cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Sport and Fitness Journal
Published by Universitas Udayana
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Volume 6, No.1, Januari 2018" : 15 Documents clear
PELATIHAN 12 BALANCE LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DIBANDINGKAN PELATIHAN CORE STABILITY PADA LANSIA DI BANJAR BATU, DESA PERERENAN KECAMATAN MENGWI-BADUNG Ida Ayu Astiti Suadnyana; Ketut Tirtayasa; Muthiah Munawaroh; Luh Made Indah Sri Handari Adiputra; I Putu Adiartha Griadhi; Muh Irfan
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.1, Januari 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.491 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i01.p14

Abstract

Gangguan keseimbangan merupakan masalah umum pada lansia. Masalah yang akan timbul dari gangguan keseimbangan adalah peningkatan risiko jatuh pada lansia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelatihan 12 balance lebih efektif dibandingkan pelatihan core stability dalam meningkatkan keseimbangan.Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental pre and post test two group design. Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling. Sampel penelitian berjumlah 24 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing terdiri dari 12 orang, Kelompok 1 diberikan pelatihan core stability dan Kelompok 2 diberikan pelatihan 12 balance. Pelatihan ini dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 6 minggu. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur keseimbangan menggunakan berg balance scale (BBS) sebelum dan setelah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan skor rerata keseimbangan sebelum intervensi pada Kelompok 1 sebesar 45,42±4,79 dan Kelompok 2 sebesar 44,92±4,27 dengan nilai p=0,227 (p>0,05) serta skor rerata setelah intervensi pada Kelompok 1 sebesar 50,33±4,43 dan pada Kelompok 2 sebesar 52,67±3,31. Hasil menunjukkan adanya peningkatan keseimbangan pada Kelompok 1 sebesar 4,91±0,66 dan pada Kelompok 2 terjadi peningkatan keseimbangan sebesar 7,75±1,21. Uji beda selisih dengan menggunakan mann-whitney u test menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 dimana p=0,000 (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelatihan 12 balance lebih efektif dalam meningkatkan keseimbangan dibandingkan pelatihan core stability pada lansia di Banjar Batu, Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi-Badung.Kata kunci : keseimbangan, core stability, 12 balance, lansia
DYNAMIC NEUROMUSCULAR STABILIZATION LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA BALANCE EXERCISE PADA SISWA USIA 9-10 TAHUN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 11 SUMERTA DENPASAR Santi Bery Hastuti; J. Alex Pangkahila; Muhammad Irfan; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti; I Putu Adiartha Griadhi; Moh Ali Imron
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.1, Januari 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.084 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i01.p05

Abstract

Kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya perubahan pada permainan yang dilakukan anak-anak. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu bermainnya dengan permainan elektronik daripada bermain dengan melakukan aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik dapat mengakibatkan perkembangan keseimbangan menjadi kurang optimal, sehingga meningkatkan resiko terjadinya cedera pada anak-anak. Perkembangan keseimbangan selain dipengaruhi oleh kematangan sistem saraf juga dipengaruhi oleh pengalaman dengan latihan pada tugas dan lingkungan yang spesifik. Penulis melakukan penelitian dengan membandingkan latihan Dynamic Neuromuscular Stabilization dengan Balance Exercise dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak-anak. Penelitian bersifat eksperimental dengan rancangan pre test and post test group design. Sampel 28 siswa SD berusia 9-10 tahun dan nilai keseimbangan dinamis <80, terbagi secara acak menjadi 2 kelompok. Kelompok I mendapatkan perlakuan Dynamic Neuromuscular Stabilization, Kelompok II mendapatkan perlakuan Balance Exercise. Latihan dilakukan 3x seminggu selama 4 minggu. Alat ukur keseimbangan dinamis dengan Y-Balance Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat peningkatan nilai keseimbangan dinamis pada Kelompok I dengan nilai rerata sebelum 77,52 ± 1,67 dan sesudah 88,85 ± 3,39 dengan nilai p<0,05, (2) Terdapat peningkatan nilai keseimbangan dinamis pada Kelompok II dengan nilai rerata sebelum 77,81 ± 2,03 dan sesudah 86,73 ± 1,69 dengan nilai p<0,05, (3) Terdapat perbedaan yang signifikan pada Kelompok I dan Kelompok II dalam peningkatan nilai keseimbangan dinamis dengan nilai p<0,05. Dapat disimpulkan bahwa pemberian Dynamic Neuromuscular Stabilization lebih baik daripada Balance Exercise dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pada siswa usia 9-10 tahun di Sekolah Dasar Negeri 11 Sumerta DenpasarKata kunci: dynamic neuromuscular stabilization, balance exercise, keseimbangan dinamis
KOMBINASI TERAPI ULTRASOUND DAN INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITION TECHNIQUES (INIT)_1 SAMA EFEKTIF DENGAN KOMBINASI TERAPI ULTRASOUND DAN TRANSVERSE FRICTION MASSAGE UNTUK MENURUNKAN NYERI MYOFASCIAL TRIGGER POINT SYNDROME OTOT UPPER TRAPEZIUS Yuniarti N; Dewa Putu Sutjana; Muh. Ali Imron; I Nengah Sandi; Bagus Komang Satriyasa; S.Indra Lesmana
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.1, Januari 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.747 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i01.p10

