cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota cirebon,
Jawa barat
INDONESIA
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI
ISSN : 24425133     EISSN : 25277227     DOI : -
Core Subject : Education,
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI is a peer-reviewed journal that focuses on critical studies of basic education. Investigated the dynamics of learning of children at the primary level / Madrasah Ibtidaiyah (Islamic elementary school). Besides focusing on the development of studies issues of basic education.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 1 (2020): June 2020" : 10 Documents clear
The Analysis of Self-Efficacy and Classroom Management as Contributors to Teacher Personality of Madrasah Ibtidaiyah Fidrayani Fidrayani; Eti Hadiati
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI Vol 7, No 1 (2020): June 2020
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/al.ibtida.snj.v7i1.6147

Abstract

AbstractA teacher's low self-efficacy causes a weak support of personality competencies for success in learning. This study aims to analyze self-efficacy and classroom management on the personality of Madrasah Ibtidaiyah teachers. The subjects of this study were 25 Madrasah Ibtidaiyah teachers in South Tangerang City, Banten Province who already have teaching certificates. Data collection techniques used questionnaires and interviews. Meanwhile the research data were analyzed using descriptive analysis, starting from data reduction, data presentation, and data conclusion. The results showed that Madrasah Ibitidaiyah teachers in South Tangerang have a good competencies, i.e the percentage of good pedagogical competencies was in the range 50%-100%, 80%-100% for good personality competence, 68%-100 % for good social competence, and 96% -100% for good professional competence. Internal locus of control Madrasah Ibtidaiyah teachers in the city of South Tangerang are in the very high, high and medium categories. While external locus of control is in the low category. This shows that the Madrasah Ibtidaiyah teachers had the belief that they are able to face challenges and threats that come from the environment and the ability to solve problems with high confidence so that all problems can be overcome properly. Therefore, the development of teacher's self-efficacy should get more attention, because it is a factor that can support successful learningKeywords: self-efficacy, classroom management, teacher personality. AbstrakEfikasi diri seorang guru yang rendah menyebabkan lemahnya dukungan kompetensi kepribadian terhadap keberhasilan dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efikasi diri dan manajemen kelas terhadap kepribadian guru Madrasah Ibtidaiyah. Subjek penelitian ini sebanyak 25 guru Madrasah Ibtidaiyah di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten yang sudah memiliki sertifikat mengajar. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan wawancara. Sementara itu data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis deskriptif, mulai dari reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru Madrasah Ibitidaiyah di Kota Tangerang Selatan memiliki kompetensi pedagogik yang baik, yakni prosentasenya antara 50%-100%, kompetensi kepribadian yang baik, prosentasenya antara 80%-100%, kompetensi sosial yang baik, prosentasenya antara 68%-100%, dan  kompetensi profesional yang baik pula, yakni prosentasenya antara 96%-100%. Locus of control internal guru madrasah ibtidaiyah di kota Tangerang Selatan berada dalam kategori sangat tinggi, tinggi, dan sedang. Sementara locus of control eksternal dalam kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa guru madrasah ibtidaiyah memiliki keyakinan bahwa ia mampu menghadapi tantangan dan ancaman yang berasal dari lingkungan luar dan mampu menyelesaikan masalah dengan kepercayaan diri yang tinggi sehingga semua masalah dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, pengembangan efikasi diri guru harus mendapat perhatian yang lebih besar, karena merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran.Kata kunci: self-efficacy, manajemen kelas, kepribadian guru.
Improving Reading Comprehension Skills of International Elementary School Students through Blended Learning Olifia Rombot; Endry Boeriswati; M. Atwi Suparman
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI Vol 7, No 1 (2020): June 2020
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/al.ibtida.snj.v7i1.6045

