Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Budidaya Jamur Tiram Putih (Pluoretus ostreatus) sebagai Upaya Perbaikan Gizi dan Meningkatkan Pendapatan Keluarga Rosmiah, Rosmiah; Aminah, Iin Siti; Hawalid, Heniyati; Dasir, Dasir
Altifani Journal: International Journal of Community Engagement Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/altifani.v1i1.3008

Abstract

Jamur tiram (Pluoretus ostreatus) termasuk organisme saprofit yang hidup di atas media organik yang sudah lapuk atau mati.  Nutrisi yang dibutuhkan selama pertumbuhan jamur  yaitu: fosfor, belerang, kalium, karbon yang telah tersedia dalam jaringan kayu yang sudah lapuk tetapi dalam jumlah yang sedikit, maka macam media tanam dan lama pengomposan (inkubasi) sangat mempengaruhi nilai nutrisi dan keberhasilan budidaya jamur tiram. Nutrisi dalam jamur tiram sangat baik bagi tubuh manusia dan dalam memenuhi gizi keluarga, diantaranya 19-35 % protein, 9 asam amino, 72%  lemak  tak jenuh dan kandungan serat yang tinggi (7,4 – 24,6 %). Disamping sebagai obat kolesterol, kanker, AIDS juga anti bakteri merugikan, anti virus dan meningkatkan kekebalan tubuh. Kegiatan penyuluhan dan menanam jamur dilakukan di Kelurahan Desa Sungai Dua, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin
Penerapan IPTEKS Produk Kemplang Panggang Berkalsium di UMKM Ibu Permayanti Desa Pantai Dasir, Dasir; Asiati, Diah Isnanini; Yuniarti, Erliza; Suyatno, Suyatno
Altifani Journal: International Journal of Community Engagement Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/altifani.v1i1.3007

Abstract

Kemplang panggang atau kemplang tunu adalah makanan  tradisional yang disukai masyarakat karena memiliki rasa gurih, dan aroma khas. Bahan baku kemplang panggang adalah ikan giling dan tepung tapioka dan  garam dapur. Kendala  aspek produksi pada kemplang panggang adalah ikan bersifat musiman, penggiling ikan masih manual, kesulitan penjemuran saat penghujan, ukuran tidak seragam dan aspek  kesehatan. Guna mengatasi permasalahan tersebut tim pengabdian masyarakat mengusulkan: 1) pembuatan dan penyimpanan ikan giling/surimi 2) Pembuatan pengering berbasis solar cell dengan Teknologi Tepat Guna (TTG) 3) mengganti mesin giling ikan manual dengan giling elektrik 4) Penggunaan cetakan kemplang 5) Penggunaan pakain kerja yang hygiene (clemek, masker, penutup kepala dan sarung tanggan). Tujuan Program Kemitraan Masyarakat  adalah Transfer knowladge hasil penelitian, membina UMKM dan membantu mengatasi persoalan yang dihadapi  UMKM.Hasil kegiatan ini mitra telah melakukan perubahan-perubahan pada aspek produksi dan hygiene sanitasi: 1) Penggunaan mesin giling ikan elektrik 2) penggunaan freezer untuk penyimpanan surimi/ikan giling sehingga peningkatan  produktivitas mitra sampai dengan 150% 3) penggunaan pengering surya cell saat musim penghujan 4) Penggantian peralatan berbahan plastik daur ulang dengan perlatan stainless 5) Penggunaan pakain kerja (tutup kepala, clemek dan sarung tangan).
KARAKTERISTIK KIMIA, FISIKA DAN INDRAWI SURIMI IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus L.) DENGAN JENIS DAN WAKTU PENYIMPANAN DINGIN Suyatno, Suyatno; Dasir, Dasir
Edible: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Teknologi Pangan Vol 7, No 1 (2018): Edible: Jurnal Penelitian Ilmu dan Teknologi Pangan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jedb.v7i1.1652

