Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

MACRONUTRIENT INTAKE, VITAMIN C, PURINE INTAKE, BODY MASS INDEX AND URIC ACID LEVELS IN MAN (AGED 26-45 YEARS OLD) IN RW 05 SUB-DISTRICT BUKIT DURI JAKARTA Wahyuni, Yulia; Kholifah, Umi; Jus'at, Idrus
Jurnal Kesehatan Vol 12, No 2 (2019): Jurnal Kesehatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jk.v12i2.9763

Abstract

Hyperurisemia is a condition that uric acid levels in blood above the normal value. Uric acid levels are influenced by consumption of purines, carbohydrate intake, protein, fat, vitamin C and Body Mass Indeks (BMI). The purpose of study was to describe correlation of consumption of purine, carbohydrate intake, protein, fat, vitamin C, BMI and uric acid level in man (aged 26-45 years old) in RW 05 sub-district Bukit Duri Jakarta, 2017. This study was used a cross sectional design with sample of 56 man aged 26-45 years old. Data of carbohydrate , protein, fat,vitamin C and purine intake were collected from Food Frequency Questionaire semi quantitative used food phothograph. BMI was measured by is a person?s weight in kilograms divided by the square of height in meters. Uric acid levels was measured by GCU Easy Touch. Data was analyzed by Pearson?s test and One-Way ANOVA test. There are  56 respondents, as many as 57.1% had normal uric acid levels. While 37.5% respondents have high uric acid levels. Based on statistical Pearson?s test showed there are significant relation between consumption of purine (0,001), protein intake (0,001), fat intake (0,001), vitamin C (0,008) and uric acid levels. There is not relation between carbohidrat intake (0,259), IMT (0,117). Another One-Way ANOVA test founded that there are differences consumption of purine, carbohydrate intake, protein, fat, vitamin C based on uric acid levels (p<0,020). The higher  intake of  the purin, protein and fat increases uric acid levels. The higher intake of the vitamin C can reduce uric acid levels
Besaran Porsi, Citra Tubuh dan Perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) Remaja Putri Usia 14-17 Tahun di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Islamic College Kedoya Utara Jakarta Barat Sari, Diana; Jus'at, Idrus; H, Titus Priyo
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 2, No 2 (2010)
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v2i2.676

Abstract

AbstractAdolescent is a period in which the teenagers become very concerned about their bodies’ appearance. Every woman’s dream is to have an ideal body shape. A person will feel more confident when they have an ideal body shape. The aims of this study is to determine the relationship between number of servings and body image with the change in body mass index in young women aged 14-17 years at boarding school Asshiddiqiyah Islamic College, North Kedoya, Jakarta. This study is an associative research experiment, which consisted of two groups; experimental group and control group. The samples of this study are 72 respondents. Pearson correlation test was used to analyze the data. We found that the relationship between the addition of energy intake (average 175 kcal) and nutrititional status were not significant with r= 0.885 and p-value= 0.194. Whereas, the relationship between the addition of protein intake (average 95 kcal) and nutritional status were not significant with r= 0.890 and p-value= 0.146. Mostly the female student consumed additional food portion given by steward boarding school ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE. However, this did not give more effect to the majority of female students at boarding school ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, because they did not concern about their body image.Keywords: body image, body mass index, adolescent AbstrakMasa remaja merupakan masa dimana remaja sangat memperhatikan penampilan tubuh mereka. Bentuk tubuh yang ideal merupakan idaman bagi setiap remaja putri. Dengan bentuk tubuh yang ideal, seseorang akan merasa lebih percaya diri. Tujuan Penelitian ini mengetahui hubungan antara besaran porsi dan citra tubuh dengan perubahan Body Mass Index remaja putri usia 14-17 tahun di Pondok Pesantren ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE. Penelitian ini bersifat asosiatif,yang merupakan penelitian eksperimen, dimana terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 72 responden. Analisa data yang digunakan adalah uji Korelasi Pearson. Dari hasil uji korelasi, didapatkan bahwa hubungan antara penambahan asupan energi (Rata-rata 175 kkal) dengan status gizi akhir responden tidak signifikan dengan nilai r = 0,885 dan nilai P = 0,194. Sedangkan hubungan antara penambahan asupan protein (Rata-rata 95 kkal) dengan status gizi akhir responden, diperoleh hasil yang tidak signifikan dengan nilai r = 0,890 dan nilai P = 0,146. Siswi di Pondok Pesantren ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, pada umumnya menghabiskan penambahan porsi yang diberikan. Hal ini tidak memberikan pengaruh kepada sebagian besar siswi di Pondok Pesantren ASSHIDDIQIYAH ISLAMIC COLLEGE, karena siswi tersebut tidak terlalu memperhatikan dan mempermasalahkan bentuk tubuh mereka.Kata kunci: citra tubuh, bentuk tubuh, remaja
Perbandingan Status Gizi Balita, Data Susenas 2005 Berdasarkan Rujukan Harvard, NCHS, CDC dan Standar WHO Nadiyah, Nadiyah; Jus'at, Idrus; Zulfianto, Nils Aria; Atmarita, Atmarita
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 2, No 1 (2010)
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v2i1.665

