cover
Contact Name
Elida Zairina
Contact Email
elida-z@ff.unair.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jfiki@ff.unair.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 24069388     EISSN : 25808303     DOI : -
Jurnal ini adalah jurnal peer-review nasional, yang diterbitkan dua kali dalam membahas tentang topik-topik hasil penelitian di bidang pelayanan dan praktik kefarmasian, konsultasi masyarakat, teknologi kefarmasian serta disiplin ilmu kesehatan yang terkait dengan erat. Jurnal ini memfokuskan pada area-area berikut: 1. Farmasi Klinis 2. Farmasi Komunitas 3. Farmasetika 4. Kimia Farmasi 5. Farmakognosi 6. Fitokimia
Arjuna Subject : -
Articles 182 Documents
Pengaruh Pemberian Kafein Per Oral terhadap Kadar Gula Darah pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Hiperglikemia Ana Silvi Ni'ma; Gadis Meinar Sari; Lucky Prasetyowati
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 4 No. 1 (2017): Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.717 KB) | DOI: 10.20473/jfiki.v4i12017.6-12

Abstract

Pendahuluan: Kafein adalah zat utama yang terkandung dalam kopi yang merupakan minuman yang digemari oleh masyarakat di seluruh dunia. Pengaruh kafein terhadap kadar gula dalam darah masih belum jelas apakah dapat menaikkan atau menurunkan kadar gula darah. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kafein dapat meningkatkan kadar gula darah melalui efeknya terhadap penurunan sensitivitas insulin. Sebaliknya, penelitian lain membuktikan bahwa kafein dapat memberikan efek perlindungan tubuh terhadap diabetes mellitus melalui pengaruhnya dalam meningkatkan sensitivitas insulin. Tujuan: Untuk mengetahui efek pemberian kafein per oral terhadap kadar gula darah pada tikus normal maupun tikus hiperglikemia. Metode: Penelitian ini menggunakan 36 tikus (Rattus norvegicus) yang dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok tikus hiperglikemia yang diberi perlakuan (K1), kelompok tikus hiperglikemia kontrol (K2), kelompok tikus normal yang diberi perlakuan (K3) dan kelompok tikus normal kontrol (K4). Kelompok perlakuan (K1 dan K3) diberi kafein dengan dosis 3,22 mg/200 gram BB per oral setiap hari selama 3 hari. Kadar gula darah diukur sebelum dan setelah perlakuan. Analisis data menggunakan paired t-test dan effect size yang memberikan hasil signifikan apabila       p < 0,05. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa pemberian kafein secara oral memberikan efek yang signifikan terhadap kadar gula darah tikus normal dan hiperglikemia. Kesimpulan: Efek pemberian kafein terhadap kadar gula darah pada tikus normal dan hiperglikemia sebesar 81,1% dan 97,7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian kafein per oral terhadap kadar gula darah tikus normal dan hiperglikemia dapat meningkatkan kadar gula darah pada tikus normal dan hiperglikemia.
Efektivitas Penggunaan Kombinasi Vitamin B pada Pasien Neuropati Diabetikum Rizaldy Taslim Pinzon; Rosa De Lima Renita Sanyasi
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 5 No. 1 (2018): Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.692 KB) | DOI: 10.20473/jfiki.v5i12018.6-12

