Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

ANALISIS PROYEKSI KEBUTUHAN BERAS BERDASARKAN PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK (Studi Kasus di Desa Blimbing Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri) Sidhi, Eko Yuliarsha
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 1, No 2 (2017): SEPTEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v1i2.321

Abstract

RINGKASAN Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Pengambilan contoh menggunakan metode sensus.Metode Penentuan daerah penelitian menggunakan metode purposive.Teknik pengumpulan data  menggunakan Observasi dan Dokumentasi. Analisis data  mengunakan dasar-dasar demografi pertumbuhan penduduk.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2017.Hasil penelitian diketahui pertambahan penduduk Desa Blimbing Kecamatan Gurah kabupaten Kediri untuk lima tahun kedepan sebanyak 501 jiwa yang tergolong dari balita, anak-anak, dewasa, dan lansia. Untuk kebutuhan konsumsi pangan beras di Desa Blimbing selama lima tahun kedepan sebanyak 596.178.222kg dan untuk ketersediaan pangan beras di Desa Blimbing selama lima tahun kedepan sebanyak 656.333.145 kg.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pertumbuhan jumlah penduduk  Desa Blimbing sebesar 3,4% pertahun, denganj umlah kebutuhan beras pertahun sebanyak 494.485,42. Dan prediksi pada tahun 2022 kebutuhan beras sebanyak 596.178.222 kg. saran karena Presentase pertumbuhan penduduk Desa Blimbing setiap tahunya cukup  besar 4.1%, untuk menggurangi jumlah besarnya pertumbuhan penduduk maka masyarakat Desa Blimbing disarankan mengikuti program KB.Karena kebutuhan beras pada lima tahun mendatang gsemakin bertambah banyak maka hasil produksi beras harus lebih ditingkatkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan beras dimasa yang akan datang.Kata kunci: Proyeksi, Beras.
Analisis Biaya Dan Pendapatan Usahatani Salak Pondoh (Salaca edulis) di Desa Watulimo Kabupaten Trenggalek Widi Artini; Nina Lisanty; Eko Yuliarsha Sidhi
Jurnal Imiah Management Agribisnis (Jimanggis) Vol 2 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Management Agribisnis (Jimanggis)
Publisher : Magister Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Sjakhyakirti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.336 KB) | DOI: 10.48093/jimanggis.v2i2.70

Abstract

Salak pondoh adalah jenis buah salak yang disukai karena rasa buah yang manis meskipun dalam keadaan belum matang, memiliki harga jual yang relatif lebih tinggi dibanding buah lainnya, mampu berproduksi secara terus menerus sepanjang tahun, memiliki lebih kurang dua puluh hari masa simpan, dan cukup ramah dengan perut apabila dikonsumsi dalam jumlah yang banyak. Desa Watulimo Kabupaten Trenggalek terkenal sebagai wilayah produsen dan sentra budidaya salak pondoh, khususnya bagi para konsumen di Jawa Timur dan sekitarnya. Penelitian dilakukan di lokasi tersebut untuk mengetahui jumlah produksi, tingkat efisiensi usahatani, dan pendapatan petani salak pondoh. Pengambilan sampel petani dilakukan secara acak, namun proporsional berdasarkan lima strata usia tanaman salak pondoh yang diusahakan, berkisar 10 hingga 23 tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan dalam satu tahun usahatani salak pondoh untuk luas lahan 1 hektar dengan populasi tanaman 1.600 pohon adalah Rp25.478.995. Biaya tersebut merupakan biaya yang meliputi biaya sewa lahan, tenaga kerja, pajak, pupuk, dan biaya lainnya. Adapun dari biaya tersebut, rerata penerimaan petani adalah Rp49.366.940. Dari hasil tersebut, petani mendapatkan keuntungan/pendapatan bersih sebesar Rp23.887.945 per hektar yang sekaligus juga menunjukkan rasio antara penerimaan dan biaya sebesar 1,94, yang bermakna bahwa usahatani tersebut efisien dan menguntungkan.
Keefektifan Patogenesitas Steirmema Carpocapsae (all strain) terhadap Hama Plutella xylostella L. Mariyono Mariyono; Eko Yuliarsha Sidhi; Nugraheni Hadiyanti
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 5, No 1 (2021): MARCH
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v5i1.1555