Abstract

AbstractThis study aims to describe the improvement of elementary school students’ reading comprehension skills through blended learning. The population in this study was all fifth grade students of an international school in Serpong, Tangerang. Using a purposive sampling technique, in total 20 foreign students were involved as a sample in this study. Data were collected using tests and observations and then analyzed using the N-Gain test to see the improvement of students’ reading comprehension skills. Descriptive analysis was also performed to see students’ activities during the learning process. The results showed that the average students’ scores on pre-test and post-test increased by 28 points with an average gain of n-gain of 0.84 in a high category. During the learning process, students also looked happy and enthusiastic in learning Indonesian. Learning Indonesian through blended learning was shown to improve the reading comprehension skills of foreign students. Therefore, blended learning can be used an alternative for solving the problem of limited time and the amount of materials that must be learned, thus giving a positive impact on the reading comprehension skills of foreign students learning Indonesian.Keywords: blended learning, reading comprehension, Indonesian, foreign students. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa sekolah dasar melalui pembelajaran blended learning. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas lima suatu sekolah internasional di Serpong, Tangerang. Sementara itu, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 20 siswa asing. Metode pengumpulan data didasarkan pada tes dan observasi. Data hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan uji N-Gain untuk melihat peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa dan analisis deskriptif untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pre-test dan post-test meningkat 28 poin dengan perolehan rata-rata n-gain sebesar 0,84 dengan kategori tinggi. Selain itu, selama proses pembelajaran siswa juga terlihat senang dan antusias dalam belajar bahasa Indonesia. Hal berarti bahwa pembelajaran dengan blended learning dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa asing dalam belajar bahasa Indonesia. Oleh karena itu, pembelajaran dengan blended learning dapat menjadi alternatif dalam menjawab masalah terbatasnya waktu dan banyaknya materi yang harus dipelajari sehingga berdampak pada keterampilan membaca pemahaman siswa asing dalam belajar bahasa Indonesia.Kata kunci: blended learning, pemahaman membaca, bahasa Indonesia, siswa asing.
Internalization of Riau Malay Culture in Developing the Morals of Madrasah Ibtidaiyah Students Syahraini Tambak; Siti Humairoh; Muhammad Ali Noer; Mawardi Ahmad
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI Vol 7, No 1 (2020): June 2020
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/al.ibtida.snj.v7i1.5954

Abstract

Abstract This study aims to describe the internalization of Malay culture in developing the morals of madrasah ibtidaiyah students through the role of the teacher. This type of research is a case study, with interviews and observations used as data collection techniques. Researchers conducted interviews with teachers and principals of madrasah, as well as observing the learning process and madrasah activities for one year. Data were analyzed by reducing the results found, making presentations, and attracting new meanings based on the data found. The results of this study showed that the internalization of Riau Malay culture in developing the morals of students was done through giving advice; giving motivation; giving warning; providing understanding; giving example; communicating with parents; protecting and looking after students; giving training; providing assistance; approaching; controlling; inviting; using learning methods; imposing sanctions; and giving reward. This study concludes that the moral development of madrasah ibtidaiyah students can be done by internalizing Riau Malay culture in the learning process both at school and at home.Keywords: Malay culture, morals, madrasah students, learning process. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan internalisasi budaya melayu dalam mengembangkan moral siswa madrasah ibtidaiyah melalui peran guru. Jenis penelitian ini adalah studi kasus, dengan wawancara dan observasi dijadikan sebagai teknik pengumpulan data.  Peneliti melakukan wawancara kepada guru dan kepala madrasah, serta melakukan observasi proses pembelajaran dan kegiatan madrasah selama satu tahun. Data dianalisis dengan melakukan reduksi terhadap hasil yang ditemukan, melakukan penyajian, dan menarik makna baru berdasarkan data yang ditemukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa internalisasi budaya Melayu Riau dalam membentuk moral (akhlak) siswa yaitu dengan memberikan nasihat; memotivasi; memberikan teguran; memahamkan; teladan; berkomunikasi dengan orang tua; mengayomi dan menjaga peserta didik; memberikan latihan; memberikan bantuan; melakukan pendekatan; mengontrol; mengajak; menggunakan metode pembelajaran; memberikan sanksi; dan memberikan reward. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengeembangan moral siswa madrasah ibtidaiyah dapat dilakukan dengan menginternalisasikan budaya Melayu Riau dalam proses pembelajaran, baik di sekolah maupun di rumah.Kata kunci: budaya melayu, akhlak, siswa madrasah, proses pembelajaran.
The Analysis of Critical Thinking Skills of Primary School Teacher Candidates in Solving Mathematical Problems Ahmad Arifuddin
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI Vol 7, No 1 (2020): June 2020
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/al.ibtida.snj.v7i1.6212

