Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Profil organoleptik sambal segar andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) dan batang kecombrang (Etlingera elatior) muda Netty Maria Naibaho; Novia S Damanik; Anis Syauqi
Journal of Tropical AgriFood Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.2.1.2020.3842.1-7

Abstract

Sambal merupakan salah satu asesori kuliner yang dapat membangkitkan nafsu makan. Sambal andaliman dikenal sebagai sambal khas dari Sumatera Utara. Pada sambal andaliman ini biasanya ditambahkan bunga kecombrang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sambal segar andaliman yang ditambah dengan batang kecombrang muda dalam proses pengolahannya. Desain percobaan sambal segar andaliman ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan adalah rasio andaliman (A) dan batang kecombrang muda (K), yaitu A50% : K35%, A50% : K25%; A50% : K15%; K50% : A35%; K50% : A25%; dan K50% : 15%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio andaliman dan batang kecombrang muda memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air, kadar vitamin C, dan sifat organoleptik hedonik untuk atribut warna, dan rasa dari sambal andaliman, tetapi berpengaruh tidak nyata atribut aroma. Sambal segar andaliman dengan komposisi andaliman 15% dan batang kecombrang muda 50% mendapatkan respons organoleptik hedonik terbaik.
Studi Pembuatan Dodol dengan Konsentrasi Penambahan Salak (Salacca Zalacca) yang Berbeda Iin Mardiani; Farida Aryani; Muh. Yamin; Anis Syauqi
Poltanesa Vol 22 No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.993 KB) | DOI: 10.51967/tanesa.v22i2.896

Abstract

Salak adalah sejenis palma dengan buah yang biasa dimakan, salak termasuk buah yang mudah didapat nyaris sepanjang musim di Indonesia. Nilai ekonomis dari buah salak dapat ditingkatkan dengan mengolahnya menjadi sebuah produk seperti dodol. Dodol termasuk pangan semi basah karena mengandung kadar air 20%. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perhitungan rata-rata dengan 1 faktor yaitu varian, yang terdiri dari 3 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan 1 yaitu menggunakan 750 g salak dan 250 g tepung beras ketan, perlakuan 2 menggunakan 500 g salak dan 500 g tepung beras ketan, dan perlakuan ke 3 menggunakan 250 g salak dan 750 g tepung beras ketan. Pada penelitian ini dilakukan pengujian kadar air, kadar abu, uji vitamin C dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa didapat rata-rata dari ketiga perlakuan yang terbaik pada uji organoleptik rasa yaitu P3 (250 g salak dan tepung beras ketan 750 g) sebesar 3,60 (agak suka), pada aroma yang terbaik yaitu P3 (salak 250 g dan tepung beras ketan 750 g) sebesar 3,44 (agak suka), yang terbaik pada tekstur yaitu P3 (salak 250 g dan tepung beras ketan 750 g) sebesar 3,51 (agak suka) dan yang terbaik pada warna yaitu P1 (salak 750 g dan tepung beras ketan 250 g) sebesar 3,59 (agak suka). Pada kadar air terbaik pada dodol salak yaitu P3 (250 g salak dan 750 g tepung beras ketan) sebesar 17,75% maka sesuai dengan SNI kadar air dodol yaitu 20%. Kadar abu yang terbaik pada dodol salak yaitu P3 (250 g salak dan 750 g tepung beras ketan) sebesar 0,56%, maka sesuai dengan SNI kadar abu dodol yaitu 1,5% dan kadar vitamin C yang terbaik yaitu pada P1 (750 g salak dan 250 g tepung beras ketan) sebesar 3,43 mg/100 g.
Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna Dalam Meningkatkan Produksi Rengginang Di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Netty Maria Naibaho; Andi Lisnawati; Khusnul Khotimah; Rudito Rudito; Anis Syauqi; Mujibu Rahman; Tere Adi Susanti; Hamka Hamka; M. Yamin
Jurnal Inovasi Hasil Pengabdian Masyarakat (JIPEMAS) Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Inovasi Hasil Pengabdian Masyarakat (JIPEMAS)
Publisher : University of Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.646 KB) | DOI: 10.33474/jipemas.v3i1.4465

