing paracetamol that to disintegrate and dissolve in the mouth. The aim of research to determine influence of variation mixed sorbitol and liquid glucose on the physical properties of paracetamol dosage form gummy candy. Preparations used molding method. Concentration ratio sukralose with sorbitol, manitol, and xylitol 25:75%. Data were analyzed descriptive non analytic. Test results of physical properties and physical stability dosage form with parameter shape, taste, odor, texture, stiffness, crystal, and pH of dosage form. Formula 4 (25:75%) had a sweet taste and stable in storage for a month in the climatic chamber temperature of 25ºC compared to other formula. Concentration ratio sukralos and stevia (25:75%) could mask the bitterness of paracetamol.Key word: paracetamol, gummy candy, sweetener, sukralos.
Skrining Fitokimia dan Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan Tumbuhan Asal Daerah Rantau Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan Sutomo, Sutomo; Arnida, Arnida; Rizki, Muhammad Ikhwan; Triyasmono, Liling; Nugroho, Agung; Mintowati, Evi; Salamiah, Salamiah
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 3, No 1 (2016): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kalimantan selatan merupakan salah satu kawasan tropis dengan sumber keanekaragaman hayati yang melimpah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan ekstraksi dan skrining fitokimia terhadap beberapa tumbuhan yang secara etnis digunakan sebagai pengobatan. Metode ini sangat penting untuk mendapatkan gambaran terhadap golongan senyawa yang terkandung dalam tumbuhan obat. Tumbuhan yang diteliti  adalah rimpang patiti, kulit batang ambaratan, batang carikang habang, daun puspa, kulit batang balik anngin, daun bilaran tapah, dan daun karamunting. Hasil ekstraksi menggunakan etanol 70% rendemen terbanyak adalah daun puspa (30,76%) diikuti secara berturut-turut kulit batang balik angin (27,05%), daun bilaran tapah (23,53%), daun karamunting (10,88%), rimpang patiti (8,48%), batang carikang habang (3,56%), dan kulit batang ambaratan (2,04%). Skrining fitokimia menunjukkan bahwa rimpang patiti mengandung senyawa golongan flavonoid, fenol, tanin, saponin, dan terpenoid. Kulit batang ambaratan mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, fenol, tanin dan antrakinon. Batang carikang habang mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, fenol, tanin, saponin, steroid, dan antrakuion. Daun puspa mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, fenol, saponin, dan terpenoid. Kulit batang balik anngin mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, fenol, tanin, terpenoid, dan antrakuinon. Daun bilaran tapah mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonois, fenol, tanin, saponin, terpenoid, dan antrakuinon. Daun karamunting mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonois, fenol, tanin, saponin, dan terpenoid. Hasil uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH melalui kromatpgrafi lapis tipis menunjukkan bahwa ketujuh tumbuhan yang diuji mengandung senyawa yang bersifat antioksidan. Kata kunci : eksplorasi, ekstraksi, skrining fitokimia, antioksidan.
Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) Chabib, Lutfi; Indrati, Oktavia; Rizki, Muhammad Ikhwan
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 2, No 1 (2015): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Lidah buaya (Aloe vera) mengandung komponen seperti acetylated mannans, polymannans, anthraquinone C-glycosides, anthrones, anthraquinones dan berbagai jenis lectins. Komponen dalam lidah buaya yang bermanfaat sebagai laksatif adalah anthraquinon glycoside. Salah satu sediaan farmasi yang menarik adalah tablet effervescent, dimana bentuk sediaan ini mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya adalah mudah untuk dikonsumsi dan bisa dikembangkan variasi rasa, sehingga diharapkan masyarakat dapat tertarik untuk mengkonsumsi sediaan lidah buaya dalam bentuk tablet effervescent. Tujuan penelitian ini yaitu mendapat formulasi optimum dari tablet effervescent ekstrak lidah buaya. Lidah buaya dihaluskan lalu dimaserasi. Ekstrak lidah buaya diformulasi dalam empat bentuk formula yang berbeda dengan metode peleburan. Dilakukan pemeriksaan sifat fisik granul dan tablet yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan lidah buaya (Aloe vera) dapat diformulasikan kedalam sediaan tablet effervescent. Dari data evaluasi formulasi sediaan tablet effervescent lidah buaya (Aloe vera) yang paling baik untuk dibuat tablet effervescent yaitu formula I yang berisi granul ekstrak 150 mg, laktosa 1890 mg, asam sitrat 100 mg, asam tartat 300 mg, natrium bikarbonat 400 mg, PEG 6000 60 mg, aspartame 100 mg, dan pengaroma secukupnya. Kata Kunci: Aloe vera, tablet effervescent, formulasi Abstract Aloe vera containing components such as acetylated mannans, polymannans, anthraquinone C-glycosides, anthrones, anthraquinones and various types of lectins. Components in aloe vera useful as laksatife is anthraquinon glycoside. One of the interesting pharmaceutical preparations is effervescent tablets, where has several advantages, is easy to take the variation flavors, so hopefully people can be interested to consume aloe vera preparations in the form of effervescent tablets. The purpose of this study was to get optimum formulation of Aloe vera effervescent tablets. Aloe vera is pulverized and then macerated. Aloe vera extract was formulated in six different formulas with fusion method. Then, physical properties of the granules and tablets were examinated. Results showed aloe (Aloe vera) could be formulated into effervescent tablets. The best formula for Aloe vera effervescent tablets was formula I which containing 150 mg of granule extract 150 mg, 1890 mg of lactose, 100 mg of citric acid, 300 mg of tartat acid, 400 mg of sodium bicarbonate, 60 mg of PEG 6000, 100 mg of aspartame, and flavor to taste. Keywords: Aloe vera, effervescent tablets, formulation
STANDARDISASI BUAH CABE RAWIT HIYUNG (Capsicum frutescens L.) ASAL TAPIN KALIMANTAN SELATAN Sutomo, Sutomo; Rahmawati, Aulea; Rizki, Muhammad Ikhwan
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8.26 KB)