Abstract

Pendahuluan: Neuropati diabetikum (ND) adalah salah satu bentuk neuropati yang paling umum dijumpai. Terapi yang ada saat ini lebih ditujukan untuk mengatasi gejala. Pemberian kombinasi vitamin B ditujukan bukan hanya untuk mengendalikan gejala, namun memperbaiki fungsi saraf. Penelitian terdahulu tentang vitamin untuk neuropati diabetika masih terbatas dan belum konklusif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas vitamin B kombinasi terhadap gejala klinis neuropati diabetika dan kualitas hidup (QoL) pada pasien diabetes melitus (DM). Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian observasional pada pasien DM dengan ND. Setiap subjek memperoleh vitamin B kombinasi yang terdiri dari vitamin B1, vitamin B6, dan vitamin B12 dengan dosis masing-masing secara berurutan 100 mg, 100 mg, dan 5 mg. Gejala klinis ND dinilai dengan menggunakan Total Symptom Score (TSS). QoL dinilai dengan menggunakan kuesioner SF-8. Penilaian dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu penilaian awal hingga 3 bulan. Hasil: Total terdapat 104 subjek pada awal penelitian. Tujuh subjek tidak dapat mengikuti penelitian sampai selesai, sehingga tersisa 97 subjek pada akhir penelitian. Terdapat perbaikan berbagai gejala ND, yang meliputi sensasi nyeri tertusuk, sensasi nyeri terbakar, kesemutan, dan rasa kebas/baal, setelah pemberian vitamin B kombinasi. Perubahan tersebut bermakna secara statistik (p < 0,0001). Hal serupa juga tampak pada QoL. Terdapat perbaikan QoL dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik (physical component summary dengan p < 0,0001 dan mental component summary dengan p = 0,0001). Kesimpulan: Vitamin B kombinasi efektif untuk memperbaiki gejala klinis dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien ND.
Profil Pengelolaan dan Ketersediaan Obat Anti Diabetes Oral di Puskesmas Abdul Rahem
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 4 No. 2 (2017): Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.101 KB) | DOI: 10.20473/jfiki.v4i22017.74-79

Abstract

Pendahuluan: Ketersediaan obat di puskesmas merupakan aspek yang sangat penting dalam menjamin kerasionalan penggunaan obat oleh pasien, dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Pengelolaan obat di puskesmas haruslah baik dan benar, karena pengelolaan yang baik dan benar akan menjamin ketersediaan obat sesuai dengan kebutuhan puskesmas. Tujuan: Untuk mengetahui profil pengelolaan dan ketersediaan obat antidiabetes oral pada Puskesmas di Kabupaten Pamekasan. Metode: Desain penelitian deskriptif observasional, metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen. Penelitian ini dilakukan pada 11 puskesmas di Kabupaten Pamekasan. Hasil: Semua puskesmas melakukan perencanaan pada awal tahun dengan menggunakan pola konsumsi sebagai pertimbangan menentukan jenis dan jumlah kebutuhan obatnya. Pengadaan kepada Dinas Kesehatan dilakukan pada saat obat akan habis atau sesuai kebutuhan.  Penyimpanan obat di puskesmas 72,72 % tidak sesuai dengan standar yang berlaku, ketersediaan obat antidiabetes oral dengan kategori aman hanya 23,3%. Kesimpulan: Pengelolaan obat pada 11 puskesmas di Kabupaten Pamekasan belum sesuai dengan standar, dan ketersediaan obat dengan kategori aman hanya 23,3%.
Efektivitas Cairan Kristaloid dan Koloid Pasien Demam Berdarah Anak di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul Baiq Adelina Atbam Munawwarah; Dyah Aryani Perwitasari; Nurcholid Umam Kurniawan
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 5 No. 1 (2018): Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.547 KB) | DOI: 10.20473/jfiki.v5i12018.20-29

Abstract

Pendahuluan: Kunci keberhasilan terapi pada demam berdarah yaitu tercukupinya kebutuhan cairan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam terapi cairan yaitu jenis cairan dan jumlah cairan yang diberikan. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas perbedaan jenis cairan terhadap perbaikan klinis, laboratoris dan lama rawat inap pasien demam berdarah anak di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Metode: Pasien anak demam berdarah yang memenuhi kriteria inklusi diberikan cairan kristaloid (ringer laktat) atau koloid (gelatin) dan dilakukan pemantauan suhu tubuh, hematokrit, trombosit dan lama rawat inap. Hasil dianalisis mengunakan SPSS dengan unpaired t test. Hasil: Kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0,05) terhadap nilai trombosit (24 dan 48 jam pemberian cairan), nilai hematokrit (72 jam pemberian cairan) dan lama rawat inap sedangkan kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p > 0,05) pada gejala demam (suhu tubuh). Kesimpulan: Terapi cairan koloid memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap perbaikan gejala klinis dan laboratoris serta mengurangi lama rawat inap pasien.
Drug Utilization Study of Antibiotics in Bacterial Meningitis (A Retrospective Study in Dr. Soetomo General Hospital, Surabaya, Indonesia) Mareta Rindang Andarsari; Didik Hasmono; Samirah Samirah; Suharjono Suharjono; Dea Ayu Nabilah; Paulus Sugianto
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 4 No. 2 (2017): Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.691 KB) | DOI: 10.20473/jfiki.v4i22017.80-83