Abstract

Rengginang is one of the traditional foods of the archipelago that has been consumed as a snack or main food since time immemorial. At the first rengginang is a food made from the rest of rice that does not run out, rather than being wasted in rice, it is processed into savory and crunchy food in the form of rengginang. Usually the processing is very simple, it is only dried by drying and frying and can be consumed immediately. Along with the time the tasty and crunchy food is very popular with consumers, so that the prestige of rengginang extends among the community and becomes one of the business opportunities for the culprit, especially the housewife, namely Mrs. Darmini. This science and technology for the community has a positive effect on partners and other business people that the importance of using simple technology is effective, thus increasing the production process of rice. The introduction and administration of a sealer is also very important to maintain the quality of the rengginang. Besides that, the need for legality of business such as P-IRT to ensure food security for consumers. This science and technology activity for the community is expected to continue as an effort to provide coaching and mentoring for micro-businesses that have the prospect of being able to survive and develop in the future
PEMANFAATAN LIMBAH SABUT KELAPA (Cocos nucifera L.) SEBAGAI KOMPOS DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR EM4 Daryono Daryono; Rusmini Rusmini; Yuanita; Nur hidayat; Riama Rita Manullang; Arief Rahman; Rusli Anwar; Anis Syauqi
JURNAL AGRIMENT Vol 7 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.314 KB) | DOI: 10.51967/jurnalagriment.v7i1.1173

Abstract

This The background of this research is waste from coco coir with bioactivator EM4, the manufacture of solid fertilizer utilizing waste from coco coir that is not treated properly has quite an impact on environmental pollution. Solid organic fertilizer is the decomposition of organic matter by a complex compound reform process with the help of microorganisms. The purpose of this study was to measure the time of making solid organic fertilizer, to analyze the nutrient content of N, P, K, C-organic, C/N ratio and pH. The research was conducted on Jl. Samratulangi ex. Gunung Panjang, Kec. Keledang River, East Kalimantan Province. This research lasts for 2 months from January to February 2021. The results of the study, the length of time in the P1 fertilizer treatment was finished on the 16th day while the P2 fertilizer had been finished on the 21st day. Analysis of the nutrient content in the P1 treatment was N total 0.084% , P total 0.0301%, K total of 0.03994 % , C/N ratio was 52.10, and P2 treatment, namely N total 0.098 %, P total 0.0403 %, K total 0.06534 %, C/N ratio 45.9, did not meet the Quality Standards of the Regulation of the Minister of Agriculture of the compost requirements number 261/Permentan/ SR.310/4/2019, while the total P1 C-organic content was 0.44,512 %, pH was 5.38 and P2 C-organic total was 45.032 %, pH 5.74 already meets the Quality Standards of the Regulation of the Minister of Agriculture for compost requirements number 261/Permentan/SR.310/4/2019
Pemanfaatan Limbah Kulit Nanas (Ananas comosus L.) Menjadi Bioetanol dengan Penambahan Ragi (Saccharomyces cerevisiae) yang Berbeda Anis Syauqi
Buletin Loupe Vol 16 No 02 (2020): Edisi Desember 2020
Publisher : Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (789.897 KB) | DOI: 10.51967/buletinloupe.v16i02.256

Abstract

Sumber energi terbesar yang masih digunakan saat ini adalah sumber energi yang berbasis bahan bakar fosil yang sifatnya tidak dapat diperbaharui. Untuk itu dibutukan sumber energi alternatif yang dapat menggantikan sumber energi. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan ragi yang berbeda terhadap rendemen, pH, kadar alkohol dan uji nyala pada pembuatan bioetanol dari kulit nanasPenelitian ini menggunakan satu faktor tiga perlakuan dengan perbedaan penambahan ragi yaitu 75 gram, 100 gram, 125 gram selama 4 hari fermentasi. Parameter yang diamati adalah rendemen yang dihasilkan, pH, kadar alkohol, dan pengujian nyala pada hasil distilasi yang didapatkan. Dalam penelitian ini dilakukan uji rendemen,uji pH, uji kadar alkohol, dan uji nyala.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rendemen bioethanol yang dihasilkan tertinggi pada penambahan ragi 75 gram yaitu 3,18%, uji pH yang mendekati SNI yaitu pada penambahan ragi 75 gram yaitu 4,10, uji kadar alkohol pada penambahan ragi 100 gram yaitu 49,00%, dan uji nyala yang dilakukan pada ketiga perlakuan menunjukan bahwa ketiganya mengandung alkohol karena ketika dibakar menghasilkan nyala api yang cepat hilang.
Pengaruh Proporsi Jumlah Buah Pepaya dan Tepung Tapioka Terhadap Sifat Kimia dan Tingkat Kesukaan Kerupuk yang Dihasilkan Anis Syauqi
Buletin Loupe Vol 17 No 02 (2021): Edisi Desember 2021
Publisher : Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (726.336 KB) | DOI: 10.51967/buletinloupe.v17i02.901