Abstract

AbstractThis study is intend to describe the critical thinking skills of primary school  (MI/SD) teachers candidate and the obstacles they faced in solving mathematical problems. This research is a qualitative research with the research subjects are 36 madrasah ibtidaiyah teacher education students (PGMI), in the fifth semester of IAIN Syekh Nurjati Cirebon. The data collection techniques used are tests and interviews. Meanwhile, the research data were analyzed using descriptive analysis techniques related to critical thinking skills indicators. The results showed that the average of critical thinking ability of primary school teacher candidates in solving mathematical problems especially in geometry material was classified as good, which amounted to 73.57. They are able to formulate problems, determine facts, and use correct evidence in solving mathematical problems. However, most of them have not been able to provide follow-up explanations correctly, thus impacting the difficulty in drawing conclusions. Therefore, a lecturer must be able to build a learning environment that is able to develop their critical thinking to become a qualified teacher.Keywords: critical thinking, mathematics, MI/SD teacher candidate. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis calon guru sekolah dasar (MI/SD) dan kendala yang dihadapi calon guru MI/SD dalam menyelesaikan masalah matematika. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan subyek penelitian yaitu 36 mahasiswa pendidikan guru madrasah ibtidaiyah (PGMI) semester V IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan wawancara. Sementara itu data hasil penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif dengan mengacu indikator kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis calon guru MI/SD dalam menyelesaikan masalah matematika materi geometri tergolong baik, yakni sebesar 73.57. Calon guru MI/SD sudah mampu merumuskan masalah, menentukan fakta, dan menggunakan bukti-bukti yang benar dalam menyelesaikan masalah matematika. Namun demikian, sebagian besar calon guru MI/SD belum mampu memberikan penjelasan lanjutan dengan benar, sehingga berdampak pada kesulitan dalam menarik kesimpulan. Oleh karena itu, seorang dosen harus mampu membangun lingkungan belajar yang mampu mengembangkan pemikiran berpikir kritis calon guru MI/SD, agar kemampuan berpikir kritis calon guru MI/SD meningkat dan menjadi guru yang berkualitas.Kata kunci: berpikir kritis, matematika, calon guru MI/SD.
The Effect of Independence Education in Islamic Boarding School on the Development of Emotional Intelligence of Elementary School Students Lia Pratiwi; Tati Nurhayati; Patimah Patimah; Nur Atikoh
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI Vol 7, No 1 (2020): June 2020
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/al.ibtida.snj.v7i1.5147

Abstract

AbstractThis study was intended to determine the effect of independence education in Islamic boarding schools on the development of emotional intelligence in Qur’ani Islamic Elementary School of Al-Bahjah Cirebon. This research is a quantitative research using the post facto method. The data collection techniques used were observation sheets, questionnaire sheets, and documentation. The research data were analyzed using the determination test. Based on the test of the effect of independence education in Islamic boarding schools on the development of emotional intelligence, this study showed 57.1%, meaning that there is an effect of independence education in Islamic boarding school environment on emotional intelligence of students Qur’ani Islamic elementary school of Al-Bahjah Cirebon while the rest is influenced by other factors. Thus, it is expected that independence education in the boarding school environment can become a role model in the application of independence education in all formal educational institutions so that the children of Indonesia become independent generations who have high emotional intelligence.Keywords: self-reliance, emotional intelligence, Islamic boarding schools. AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kemandirian di pondok pesantren terhadap perkembangan kecerdasan emosional siswa Sekolah Dasar Islam Qur’ani (SDIQu) Al-Bahjah Cirebon. Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif menggunakan metode expost facto. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, angket, dan dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis melalui uji determinasi. Berdasarkan uji determinasi pengaruh pendidikan kemandirian di pondok pesantren terhadap perkembangan kecerdasan emosional dalam penelitian ini menunjukkan 57,1%, artinya terdapat pengaruh pendidikan kemandirian di lingkungan pondok pesantren terhadap kecerdasan emosional siswa SDIQu Al-Bahjah Cirebon. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan demikian, diharapkan pendidikan kemandirian di lingkungan pondok pesantren dapat menjadi role model dalam penerapan pendidikan kemandirian di seluruh lembaga pendidikan formal agar anak-anak bangsa Indonesia menjadi generasi mandiri yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.Kata kunci: kemandirian, kecerdasan emosional, pondok pesantren.
The Analysis of Students’ Learning Obstacles on the Fraction Addition Material for Five Graders of Elementary Schools Irfan Fauzi; Didi Suryadi
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI Vol 7, No 1 (2020): June 2020
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/al.ibtida.snj.v7i1.6020