Abstract

Background: Meningitis defined as an inflammation of the meninges, a membrane that surrounds the brain. The inflammation is a result from bacterial infection. Central nervous system infection is a medical emergency because of the progressivity and potentially life-threatening. Antibiotics usage become crucial to reduce morbidity and mortality. Objective: This study was aimed to assess the use of antibiotics, prescribed for patients with bacterial meningitis in Neurology Department of Dr. Soetomo General Hospital Surabaya from January 2010 until June 2015. Methods: Retrospective study using medical record of inpatients obtained from January 1st 2010 until June 30th 2015. The inclusion criteria were inpatients with bacterial meningitis (diagnosed by physician using CT scan data, lumbal puncture and clinical signs and symptoms) and prescribed with antibiotics. Patients with antibiotics therapy less than 3 days and infection other than bacterials were excluded. Results: From 85 patients, male to female ratio was 1.66. Meningitis appear to be mostly occured in productive age, 39 (45.88%) in 15 - 29 years old and 40 (47.06%) in 30 - 60 years old. Number of antibiotics prescribed were 130 prescriptions, as single and combination therapy. The most prescribed antibiotic was cephalosporins (97 prescriptions), dominated by 2 g twice daily ceftriaxone with 86 (66.15%) from overall prescriptions. Followed by metronidazole and fluoroquinolons,11 (8.46%) and 8 (6.15%) respectively. In addition, there were 26 prescriptions of combination therapy, mostly ceftriaxone and metronidazole. Conclusion: Bacterial meningitis are mostly treated using ceftriaxone which is an appropriate drug of choice.
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol dan Fraksi Etil Asetat Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) dengan Metode Fosfomolibdat Warsi Warsi; Gita Puspitasari
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 4 No. 2 (2017): Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.578 KB) | DOI: 10.20473/jfiki.v4i22017.67-73

Abstract

Pendahuluan: Aktivitas antioksidan ekstrak etanol dan fraksi etil asetat daun kemangi telah diteliti sebelumnya dengan metode 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Pengujian tentang aktivitas antioksidan dengan mekanisme lain perlu dilakukan, diantaranya ialah daya reduksi terhadap fosfomolibdat, untuk pengukuran daya antioksidan total. Suatu senyawa dikatakan aktif sebagai antioksidan apabila positif terhadap berbagai jenis uji yang mekanismenya berbeda-beda. Daun kemangi (Ocimum basilicum L.) mengandung komponen utama minyak atsiri dengan struktur kimianya yang beragam, senyawa flavonoid dan polifenol yang berpotensi sebagai antioksidan. Perlu dilakukan fraksinasi supaya diperoleh senyawa antioksidan yang lebih spesifik. Tujuan: Penelitian ini berguna untuk mengetahui potensi antioksidan dari ekstrak etanol dan fraksi etil asetat daun kemangi dengan metode fosfomolibdat. Daun kemangi dimaserasi menggunakan etanol 70 %, kemudian difraksinasi dengan etil asetat. Metode: Ekstrak etanol dan fraksi etil asetat dianalisis aktivitas antioksidannya dengan metode daya reduksi fosfomolibdat yang diukur secara spektrofotometri pada λ 695 nm. Potensi antioksidan sampel dinyatakan dalam mg ekuivalen quercetine/g. Hasil: Data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan SPSS 16 pada taraf kepercayaan 95%. Daya antioksidan total ekstrak etanol daun kemangi dengan konsentrasi 1,50; 1,75; 2,00; 2,25; 2,50 dan 2,75 mg/mL berturut-turut ialah 47,292; 54,840; 57,870; 66,640; 77,234 dan 84,754 mgQE/g. Sedangkan daya antioksidan total fraksi etil asetat daun kemangi dengan seri konsentrasi 0,50; 0,65; 0,80; 0,95; 1,10 dan 1,25 mg/mL berturut-turut adalah 44,720; 54,646; 66,936; 73,776; 84,606 dan 94,210 mgQE/g. Kesimpulan: Analisis ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan total fraksi etil asetat lebih tinggi apabila dibandingkan dengan ekstrak etanol daun kemangi.
Pengaruh Suhu dan Jumlah Penyeduhan terhadap Kadar Kafein Terlarut dalam Produk Teh Hijau Kering dengan Metode KCKT Febri Annuryanti; Masruratos Zahroh; Djoko Agus Purwanto
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 5 No. 1 (2018): Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.328 KB) | DOI: 10.20473/jfiki.v5i12018.30-35

