Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

OPTIMALISASI FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN KEONG BAKAU (Telescopium telescopium) TERHADAP PERTUMBUHAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) Fitri Suxes Sihite; Cut Mulyani; Andika Putriningtias
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 4 No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33059/jisa.v4i1.2447

Abstract

Pertumbuhan merupakan salah satu indicator dalam budidaya perikanan yang dilakukan dalam suatu kurun waktu, didalam budidaya perikanan terdapat syarat-syarat budidaya yang harus terpenuhi dengan baik, diantaranya adalah lingkungan perairan yang baik (kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan ikan yang dibudidayakan), pakan yang diberikan sesuai, dan ikan yang dibudidayakan. Kepiting bakau (Scylla Serrata) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis penting dan bernilai tinggi baik di pasaran. Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan budidaya kepiting adalah ketersediaan pakan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi pemberian pakan yang optimal terhadap pertumbuhan kepiting bakau (Scylla Serrata). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Pada perlakuan 1 dengan frekuensi 2x sehari, perlakuan 2 dengan frekuensi 3x sehari, pada perlakuan 3 dengan frekuensi 4x sehari, pada perlakuan 4 dengan frekuensi 5x sehari. Hasil dari perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, pertambahan berat mutlak, pertambahan panjang mutlak, sedangkan untuk parameter sintasan menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata. Laju pertumbuhan harian tertinggi terdapat pada perlakuan 3 sebesar 12,47%, Pertambahan berat mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan 3 sebesar 3,00 gr. Selanjutnya pada parameter pertambahan panjang mutlak yang tertinggi juga pada perlakuan 1 sebesar 4,22 cm. Kemudian pada parameter efisiensi pakan menunjukkanhasil yang paling baik adalah pada perlakuan 2 dengan EP sebesar 61,70. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa frekuensi pemberian pakan, memberikan pengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan kepiting bakau (Scylla Serrata).
Effect of Temperature Differences on Embryo Development and Hatching of Sea Bass Eggs (Lates calcarifer) Mandalica Simanjuntak; Rosmaiti Rosmaiti; Andika Putriningtias
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Jurnal Ilmu Perairan, Vol. 8: No. 1 (April 2021)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v8i1.3824

Abstract

Suhu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kematian ikan bass pada fase embrio, karena embrio paling rentan terhadap perubahan stres karena embrio masih sensitif. Tujuannya adalah untuk melihat suhu yang optimal dan apakah perbedaan suhu dapat menyebabkan perubahan yang signifikan pada perkembangan embrio, kecepatan tetas, kecepatan tetas dan kelainan pada larva ikan bass. Metode yang digunakan adalah RAL dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu S1 = 26 oC, S2 = 28 oC, S3 = 30 oC, dan S4 = 32 oC. Uji LSD 95% menunjukkan perkembangan embrio pada S4 (32 oC ) .C) menunjukkan tercepat di semua tahap perkembangan embrio, penetrasi tercepat ada di S4 (32 oC) selama 656,6 menit, penetrasi tertinggi pada S2 (28 oC) sebesar 95.258%, kelainan permanen terendah pada S1 (26 o C) sebesar 0%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan suhu media inkubasi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap perkembangan embrio, kecepatan tetas, dan kelainan larva bass laut ( Lates calcarifer ).
PENGARUH PEMBERIAN PERASAN BUAH MENGKUDU (Morinda citrofolia) UNTUK PENGENDALIAN Argulus sp. PADA MEDIA HIDUP IKAN KOMET (Carassius auratus) Andika Putriningtias; Yusnaini Anjani Siregar; Siti Komariyah
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 18, No 1 (2022): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.18.1.7-12