Abstract

AbstractVarious researchs have explained the students' difficulties in understanding fractions, so the researcher will analyze the student obstacle learning on fraction addition material. The approach used in this research is qualitative with the case study method. The subjects in this study were 5th grade students of Geger Kalong Girang 1-2 elementary school, Bandung City with a total of 29 students. Collecting data in this study using tests, interviews, and documentation. Data analysis uses data reduction, data display, and conclusion drawing/verification. The results of this study found that students experience 1) ontogenic obstacle caused by the students inablity to understand the picture presented so that they are not able to determine the amount of fractions; 2) epistemological obstacle caused by the inability of students to understand fractions as part of the whole and apply the wrong concept in operating fractions; and 3) didactical obstacle caused by informal teaching methods and presentation of teaching materials that did not pay attention to student involvement. This research can facilitates students in understanding fraction addition material and provides an overview to the teacher in making teaching materials and learning design about fraction addition based on learning obstacle.Keywords: learning obstacles, fraction addition, elementary school. AbstrakBerbagai penelitian telah menjelaskan terkait dengan kesulitan siswa dalam memahami pecahan, sehingga peneliti akan menganalisis learning obstacle siswa pada materi penjumlahan pecahan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Geger Kalong Girang 1-2 Kota Bandung dengan total 29 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes, wawancara, dan dokumentasi. Adapun analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa mengalami 1) ontogenic obstacle disebabkan karena ketidakmampuan siswa dalam memahami gambar yang disajikan, sehingga tidak mampu menentukan besaran pecahan pada gambar; 2) epistemological obstacle disebabkan karena ketidakmampuan siswa dalam memahami pecahan sebagai bagian dari keseluruhan dan menerapkan konsep yang salah dalam mengoperasikan pecahan; dan 3) didactical obstacle disebabkan karena cara mengajar guru yang bersifat informal dan penyajian bahan ajar yang kurang memperhatikan keterlibatan siswa. Penelitian ini dapat memfasilitasi siswa dalam memahami materi penjumlahan pecahan dan memberikan gambaran kepada guru dalam membuat bahan ajar dan desain pembelajaran penjumlahan pecahan berdasarkan learning obstacle.Kata kunci: learning obstacle, penjumlahan pecahan, sekolah dasar. 
Managing School Culture on Excellent Elementary School in East Java Indonesia Muhammad Walid; Lutfiya Qomaril Uyun
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI Vol 7, No 1 (2020): June 2020
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/al.ibtida.snj.v7i1.6322

Abstract

AbstractThis research aims to find out how a school culture in an Excellent School in East Java is managed so that it can shape students' characters. This study is descriptive-qualitative approach. The data collection performed through observation, interview, and documentation. The data analysis is conducted by reducing irrelevant data, presenting data and drawing a conclusion. In anlyzing the data validity, researcher used a credibility test by using data triangulation and member check. The research findings indicate that the excellent school culture management process in East Java has several steps such as planning, organizing, implementation, and evaluation. The strategies in developing the school culture are school’s routine activity/habituating, spontaneous activity/habituating, modeling and conditioning. The strategies are applied through modeling, teaching, and reinforcing. It implies that the principal of school play a strong role in student character education.Keywords: management, school culture, excellent school. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebuah budaya sekolah pada sekolah unggulan di Jawa Timur dikelola sehingga dapat membentuk karakter siswa. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, sedang analisis data dilakukan dengan mereduksi, memaparkan dan menyimpulkan. Untuk keabsahan data diuji dengan uji kredibilitas; triangulasi data, dan member check. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengelolaan budaya sekolah unggulan di Jawa Timur memiliki beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengevaluasian. Strategi pengembangan budaya sekolah pada sekolah unggulan diantaranya dilakukan dengan kegiatan rutin di sekolah, aktivitas spontan, keteladanan, dan pengkondisian. Adapun strategi pelaksanaannya menggunakan pemodelan (modeling), pengajaran (teaching), dan penguatan lingkungan (reinforcing). Implikasi dari temuan ini adalah bahwa pengelola sekolah memainkan peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter siswa.Kata kunci: pengelolaan, budaya sekolah, sekolah unggulan. 
Integrated STEM through Project Based Learning and Guided Inquiry on Scientific Literacy Abilities in Terms of Self-Efficacy Levels Hana Lestari; Ima Rahmawati
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI Vol 7, No 1 (2020): June 2020
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/al.ibtida.snj.v7i1.5883