Abstract

Myofascial Trigger Point Syndrome (MTPs) adalah suatu daerah kecil yang hipersensitif yang mempengaruhi fascia otot upper trapezius. Penggunaan otot dalam posisi statis yang lama, kompresi pada otot dan mekanisme kerja yang buruk pada leher dan bahu dapat mengakibatkan spasme, pemendekan otot, serta gangguan sirkulasi darah yang menyebabkan timbulnya trigger point pada otot yang nantinya dapat menimbulkan MTPs. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kombinasi terapi ultrasound dan metode integrated neuromuscular inhibitation techniques (INIT)_1 lebih efektif menurunkan nyeri pada MTPs otot upper trapezius daripada kombinasi terapi ultrasound dan transverse friction massage. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan randomized pre test and post test group design. Terdapat dua Kelompok sampel, dengan masing-masing Kelompok terdapat 10 sampel. Kelompok 1 diberikan intervensi terapi ultrasound dan integrated neuromuscular inhibition techniques_1 sedangkan kelompok 2 diberikan intervensi terapi ultrasound dan transverse friction massage. Data berupa skala VAS diambil sebelum dan sesudah perlakuan. Perlakuan diberikan selama 6 kali terapi di Klinik Merdeka Medical Centre (MMC) Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan rerata nyeri pada Kelompok 1 dari rerata 5,39±0,70 menjadi rerata 1,64±0,51 dan Kelompok 2 dari rerata 5,83±0,81 menjadi rerata 1,39±0,50 setelah perlakuan. Beda rerata penurunan nyeri dilakukan sebelum dan sesudah intervensi setiap Kelompok menggunakan paired sample t-test didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05). Hasil perbedaan rerata nyeri setelah intervensi kombinasi terapi ultrasound dan integrated neuromuscular inhibitation techniques_1 dan kombinasi terapi ultrasound dan transverse friction massage menggunakan independent sample t-test didapatkan hasil p=0,287 (p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan bermakna intervensi antar Kelompok. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara kombinasi terapi ultrasound dan integrated neuromuscular inhibition techniques (INIT)_1 dengan kombinasi terapi ultrasound dan transverse friction massage untuk menurunkan nyeri pada myofascial trigger point syndrome otot upper trapezius. Diperlukan alat ukur nyeri yang lebih objektif.Kata Kunci : nyeri myofascial trigger point syndrome, otot upper trapezius, terapi ultrasound, integrated neuromuscular inhibition techniques, transverse friction massage.
DEFISIENSI VITAMIN D PADA OBESITAS Luh Putu Ratna Sundari
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.1, Januari 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.997 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i01.p01