Abstract

Ikan Komet (Carassius auratus) merupakan salah satu ikan hias yang menarik, murah dan selalu memberi konsistensi hasil yang identik dengan induknya. Tetapi ikan tersebut dapat rusak dikarenakan beberapa unsur, salah satu unsur yang berperan untuk kerusakan dan timbulnya penyakit yaitu patogen seperti Argulus sp. Pengendalian Argulus sp. dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik. Namun, pada saat ini penggunaannya dibatasi selain tingginya harga, bila pemberian antibiotik berlebihan juga dapat berdampak negatif terhadap lingkungan dan ikan, maka dicari pengganti dengan menggunakan bahan alami buah mengkudu (Morinda citrofolia). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemberian perasan buah mengkudu dengan dosis yang tepat untuk pelepasan Argulus sp. pada tubuh ikan Komet dan berapa lama Argulus sp. akan mati setelah pemberian perasan buah mengkudu. Diharapkan perasan buah mengkudu dapat bermanfaat bagi kegiatan budidaya ikan komet sebagai salah satu bahan pengendalian parasit yang mudah dicari. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, tiap perlakuan diulang 4 kali sehingga terdiri atas 16 percobaan. Perlakuannya adalah P0 (tanpa perasan buah mengkudu), P1 (4 ml/L), P2 (4,5 ml/L), P3 (5 ml/L). Selain itu dilakukan pengukuran parameter kualitas air seperti suhu, pH dan DO, sebagai data pendukung penelitian. Hasil penelitian yang telah dilakukan selama 15 hari menunjukkan bahwa perbedaan dosis perasan buah mengkudu terhadap pengendalian Argulus sp. tidak berpengaruh nyata terhadap Survival rate ikan Komet dan mortalitas Argulus sp. sedangkan pada waktu dan persentase pelepasan Argulus sp. dan waktu kematian Argulus sp. menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata. Comet Fish (Carassius auratus) is one of the attractive ornamental fish, cheap and always gives consistent results that are identical to the parent. But the fish can be damaged due to several elements, one of the elements that play a role in damage and the emergence of disease is pathogens such as Argulus sp. Control of Argulus sp. This can be done by giving antibiotics, however, at this time their use is limited in addition to the high price, if excessive antibiotics can also have a negative impact on the environment and fish, then a substitute is sought by using natural ingredients from mengkudu fruit (Morinda citrofolia). This study aims to analyze the administration of mengkudu juice with the right dose for the release of Argulus sp. on the body of Comet fish and how long Argulus sp. will die after giving mengkudu juice. It is hoped that the juice of the mengkudu fruit can be useful for comet fish cultivation activities as one of the easy-to-find parasite control materials. This study used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments, each treatment was repeated 4 times so that it consisted of 16 trials. The treatments were P0 (without mengkudu juice), P1 (4 ml/L), P2 (4.5 ml/L), P3 (5 ml/L). In addition, water quality parameters such as temperature, pH and DO were measured as supporting data for the research. The results of the research that had been carried out for 15 days showed that the difference in the dose of mengkudu juice on the control of Argulus sp. did not significantly affect the survival rate of comet fish and the mortality of Argulus sp. while the time and percentage of release of Argulus sp. and the time of death of Argulus sp. show significant results. 
PELATIHAN ENRICHMENT DAPHNIA UNTUK MENINGKATKAN KECERAHAN WARNA IKAN CUPANG (Betta sp.) Andika Putriningtias; Siti Komariyah; Silvia Anzitha
SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 5, No 1 (2021): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v5i1.6433