Abstract

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu komoditas buah yang memiliki banyak fungsi dan manfaat, mengandung nutrisi yang baik serta harga yang relatif terjangkau dibandingkan buah lainnya. Pengolahan buah pepaya menjadi kerupuk juga bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomis serta memperpanjang masa simpan dari buah papaya karena buah papaya memiliki masa simpan yang relatif cukup singkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat kimia (kadar air, kadar abu dan serat kasar) dan tingkat kesukaan panelis terhadap kerupuk buah papaya yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan Perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini ada pada komposisi perbandingan antara tepung tapioka dengan buah pepaya. Pada P1 tepung tapioka sebanyak 560 gram dan buah pepaya sebanyak 140 gram, pada P2 tepung tapioka sebanyak 490 gram dan buah pepaya sebanyak 210 gram, pada P3 tepung tapioka sebanyak 420 gram dan buah pepaya 280 gram, dan pada P4 tepung tapioka sebanyak 350 gram dan buah pepaya 350 gram. Melakukan 3 kali pengulangan, maka banyaknya formula pada penelitian ini berjumlah 12 sampel percobaan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji kadar air tertinggi pada perlakuan P4 dengan nilai rata-rata 9,75%. Kadar abu yang tertinggi pada perlakuan P4 dengan nilai rata-rata 2,57%. Kadar serat kasar tertinggi pada perlakuan P4 dengan nilai rata-rata 6,85%. Nilai tertinggi organoleptik warna pada perlakuan P2 dengan nilai 3,77 pada skala (suka). Nilai tertinggi organoleptik aroma pada perlakuan P2 dengan nilai mencapai 3,59 pada skala (suka). Nilai tertinggi organoleptik rasa pada perlakuan P2 dengan nilai 3,67 pada skala (suka). Dan nilai tertinggi pada organoleptik tekstur pada perlakuan P3 dengan nilai mencapai 3,57 pada skala (suka).
Sifat Kimia Biji Kakao (Theobroma cacao L.) dengan Penambahan Ragi Roti Instan pada Konsentrasi Ragi dan Waktu Fermentasi yang Berbeda Anis Syauqi; Ahmad Zamroni
Jurnal Loupe Vol 18 No 02 (2022): Edisi Desember 2022
Publisher : Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/buletinloupe.v18i02.1779

Abstract

Kakao merupakan salah satu komoditas yang memegang peranan cukup penting di Indonesia saat ini, salah satunya sebagai sumber devisa negara. Salah satu proses yang sangat berperan penting pada kualitas biji kakao yang dihasilkan adalah proses fermentasi. Fermentasi merupakan tahapan pengolahan yang sangat vital untuk menghasilkan cita rasa cokelat yang baik. Fermentasi juga berperan dalam perkembangan aroma dan rasa serta pengurangan rasa sepat dan pahit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat kimia pada biji kakao dengan melakukan pengujian total kadar gula, total kandungan asam, dan pH. Metode penelitian ini menggunakan perhitungan rata-rata dengan dua faktor perlakuan yaitu, faktor pertama adalah waktu fermentasi yang berbeda dan faktor kedua adalah penambahan ragi roti instan yang berbeda. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan kandungan total kadar gula yang tertinggi yaitu 3,67% pada perlakuan dengan waktu fermentasi selama 3 hari dan penambahan ragi roti instan sebanyak 0% (W0R0), total kandungan asam yang tertinggi yaitu 1,45% pada perlakuan dengan waktu fermentasi selama 6 hari dan penambahan ragi roti instan sebanyak 0,5% (W1R1), dan pH yang tertinggi yaitu 4,75 pada perlakuan waktu fermentasi selama 3 hari dengan penambahan ragi roti instan sebanyak 0,5% (W0R1).
Penapisan Fitokimia Limbah Padat Penyulingan Minyak Nilam (Pogestemon heyneatus) Farida Aryani; Nur Maulida Sari; Anis Syauqi; Periani Paurru; Ahmad Zamroni
Jurnal Loupe Vol 18 No 02 (2022): Edisi Desember 2022
Publisher : Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/buletinloupe.v18i02.1889

Abstract

Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri. Seiring meningkatnya produksi minyak nilam, kuantitas limbah nilam pada industri penyulingan minyak nilam pun semakin banyak. Besarnya volume limbah hasil penyulingan minyak nilam seringkali menjadi masalah bagi pihak industri usaha penyulingan sendiri maupun lingkungan masyarakat di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen senyawa metabolit sekunder yang masih terkandung dalam limbah penyulingan minyak nilam. Ekstraksi senyawa metabolit sekunder dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 95 % selama 48 jam. Analisis fitokimia dilakukan secara kualitatif dengan metode kolorimetri untuk menguji kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid dalam residu penyulingan minyak nilam. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak nilam dari limbah penyulingan mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid. Hal ini menunjukkan bahwa komponen senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam daun nilam tidak hilang meskipun telah mengalami proses penyulingan sebelumnya. Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi para peneliti untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai bioaktivitas dari ekstrak limbah padat penyulingan minyak nilam.
Pemanfaatan Limbah Ampas Tahu Menjadi Pupuk Organik Padat Menggunakan Bioaktivator Mikroorganisme Lokal Nasi Basi Daryono Daryono; Rusmini; Nur Hidayat; Yuanita; Riama Rita Manullang; Zainal Abidin; Rusli Anwar; Silvi Dwi Mentari; Roby; La Mudi; Faradilla; Anis Syauqi
Buletin Loupe Vol 19 No 01 (2023): Edisi Juni 2023
Publisher : Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/buletinloupe.v19i01.2440