Abstract

Peranan vitamin D pada patofisiologi obesitas masih menjadi pro dan kontra di kalangan ilmuwan. Hubungan antara obesitas dengan rendahnya konsentrasi 25 (OH) D3 tampaknya sudah sangat jelas, meskipun mekanisme mengenai rendahnya konsentrasi 25 (OH) D3 masih belum jelas, begitu pula akibat yang ditimbulkan dari rendahnya kadar 25(OH) D3 tersebut. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana metabolism vitamin D yang terjadi pada tubuh penderita obes, sehingga dapat menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya defisiensi vitamin D pada obesitas. Adapun metode penulisannya adalah melalui studi literatur artikel tentang defisiensi vitamin D pada obesitas yang terbit dari tahun 2010-2017. Ada dua teori yang menjelaskan rendahnya kadar vitamin D pada orang obesitas yaitu: teori sekuestrasi dan teori degradasi. Teori Sekuestrasi: menyatakan bahwa individu obese mengalami kegagalan dalam mengkonversi pre vitamin D menjadi vitamin D di jaringan kulitnya, di mana jaringan lemak yang berlebih yang dapat menyita vitamin yang larut dalam lemak sehingga kadar serum 25(OH)D3 menjadi rendah. Teori Degradasi: menyatakan bahwa banyaknya jaringan lemak akan merangsang infiltrasi dari sel-sel imun yang teraktivasi akan menyebabkan inflamasi jaringan adipose dan penurunan (degradasi) vitamin D, yang menyebabkan turunnya kadar vitamin D pada kasus obesitas. Disimpulkan bahwa obesitas berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin D yang rendah di dalam tubuh, teori sekuestrasi dan teori degradasi menjelaskan rendahnya kadar vitamin D pada orang obesitas.Kata kunci: Defisiensi Vitamin D, Teori sekuestrasi dan degradasi, Obesitas.
LATIHAN JALAN TANDEM LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN LANSIA DARIPADA LATIHAN BALANCE STRATEGY I Gusti Ayu Sri Wahyuni Novianti; I Made Jawi; Muthia Munawaroh; I Putu Adiartha Griadhi; Made Muliarta; Muh. Irfan
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.1, Januari 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.834 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i01.p15

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan latihan jalan tandem lebih meningkatkan keseimbangan lansia daripada latihan balance strategy. Metode penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan penelitian Pre and Post Test Two Group Design yang dilakukan pada bulan Januari sampai Februari tahun 2017 dan populasinya adalah lansia di Banjar Umacandi, Desa Buduk, Kecamatan Mengwi dengan umur 60–74 tahun. Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling. Sampel penelitian berjumlah 12 orang pada kelompok 1 dan 2. Pada Kelompok 1 diberikan latihan jalan tandem dan Kelompok 2 diberikan latihan balance strategy. Keseimbangan lansia diukur menggunakan Berg Balance Scale. Hasil penelitian pada Kelompok 1 diperoleh nilai rerata peningkatan keseimbangan sebelum latihan 40,67±4,09 dan setelah latihan 52,50±2,84. Kelompok 2 diperoleh nilai rerata peningkatan keseimbangan sebelum latihan 40,33±3,98 dan setelah latihan 48,83±3,85. Uji beda nilai rerata setelah latihan ditemukan bahwa peningkatan keseimbangan pada Kelompok 1 lebih besar daripada Kelompok 2 dengan dengan persentase sebesar 29% pada Kelompok 1 dan 21% pada Kelompok 2. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa latihan jalan tandem lebih efektif dalam meningkatkan keseimbangan daripada latihan balance strategy pada lansia.Kata Kunci: lansia, keseimbangan, jalan tandem, balance strategy
LUMBOPELVIC STABILIZATION EXERCISE LEBIH MENURUNKAN DISABILITAS DIBANDINGKAN DENGAN WILLIAM’S FLEXION EXERCISE PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK M. Widnyana; Luh Made Indah Sri Handari Adiputra; Wahyuddin -; Bagus Komang Satriyasa; I Made Muliarta; Sugijanto -
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.1, Januari 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (572.686 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i01.p06