Abstract

The utilization of entomopathogenic nematodes is an example of the uses of an environmentally friendly biological agent. Entomopathogenic nematodes of the family Steinernematidae and Hetrorhabditidae are very potential to control insect pests. The purpose of this study was to study the pathogenicity of the entomopathogenic nematode Steinernema carpocapsae (all strains) as a biological control against Plutella xylostella. This research includes 2 stages, namely the preparation stage and laboratory experiments. The experimental design in this study was a completely randomized design (CRD) consisting of six treatments and three replications. The treatments tested were entomopathogenic nematode concentrations consisting of six levels: 0, 8, 16, 32, 64 and 128 infective juvenile per ml. The LC50 and LT50 values were calculated using Probit analysis. The results of observations of nematodes that enter the insect body and pest mortality were analyzed using analysis of variance (ANOVA), once showing a significant difference, it was then continued to the DMRT test at 5% level. Based on the results of the study, the highest pathogenicity against Plutella xylostella was Steinernema carpocapsae (all strains) when compared to Steinernema glaseri (NC) and Steinernema sp. local isolates. Resistance to Steinernema carpocapsae (all strains) and the LC50 value were determined by the age of Plutella xylostella larvae. The bigger and older the larvae, the more its resistance to Steinernema carpocapsae (All strains) and the LC50 value. The number of entomopathogenic nematodes that enter the body of Plutella xylostella increased with increasing length of contact time.Penggunaan nematoda entomopatogen merupakan salah satu pemanfaatan agensia hayati yang ramah lingkungan. Nematoda entomopatogen dari famili Steinernematidae dan Hetrorhabditidae sangat potensial untuk mengendalikan serangga hama. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari patogenisitas nematoda entomopatogen Steinernema carpocapsae (all strain) sebagai pengendali hayati terhadap hama Plutella xylostella. Penelitian ini meliputi 2 tahap yaitu tahap persiapan dan percobaan laboratorium. Rancangan percobaan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri enam perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah konsentrasi nematoda entomopatogen yang terdiri enam taraf: 0, 8, 16, 32, 64 dan 128 infektif juvenile/ml. Nilai LC50 dan LT50 dihitung menggunakan analisis probit. Hasil pengamatan nematoda yang masuk dalam tubuh serangga dan mortalitas hama dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA), apabila menunjukkan beda nyata dilanjutkan uji DMRT taraf 5%. Berdasarkan hasil penelitian, patogenisitas tertinggi terhadap Plutella xylostella adalah Steinernema carpocapsae (all strain) bila dibandingkan dengan Steinernema glaseri (NC) dan Steinernema sp. isolat lokal. Ketahanan terhadap Steinernema carpocapsae (All strain) dan nilai LC50 ditentukan umur larva Plutella xylostella. Semakin besar dan tua umur larva, ketahanan terhadap Steinernema carpocapsae (All strain) dan nilai LC50 juga semakin meningkat. Jumlah nematoda entomopatogen yang masuk kedalam tubuh Plutella xylostella semakin banyak seiring dengan bertambah lamanya waktu kontak.
ANALISIS PERANAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Desa Mekikis Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri) Eko Yuliarsha Sidhi; Samurti Samurti
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 2, No 2 (2018): SEPTEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v2i2.562

Abstract

Tujuan penelitian ini  adalah untuk mengetahui  peranan program PUAP dalam meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi dengan  cara membandingkan hasil produksi dan pendapatan sebelum dan sesudah  menerima   bantuan modal. Metode dasar penelitian adalah metode survey. Daerah penelitian ditentukan secara purposive. Metode sampling adalah stratified random sampling, Metode analisis  menggunakan  Cas Flow Analisis, Penelitian ini dilaksanakan pada Musim Tanam 2017/2018.Dari Hasil dari penilitian   dapat diketahui bahwa petani yang  mendapatkan bantuan modal melalui program PUAP, produksi dan pendapatannya  meningkat  secara signifikanl, dan selanjutnya berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan   bahwa program PUAP berperanan dalam meningkatkan peroduksi dan pendapatan usahatani padi.Kata kunci: PUAP, Petani.
PELATIHAN BUDIDAYA TANAMAN SAYUR ORGANIK DI RT.04 RW.04 KELURAHAN BUJEL MOJOROTO KOTA KEDIRI Saptorini Saptorini; Eko Yuliarsha Sidhi; Dian Abdul Kholik; andreas Zulkarnain
Jurnal Pengabdian Masyarakat Borneo Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/jpmb.v6i1.2526