Abstract

Pendahuluan: Teh adalah salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia dan memiliki khasiat bagi kesehatan. Selain memiliki manfaat, teh juga mengandung kafein yang dapat memberikan efek samping apabila dikonsumsi secara berlebihan. Efek samping yang ditimbulkan diantaranya insomnia, ansietas, takikardia dan napas yang cepat. Oleh karena itu, saat ini diinginkan teh dengan kandungan kafein yang rendah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek suhu dan jumlah penyeduhan terhadap konsentrasi kafein yang terlarut dari sampel kering teh hijau. Metode: Pada studi ini digunakan tiga macam suhu (50°C, 70°C, 100°C) dan tiga kali pengulangan penyeduhan. Kafein terlarut dianalisa dengan menggunakan kondisi KCKT sebagai berikut: kolom C-18-μbondapak, fase gerak metanol : air : asam asetat 2% v/v (30:65:5) dengan laju alir 0,45 mL/menit. Deteksi dilakukan pada panjang gelombang 272 nm. Parameter validasi yang dilakukan meliputi selektifitas, linieritas, akurasi, presisi, LOD dan LOQ. Seluruh parameter validasi memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Hasil: Kadar kafein tertinggi diperoleh pada penyeduhan pertama pada suhu 100oC dan kadar kafein terendah ditemukan pada penyeduhan ketiga pada suhu yang sama. Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa suhu dan jumlah penyeduhan dapat mempengaruhi kadar kafein terlarut pada teh hijau.
Pengetahuan Siswa Lulusan SMA Terhadap Tugas Apoteker di Berbagai Bidang Kerja Kefarmasian Dinda Monika Nusantara Ratri; Arina Dery Puspitasari
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 4 No. 2 (2017): Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.069 KB) | DOI: 10.20473/jfiki.v4i22017.84-90

Abstract

Pendahuluan: Apoteker adalah profesi kesehatan yang kompeten terkait pengelolaan obat-obatan. Banyak upaya yang dilakukan oleh organisasi profesi agar peranan Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian lebih dirasakan kehadirannya. Siswa lulusan SMA merupakan calon mahasiswa yang akan meneruskan jenjang pendidikan ke tingkat lebih lanjut, sehingga pengetahuan calon mahasiswa terkait sebuah profesi penting diamati untuk mengetahui strategi promosi pendidikan farmasi yang dapat dilakukan. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengamati pengetahuan siswa lulusan SMA terhadap tugas Apoteker diberbagai lingkungan kerja kefarmasian Metode: Studi ini merupakan studi cross sectional dengan metode pengambilan accidental sampling. Total 128 siswa lulusan SMA diberikan kuesioner yang berisi pertanyaan terkait tugas Apoteker diberbagai bidang kerja kefarmasian, selanjutnya hasil kuesioner tersebut dilakukan penilaian terkait tingkat pengetahuan. Hasil: Dari studi ini didapatkan persentase siswa yang memiliki pengetahuan baik terkait perihal yang dipelajari dalam  pendidikan farmasi hanya 37 (28,91%.) responden. Pengetahuan baik tentang pekerjaan kefarmasian yang dilakukan seorang Apoteker paling tinggi adalah dilingkungan kerja pengawasan obat dan makanan yakni sebesar 87 (67,97%) responden, selanjutnya Apotek 85 (66,41%) responden, Rumah Sakit 77 (60,16%) responden  dan Industri 68 (53,12%) responden.  Kesimpulan: Skor pengetahuan siswa lulusan SMA terkait tugas Apoteker tertinggi adalah di area pengawasan obat dan makanan, sedangkan paling rendah di area industri.
Pengaruh Pengetahuan terhadap Penggunaan Obat Parasetamol yang Rasional dalam Swamedikasi (Studi pada Ibu Rumah Tangga di Desa Sumberpoh Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo) Elys Oktaviana; Ika Ratna Hidayati; Liza Pristianty
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 4 No. 2 (2017): Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.146 KB) | DOI: 10.20473/jfiki.v4i22017.44-50