Abstract

Pendahuluan: Nyeri punggung bawah (NPB) miogenik adalah perasaan tidak nyaman di daerah punggung bawah yang disebabkan oleh faktor otot itu sendiri atau faktor patologis lainnya yang menyebabkan terjadinya disabilitas. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui lumbopelvic stabilization exercise lebih menurunkan disabilitas dibandingkan dengan William’s flexion exercise pada pasien NPB miogenik. Metode: Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan pre dan post test group design. Subyek dalam penelitian ini adalah pasien yang mengeluh NPB miogenik sebanyak 28 orang yang berumur 30-55 tahun. Subjek terbagi menjadi 2 kelompok, dimana Kelompok 1 (n = 14) diberikan intervensi lumbopelvic stabilization exercise sedangkan Kelompok 2 (n = 14) diberikan intervensi William’s flexion exercise. Diberikan perlakuan 3 kali seminggu selama 4 minggu. Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Level disabilitas diukur dengan modified oswestry disability index. Hasil: Uji Paired Sample T-test data disabilitas pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 didapatkan hasil 17,00+7,20 dan 24,29+9,58 dengan nilai p=0,000 yang menunjukkan pada kedua kelompok terdapat perbedaan yang bermakna. Uji Independent Samples Test Kelompok 1 dan Kelompok 2 menunjukkan hasil p=0,031 yang berarti bahwa ada perbedaan bermakna pada penurunan disabilitas. Simpulan: lumbopelvic stabilization exercise lebih menurunkan disabilitas dibandingkan dengan William’s flexion exercise pada pasien NPB miogenik.Kata Kunci: Nyeri punggung bawah miogenik, Lumbopelvic stabilization exercise, William’s flexion exercise
PENAMBAHAN LATIHAN KOMBINASI CORE STABILITY PADA LATIHAN FOOTWORK MENINGKATKAN KELINCAHAN PEMAIN BULUTANGKIS PUTRI PB. PUMA MAS MADIUN Triyanto Nugroho; Gde Indraguna Pinatih; Muthiah Munawwarah; Luh Made Indah Sri Handari Adiputra; I Putu Adiartha Griadhi; Muh. Irfan
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.1, Januari 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.977 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i01.p11

Abstract

Pendahuluan:Karakteristik permainan bulutangkis yang serba cepat dan eksplosif membuat seorang pemain bulutangkis harus memiliki kondisi fisik dan performa yang baik. Faktor kelincahan sangat dibutuhkan untuk melakukan penguasaan pertandingan sehingga baik dalam melakukan serangan (smash), pertahanan (block), maupun servis. Penambahan latihan kombinasi Core stability pada latihan footwork diharapkan dapat memberikan landasan atau pondasi yang dapat mengontrol posisi dari trunk sampai pelvicsehingga gerakan ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah dapat bekerja secara optimal dalam melakukan perubahan gerak. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui penambahan latihan kombinasicore stability pada latihan footwork lebih baik dibandingkan latihan footwork dalam meningkatkan kelincahan pemain bulutangkis. Metode:Penelitian ini mengunakan rancangan randomized preandpost test two groups design. Penelitian dilaksanakan di PB. Puma Mas Madiun. Subjek sebanyak 30 pasien yang memenuhi kriteria yang ditetapkan peneliti. Kelincahan diukur dengan Agility t testsebelum dan sesudah pelatihan. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Kelompok I diberikan footwork dan Kelompok II diberikankombinasicore stability danfootworkdenganfrekuensi3 kali semingguselama4minggu.Hasil :terjadi peningkatan kelincahanpada Kelompok I dengan nilai rerata sebelum latihan 13,85 detik ± 1,114 menjadi rerata setelah latihan13,20 detik ± 1,163 (p=0,000) dan pada Kelompok II dengan nilai rerata sebelum 13,41detik ± 1,136 menjadi rerata setelah latihan11,64detik ± 1,043(p=0,000). Ini berarti Kelompok I dan Kelompok II sama-sama dapat meningkatkan kelincahan secara bermakna. Dari uji komparasi data dengan Independent t-test menggunakan data selisih pada kedua Kelompok didapatkan nilai (p=0,001). Simpulan : latihan kombinasi core stability dan footwork lebih baik dibandingkan latihan footwork dalam meningkatkan kelincahan pemain bulu tangkis PB. Puma Mas Madiun. Penelitian diharapkan bermanfaat pada pemain bulutangkis di dalam meningkatkan kelincahan pemainbulutangkis.Kata kunci : core stability, footwork, kelincahan, bulutangkis, Agility t test
RENANG LAMBAT GAYA BEBAS LEBIH EFEKTIF MENURUNKAN DENYUT NADI PEMULIHAN DARIPADA SENAM TAI CHI PADA ANGGOTA TNI-AD RINDAM IX/UDAYANA Ni Ketut Dewita Putri; Alex Pangkahila; Syahmirza Indra Lesmana; Nengah Sandi; Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti; M. Ali Imron
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.1, Januari 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.87 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i01.p02