Abstract

ABSTRACT Surimi is a semi-finished product that can be processed into several advanced products as pempek, kamaboko, chikuwa whose specification demands splinting (spingines). The study aimed to study changes in chemical, physical and sensory characteristics of surimi  mujair fish (Oreochromis mossambicus L.) due to the effect of old and cold storage types. The research method used is Split Plot design. The first factor (main plot) is a type of cold storage (P), ie: P1 uses a freezer and P2 uses Ice. The second factor (plot) is the storage period (W), ie: W0 = 0 days, W1 = 3 days, W2 = 6 days, and W3 = 9 days. The results showed the lowest water content, highest protein content, highest pH and lowest EMC power were found in P1W0 interaction (freezer storage type and 0 day storage) with an average value of 76.38%. 16.92%, 6.67 and 13.84% respectively. The highest surge rate value for surimi color on P1W3 (type of freezer storage and 9 day storage) with an average value of 3.95, the aroma of P1W0 interaction with an average value of 3.40 and the highest preferred level of the level of elasticity is in the interaction P1W0 with an average value of 0.39 (chewy criteria). ABSTRAK Surimi merupakan produk setengah jadi yang dapat diolah menjadi bebrapa produk lanjutan seperti pempek, kamaboko, chikuwa yang spesifikasinya menuntut kelenturan (spingines). Penelitian bertujuan untuk mempelajari perubahan karakteristik kimia, fisika dan inderawi surimi ikan mujair (Oreochromis mossambicus L.) akibat pengaruh lama dan jenis penyimpanan dingin. Metode penelitian yang digunakan adalah  Rancangan Petak Terbagi  (Split Plot design). Faktor Perlakuan utama adalah jenis penyimpanan dingin (P), yaitu : P1  menggunakan freezer  dan P2  menggunakan Es. Faktor kedua adalah lama pembekuan (W), yaitu : W0= 0 hari, W1=3 hari, W2 = 6 hari, dan W3=9 hari. Hasil penelitian menunjukkan kadar air terendah, kadar protein tertinggi,  pH tertinggi dan  daya EMC terendah terdapat pada  interaksi P1W0 (jenis penyimpanan freezer dan penyimpanan 0 hari) dengan nilai rata-rata 76,38%. 16,92%, 6,67  dan  13,84%. Nilai tingkat  kesukaan tertinggi terhadap warna surimi pada P1W3 (jenis penyimpanan freezer dan penyimpanan 9 hari) dengan nilai rata-rata 3,95, aroma pada interaksi P1W0 dengan nilai rata-rata 3,40 dan nilai tingkat  kesukaan tertinggi terhadap tingkat kekenyalan   terdapat  pada interaksi P1W0 dengan nilai rata-rata 0,39 (kriteria kenyal).
SUBSTITUSI PUTIH TELUR PADA PEMBUATAN PEMPEK LENJER IKAN GABUS Pujianto, Rohmat; Dasir, Dasir; Alhanannasir, Alhanannasir
Edible: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Teknologi Pangan Vol 4, No 1 (2015): Edible
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jedb.v4i1.471

Abstract

Substitusi Putih Telur Pada Pembuatan Pempk Lenjer Ikan Gabus. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan substitusi putih telur dengan daging ikan gabus yang tepat untuk memperoleh pempek lenjer yang terbaik. Penelitian ini telah dilaksakan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang dan Balai Riset Penelitian (BARISTAN) palembang pada bulan Mei sampai bulan Agustus 2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara non faktorial dengan faktor perlakuan persentase putih telur dan ikan gabus yang terdiri dari lima faktor perlakuan dan diulang sebanyak tiga kali ulangan. Adapun parameter yang di amati untuk analisis kimia meliputi kadar protein dan kadar air, sedangkan untuk uji organoleptik menggunakan perbandingan jamak meliputi aroma, warna, rasa dan tekstur dengan uji hedonik, serta uji kekenyalan menggunakan uji sensorik, dan volume pengembangan menggunakan uji visik.Substitusi Putih Telur Pada Pembuatan Pempek Lenjer Ikan Gabus berpengaruh sangat nyata terhadap kadar protein dan kadar air. nilai tertinggi kadar protein terdapat pada perlakuan P4 dengan nilai 12,27 % sedangkan untuk nilai terendah terdapat pada perlakuan P0 dengan nilai 9,17 %. Sedangkan untuk kadar air nilai tertinggi terdapat pada perlakuan P0 dengan nilai 56,909 % sedangkan untuk nilai terendah terdapat pada perlakuan P4 dengan nilai 52,723 %. Untuk volume pengembangan berpengaruh sangat nyata Volume pengembangan tertinggi pada perlakuan P4 dengan nilai rata-rata 32,79 % dan nilai terendah pada perlakuan P0 dengan rata-rata 14,14%. Hasil organoleptik menggunakan uji hedonik terhadap aroma, rasa dan warna. Untuk aroma berpengaruh tidak nyatak maka tidak dilakukan uji conover. Rasa dan warna berpengaruh nyata maka dilakukan uji conover. Perlakuan P4 (60 % putih telur dan 00 % ikan gabus) dari hasil analisis kimia, uji visik, dan uji organoleptik P4 merupakan perlakuan yang terbaik.
KAJIAN MUTU DAN NILAI TAMBAH PERBANDINGAN KEONG SAWAH DAN JAMUR TIRAM PUTIH PADA PEMPEK LENJER Farado, Chairiel; Dasir, Dasir; Yani, Ade Vera
Edible: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Teknologi Pangan Vol 6, No 1 (2017): Edible
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jedb.v6i1.627

