Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN SEMBILANG (Plotosus canius) DI PERAIRAN LANGSA Nur Fazillah; Agus Putra AS; Muhammad Fauzan Isma
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 6, No 1 (2022): JFMR VOL 6 NO.1
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2022.006.01.8

Abstract

Abstrak: Ikan sembilang (Plotosus canius) adalah ikan konsumsi yang banyak  digemari oleh masyarakat pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa aspek biologi ikan sembilang di perairan estuaria langsa. Jumlah ikan yang diamati sebanyak 100 ekor ikan (78 ekor ikan jantan dan 22 ekor ikan betina). Pengamatan dilakukan pada hubungan panjang berat, faktor kondisi, tingkat kematangan gonad dan kebiasaan makan ikan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan  bahwa ikan sembilang jantan berada pada kisaran 26 – 39 cm dan berat 95 – 280 gr. Sedangkan ikan betina berada pada kisaran panjang 28 – 36,3 dan berat 117 – 214 g. Hubungan panjang berat memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif dimana nilai b= 2.582 untuk jantan dan b= 1.526 untuk betina dengan korelasi mendekati 1 mengindikasikan pola petumbuhan panjang selalu di ikuti dengan pertambahan beratnya (r =0,88) untuk jantan dan (r=0,71) untuk betina. Nilai rata-rata faktor kondisi jantan dan betina 1.1048 dan 1.0102 menunjukkan kondisi jantan lebih baik dari betina. Ditemukan tingkat kematangan gonad sembilang I dan II pada ukuran tubuh yang berbeda. Organisme yang ditemukan dalam saluran pencernaan terdiri atas lima jenis yakni udang, cacing, potongan ikan, kepiting dan tercerna. IP>40% pada jenis makanan udang 42% yang berarti sebagai makanan utama
Komunitas fauna makrozoobentos di kawasan reboisasi mangrove Kepulauan Seribu: faktor lingkungan, distribusi, ekologi komunitas, pola sebaran dan hubungannya Syahrial Syahrial; Chandrika Eka Larasati; Dandi Saleky; Muhammad Fauzan Isma
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 7: No. 2 (October, 2020)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v7i2.2456

Abstract

AbstrakMangrove sangat penting bagi kehidupan biota pesisir dan laut, dimana telah mengalami kerusakan dan juga telah dilakukan rehabilitasi. Kajian komunitas fauna makrozoobentos di kawasan reboisasi mangrove Kepulauan Seribu berdasarkan faktor lingkungan, distribusi, ekologi komunitas, pola sebaran dan hubungannya telah dilakukan pada bulan Maret 2014. Hal ini bertujuan untuk mengetahui faktor lingkungan, distribusi, ekologi komunitas, pola sebaran serta hubungannya. Faktor lingkungan diukur secara in situ, sedangkan fauna makrozoobentosnya dikumpulkan dengan transek garis dan plot. Kemudian ekologi komunitas fauna makrozoobentosnya dilihat berdasarkan indeks keanekaragaman, dominansi maupun keseragaman, sedangkan pola penyebarannya dianalisis dengan indeks morisita serta hubungan antara faktor lingkungan, ekologi komunitas dan pola penyebarannya dianalisis menggunakan regresi linier sederhana. Faktor lingkungan yang diukur tidak begitu berbeda dan juga tidak melebihi baku mutu. Sebanyak 6 spesies dengan 3 kelompok fauna makrozoobentos telah ditemukan di kawasan reboisasi mangrove Kepulauan Seribu. Kemudian indeks keanekaragaman maupun keseragamannya tergolong rendah, dominansinya tergolong tinggi dan pola penyebarannya tergolong seragam (uniform). Selain itu, hubungan antara faktor lingkungan (suhu, salinitas dan DO perairan) dengan indeks keanekaragaman maupun keseragaman berkorelasi positif, sedangkan hubungan antara faktor lingkungan dengan indeks dominansinya berkorelasi negatif. Kemudian korelasi antara faktor lingkungan dengan pola penyebaran berkorelasi positif (membentuk kelompok) dan korelasi antara ekologi komunitas (keanekaragaman dan keseragaman) dengan pola penyebarannya juga berkorelasi positif serta membentuk kelompok.Kata kunci: fauna makrozoobentos; reboisasi mangrove; faktor lingkungan; distribusi; ekologi komunitas; pola sebaran; Kepulauan SeribuAbstractMangrove ecosystems are essential for the life of coastal and marine biota, which have been damaged and have been reforested. Study macrozoobenthos fauna community in mangrove reforestation area of Kepulauan Seribu was conducted in March 2014. This aimed to assess the relationship between environmental factors, distribution, ecology, and distribution patterns of the macrozoobenthos fauna community. The environmental factors were measured in situ, and macrozoobenthos was collected using line and plot transect. The ecology of macrozoobenthos fauna was analyzed based on diversity, uniformity, and dominance index. Distribution patterns were analyzed using Morisita index, and their relationships were analyzed using linear regression. Six species from 3 groups were found in this area. Diversity and uniformity index was classified low, dominance index was high, and the distribution patterns were relatively uniform. In addition, the relationship between the environmental factors (temperature, salinity, and DO) with diversity and uniformity index were positively correlated, and relationship between the environmental factors with dominance index were negatively correlated. The correlation between environmental factors with distribution patterns were positive (form groups), and the correlation between community ecology with distribution patterns were positive.Keywords: community ecology; distribution; Kepulauan Seribu; mangrove reforestation; macrozoobenthos fauna
Development of a Gymnastics Movement through Exploration of the Cultural Values of the Aceh Rampoe Dance in Langsa City Yoki Afriandy Rangkuti; Rizkei Kurniawan; Dedi Andriansyah; Muhammad Fauzan Isma
Kinestetik : Jurnal Ilmiah Pendidikan Jasmani Vol 5 No 2 (2021): JUNI (ACCREDITED SINTA 3)
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jk.v5i2.13154