Abstract

AbstractAccording to the comparison of WHO curve standards in 2005 with international standards earlier, they said that the prevalence of infants who are underweight and age in the first half-year period will be increased and the prevalence of underweight children above the age of 6 months will be decreased. The aims of this study is to determine the proportion of malnutrition among children under five years between four reference standards and differences of standards (Havard, NCHS, CDC, and WHO Standards) and large of deviation by previous references to the new standards. This analysis used survey design along with comparative study. The sample of this study is children with aged 0-59 months from data SUSENAS 2005 (93.0). The data was collected such as gender, date of birth, date of weighing, and body weight. The results shows the proportion of underweight children underfive year among four references and standards is different in particular ages. In the analysis of sensitivity and specificity shows that the reference category of nutritional deviation value from CDC is lower (2.15% for males and 1.89% for females) than the other standards. The deviation values of Harvard is 8.41% for males and 4.08% for females. The deviation values of NCHS is 4.65% for males and 21.4% for females. The  standard instruction of WHO as description of growth “what should be” is the best food for infants aged 0-6 months is only breast milk or we called exclusive breastfeeding and the further we should give additional foods after 6 months by continuing give the breastfeeding until 24 months.Keywords: children under five year, nutritional status, WHO standard AbstrakPada tahun 2005, WHO mengeluarkan standar internasional baru yang disebut Standar WHO 2005. Oleh WHO, perbandingan kurva standar WHO 2005 dengan standar-standar internasional sebelumnya telah digambarkan dalam grafik dan dikatakan bahwa dengan menggunakan standar WHO, prevalensi bayi yang mengalami kekurangan berat badan dan usianya dalam periode setengah tahun pertama akan meningkat dan prevalensi anak yang berat badannya kurang diatas umur 6 bulan akan menurun. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah proprosi balita gizi kurang antara keempat rujukan dan standar (rujukan Harvard, NCHS, CDC dan standar WHO) berbeda dan seberapa besar penyimpangan oleh rujukan-rujukan sebelumnya terhadap standar terbaru. Analisis ini menggunakan pendekatan survei dengan jenis studi komparatif. Sampel adalah kelompok balita usia 0-59 bulan berasal dari data Susenas 2005, sebanyak 93044 balita. Data yang dikumpulkan adalah data jenis kelamin, tanggal lahir, tanggal penimbangan, dan berat badan. Hasil uji beda proporsi menyatakan bahwa proporsi balita gizi kurang antara keempat rujukan dan standar saling berlainan pada umur-umur tertentu. Pada analisis sensitifitas dan spesifisitas tampak bahwa rujukan yang penyimpangan pengkategorian gizi kurangnya paling kecil adalah rujukan CDC (2.15% pada laki-laki dan 1.89% pada perempuan). Penyimpangan pada rujukan Harvard sebesar 8.41% untuk laki-laki dan 4.08% untuk perempuan. Penyimpangan pada rujukan NCHS sebesar 4.65% untuk laki-laki dan 4.21% untuk perempuan. Pesan standar WHO sebagai gambaran pertumbuhan “what should be” adalah bahwa makanan yang terbaik bagi anak usia 0-6 bulan adalah ASI saja atau disebut ASI eksklusif dan selanjutnya diberikan makanan tambahan setelah usia 6 bulan seiring ASI tetap diteruskan sampai umur 24 bulan.Kata kunci: balita, status gizi, standar WHO
ANALISIS DETERMINAN PROGRAM KADARZI PADA KELUARGA BALITA DI KECAMATAN CIHARA, BANTEN Barqin, Gesa Aldin; Sitoayu, Laras; Jus'at, Idrus; Melani, Vitria; Nuzrina, Rachmanida
Journal of Nutrition College Vol 9, No 3 (2020): Juli
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v9i3.27382