Abstract

Cabe rawit hiyung (Capsicum frutescens L.) merupakan cabe rawit lokal khas Tapin, Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai parameter standardisasi simplisia dan ekstrak buah cabe rawit hiyung. Standardisasi dilakukan dengan menetapkan nilai parameter spesifik dan non spesifik simplisia dan ekstrak dari tiga tempat tumbuh yang berbeda yang meliputi uji organoleptik simplisia, uji mikroskopik, kadar sari larut etanol, kadar sari larut air, susut pengeringan, kadar abu total simplisia, kadar abu tidak larut asam simplisia, cemaran logam berat, pemerian ekstrak, rendemen, skrining fitokimia, pola kromatografi, penentuan kadar flavonoid total, kadar air, kadar abu total ekstrak, dan kadar abu tidak larut asam ekstrak. Hasil uji  standardisasi simplisia dari ketiga desa diperoleh rata-rata berupa serbuk, berwarna kemerahan, rasa sangat pedas, berbau khas, terdapat sel epidermis, hipodermis dan parenkrim mesokarp, kadar sari larut etanol 19,55 ± 1,07%, kadar sari larut dalam air 32,33 ± 2,03%, susut pengeringan 2,22 ± 0,51%, kadar abu total 4,11 ± 0,44%, kadar abu tidak larut asam 0,14 ± 0,01%, cemaran logam berat Pb 2,00 mg/kg dan Cd 4,00 mg/kg. Hasil uji standardisasi ekstrak dari ketiga desa diperoleh rata-rata berupa ekstrak kental, berwarna coklat, rasa sangat pedas, berbau khas, dengan rendemen sebesar 19,19 ± 1,03%, kandungan kimia yang terkandung adalah alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, pola kromatogram dengan nilai Rf 0,18; 0,60; 0,98, kadar flavonoid total yang paling besar yaitu desa Sungai Rutas 0,339%, kadar air 11 ± 0,67%, kadar abu total 7,96 ± 0,80%, dan kadar abu tidak larut asam 0,61 ± 0,05%.
Review: Tanaman Obat yang Berefek Sebagai Antigout Fariz, Abshar; Sholihin, Muhammad Aditya; Fauzi, Rakhmat; Rizki, Muhammad Ikhwan
Jurnal Pharmascience Vol 5, No 1 (2018): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v5i1.5782