Abstract

This study is a study that explores cultural values and develops a gymnastic movement that originates from the Aceh Rampoe dance in Langsa City. The research method used is a combination of qualitative research and development (Research & Development) from Brog and Gall. In the part of exploring the cultural values of the Rampoe Aceh dance, qualitative research methods are used with a holistic approach through in-depth interviews and direct observation at dance studios. Historical analysis of this dance is not a traditional Aceh dance that has existed for a long time. accordance with the terminology of the naming "Rampoe" which in Indonesian translation means "mixture", then this is the essence of the Aceh Rampoe dance. This dance is created and developed by combining or a mixture of several types of traditional Acehnese dances, such as the Likok dance, the Saman dance, and the Seudati dance. At each movement and the translation of the meanings contained in the Rampoe dance, it shows a variety of life messages related to the orientation of cultural values, namely first, the connection between the essence of a life of the Acehnese people (MH), and secondly related to the nature of the relationship between the Acehnese people and others. human (MM). A cultural value orientation that leads to the essence of life in oneself which is a creature that is created and has the creator, as well as relationships with other creatures (humans). So it requires a way to remind oneself to build a relationship between the creator and the creator (Allah SWT), which is accommodated by the element of religiosity that is felt in the lyrics of the Rampoe dance which are full of recitations of shahada and Shalawat. The Rampoe dance movement consists of Nyap (bending), moving steps, Rheng (horizontal movement), Asek which is a movement of turning the head from right to left, Ketrip Jaroe which is a movement in the form of snapping fingers, Nyet which is the body resting on the feet, then Dhet namely the movement of shrugging while the hand is slapped to the rhythm of the song, Gudam Kaki, and Puta Taloe, which is moving alternately between dancers.
Komunitas fauna makrozoobentos di kawasan reboisasi mangrove Kepulauan Seribu: faktor lingkungan, distribusi, ekologi komunitas, pola sebaran dan hubungannya Syahrial Syahrial; Chandrika Eka Larasati; Dandi Saleky; Muhammad Fauzan Isma
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, Vol. 7: No. 2 (October, 2020)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aa.v7i2.2456