Abstract

Latar Belakang: Tahun 2018 baru 54,6 % anak balita yang dibawa ke fasilitas kesehatan untuk ditimbang sesuai standar sebagai salah satu indikator program Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Hal ini membuktikan diperlukan adanya peninjauan analisis determinan program KADARZI. Tujuan: Mengetahui determinan program KADARZI pada keluarga balita. Metode: Penelitian cross sectional dengan perhitungan sampel formula cohen (Priori: Chi-square test) pada aplikasi G*Power sebanyak 200 sampel, menggunakan teknik stratified proportional random sampling dengan kriteria keluarga yang memiliki balita usia 6-59 bulan yang tinggal bersama ibu kandung. Dilakukan uji statisik Chi-Square untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga, besar keluarga, peran tokoh masyarakat, sarana, jarak dan waktu menuju fasilitas pelayanan kesehatan, pelayanan petugas kesehatan/kader serta keterpaparan informasi dengan Status KADARZI pada keluarga balita. Pada tahap akhir dilakukan uji statisik multiple regression jenis logistik untuk mengetahui variable yang paling berpengaruh terhadap status KADARZI.Hasil : KADARZI dapat terkait dengan pengetahuan gizi ibu, peran tokoh masyarakat, sarana pelayanan kesehatan, jarak dan waktu menuju fasilitas pelayanan kesehatan, serta pelayanan petugas kesehatan/kader (p ≤ 0,05) dengan waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan sebagai variabel yang paling berpengaruh terhadap Status KADARZI (OR=8,866). Simpulan : Pengetahuan ibu, dukungan tokoh masyarakat, sarana, jarak, waktu menuju fasilitas kesehatan dan pelayanan kesehatan/kader memiliki hubungan dalam menentukan KADARZI. Perlu adaya pelatihan atau membekali kader tentang teknik promosi kesehatan yang efektif sesuai sasaran yang dihadapi dan memfasilitasi dengan alat bantu promosi kesehatan yang memadai.
Pengetahuan, sikap, perilaku, dan asupan gizi berdasarkan status hidrasi ibu hamil Mulyani, Erry Yudhya; Jus'at, Idrus; Angkasa, Dudung; Anggiruling, Dwikani Oklita; Stanin, Enrico
Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol 17, No 2 (2020): Oktober
Publisher : Minat S2 Gizi dan Kesehatan, Prodi S2 IKM, FK-KMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijcn.59101

Abstract

Maternal nutritional knowledge, attitude, behavior, and intake based on hydration statusBackground: Based on past studies, 49% of pregnant women had low knowledge of nutrition and hydration. Nutritional knowledge, attitudes, and behavior are positively correlated to nutritional intake, malnutrition and dehydration may disturb maternal health and pregnancy outcome.Objectives: To analyze maternal nutritional knowledge, attitudes, behavior, and nutritional intake based on the hydration status.Methods: This cross-sectional study was conducted at Puskesmas Kebon Jeruk District, West Jakarta using a purposive sampling method. Subjects were 50 pregnant women who came to check their pregnancies. Subject’s characteristics, nutritional knowledge, attitudes, and behavior are collected with a questionnaire, nutritional intake with 1x24 hours recall. Hemoglobin (Hb) level is determined with Haemometer, urine specific gravity with Urinometer, and urine color with PURI card.Results: Subjects had an average age of 29.0±5.7 years, gestational age 21.3±11.3 weeks, weight 62.7±9 kg, height 158.1±4.1 cm, upper arm circumference 32.4±29.5 cm, Hb level 12.2±0.9 g/dL, urine color score 4±0.9, and urine specific gravity 1016±5.4. Based on urine specific gravity, 56% of the pregnant women were euhydrated and 44% were dehydrated. Based on the hydration status there were no differences in knowledge, attitudes, behavior, and macronutrient intake (p≥0.05), except for the fluid intake (p<0.05).Conclusions: Although the knowledge, attitudes, and nutritional behavior of pregnant women were not poor, optimization of the fluid consumption to 3L/day, and diversified food consumption is needed. Further research on external factors that can affect the nutritional status and hydration of pregnant women is recommended.
PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP MUTU BUBUK INSTAN BIJI SALAK DENGAN METODE SPRAY DRYING Anggreini, Dwi Desi; Jus'at, Idrus; Wijaya, Hendra
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 8, No 1 (2016): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v8i1.1414