Abstract

ABSTRAK Gout adalah keadaan penumpukan kristal yang berasal dari gangguan metabolisme asam urat di dalam sendi, jaringan periartikular, tulang dan organ lainnya. Pasien yang menderita gout akan memiliki resiko dari kardiovaskular yang sangat tinggi, sehingga perlu strategi pencegahan yang optimal. Prevalensi asam urat di Indonesia terjadi pada usia di bawah 34 tahun yaitu sebesar 32%. Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya menanggulangi berbagai masalah kesehatan. Review bertujuan untuk membahas tanaman yang terkait dengan gout yang digunakan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya gout berdasarkan literatur. Pada review artikel ini digunakan literatur online dan offline. Literatur online didapat dari jurnal publikasi lokal maupun internasional yang diperoleh dari penyedia jurnal di internet. Literatur offline yang digunakan yaitu buku dan e-book. Gout dapat diatasi dengan bahan alam yaitu Sirsak (Annonna muricata Linn.), Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa), Suruhan (Peperomia pellucida), Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Daun Tempuyung (Sonchus arvensis) dan Daun Salam (Syzygium polyanthum). Kata Kunci : Asam urat, bahan alam, gout, tanaman ABSTRACT Gout is a state of buildup of crystals derived from metabolic disorders of uric acid in joints, periarticular tissues, bones and other organs. Patients suffering from gout will have a very high cardiovascular risk, so an optimal prevention strategy is needed. The prevalence of uric acid in Indonesia occurs at age below 34 years that is equal to 32%. Since ancient times the people of Indonesia know and use medicinal plants as one of the efforts to overcome various health problems. Review aims to discuss gout-related plants used to reduce and prevent the occurrence of gout based on literature. In this article review used the online and offline literature. Online literature is obtained from local and international publication journals obtained from journal providers on the internet. The offline literature used is books and e-books. Gout can be overcome with natural ingredients namely Soursop (Annonna muricata Linn.), Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa), Suruhan (Peperomia pellucida), Mangosteen (Garcinia mangostana L.) Tempuyung Leaf (Sonchus arvensis) and Leaf Salam (Syzygium polyanthum). Keywords: Uric acid, natural ingredients, gout, plants
SKRINING FITOKIMIA DAN PENETAPAN KADAR FENOL TOTAL PADA EKSTRAK DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus), CEMPEDAK (Artocarpus integer), dan TARAP (Artocarpus odoratissimus) ASAL DESA PENGARON KABUPATEN BANJAR Muhammad Ikhwan Rizki; Nurlely Nurlely; Fadlilaturrahmah Fadlilaturrahmah; Ma’shumah Ma’shumah
Jurnal Insan Farmasi Indonesia Vol 4 No 1 (2021): Jurnal Insan Farmasi Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36387/jifi.v4i1.667

Abstract

The leaves of jackfruit (Artocarpus heterophyllus), cempedak (Artocarpus integer), and tarap (Artocarpus odoratissimus) are used empirically by the people of Desa Pengaron, Banjar Regency for treat antimalarials, antidiabetic, abdominal pain, and cancer. The secondary metabolites of the phenol group are responsible for various plant activities. This study aims to determine of compounds and total phenol content in leaves of jackfruit (A. heterophyllus), cempedak (A. integer), and tarap (A. odoratissimus). The leaf samples were oven-dried, then the leaf powder was extracted using ethanol. Phytochemical screening was carried out on the extract using reagents, and phenol content was determined using a spectrophotometer UV-Vis. The results showed that the extracts of leaves jackfruit (A. heterophyllus), cempedak (A. integer), and tarap (A. odoratissimus) contained phenol, flavonoids, and tannins. Total phenol content of leaves A. heterophyllus, A. integer and A. odoratissimus were 13,174 ± 1,378 mgGAE / gram extract, 37,204 ± 2,202 mgGAE / gram extract, and 35,886 ± 0.890 mgGAE / gram extract.
In-Vitro Study of Antioxidant Activities from Ethanol Extracts of Akar Kuning (Arcangelisia flava) Suratno Suratno; Muhammad Ikhwan Rizki; Mohammad Rizki Fadhil Pratama
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 4 No 2 (2019): Jurnal Surya Medika (JSM)
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (893.609 KB) | DOI: 10.33084/jsm.v4i2.594