Abstract

AbstrakMangrove sangat penting bagi kehidupan biota pesisir dan laut, dimana telah mengalami kerusakan dan juga telah dilakukan rehabilitasi. Kajian komunitas fauna makrozoobentos di kawasan reboisasi mangrove Kepulauan Seribu berdasarkan faktor lingkungan, distribusi, ekologi komunitas, pola sebaran dan hubungannya telah dilakukan pada bulan Maret 2014. Hal ini bertujuan untuk mengetahui faktor lingkungan, distribusi, ekologi komunitas, pola sebaran serta hubungannya. Faktor lingkungan diukur secara in situ, sedangkan fauna makrozoobentosnya dikumpulkan dengan transek garis dan plot. Kemudian ekologi komunitas fauna makrozoobentosnya dilihat berdasarkan indeks keanekaragaman, dominansi maupun keseragaman, sedangkan pola penyebarannya dianalisis dengan indeks morisita serta hubungan antara faktor lingkungan, ekologi komunitas dan pola penyebarannya dianalisis menggunakan regresi linier sederhana. Faktor lingkungan yang diukur tidak begitu berbeda dan juga tidak melebihi baku mutu. Sebanyak 6 spesies dengan 3 kelompok fauna makrozoobentos telah ditemukan di kawasan reboisasi mangrove Kepulauan Seribu. Kemudian indeks keanekaragaman maupun keseragamannya tergolong rendah, dominansinya tergolong tinggi dan pola penyebarannya tergolong seragam (uniform). Selain itu, hubungan antara faktor lingkungan (suhu, salinitas dan DO perairan) dengan indeks keanekaragaman maupun keseragaman berkorelasi positif, sedangkan hubungan antara faktor lingkungan dengan indeks dominansinya berkorelasi negatif. Kemudian korelasi antara faktor lingkungan dengan pola penyebaran berkorelasi positif (membentuk kelompok) dan korelasi antara ekologi komunitas (keanekaragaman dan keseragaman) dengan pola penyebarannya juga berkorelasi positif serta membentuk kelompok.Kata kunci: fauna makrozoobentos; reboisasi mangrove; faktor lingkungan; distribusi; ekologi komunitas; pola sebaran; Kepulauan SeribuAbstractMangrove ecosystems are essential for the life of coastal and marine biota, which have been damaged and have been reforested. Study macrozoobenthos fauna community in mangrove reforestation area of Kepulauan Seribu was conducted in March 2014. This aimed to assess the relationship between environmental factors, distribution, ecology, and distribution patterns of the macrozoobenthos fauna community. The environmental factors were measured in situ, and macrozoobenthos was collected using line and plot transect. The ecology of macrozoobenthos fauna was analyzed based on diversity, uniformity, and dominance index. Distribution patterns were analyzed using Morisita index, and their relationships were analyzed using linear regression. Six species from 3 groups were found in this area. Diversity and uniformity index was classified low, dominance index was high, and the distribution patterns were relatively uniform. In addition, the relationship between the environmental factors (temperature, salinity, and DO) with diversity and uniformity index were positively correlated, and relationship between the environmental factors with dominance index were negatively correlated. The correlation between environmental factors with distribution patterns were positive (form groups), and the correlation between community ecology with distribution patterns were positive.Keywords: community ecology; distribution; Kepulauan Seribu; mangrove reforestation; macrozoobenthos fauna
Utilization of the Potential of Microorganism Biotechnology to Increase Fisheries Productivity Among the Community Muhammad Fauzan Isma
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.403 KB)

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki panjang garis pantai 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2. peningkatan produksi perikanan nasional yang diprogramkan Menteri Kelautan dan Perikanan hingga 350% menuntut semua pihak yang terkait berpikir maksimal guna mengoptimalkan segala potensi. Tingkat keberhasilan dalam budidaya perikanan sangat dipengaruhi oleh kemampuan membentuk ekosistem yang mampu mendukung kehidupan ikan yang dipelihara dan penyediaan pakan berkualitas dengan harga yang cukup terjangkau. Pada ekosistem perairan, khususnya lingkungan budidaya ikan, mikroorganisme memiliki peran sangat kompleks dan vital. Seiring meningkatnya taraf pengetahuan masyarakat dan kesadaran budidaya yang berkelanjutan, pola pikir pembudidaya mulai bergeser ke arah optimalisasi peran mikroorganisme sebagai sahabat, dan bukan semata sebagai jasad penyebab masalah yang harus dimusnahkan dari ekosistem budidaya. Hal ini tentunya dapat tercapai apabila pembudidaya mampu mengelola jasad renik tersebut secara benar. Kemampuan mikroorganisme menghasilkan enzim pencernaan dan mengkonversi limbah pertanian menjadi protein juga sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam menyediakan bahan baku pakan alternatif dengan harga yang cukup terjangkau. Pemanfaatan bioteknologi berbasis mikroorganisme secara intensif dalam mengatasi permasalahan limbah budidaya, agen biokontrol, pakan alami, dan agen fermentasi pakan diharapkan mampu mendongkrak produktivitas budidaya perikanan di kalangan masyarakat luas.
Bioeconomic Analysis of Pelagic Fishing Gear Resources in the Meranti Archipelago, Riau Province Muhammad Fauzan Isma
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.13 KB)