Abstract

Research on the topic "Quality Review and Analysis of the Added Value By Comparison Apple Snail (Pila ampullacea) and White Oyster Mushroom On Making Pempek Lenjer", using a randomized block design (RAK) which were arranged in a non factorial by comparison apple snail (Pila ampullacea) and white oyster mushroom factors which consists of five levels of treatment factor and repeated 4 (four) times. The parameters were observed in this study, chemical analysis includes the levels of protein and fiber content on pempek lenjer. Organoleptic test covering the aroma, taste and color with hedonic test and the level of elasticity with ranking test on pempek lenjer. While the analysis of the added value includes the added value on pempek lenjer from white oyster mushroom and apple snail. While organoleptic tests include aroma, taste and color with preference level test which conducted on pempek lenjer by comparison apple snail and white oyster mushroom. The highest protein content was found at S4 treatment (apple snail 100%: white oyster mushroom 0%) with an average value 14.02%. And the lowest protein content was found at S0 treatment (apple snail 0%: 100% white oyster mushroom) with an average value 5.98%. The highest fiber content was found at S0 treatment (apple snail 0%: 100% white oyster mushroom) with an average value 2.19% and lowest fiber content was found at S4 treatment (100% apple snail: white oyster mushroom 0%) with an average value 0.03%. The highest pleasure levels value of pempek lenjer aroma was found in S2 treatment (apple snail 50%: white oyster mushroom 50%) with an average value of 3.95 (rather preferred criteria). The highest pleasure levels value of pempek lenjer taste was found in S2 treatment (apple snail 50%: 50% of white oyster mushroom) with an average value 4.00 (preferred criteria). The highest pleasure levels value of the pempek lenjer colors was found in the treatment S1 (apple snail 0%: white oyster mushroom 100%) with an average value 4.30 (preferred criteria).
PENAMBAHAN CARBOXY METHYL CELLULOSE (CMC) TERHADAP KARAKTERISTIK KIMIA, FISIKA DAN SENSORIS SAUS CUKO PEMPEK Iman, Nur; Dasir, Dasir; Alhanannasir, Alhanannasir
Edible: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Teknologi Pangan Vol 5, No 1 (2016): Edible
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jedb.v5i1.637