Abstract

Tujuan dari pelatihan pelatihan budidaya tanaman sayur organik di RT.04 RW.04 kelurahan bujel mojoroto kota kediri adalah memberi solusi menanam sayuran organik di tengah Pandemi COVID-19 yang memberi dampak yang dirasakan pada sektor Kesehatan dan Ekonomi masyarakat. Kegiatan Pelatihan Budidaya Tanaman Sayur Organik di RT.04 RW.04 Kelurahan Bujel Mojoroto Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur  menuju pertanian pangan sayur sehat organik sebagai bagian dari masyarakat secara umum berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang  direncanakan dalam program kerja. Adapun kesimpulan dari pelaksanaan kegiatan ini  yaitu: pertama, Program Pelatihan Budidaya tanaman sayur organik di RT.04 RW.04 Kelurahan Bujel Mojoroto Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur  berjalan dengan baik dengan indikator pemahaman isi materi dan praktek dari warga mencapai 100% dari jumlah warga yang mengikuti yakni 22 orang. Kedua, Program ini berdasarkan kuisioner yang di dapat sulit di tindak lanjuti warga dengan alasan waktu dan biaya yang di keluarkan untuk melakukan penanaman sayur organik tersebut. Dengan demikian, secara garis besar program ini dapat dikatakan terlaksana dengan sukses dan lancar namun dengan catatan tindak lanjutnya kegiatan masih di ragukan.
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN HOME INDUSTRI TEMPE KRIPIK KELOMPOK USAHA JAJANAN KHAS KABUPATEN TRENGGALEK Wiwiek Andajani; Nina Lisanty; Agustia Dwi Pamujiati; Eko Yuliarsha Sidhi
Jurnal AGRIBIS Vol. 7 No. 1 (2021): April 2021
Publisher : Univeritas Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.254 KB) | DOI: 10.36563/agribis.v7i1.288

Abstract

ABSTRAK Usaha untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat adalah yang selalu diusahakan, baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, dengan menggunakan berbagai programnya, yang tentu saja harus tetap memperhatikan potensi yang ada di daerah masing-masing.Agar potensi daerah dapat bermanfaat, maka masyarakat melakukan kegiatan ekonmi, dengan melihat peluang yang ada, sarana dan prasarana ekonomi yang dapat menunjang serta mendorong kegiatan ekonomi tersebut. Salah satunya adalah usaha produk olahan tempe, karena tempe adalah salah satu bahan makanan yang sudah merakyat, dan dikonsumsi hampir setiap hari oleh masyarakat Indonesia, dari masyarakat kalangan atas sampai bawah, yang tidak dibatasai oleh status sosial. Hal ini menarik bagi peneliti untuk mengetahui, berapa pendapatan produsen home industri tempe kripik, dan faktor yang mempengaruhinya. Dari faktor umur, tingkat pendidikan dan pengalaman atau lama usaha, manakah yang paling berpengaruh terhadap pendapatan produsen home industri tempe kripik. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan melakukan survei, sedangkan penentuan daerahnya dilakukan secara sengaja, dengan alasan bahwa Kelurahan Tamanan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu daerah sentra home industri tempe kripik yang ada di Jawa Timur. Dari hasil analisis dapat diketahui rata-rata pendapatan produsen home industri tempe kripik, dalam satu kali produksi adalah Rp 695.650,- sedangkan faktor umur, tingkat pendidikan dan lama usaha atau pengalaman ternyata tidak berpengaruh terhadap pendapatan, baik secara bersama-sama, maupun secara parsial. Kata Kunci: Faktor Produksi,Home Industri Tempe Kripik, Pendapatan ABSTRACT Efforts to create public welfare are what the regional and central governments always strive to make, by using various programs and utilizing any potential in each region. In order for the regional potential to be useful, the community shall carry out economic activities, by looking at the opportunities, economic facilities and infrastructure that can support and encourage economic activity. One of the examples is the business of processed tempe products, because tempe is one of the most popular foodstuffs, and is consumed almost every day by Indonesians, from the upper class to the lower classes, who are not limited by social status. This is interesting for researchers to find out the income of the home industry producer of tempe chips, and the factors that influence it. From the factors of age, level of education, and experience or length of business, which one has the most influence on the income of the home industry tempe chips producers. In this study using a quantitative descriptive method, by conducting a survey, while the determination of the area was conducted purposively at Tamanan Village, Trenggalek District, Trenggalek Regency as one of the centers for the home industry for tempe chips in East Java. From the results of the analysis, it can be seen that the average income of the home industry tempe chips producers, in one production was IDR 695,650. The factors of age, education level, and length of business or experience did not significantly affect income, either jointly or partially. Keywords: Production Factor, Home Industry, Tempe Chips, Income
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN HOME INDUSTRI TEMPE KRIPIK KELOMPOK USAHA JAJANAN KHAS KABUPATEN TRENGGALEK Wiwiek Andajani; Nina Lisanty; Agustia Dwi Pamujiati; Eko Yuliarsha Sidhi
Jurnal AGRIBIS Vol. 7 No. 1 (2021): April 2021
Publisher : Univeritas Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.254 KB) | DOI: 10.36563/agribis.v7i1.288