Abstract

AbstractThe research aims to describe and find out the different effects between project based learning models and integrated guided inquiry models with STEM (science, technology, engineering, and mathematics) on students' scientific literacy abilities in terms of self-efficacy levels. The study was conducted at Cibatok 1 Elementary School. The subject of this study is with 52 students of fifth grade . The research method was a quasi-experiment method with the-factorial 3x2 design. Two classes were given treatment, class V-A was given a project based model treatment, while class V-C was given a guided inquiry model treatment. The instruments used consisted of a questionnaire level of self-efficacy and a test of scientific literacy abilities. for measuring validity and reliability. Data analysis was performed with the two-way Anova test. Based on the results of the study, it was found that: (1) there was no difference in the influence of project based learning learning models and guided inquiry on the ability of scientific literacy; (2) there are differences in the ability of scientific literacy among students in high, medium and low levels of self-efficacy; (3) the scientific literacy ability of students with high levels of self-efficacy is better than middle and low levels of self-efficacy; (4) there is an effect of the interaction of learning models with the level of self-efficacy to learn together on students' scientific literacy abilities. The findings of this study are expected to be of practical use for teachers to develop aspects of self-efficacy and students' scientific literacy abilities.Keywords: learning models, scientific literacy ability, self-efficacy, STEM. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pembelajaran dengan model berbasis proyek dan model inkuiri terbimbing terintegrasi STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika) terhadap kemampuan literasi sains siswa ditinjau dari tingkat efikasi diri. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cibatok 1, dengan subjek penelitian siswa kelas V yang berjumlah 52 orang. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain faktorial 3X2. Terdapat dua kelas yang diberikan perlakuan, kelas V-A diberikan perlakuan model berbasis proyek, sedangkan kelas V-C diberi perlakuan model inkuiri terbimbing. Instrumen yang digunakan terdiri dari angket tingkat efikasi diri dan tes kemampuan literasi sains, instrumen tersebut telah melalui uji validitas dan reliabilitas. Analisis data dilakukan dengan uji Anova dua jalur. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa: (1) tidak terdapat perbedaan pengaruh model pembelajaran project based learning dan Inkuiri terbimbing terhadap kemampuan literasi sains; (2) terdapat perbedaan kemampuan literasi sains antara siswa dengan tingkat efikasi diri tinggi, sedang dan rendah; (3) kemampuan literasi sains siswa yang tingkat efikasi diri tinggi lebih baik dari tingkat efikasi diri sedang dan rendah; (4) terdapat pengaruh interaksi model pembelajaran dengan tingkat efikasi diri secara bersama-sama terhadap kemampuan literasi sains siswa. Temuan penelitian ini diharapkan dapat digunakan secara praktis bagi guru untuk mengembangkan aspek self-efficacy dan kemampuan literasi sains siswa.Kata kunci: model pembelajaran, kemampuan literasi sains, efikasi diri, STEM.
Developing Entrepreneurship Education Model in Improving the Skills of Recycling of Elementary School Students Desak Made Dharmawati; Nadiroh Nadiroh; Arita Marini
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI Vol 7, No 1 (2020): June 2020
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/al.ibtida.snj.v7i1.5127