Abstract

AbstractBackground: The production of snake fruit podoh from year to year has increased. Many processed from the fruit of snake fruit of course seeds produced only being waste.So that the seeds of snake fruit that is waste but has any nutrition are numerous and having the benefit for the body to be processed into a drink which is useful. Objective: The effect of extraction time on the quality of instant powdered snake fruit seeds and acceptance of the public against the organoleptic quality. Method: This is a research experiment , the snake fruit seeds powder in the extraction by the time the extraction of 5 minutes , 10 minutes , and 15 minutes. Product testing conducted by the organoleptic test by 30 panelists somewhat trained students test Esa Unggul University using Visual Analog Scale (VAS). Statistical tests using One Way ANOVA. Result: The time of the extraction of having significant with organoleptik to the criteria of taste and preference level with p <α (0.00 <0.05), but the extraction time has no significant to the color, consistency, and flavor. Test levels of quality and the most excellent A level is sampled to 1 with extraction time of 5 minutes, the water content of 3.76%, 7.82% ash content, ash kealkalian 1.16% and the level of preference with a mean of 4.20. Conclusion: Extraction time influence the organoleptic quality standards and instant powdered snake fruit seeds. Expected further research on snake fruit seed instant drinks that focuses on the mineral content present in the snake fruit seed.Keywords: snake fruit Seed, extraction time, spray dryingAbstrakLatar Belakang : Produksi salak podoh dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Banyak olahan dari buah salak tentunya biji yang dihasilkan hanya menjadi limbah. Sehingga biji salak yang merupakan limbah tetapi memiliki kandungan gizi yang banyak dan memiliki manfaat bagi tubuh akan diolah menjadi minuman yang bermanfaat. Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh waktu ekstrasi terhadap mutu bubuk instan biji salak dan daya terima masyarakat terhadap mutu organoleptik. Metode: Penelitian ini bersifat eksperimen, Bubuk biji salak di ekstraksi dengan waktu ekstraksi 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Pengujian produk dilakukan dengan uji organoleptik oleh 30 panelis agak terlatih mahasiwa/i Universitas Esa Unggul menggunakan uji Visual Analog Scale (VAS). Uji statistik menggunakan One Way Anova. Hasil : Waktu ekstraksi memiliki hubungan dengan organoleptik untuk kriteria rasa dan tingkat kesukaan dengan nilai p<α (0,00<0,05), tetapi waktu ekstraksi tidak memiliki hubungan terhadap warna, konsistensi, dan aroma. Uji kadar mutu dan tingkat kesukaan yang paling bagus adalah sampel ke 1 dengan waktu ekstraksi 5 menit, kadar air 3.76%, kadar abu 7.82%, kealkalian abu 1.16% dan tingkat kesukaan dengan nilai mean 4.20. Kesimpulan : Waktu ekstraksi mempengaruhi terhadap standar mutu dan organoleptik bubuk instan biji salak. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut pada minuman instan biji salak yang berfokus pada kandungan mineral yang ada didalam biji salak.Kata kunci     : Biji salak, waktu ekstraksi, spray drying
FAKTOR RISIKO ANEMIA PADA IBU MENYUSUI DI RUMAH TANGGA MISKIN Sudikno, Sudikno; Jus'at, Idrus; Sandjaja, nFN; Ernawati, Fitrah
GIZI INDONESIA Vol 37, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v37i1.152

Abstract

Anemia pada ibu menyusui menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat, khususnya di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko anemia pada ibu menyusui. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011 di kabupaten Tasikmalaya dan kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Desain penelitian cross-sectional yang melibatkan 229 ibu menyusui dari keluarga miskin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hemoglobin pada ibu menyusui sebesar 13,28±1,56 g/dl. Prevalensi anemia pada ibu menyusui sebesar 17, 9 persen. Analisis regresi logistic multivariate menunjukkan bahwa faktor kecukupan vitamin A dan umur ibu berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu menyusui. Ibu menyusui yang kekurangan vitamin A cenderung berisiko untuk mengalami anemia sebesar 4,58 kali setelah dikontrol variable umur ibu (OR=4,58; p=0,001, 95% CI: 1,86-11,26)  dibandingkan ibu menyusui tidak kekurangan vitamin A. Rekomendasinya adalah perbaikan gizi pada ibu menyusui melalui pemberian makanan tambahan maupun penambahan mikronutrien sangat diperlukan. Di samping itu, penyuluhan tentang penundaan usia kehamilan  juga bisa menjadi program alternatif pencegahan anemia.ABSTRACT ANEMIA RISK FACTORS IN LACTATING MOTHERS AMONG POOR HOUSEHOLDS Anemia in Lactating mothers is still one of public health problem, particularly in developing countries. This study aims to determine the risk factors of anemia in lactating  women. This study was conducted from June -July 2011 in Tasikmalaya and Ciamis Districts, West Java Province. Design of the study was cross-sectional study involving 229 breastfeeding women from poor families. The result showed that the average hemoglobin in breastfeeding mothers was 13.28 ± 1.56 g/dl. The prevalence of anemia in lactating  women was 17.9 percent. Multivariate logistic regression analysis showed that factors adequacy of vitamin A and maternal age were associated with maternal anemia during breastfeeding. Lactating  women who were deficient in vitamin A tended to have anemia experience was 4.58 times after controlled by maternal variables (OR = 4.58; p = 0.001, 95% CI: 1.86-11.26) compared  to those  who were not deficient in vitamin A. It  is recommended  to improve nutrition among lactating  women through supplementary feeding with  micronutrients addition. Furthermore, the extension of delay marriage age is also an alternative programs to prevent anemia.Keywords: risk factors, anemia, lactating women
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKOLAH MELALUI SOSIALISASI PESAN MAKAN SAYUR DAN BUAH PADA ANAK USIA PRASEKOLAH Mulyani, Erry Yudhya; Jus'at, Idrus
Jurnal Pengabdian Masyarakat AbdiMas Vol 3, No 1 (2016): Jurnal Pengabdian Masyarakat AbdiMas
Publisher : Universitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/abd.v3i1.1666