Abstract

Fase pemulihan merupakan bagian yang sangat penting untuk menjaga sistem kardiovaskulertubuh.Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas renang lambat gaya bebas dan senam Tai Chi dalam menurunkan denyut nadi pemulihan pada anggota TNI-AD Rindam IX/Udayana.Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian pre dan post test group design. Teknik pengambilan sampel menggunakan simplerandomsampling.Penurunan denyut nadi diukur menggunakan metode Brouha. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok 1 (n=15) diberikan intervensi renang lambat gaya bebas setelah renang sprint gaya bebas 50 m, sedangkan kelompok 2 (n=15) diberikan intervensi senam Tai Chi setelah renang sprint gaya bebas 50 m. Penelitian ini dilakukan sebanyak 18 kali selama 6 minggu. Analisis statistik dengan Uji Paired sample T-test pada masing-masing Kelompok 1 dan Kelompok 2 sebelum dan sesudah intervensi menunjukkan hasil p = 0,000. Hal ini menunjukkan pada kedua kelompok terdapat perbedaan yang bermakna pada penurunan denyut nadi. Sedangkan uji beda Kelompok 1 dan Kelompok 2 dengan Uji Independent Sampel Test menunjukkan hasil p = 0,000 yang berarti bahwa penurunan denyut nadi pemulihan pada kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang bermakna. Penurunan denyut nadi pemulihan pada Kelompok 1 sebesar 31,47 kali/menit, pada Kelompok 2 penurunan denyut nadi pemulihan sebesar 24,27 kali/menit. Disimpulkan bahwa renang lambat gaya bebas lebih efektif menurunkan denyut nadi pemulihan daripada senam Tai Chi pada anggota TNI-AD Rindam IX/Udayana. Diharapkan untuk melakukan renang lambat gaya bebas untuk mempercepat pemulihan denyut nadi.Kata Kunci :Renang Lambat Gaya Bebas, Senam Tai Chi, Metode Brouha, Penurunan Denyut NadiPemulihan
LATIHAN WALL SITS LEBIH BAIK DARI PADA STATIC QUADRICEPS SETELAH PEMBERIAN TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA OSTEOARTHRITIS GENU DI DENPASAR I Made Wahyu Palguna; I Putu Gede Adiatmika; M.Ali Imron; I Ketut Tirtayasa; Made Indah Sri Handari Adiputra; Mutiah Munawaroh
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.1, Januari 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (528.329 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i01.p07