Abstract

ABSTRAKPermasalahan yang dihadapi mitra adalah rendahnya kualitas warna ikan cupang yang mitra peroleh dari agen, sehingga harga jual ikan cupang juga rendah. Setelah mengetahui permasalahan mitra, tim menawarkan solusi yaitu pelatihan enrichment Daphnia untuk memanipulasi pigmen warna ikan cupang. Tujuan dari pengabdian ini adalah memberikan pelatihan kepada pemuda dan para penggiat ikan cupang di Gampong Teungoh, Kota Langsa tentang enrichment Daphnia sebagai pakan ikan cupang yang dapat meninngkatkan kecerahan warna ikan cupang. Metode yang digunakan adalah sosialisasi dan penjaringan mitra, pemberian materi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecerahan warna ikan cupang serta teknik enrichment pakan ikan cupang dan pelatihan teknik enrichment pakan ikan cupang. Mitra yang mengikuti kegiatan ini adalah pemuda gampong dan penggiat ikan cupang di Gampong Teungoh yang berjumlah 25 orang. Evaluasi keberhasilan pelatihan dihitung berdasarkan kepahaman para peserta terhadap materi pelatihan. Hasil yang dicapai dari pelatihan ini yaitu adanya peningkatan ketrampilan para pemuda dan penggiat ikan cupang dalam meningkatkan warna ikan cupang dan juga adanya peningkatan harga jual ikan yang telah diberikan pakan Daphnia yang telah di enrichment. Kata kunci: astaxhantin; daphnia; ikan cupang; kecerahan warna; pakan alami. ABSTRACTThe problem faced by partners is the low quality of betta fish colors that partners get from agents, so the selling price of betta fish is also low. After knowing the partners' problems, the team offered a solution, namely Daphnia enrichment training to manipulate betta fish color pigments. The purpose of this service is to provide training to youth and betta fish activists in Gampong Teungoh, Langsa City on the enrichment of Daphnia as betta fish food that can increase the brightness of the color of betta fish. The methods used were socialization and partner networking, providing material about the factors that affect the color brightness of betta fish and betta fish feed enrichment techniques and training on betta fish feed enrichment techniques. Partners who participated in this activity were village youth and betta fish activists in Teungoh Village, totaling 25 people. The evaluation of the success of the training is calculated based on the participants' understanding of the training material. The results achieved from this training are an increase in the skills of young people and betta fish activists in increasing the color of betta fish and also an increase in the selling price of fish that have been given enrichment Daphnia feed. Keywords: astaxhantin; daphnia; betta fish; color brightness; natural food
Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Media Pemeliharaan Terhadap Kualitas Air Dan Pertumbuhan Benih Ikan Baung (Mystus Nemurus) Sondang Rosnaria Purba; Cut Mulyani; Andika Putriningtias
Journal of Aquaculture Science Vol 6 No 2 (2021): Journal of Aquaculture Science
Publisher : Airlangga University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31093/joas.v6i2.143

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik pada media pemeliharaan terhadap kualitas air dan pertumbuhan benih ikan baung (Mystus nemurus). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan jumlah probiotik yang ditambahkan yaitu yang terdiri dari perlakuan tanpa penambahan probiotk, perlakuan dengan penambahan probiotik sebanyak 0,5 ml/L, 1 ml/L, 1,5 ml/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air pada masa penelitian tidak berpengaruh dan menghasilkan pertumbuhan panjang mutlak 6,30 cm, pertumbuhan berat mutlak 7,60 gr, survival rate 100%, laju pertumbuhan spesifik 4,78% dan rasio konfersi pakan 3,3%.Kata kunci : Ikan baung, kualitas air, probiotik.ABSTRACTThis research was conducted to find out the effect of probiotics administration on maintenance media on water quality and growth of baung fish seed (Mystus nemurus). The design used in this study was a Complete Randomized Design with 4 treatments of 3 repeats. The treatment given is the difference in the amount of probiotics added that consists of treatment without the addition of probiotk, treatment with the addition of probiotics as much as 0.5 ml / L, 1 ml / L, 1.5 ml / L. The results showed that water quality during the study had no effect and resulted in absolute long growth of 6.30 cm, absolute weight growth of 7.60 gr, survival rate of 100%, specific growth rate of 4.78% and feed confetti ratio of 3.3%. Keywords: Baung fish, water quality, probiotics.
Effect of Temperature Differences on Embryo Development and Hatching of Sea Bass Eggs (Lates calcarifer) Mandalica Simanjuntak; Rosmaiti Rosmaiti; Andika Putriningtias
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Jurnal Ilmu Perairan, Vol. 8: No. 1 (April 2021)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v8i1.3824