Abstract

Penambahan Carboxy Methyl Cellulose (CMC) terhadap karakteristik kimia, fisika, dan sensoris saus cuko pempek. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penambahan Carboxy Methyl Cellulose (CMC) terhadap karakteristik kimia, fisika, dan sensoris saus cuko pempek. Penelitian ini Alhamdulillah telah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian Univeritas Muhammadiyah Palembang dan Laboratorium Kimia dan Mikrobiologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Palembang Maret 2015 sampai dengan bulan Agustus 2015.Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara non faktorial dengan faktor perlakuan penambahan CMC yang terdiri dari lima tingkat faktor perlakuan yaitu 1,0%, 1,5%, 2,0%, 2,5%, dan 3,0% yang diuji sebanyak empat kali ulangan. Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini, untuk analisis kimia meliputi kadar gula total dan pH dan uji fisik viskositas. Sedangkan uji organoleptik meliputi aroma dan rasa pada saus cuko pempek menggunakan uji hedonik. Hasil penelitian berpengaruh sangat nyata terhadap kadar gula total, pH, dan viskositas saus cuko pempek. Kadar gula total tertinggi terdapat pada perlakuan C5 dengan nilai rata-rata 33,720% dan kadar gula total terendah terdapat pada perlakuan C1 dengan nilai rata-rata 32,803%, pH tertinggi terdapat pada perlakuan C5 dengan nilai rata-rata 6,60 dan pH terendah terdapat pada perlakuan C1 dengan nilai rata 6,05, dan viskositas tertinggi terdapat pada perlakuan C5 dengan nilai rata-rata 400,53 dan viskositas terendah terdapat pada perlakuan C1 dengan nilai rata 17,38. Hasil analisis uji organoleptik dengan uji hedonik pada aroma dan rasa saus cuko pempek. Berdasarkan uji friedman pada aroma diperoleh nilai T-kritik sebesar 0,59. Nilai tersebut jumlahnya lebih kecil (<) dari nilai F-tabel 0,05 pada derajat bebas (4,96) sebesar 2,46. Berarti penambahan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) berpengaruh tidak nyata terhadap aroma saus cuko pempek dan tidak dilakukan uji lanjut (Uji Conover), dan rasa diperoleh nilai T-kritik sebesar 0,48. Nilai tersebut jumlahnya lebih kecil (<) dari nilai F-tabel 0,05 pada derajat bebas (4,96) sebesar 2,46. Berarti penambahan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) berpengaruh tidak nyata juga terhadap rasa saus cuko pempek dan tidak dilakukan uji lanjut (Uji Conover).
NILAI SENSORIS AROMA DAN RASA PEMPEK DARI JENIS OLAHAN DAGING IKAN PATIN (Pangasius pangasius)DAN PERBANDINGAN TEPUNG TAPIOKA Nasir, Alhanan; Dasir, Dasir; Patimah, Siti
Edible: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Teknologi Pangan Vol 8, No 1 (2019): Edible : Jurnal Penelitian Ilmu dan Teknologi Pangan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jedb.v8i1.3442

Abstract

Pempek merupakan salah satu pangan yang berbahan nabati dan hewani, pempek mempunyai berbagai bentuk seperti pempek adaan, pempek lenjer, pempek pistel, pempek kulit, dan pempek panggang. Ikan patin (Pangasius pangasius) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang mudah dibudidayakan sehingga ketersediaan ikan patin terus meningkat. Ikan patin dapat dijadikan sebagai bahan baku pembutan pempek dengan dijadikan produk olahan surimi ikan patin. Tepung tapioka merupakan bahan tambahan tepung yang terbuat dari pati singkong yang ditambahkan dalam pembuatan pempek dengan perbandingan yang berbeda akan menghasilkan pempek dengan kadarprotein juga berbeda. Perlakuan jenis olahan daging ikan patin yang berbeda dengan perbandingan tepung tapioka akan menghasilkan pempek dengan kadar protein serta sensoris warna dan rasa yang berbeda. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan Faktorial menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor jenis olahan daging ikan patin dan faktor tepung tapioka yang membentuk enam kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak tiga kali.Jenis olahan daging ikan patin dan tepung tapioka berpengaruh nyata terhadap aroma. Nilai kesukaan tertinggiterhadap aroma pada perlakuan I2T2 (surimi ikan patin 1,00 bagian : tepung tapioka 1,00 bagian) dengan nilai rata-rata 4,30 (kriteria suka) dan nilai terendah terhadap aroma pada perlakuan I1T3 dengan nilai rata-rata 3,20 (kriteria agak suka). Jenis olahan daging ikan patin dan tepung tapioka terhadap rasa pempek berpengaruh tidak nyata terhadap rasa pempek. Nilai kesukaan tertinggi terhadap rasa perlakuan I2T2 dengan nilai rata-rata 3,85 (kriteria agak suka) dan nilai kesukaan terendah terhadap rasa pada perlakuan I1T2 (daging lumat ikan patin 1,00 bagian : tepung tapioka 1,00 bagian) dengan nilai rata-rata 3,05 (kriteria agak suka).
MEMPELAJARI KONDISI PENYIMPANAN DAN JENIS KEMASAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA UBI JALAR (Ipomea batatas Lamb) Dasir, Dasir
Edible: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Teknologi Pangan Vol 1, No 1 (2012): Edible
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jedb.v1i1.482