Abstract

Berbagai jenis pemanfaatan telah dilakukan dan hasilnya mendatangkan keuntungan dengan nilai ekonomi yang besar. Beberapa negara bahkan sangat diuntungkan oleh sumberdaya perikanan yang mereka miliki, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memperkirakan 75% dari perikanan laut dunia sudah tereksploitasi penuh, mengalami tangkap lebih (overfishing) atau stok yang tersisa bahkan sudah terkuras hanya 25% dari sumberdaya yang masih berada pada kondisi tangkap kurang (DPK Riau, 2013). Untuk memperoleh keuntungan dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya ikan di kabupaten Kepulauan Meranti perlu dilakukan suatu usaha pendekatan yang memperhatikan aspek biologis dan ekonomis, sehingga nelayan dalam melakukan aktifitasnya dapat memperoleh keuntungan secara maksimal tetapi sumberdaya ikan tetap lestari. Untuk itu maka digunakan pendekatan bioekonomi untuk mengestimasi aspek biologi, ekonomi dan sosial dalam melakukan usaha penangkapan ikan. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap dengan pendekatan bioekonomi. Hasil penelitian perikanan tangkap di kabupaten Kepulauan Meranti saat ini menghasilkan produksi (catch) sebesar 509,25 ton/tahun pada saat upaya penangkapan (effort) sebesar 7.773,17 trip/tahun, kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan perikanan tangkap mencapai 98,21 % dari potensi maksimum lestarinya CMSY sebesar 518,52 ton/tahun yang telah melebihi jumlah tangkapan yang diperbolehkan/Total Allowabel Catch (TAC) yaitu 80 %, begitu juga dengan tingkat upaya penangkapan mencapai 90,70 % dari upaya penangkapan lestarinya EMSY sebesar 8.570,62 trip/tahun, maka dapat dinyatakan perikanan tangkap di kabupaten kepulauan meranti telah menuju puncak overfishing dan perlu mendapatkan perhatian yang mutlak terhadap kelestariannya.
Kemunculan Kerang Pharella Acutidens Dikaitkan Dengan Salinitas Perairan Hutan Mangrove Di Perairan Dumai, Provinsi Riau Muhammad Fauzan Isma
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 2 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (655.23 KB)

Abstract

Estuari merupakan zona transisi atau ekoton antara habitat air tawar dan laut dengan sifat fisik dan biologinya yang unik (Odum, 1998). Salah satu keunikan tersebut adalah tingginya bahan organik yang terkandung didalamnya sehingga estuaria menjadi perairan yang sangat produktif sebagai wadah penimbunan bahan organik berupa substrat yang terbawa oleh arus sungai dan laut. Tingginya kandungan bahan organik tersebut menjadikan perairan estuaria sebagai habitat bagi berbagai macam organisme. Dewasa ini hutan mangrove ditetapkan sebagai jalur hijau di daerah pantai dan tepi sungai yang berfungsi mempertahankan tanah pantai dan kelangsungan hidup biota laut seperti ikan, udang, kepiting lakon, siput dan biota lainnya. Salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di hutan mangrove adalah Kerang Pharella acutidens. Kerang ini di Dumai dikenal dengan nama Sipetang dan merupakan salah satu sumber protein bagi penduduk setempat. Kerang ini diberi nama Sipetang oleh penduduk setempat karena sering muncul ke permukaan sedimen pada petang hari, mempunyai daging yang relatif tebal dan enak. Salinitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan kerang Sipetang P. acutidens, tinggi rendahnya salinitas dapat menjadi indikator keberadaan kerang Sipetang P. acutidens di suatu perairan yang dipengaruhi pasang surut. Maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang kemunculan kerang Pharella acutidens yang dikaitkan dengan salinitas akibat pasut pada pagi hari dan sore hari diperairan Dumai Provinsi Riau. Hasil penelitian menunjukkan ada kecendrungan semakin tinggi salinitas perairan maka semakin rendah kemunculan kerang di permukaan dasar perairan dengan rata-rata salinitas 18,92 adalah salinitas yang nyaman untuk muncul akan tetapi bila ditinjau dari determinasi salinitas terhadap kemunculan kerang Pharella acutidens hanya sebesar 4%, maka ada kontribusi sebesar 96% yang berasal dari faktor ekologi lain.
PENGARUH PERBEDAAN SHELTER TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) Fadhlan; Muhammad Fauzan Isma; Muhammad Syahril
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 5 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33059/jisa.v5i1.3547