Abstract

AbstractThis study was about developing an entrepreneurial education model in improving the recycling skills of elementary school students as well as to find out the improvement of aspects of knowledge, aspects of attitudes, and aspects of student skills through the entrepreneurship education model. This development research adopted the development design of Borg & Gall. Model validation is done through expert judgment. Model trials were conducted in class V (five) in three elementary schools. Research data obtained through observation, questionnaires, and interviews. The results of this study indicate that the development of entrepreneurship education models in improving students' recycling crafts skills in primary schools based on the results of expert validation by 66.94% with a high category. The entrepreneurship education model developed can also increase the entrepreneurial knowledge aspect by 76.16%, the attitude aspect by 79.84%, and the entrepreneurial skills aspect by 82.64%. This means that the increase in all three aspects is in the high category. Therefore, this entrepreneurship education model can be an alternative in developing entrepreneurship education in elementary schools.Keywords: entrepreneurship education, recycling crafts, elementary school students.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pendidikan kewirausahaan dalam meningkatkan keterampilan kerajinan recycling siswa sekolah dasar sekaligus untuk mengetahui peningkatan aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek keterampilan siswa melalui model pendidikan kewirausahaan tersebut. Penelitian pengembangan ini mengadopsi desain pengembangan dari Borg & Gall. Validasi model dilakukan melalui expert judgment. Uji coba model dilakukan di kelas V (lima) di tiga Sekolah Dasar. Data hasil penelitian diperoleh melalui observasi, angket, dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan model pendidikan kewirausahaan dalam meningkatkan keterampilan kerajinan recycling siswa di sekolah dasar berdasarkan hasil validasi ahli sebesar 66,94 % dengan kategori tinggi. Model pendidikan kewirausahaan yang dikembangkan juga dapat meningkatkan aspek pengetahuan kewirausahaan sebesar 76,16%, aspek sikap sebesar 79,84%, dan aspek keterampilan kewirausahaan sebesar 82,64%. Artinya peningkatan ketiga aspek tersebut dalam kategori tinggi. Oleh karena itu, model pendidikan kewirausahaan ini dapat menjadi alternatif dalam mengembangkan pendidikan kewirausahaan di sekolah dasar.Kata kunci: pendidikan kewirausahaan, kerajinan daur ulang, siswa sekolah dasar. 
Elementary School Teachers’ Perceptions of Digital Technology Based Learning in the 21st Century: Promoting Digital Technology as the Proponent Learning Tools Miftahul Jannah; Lantip Diat Prasojo; Mohammad Adam Jerusalem
Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI Vol 7, No 1 (2020): June 2020
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/al.ibtida.snj.v7i1.6088

Abstract

AbstractThis study aims to identify elementary school teachers’ perceptions of digital based learning in the 21st century. Data of this phenomenological qualitative study were collected through interviews with ten teachers in the Special Region of Yogyakarta, and the validity was tested using source triangulation techniques. The data analysis used descriptive data analysis techniques, including data condensation, data display, and drawing conclusion. The results show that teachers consider digital integration in elementary schools to bring positive changes, both in the process and student learning outcomes. It is proven by student responses in the form of increased motivation, activity, enthusiasm, and critical thinking skills. The findings confirm two things. First, the main factor for the success of digital based learning does not depend on the availability of digital equipments, rather in the competence of the teachers (digital skills, creative thinking, and communication skills). Second, teachers in schools with digital technology infrastructure have better performance in implementing digital based learning than those without the infrastructure. This study has implications for the development trends of the competencies of elementary school teachers. Apparently, digital literacy needs special attention in the development of four teacher competencies. Therefore, teachers can keep up with the era and the tendencies of student characteristics.Keywords: teachers’ perception, digital technology, 21st century learning. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi guru sekolah dasar (SD) tentang pembelajaran berbasis digital abad 21. Data dalam penelitian kualitatif jenis fenomenologi ini dikumpulkan melalui wawancara kepada 10 guru di Daerah Istimewa Yogykarta (DIY) dan diuji keabsahannya melalui teknik triangulasi sumber. Analisis data menggunakan teknik analisis data deskriptif, yang meliputi kondensasi data, penampilan data, dan penarikan kesimpulan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa guru menganggap integrasi digital di sekolah dasar membawa perubahan positif, baik dalam proses maupun hasil belajar siswa. Ini dibuktikan oleh respon siswa, berupa peningkatan motivasi, aktivitas, antusiasme, dan keterampilan berpikir kritis. Temuan penelitian ini menegaskan dua hal. Pertama, faktor kunci keberhasilan pembelajaran berbasis digital bukan terletak pada ketersediaan peralatan digital, melainkan pada kompetensi guru (keterampilan digital, pemikiran kreatif, dan keterampilan komunikasi). Kedua, guru di sekolah dengan infrastruktur teknologi digital mempunyai kinerja yang lebih baik dalam melaksanakan pembelajaran berbasis digital daripada guru sekolah tanpa infrastruktur teknologi digital. Penelitian ini berimplikasi terhadap tren pengembangan kompetensi guru SD. Literasi digital pada akhirnya perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pengembangan empat kompetensi guru, agar guru mampu mengimbangi perkembangan zaman maupun kecenderungan karakteristik siswa. Kata kunci: persepsi guru, teknologi digital, pembelajaran abad 21.

Page 1 of 1 | Total Record : 10