Abstract

Kerusukan pasca panen sangat berbeda dan banyak sekali dipengaruhi oleh faktor -faktor dalam bahan pangan seperti klon,umur panen,dan juga faktor luar seperti kelembaban,suhu ruang penyimpanan dan kecepatan aliran udara. Prosedur kerja penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut: 1) ubi jalar disortasi berdasarkan ukuran, kemudian dicuci bersih dan ditimbang dengan  berat tiap perlakuan adalah 1 kg. Kemudian ubi jalar dimasukkan dalam kemasan plastik polypropilen (K1), kantong polybag warna hitam (K2) dan karung goni (K3) kemudian dilakukan penyimpanan pada kondisi ruangan gelap (T1) dan ruangan terang (T2). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar air tertinggi  terdapat pada perlakuan T1K1 (89,520%), kadar air terendah pada T2K3 (74,450%), Rata-rata kadar gula  tertinggi  terdapat pada perlakuan T2K3 (8,804%), kadar gula terendah pada T1K1 (7,267 %). Rata-rata kerusakan tertinggi terdapat pada T2K3 (43,254%) dan terendah pada T1K1 (36,416 %).Hasil uji organoleptik tertinggi terhadap warna ubi jalar  terdapat pada T1K1 (3,196), terendah pada T2K3 (2,647). Hasil uji organoleptik terhadap rasa ubi jalar  terdapat pada T2K2 (3,380), terendah pada T1K1 (2,681)
STUDI TENGGANG WAKTU PENGGUNAAN DAGING IKAN GABUS PADA PEMBUATAN PEMPEK LENJER Fajri, M.; Dasir, Dasir
Edible: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Teknologi Pangan Vol 6, No 1 (2017): Edible
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jedb.v6i1.628

Abstract

This study aims to know the effect of storage time limit catfish meat to protein content pempek lenjer gabus. Knowing fish meat storage time limit the influence of catfish to the organoleptic pempek lenjer Gabus fish. This study was conducted in laboratory Faculty of Agriculture, University of Muhammadiyah Palembang in May 2016 to the month of February 2017. This study uses a randomized block design (RAK) are arranged in a nonfactorial factors meat storage time limit of five catfish repeated treatments and four replications. The parameters observed in this study, for chemical analysis includes protein content pempek catfish. As for organoleptic observed variables including color, aroma, taste and level of resilience as well as physical test includes volume development. The grace period catfish meat storage very significant effect on the protein content pempek lenjer catfish. Treatment P0 (0 days of storage in the refrigerator / control) generates the highest protein content with an average value of 10.61%. The highest preference level value to the colors found in P4 treatment with an average value of 3.92 (criterion rather liked). A level of the highest value to the aroma, taste and level of resilience found in treatment P0 with average values of 4.12, 4.12 (criteria like) and 0.56 (a chewy criteria). The grace period catfish meat storage very significant effect on the volume of development pempek lenjer catfish. P4 treatment (8 days of storage in the refrigerator) produce the highest volume of development with an average value of 72.51%. Treatment P0 (0 days of storage in the refrigerator / control) produces good treatment and treatment P4 (8 days of storage in the refrigerator) produce treatment is still suitable for consumption. To obtain pempek lenjer catfish was good and rather preferred by the panelists are advised to use the treatment P3 (6 days of storage in the refrigerator).
KAJIAN PENGGUNAAN TEPUNG TAPIOKA DARI BERBAGAI VARIETAS UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.) DAN JENIS IKAN TERHADAP SIFAT SENSORIS PEMPEK Jayanti, Ulpa; Dasir, Dasir; Idealistuti, Idealistuti
Edible: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Teknologi Pangan Vol 6, No 1 (2017): Edible
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jedb.v6i1.633

Abstract

This study uses a Randomized Block Design (RAK) arranged as factorial consisting of two factors: the varieties of cassava and fish with six combinations treatment and repeated three times. The parameters observed in this study is the physical test includes elasticity and Expressible Moisture Content (EMC) test. While the organoleptic test includes the taste, flavour and color using hedonic test. The results of this study showed, the highest elasticity level of pempek found in interaction of V1J1 treatment (mango varieties and snakehead fish) with a value of 522.23 Newton and lowest in interaction of V3J2 treatment (mentik urang and varieties of Parangparang Fish) with a value of 339.91 Newton. The highest water holding capacity of pempek contained in interaction of V1J1 treatment (99.45%) and the lowest in interaction of V3J2treatment (96.80%). A sensory test of the highest level of pempek in treatment V1J1 (mango varieties and snakehead fish) with an average value of 4.00, which means preferred by 20 panelists.