Abstract

Pendahuluan: Obat yang paling banyak digunakan untuk swamedikasi adalah parasetamol. Parasetamol digunakan untuk meredakan nyeri ringan atau sedang dan kondisi demam ringan. Tujuan: Mengetahui pengaruh pengetahuan  terhadap penggunaan obat parasetamol yang rasional dalam swamedikasi pada ibu rumah  tangga di Desa Sumberpoh Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo. Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasi analitik dengan pendekatan studi cross-sectional. Jumlah sampel adalah 84 responden yang dipilih menggunakan purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Analisis ini menggunakan metode regresi linier deskriptif dan sederhana. Hasil: Hasil penelitian yaitu ibu rumah tangga yang memiliki pengetahuan baik (39%), cukup baik (51%), kurang baik dan tidak baik masing-masing (5%). Ibu rumah tangga dengan tindakan positif (58%), sedangkan dengan tindakan negatif (42%). Analisis regresi linier nilai signifikan 0,029 < 0,05, nilai t-hitung 2,217 > 1,663. Nilai Rsquare 0,057, nilai R (0,238), persamaan regresi Y = 16,898 + 0,800x. Kesimpulan:  Pengetahuan berpengaruh  terhadap penggunaan obat parasetamol rasional dalam swamedikasi  pada ibu rumah tangga  di Desa Sumberpoh Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya ibu rumah tangga di desa Sumberpoh, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo disarankan dilakukan penyuluhan tentang penggunaan obat parasetamol yang rasional dalam swamedikasi.
Mutu Produk Madu yang Dijual di Surabaya Eka Aprillia Suhartini; Juniar Moechtar; Asri Darmawati
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 5 No. 1 (2018): Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.676 KB) | DOI: 10.20473/jfiki.v5i12018.45-55

Abstract

Pendahuluan: Madu adalah cairan alami dengan konsistensi kental dan rasa manis yang dikumpulkan oleh lebah madu dari sari bunga atau bagian lain tumbuhan. Produk madu yang dipasarkan harus memiliki nomor registrasi yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) dan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3545-2013. Nomor registrasi produk madu diawali dengan kode ML, MD, TR dan P-IRT. Perbedaan kode awal pada nomor registrasi menunjukkan katagori produsen pengolah produk madu. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui mutu produk madu yang diregistrasi dengan katagori berbeda mengacu persyaratan SNI 01-3545-2013. Metode: Dalam penelitian ini mutu 4 sampel produk madu dibandingkan dengan acuan parameter SNI untuk madu. Setiap sampel produk madu mewakili satu kode awal nomor registrasi. Nama sampel tersebut dipilih secara acak dari beberapa nama produk madu dengan kode awal nomor registrasi yang sama. Parameter SNI yang diuji meliputi: organoleptis, kadar air, kadar abu, kandungan padatan tidak larut air, keasaman, kadar  5-hydroxymethyl-furfuraldehyde (HMF), aktivitas enzim diastase, cemaran logam (Pb,Cd, Hg, As), kadar batas kloramfenikol, cemaran mikrobiologi, kadar gula pereduksi dan sukrosa. Hasil: Resume hasil penelitian ini adalah: sampel dengan kode awal MD dan P-IRT memenuhi persyaratan  parameter SNI, kecuali kadar HMF melebihi batas yang ditetapkan. Sampel dengan kode awal ML memenuhi persyaratan SNI kecuali kadar HMF dam kadar abu. Sampel dengan kode awal TR memenuhi persyaratan SNI kecuali kadar air. Kesimpulan: Semua sampel madu memenuhi 12 dari 13 persyaratan parameter mutu SNI-01-3545-2013.

Page 3 of 19 | Total Record : 182