Abstract

Suhu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kematian ikan bass pada fase embrio, karena embrio paling rentan terhadap perubahan stres karena embrio masih sensitif. Tujuannya adalah untuk melihat suhu yang optimal dan apakah perbedaan suhu dapat menyebabkan perubahan yang signifikan pada perkembangan embrio, kecepatan tetas, kecepatan tetas dan kelainan pada larva ikan bass. Metode yang digunakan adalah RAL dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu S1 = 26 oC, S2 = 28 oC, S3 = 30 oC, dan S4 = 32 oC. Uji LSD 95% menunjukkan perkembangan embrio pada S4 (32 oC ) .C) menunjukkan tercepat di semua tahap perkembangan embrio, penetrasi tercepat ada di S4 (32 oC) selama 656,6 menit, penetrasi tertinggi pada S2 (28 oC) sebesar 95.258%, kelainan permanen terendah pada S1 (26 o C) sebesar 0%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan suhu media inkubasi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap perkembangan embrio, kecepatan tetas, dan kelainan larva bass laut ( Lates calcarifer ).
Kualitas perairan di daerah pesisir Pulau Ujung Perling, Kota Langsa, Aceh: Water quality in coastal area of Ujung Perling Island, Langsa City, Aceh Andika Putriningtias; Samsul Bahri; Teuku Muhammad Faisal; Antoni Harahap
Habitus Aquatica : Journal of Aquatic Resources and Fisheries Management Vol 2 No 2 (2021): Habitus Aquatica : Journal of Aquatic Resources and Fisheries Management
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/HAJ.2.1.95

Abstract

Pulau Ujung Perling berada di wilayah Kota Langsa merupakan daerah pesisir yang menjadi tempat bagi biota laut untuk mencari makan (feeding ground) dan melakukan pemijahan (nursery ground). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni 2020 di wilayah perairan pulau Ujung Perling. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif eksploratif. Titik pengambilan data dibagi menjadi 4 stasiun, setiap stasiun diambil sebanyak 3 kali ulangan pada pagi, siang dan sore hari. Pengambilan data kualitas air yaitu pH, suhu, dan oksigen terlarut menggunakan multicheker parameter, kedalaman dan kecerahan menggunakan secchi disk, dan salinitas menggunakan refractometer. Pengambilan data seluruh parameter dengan frekuensi seminggu sekali selama 1 bulan. Hasil dari penelitian ini yaitu suhu air berkisar antara 27–30ºC, salinitas berkisar antara 30,1–32 ppt, kedalaman berkisar antara 0,5–5 m, pH 7–8,1, dan DO 5,1–8,2 mg/L.
Condition of Mangrove Forest Vegetation Kuala Langsa, Langsa City, Aceh Suri Purnama Febri; Andika Putriningtias; Teuku Muhammad Faisal
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.922 KB)

Abstract

Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua (Spalding et al., 2010). Mangrove adalah tumbuhan berkayu yang hidup diantara daratan dan lautan daerah pasang surut, kondisi tanah berlumpur dan salinitas tinggi di daerah tropis dan subtropis (Duke et al., 2007). Ekosistem Mangrove merupakan suatu ekosistem khas pada daerah pantai yang memiliki produktivitas tinggi dan berperan sebagai fungsi fisik, ekologis dan ekonomis. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui kondisi vegetasi hutan mangrove di Kuala Langsa, Kota Langsa. Metode pengambian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara Purposive Sampling. Pengamatan terdiri atas 3 stasiun, pada tiap stasiun ditentukan 3 transek/plot. Transek dimulai dari arah laut menuju ke daratan dan tegak lurus garis pantai. Pengukuran dilakukan terhadap pohon (20mx20m), pancang (5m x5m), dan semai (2m x2m) yang meliputi inventarisasi jenis, jumlah individu, diameter dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegetasi di hutan mangrove Kuala Langsa didominasi jenis R.apiculata, baik pada tingkat semai, pancang dan pohon. Selanjutnya pada kawasan hutan magrove Kuala Langsa diperoleh 5 jenis mangrove sejati dan 2 jenis komponen mangrove ikutan.
Community Structure of Crustacean Macrobenthos in Mangrove Vegetation, Tugurejo Village, Tugu District, Semarang City Andika Putriningtias; Rudhi Pribadi; Retno Hartati
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.702 KB)