Abstract

Pendahuluan: Transisi epidemiologi terjadi karena pemerintah berhasil menekan angka penyakit infeksi, namun di sisi lain penyakit yang berkaitan dengan faktor degeneratif meningkat seperti Osteoarthritis genu. Pasien dengan OA genu akan mengalami penurunan aktivitas fungsional akibat dari rasa nyeri yang dirasakan. Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas latihan wall sits dan static quadriceps exercise setelah pemberian Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dalam meningkatkan aktivitas fungsional. Metode: Metode penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan penelitian pre and post test two group design. Sampel sebanyak 26 yang dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing 13 orang. Kelompok 1 diberikan TENS dan latihan wall sits dan Kelompok 2 diberikan TENS dan static quadriceps exercise. Pengukuran aktivitas fungsional meggunakan kuisioer western ontario and mcmaster universities (WOMAC). Hasil: Perbedaan rerata nilai WOMAC sebelum dan setelah intervensi setiap kelompok di uji dengan paired sample t-test, dengan hasil p=0,000 dan beda rerata 12,692±7,052 pada Kelompok 1. Pada Kelompok 2 p=0,000 dengan beda rerata 7,000±1,633. Dari uji beda independent sample t-test didapatkan nilai p=0,022 (p<0,05) setelah intervensi. Simpulan: Disimpulkan bahwa latihan wall sits lebih efektif dari pada static quadriceps exercise setelah pemberian TENS dalam meningkatkan aktivitas fungsional pada Osteoarthritis genu di Denpasar. Saran: Penelitian selajutnya dapat menggunakan alat ukur yang objektif untuk mengetahui peningkatan aktivitas fungsional pada Osteoarthritis genu.Key Word; Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, wall sits, static quadriceps exercise, osteoarthritis.
PENAMBAHAN NERVE STRETCHING LEBIH BAIK DIBANDINGKAN NERVE GLIDING SETELAH MC KENZIE EXERCISE DALAM MENURUNKAN GANGGUAN SENSORIK DAN MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS NERVUS ISCHIADICUS PADA HERNIA NUCLEUS PULPOSUS LUMBAL Fendy Nugroho; I Wayan Weta; Sugijanto -; I Putu Adiartha Griadhi; Bagus Komang Satriyasa; Muh. Irfan
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.1, Januari 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (584.383 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i01.p12

Abstract

Sekitar 65%-80% manusia akan mengalami NPB pada suatu waktu selama hidupnya (lifetime prevalence), bahkan sebagai penyebab yang serius dan persistem untuk timbulnya nyeri dan disabilitas. Frekuensi paling sering terjadi pada usia pertengahan antara 45-65 tahun. Sekitar 95% HNP terjadi pada region lumbal segmen L4-L5 atau L5-S1, area lumbal ini adalah COG tubuh manusia. Proses degeneratif dan traumatik adalah penyebab utama HNP. Tujuan penelitian untuk membuktikan penambahan nerve stretching lebih baik dibandingkan nerve gliding setelah Mc Kenzie exercise dalam menurunkan gangguan sensorik dan meningkatkan fleksibilitas nervus ischiadicus pada kasus HNP lumbal. Penelitian ini dilakukan di RSU Aisyiyah Ponorogo selama 4 Minggu. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan penelitian Randomized Pre and Post Test Group Design, subjek berjumlah 26 orang yang didapat dari populasi dan dibagi menjadi 2 Kelompok, masing-masing Kelompok 13 orang, Kelompok 1 diberikan perlakuan Nerve Stretching setelah Mc. Kenzie exercise sedangkan Kelompok 2 diberikan perlakuan nerve gliding setelah Mc. Kenzie exercise. Ke dua Kelompok diukur nilai gangguan sensorik berupa skor itensitas nyeri menggunakan NPRS-11 point dan nilai fleksibilitas berupa derajad lingkup SLR menggunakan universal goniometer. Hasil penelitan pada rerata selisih nilai intensitas nyeri Kelompok 1=5,85±0,555 dan Kelompok 2=4,92±0,760 dengan nilai p=0,002 (p=<0,05). Pada rerata selisih nilai lingkup SLR Kelompok 1=45,54±2,106 dan Kelompok 2=39,77±4,045 dengan nilai p=<0,001 (p=<0,05). Dapat disimpulkan bahwa penambahan nerve stretching lebih baik dibandingkan nerve gliding setelah Mc Kenzie exercise dalam menurunkan gangguan sensorik dan meningkatkan fleksibilitas nervus ischiadicus pada HNP lumbal.Kata Kunci : nerve stretching, nerve gliding, Mc kenzie, gangguan sensorik dan fleksibilitas HNP lumbal.

Page 1 of 2 | Total Record : 15