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi banyaknya limbah ampas tahu yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat hannya sebagai limbah yang terbuang, dengan adanya penelitian ini mencoba menggunakan bioaktivator mikroorganisme nasi basi sebagai bahan fermentasi. Tujuan penelitian ini adalah: 1).Mengamati sifat fisik pembuatan pupuk organik padat (Kompos). 2).Menganalisa kandungan unsur hara pupuk organik padat N, P, K, C-organik, C/N Rasio dan pH. 3).Membandingkan hasil unsur hara Standar Mutu Pupuk Organik padat Peraturan Menteri Pertanian syarat kompos nomor 261/Permentan/SR.310/4/2019SNI 2019. 4).Penghitungan lama waktu jadinya pupuk organik padat dari limbah ampas tahu. Dari hasil penelitian ini Sifat fisik pupuk organik padat setelah matang adalah: suhu mencapai 26◦C, terjadi perubahan warna yang awalnya putih berubah menjadi coklat tua serta tidak beraroma menyerupai warna tanah. Hasil analisis kandungan unsur hara makro untuk perlakuan T1 adalah sebesar N 2.123 %, C-Organik 41.768, C/N rasio 19.675 % pH.5.69 dan Unsur hara perlakuan T2 yaitu C-Organik 44.304, C/N rasio 23.344% dan pH.5.78, sudah memenuhi Standar Mutu Pupuk Organik padat Peraturan Menteri Pertanian syarat kompos nomor 261/Permentan/SR.310/4/2019, sedangkan unsur hara perlakuan T1 yaitu P 0.034 %, K 0.033 %, dan unsur hara perlakuan T2 yaitu N 1.898 %, P 0.029 %, K 0.019 % belum memenuhi standar Permentan pupuk kompos padat nomor 261/Permentan/SR.310/4/2019. Lama waktu proses pembuatan pupuk organik padat limbah ampas tahu T2 matang di hari ke-15 lebih cepat dari T1 yang matang di hari ke-18.
Karakteristik Kimia dan Fisika Biji Kakao (Theobroma cacao l.) Hasil Fermentasi Wadah Kotak Kayu dan Wadah Plastik Anis Syauqi; Ahmad Zamroni
Buletin Loupe Vol 19 No 01 (2023): Edisi Juni 2023
Publisher : Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/buletinloupe.v19i01.2449

Abstract

Kakao merupakan salah satu komoditas yang memegang peranan cukup penting di Indonesia saat ini, salah satunya sebagai sumber devisa Negara. Salah satu proses yang sangat berperan penting pada kualitas biji kakao yang dihasilkan adalah proses fermentasi dan proses pengeringan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik kimia dan fisik biji kakao (Theobroma cacao L.) hasil fermentasi wadah kotak kayu dan wadah plastik. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu perhitungan rata-rata, yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan 1 menggunakan kotak kayu pengadukan 24 jam, perlakuan 2 kotak kayu pengadukan 48 jam, perlakuan 3 wadah plastik pengadukan 24 jam, perlakuan 4 wadah plastik pengadukan 48 jam. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah uji kadar air, kadar lemak, asam lemak bebas, dan kadar kulit biji. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukan kandungan kadar air dengan wadah kotak kayu pengadukan 24 jam sebesar 5,26%, wadah kotak kayu pengadukan 48 jam sebesar 5,53%, wadah plastik pengadukan 24 jam sebesar 5,22% dan wadah plastik pengadukan 48 jam sebesar 5,42%. Kandungan kadar lemak dengan wadah kotak kayu pengadukan 24 jam sebesar 26,87%, wadah kotak kayu pengadukan 48 jam sebesar 28,31%, wadah plastik pengadukan 24 jam sebesar 23,52% dan wadah plastik pengadukan 48 jam sebesar 28,01%. Kandungan asam lemak bebas yaitu wadah kotak kayu pengadukan 24 jam sebesar 0,39%, wadah kotak kayu pengadukan 48 jam sebesar 0,40%, wadah plastik pengadukan 24 jam sebesar 0,38% dan wadah plastik pengadukan 48 jam sebesar 0,40%. Kandungan kadar kulit biji yaitu wadah kotak kayu pengadukan 24 jam sebesar 11,18%, wadah kotak kayu pengadukan 48 jam sebesar 11,35%, wadah plastik pengadukan 24 jam sebesar 11,05% dan wadah plastik pengadukan 48 jam sebesar 11,22%.