Abstract

Freshwater crayfish (Cerax quadricarinatus) is a type of shrimp that is widely cultivated in Indonesia and other countries such as Australia, America and England. The high selling price of freshwater crayfish itself is still not comparable to the length of maintenance that takes 6-12 months for lobsters of 50-150 grams / head, and a high mortality rate of up to 30%. The aim of this research is to determine the survival and growth in freshwater crayfish through different shelter treatments. The method used in this study was the CRD method (completely randomized design) with 4 lecturers and 3 replications. In treatment 1 with Paralon pipe shelter, treatment 2 with coconut leaf shelter, treatment 3 with rooster rock shelter and treatment 4 with synthetic grass shelter. The results of the treatment had no significant effect on survival, moulting percentage, absolute weight growth and absolute length growth. There are 3 treatments with a percentage value of 100%, namely the S1, S2, S3 treatment and the lowest in the S4 treatment with a value of 95.83%, the highest moulting percentage is in the S1 treatment which is 0.38% and the lowest is in the S3 treatment which is 0.17 %. The highest absolute weight growth was found in S1 treatment, namely 3.11 gr and the lowest growth in S3 treatment, namely 1.19 gr. The absolute length growth shows the highest result is obtained at S1, namely 0.14 cm, while the lowest absolute length growth is found in S3, namely 0.06 cm.
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS KOI (Cyprinus carpio) Eka Kristina Simamora; Cut Mulyani; Muhammad Fauzan Isma
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 5 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33059/jisa.v5i1.3548

Abstract

Koi fish (Cyprinus carpio) is a cultivated commodity that is in great demand by ornamental fish consumen. The research was conducted to determine the effect of different feeding options on the growth and survival of koi fish (Cyprinus carpio). The method used was a completely randomized design with 4 treatments and 3 replications. In P1 namely the use of pellet feed, P2 of artemia feed, P3 of Daphnia sp. feed, and P4 of silk worms. The parameters observed during the study were absolute length growth (PBM), absolute length growth (PPM) , survival rate (SR), and feed conversion ratio (FCR). The result of these observations had a very significant effect on the absolute length growth with the best treatment found at P4 of 2,34 cm, the growth in absolute weight had a very significant effect with the best treatment found at P4 of 3,41 g, and the feed convertion ratio has a very significant effect with the highest treatment found in P3 of 3,11. But it had no significant effect on the survival rate of koi fish (Cyprinus carpio).
Kinerja Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Depik (Rasbora tawarensis) yang diberi Daphnia sp. dengan Pemberian Pakan yang Berbeda Cut Nur Delima; Cut Mulyani; Muhammad Fauzan Isma
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 5 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33059/jisa.v5i1.3551

Abstract

: Depik fish (Rasbora tawarensis) is a type of freshwater fish that lives in Laut Tawar Lake, Central Aceh Regency. Depic fish is a pelagic endemic fish. This study aims to determine the best feed for (Daphnia sp.) on the growth and survival of depic fish (Rasbora tawarensis) seed. The method used was a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications, namely P1 (Daphnia sp. Given powder pellets). P2 (Daphnia sp. Given yeast feed). P3 (Daphnia sp. Given Spirulina) and P4 (Daphnia sp. Given Green water). Each treatment uses seeds measuring 2-3 cm. The parameters observed during the study were water quality, survival rate (SR), absolute weight growth (PBM), absolute length growth (PPM), and specific growth rate (SGR.The results of observations based on analysis of variance showed that Daphnia sp. Has significant effect (P <0.05) on absolute weight growth, absolute length growth but has no significant effect on specific growth rates and survival. The best treatment for different feeding in this study was P2 (yeast feeding) and P3 (spirulina feeding) treatment.