Abstract

AbstractHealthy Eating Patterns with a Balanced Nutrition is one of the main factors in the complexity of nutritional problems in Indonesia. Education and counseling on health and nutrition to the community is not an easy, it’s because of concerns to behavioral changes. RISKESDAS 2010 data showed the nutritional status based on weight for age and weight for height in Jakarta were 10.1% (obese) and 10.8% (underweight), respectively. Based on the nutritional status indicator BMI for age in DKI Jakarta had a prevalence of 12.8% of obese and 6.5% for underweight. The purpose of this activity was to Empower Community at Schools through by socialization messages of eating vegetables and fruit in pre-school children, in an effort to improve the knowledge, attitudes, and behaviors about eating vegetables and fruit at TK Pelita Hati, Villa Dago Tol, Serua-Ciputat. The method used was a cross-sectional design. The target in this activity is the pre-school age children at KB / TK Pelita Hati. The total number of sample were 65 students from play group to grade at TK A and B. The results showed that the description of children’s knowledge about food sources 26.60 ± 7.17 and the knowledge about balanced nutrition was 36.40 ± 10.05. Based on the observations showed that most of the children were enthusiastic to answer the open questions about fruits and vegetable material provided by counselor and the media helpfully the children to ask and discuss with the counselor. Therefore, it is necessary to do activities that are more intensive socialization and students' interest to establish a behavior healthy eating pattern with a balanced nutrition.Keywords: balanced nutrition, fruits and vegetables, preschools children                                              AbstrakPola Makan dengan Gizi Seimbang merupakan salah satu faktor utama pada kompleksnya permasalahan gizi di Indonesia. Pendidikan dan penyuluhan tentang kesehatan dan gizi kepada masyarakat bukan merupakan hal yang mudah oleh karena menyangkut perubahan perilaku. Menurut data RISKESDAS 2010 Status Gizi BB/U dan BB/TB DKI Jakarta memiliki status gizi gemuk 10,1% dan Kurus 10,8%. Berdasarkan Status gizi IMT/U DKI Jakarta memiliki prevalensi 12,8 % untuk kategori gemuk dan 6,5% untuk kategori kurus. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk Memberdayakan Masyarakat Sekolah melalui Sosialisasi pesan makan sayur dan buah pada anak prasekolah dalam upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang makan sayur dan buah di TK Pelita Hati, Villa Dago Tol, Serua-Ciputat. Metode yang digunakan adalah cross-sectional design. Sasaran dalam kegiatan ini adalah anak-anak usia prasekolah di KB/TK Pelita Hati yang berjumlah 65 siswa mulai dari kelompok bermain sampai dengan kelas TK A dan B. Dari hasil pengabdian didapat gambaran pengetahuan anak tentang sumber makanan 26.60 ± 7.17 dan pengetahuan tentang gizi seimbang sebesar 36.40 ± 10.05. Berdasarkan hasil observasi didapat bahwa dari penyuluhan yang diberikan tentang sayur dan buah hampir sebagian besar anak antusias dalam menjawab pertanyaan terbuka yang diberikan oleh penyuluh dan dari media yang digunakan dapat menstimulasi anak untuk banyak bertanya serta berdiskusi dengan para penyuluh. Oleh karenanya, perlu dilakukan kegiatan yang sosialisasi yang lebih intensif dan menarik para siswa untuk dapat membentuk pola perilaku sehat bergizi seimbang.Kata Kunci: gizi seimbang, sayur dan buah, anak prasekolah