Abstract

Hutan mangrove mempunyai arti yang sangat penting bagi berbagai jenis biota (ikan, cacing, kepiting, udang, siput, kerang, dan biota lainnya) yang hidup di kawasan mangrove maupun di perairan sekitarnya (Hogarth, 2007). Menurut Saenger (2002), secara fisik, mangrove mampu berperan sebagai penahan abrasi, erosi, gelombang, angin kencang bagi wilayah daratan, pengendali intrusi air laut dan pembangun lahan melalui proses sedimentasi. Penelitian yang dilaksanakan pada Bulan Desember 2009 - November 2010 ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas makrobentos Krustasea di vegetasi mangrove KelurahanTugurejo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-eksploratif. Untuk penentuan titik lokasi penelitian menggunakan purpossive sampling dan pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode survei contoh (survey sampling methods). Krustasea yang ditemukan terdiri dari 21 jenis, 8 famili yang masuk kedalam 3 infraordo yaitu terdiri dari 14 jenis Brachyura, 4 jenis Macrura dan 3 jenis Anomura. Kelimpahan Krustasea di lokasi penelitian rata-rata berkisar 227-316 ind./100m² dan yang tertinggi sebesar 316 (ind./100m2) pada stasiun penelitian A (tepi sungai). Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) berkisar antara 2,46–3,16 sehingga termasuk dalam kategori sedang kecuali Stasiun D yang termasuk dalam kategori tinggi, sementara nilai Indeks Keseragaman (e) berkisar antara 0,82–0,86 dan masuk kategori tinggi. Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0,14–0,23 dan secara umum menunjukkan tidak adanya dominasi jenis. Pola sebaran di lokasi penelitian menunjukkan pola sebaran yang mengelompok/clumped (52,38%), dan sisanya (47,61%) menunjukkan pola sebaran acak/random. Nilai Indeks Kesamaan Komunitas secara umum termasuk kategori rendah (28,57%), sedang (31,5-57,14%) dan kategori tinggi (69,57-88,89%).
Analisis Kelayakan Budidaya Perikanan Air Payau Berdasarkan Analisis Kualitas Air Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Alue Kumba, Kabupaten Aceh Timur Teuku Muhammad Faisal; Andika Putriningtias; Teuku Kusnafizal
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (692.639 KB)

Abstract

Wilayah Aceh Timur sebagian besar merupakan kawasan pesisir, dengan potensi perikanan air payau dan laut khususnya produksi perikanan budidaya adalah terbesar di Provinsi Aceh, oleh karena itu diperlukan pengelolaan secara tepat dan berkelanjutan dalam pengelolaan wilayah pesisir di kabupaten tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan budidaya ikan air payau berdasarkan analisis kualitas air di wilayah pesisir. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode analisis spasial Sistem Informasi Geografis (SIG), sampel parameter perairan dikumpulkan dari 5 titik sampling di perairan tambak. Kualitas air pada perairan tambak yang diukur meliputi 5 parameter yang sangat berpengaruh terhadap komoditas tambak, diantaranya : salinitas; pH; oksigen terlarut; kecerahan air dan kandungan nitrat. Data parameter kualitas air yang diukur pada lokasi penelitian dan kemudian dianalisis dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis dengan metode overlay untuk menghasilkan peta tambak dalam pengembangan budidaya air payau di pesisir Alue Kumba, Kecamatan Rantau Selamat, Kabupaten Aceh Timur. Hasil penelitian pemetaan tambak diwilayah pesisir Alue Kumba, Kabupaten Aceh Timur berdasarkan analisis kualitas air sebagai upaya pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan, maka berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sampel kualitas air sebagaimana digambarkan dalam peta pada hasil penelitian diketahui bahwa dari hasil kajian tersebut pada pengambilan sampel kualitas didapatkan hasil kelayakan dalam usaha budidaya perikanan air payau di pesisir Alue Kumba, dalam hal ini memenuhi syarat sesuai standar baku mutu kualitas air dalam usaha budidaya perikanan air payau.