Abstract

This study aims to determine the antioxidant activity of akar kuning (Arcangelisia flava) stem extract from Central Kalimantan using 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) method. This research includes extraction of simplicia and test of antioxidant activity by DPPH method. Based on the analysis of antioxidant activity on ethanol extract from yellow root plant stem IC50 values of 136.81 ppm were obtained. This IC50 value indicates the antioxidant strength of the yellow root plant stems including in the moderate category. Further research on antioxidant activity in the fraction of akar kuning stems needs to be done to determine the composition of the antioxidant compounds in each solvent.
FTIR and Chemometrics Application on Determination of Total Flavonoid Content of Pasak Bumi Root Extract (Eurycoma longifolia Jack.) Liling Triyasmono; Ana Ulfah; Muhammad Ikhwan Rizki; Khoerul Anwar; Totok Wianto; Heri Budi Santoso
Jurnal Pharmascience Vol 7, No 2 (2020): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v7i2.7923

Abstract

The combination of FTIR and chemometrics is an alternative method on determination of total flavonoid content of pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) root extract. This study aims to determine the method of FTIR and chemometrics can be used for determination of total flavonoid content and determine the total flavonoid content of E. longifolia root extract using FTIR and chemometrics. The samples from three growing area were determined their flavonoid content by colorimetric method and measured their absorbance by FTIR spectrophotometer. The analysis was done by PCA chemometrics to grouping IR spectra based on growing area and PLSR to determine prediction model of total flavonoid content of E. longifolia root extract. The best grouping and prediction model is shown by IR spectra in the range of wavenumbers 1800-1540 cm-1 with  total variation is 99%  and prediction model with equation y = 0.995x + 0.002 (R2 calibration = 0.995; R2 validation = 0.970; RMSEC = 0.008; RMSECV = 0.021). The total flavonoid content of E. longifolia root extract (% b/b ± SD) from Mandiangin, Condong, and Sabuai is 0.225 ± 0.009; 0.437 ± 0.007; and 0.466 ± 0.016 (R2 = 0.995 and RMSEP = 0.008). Based on this, the combination of FTIR and chemometrics can be used to predict the total flavonoid content of unknown E. longifolia root extract
Tanaman dengan Aktivitas Anti-Asma Muhammad Ikhwan Rizki; Lutfi Chabib; Akhmad Nabil; Baharudin Yusuf
Jurnal Pharmascience Vol 2, No 1 (2015): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v2i1.5807

Abstract

Abstrak            Asma merupakan gangguan inflamasi kronis pada saluran pernafasan ditandai episode berulang mengi, sesak nafas, sesak dada, dan batuk.  Berbagai sel inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Masyarakat di Indonesia turun temurun secara tradisional menggunakan bahan alam dalam mengatasi berbagai penyakit. Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder yang memiliki banyak khasiat dalam mengatasi berbagai penyakit disebabkan adanya efek sinergisme antar senyawa metabolit sekunder dan polivalent activity, sehingga memungkinkan mengatasi berbagai penyakit. Berdasarkan hal tersebut, asma dapat diatasi dengan menggunakan bahan alam diantaranya Putri Malu (Mimosa pudica, Linn.), Kelor (Moringa oleifera), Jintan Hitam (Nigella sativa L.), Rumput Fatimah (Labisia pumila), Ciplukan (Physalis minima L), Senggugu (Clerodendrum  serratumat), Jeringau (Acorus gramineus), dan Sirih (Piper betle Linn.). Kata Kunci: Tanaman, Anti-Asma AbstractAsthma is a chronic inflammatory disorder of the airways characterized by recurrent episodes of wheezing, breathlessness, chest tightness, and coughing. Various inflammatory cells play a role, especially mast cells, eosinophils, T lymphocytes, macrophages, neutrophils and epithelial cells. Indonesia people used natural materials to overcome various diseases. Plants can produce secondary metabolites that have many benefits in addressing a variety of diseases caused by the synergism between the effects of secondary metabolites and polivalent activity, making it possible to overcome various diseases. Based on this, asthma can be overcome by using natural medicines including Putri Malu (Mimosa pudica, Linn.), Kelor (Moringa oleifera), Jintan Hitam (Nigella sativa L.), Rumput Fatimah (Labisia pumila), Ciplukan (Physalis minima L), Senggugu (Clerodendrum  serratumat), Jeringau (Acorus gramineus), Sirih (Piper betle Linn.) Keywords: Asthma, Plants