Abstract

ABSTRAK Usaha untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat adalah yang selalu diusahakan, baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, dengan menggunakan berbagai programnya, yang tentu saja harus tetap memperhatikan potensi yang ada di daerah masing-masing.Agar potensi daerah dapat bermanfaat, maka masyarakat melakukan kegiatan ekonmi, dengan melihat peluang yang ada, sarana dan prasarana ekonomi yang dapat menunjang serta mendorong kegiatan ekonomi tersebut. Salah satunya adalah usaha produk olahan tempe, karena tempe adalah salah satu bahan makanan yang sudah merakyat, dan dikonsumsi hampir setiap hari oleh masyarakat Indonesia, dari masyarakat kalangan atas sampai bawah, yang tidak dibatasai oleh status sosial. Hal ini menarik bagi peneliti untuk mengetahui, berapa pendapatan produsen home industri tempe kripik, dan faktor yang mempengaruhinya. Dari faktor umur, tingkat pendidikan dan pengalaman atau lama usaha, manakah yang paling berpengaruh terhadap pendapatan produsen home industri tempe kripik. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan melakukan survei, sedangkan penentuan daerahnya dilakukan secara sengaja, dengan alasan bahwa Kelurahan Tamanan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu daerah sentra home industri tempe kripik yang ada di Jawa Timur. Dari hasil analisis dapat diketahui rata-rata pendapatan produsen home industri tempe kripik, dalam satu kali produksi adalah Rp 695.650,- sedangkan faktor umur, tingkat pendidikan dan lama usaha atau pengalaman ternyata tidak berpengaruh terhadap pendapatan, baik secara bersama-sama, maupun secara parsial. Kata Kunci: Faktor Produksi,Home Industri Tempe Kripik, Pendapatan ABSTRACT Efforts to create public welfare are what the regional and central governments always strive to make, by using various programs and utilizing any potential in each region. In order for the regional potential to be useful, the community shall carry out economic activities, by looking at the opportunities, economic facilities and infrastructure that can support and encourage economic activity. One of the examples is the business of processed tempe products, because tempe is one of the most popular foodstuffs, and is consumed almost every day by Indonesians, from the upper class to the lower classes, who are not limited by social status. This is interesting for researchers to find out the income of the home industry producer of tempe chips, and the factors that influence it. From the factors of age, level of education, and experience or length of business, which one has the most influence on the income of the home industry tempe chips producers. In this study using a quantitative descriptive method, by conducting a survey, while the determination of the area was conducted purposively at Tamanan Village, Trenggalek District, Trenggalek Regency as one of the centers for the home industry for tempe chips in East Java. From the results of the analysis, it can be seen that the average income of the home industry tempe chips producers, in one production was IDR 695,650. The factors of age, education level, and length of business or experience did not significantly affect income, either jointly or partially. Keywords: Production Factor, Home Industry, Tempe Chips, Income
BIMBINGAN TEKNIS PEMANFAATAN MANGGA PODANG SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BOLU KUKUS DI KELURAHAN MOJOROTO KOTA KEDIRI Tjatur Prijo Rahardjo; Widi Artini; Agustia Dwi Pamujiati; Djoko Rahardjo; Eko Yuliarsha Sidhi; Mariyono
Jurnal Abadimas Adi Buana Vol 6 No 02 (2023): Jurnal Abadimas Adi Buana
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/abadimas.v6.i02.a6444

Abstract

Pemanfaatan mangga podang di Kelurahan Mojoroto Kota Kediri masih terbatas hanya untuk buah meja dan jus. Padahal mangga podang berpotensi dijadikan produk olahan yang memiliki nilai jual lebih tinggi seperti bolu kukus. Selain itu, bolu mangga juga dapat dijadikan oleh-oleh khas daerah. Maka dari itu perlu dilakukan sosialisasi dan bimbingan teknis pemanfaatan mangga podang sebagai bahan baku bolu kukus. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan pendampingan serta tahap evaluasi. Sasaran dari kegiatan pengabdian kepada masyarakta ini adalah ibu PKK Kelurahan Mojoroto Kota Kediri. Hasil pengabdian kepada masyarakat menunjukkan bahwa peserta bimbingan teknis antusias terhadap sosialisasi yang telah diberikan. Selan itu, peserta juga dibimbing untuk melakukan uji kesukaan terhadap produk bolu mangga podang yang telah diproduksi. Peserta bimbingan teknis juga mendapatkan nilai diatas 80 untuk hasil evaluasi yang menunjukkan bahwa proses transfer ilmu telah berhasil dilakukan. Peserta bimbingan teknis juga ada yang berkeinginan untuk mengembangkan pembuatan bolu mangga podang sebagai bisnis skala kecil.
Membangun budaya bertani pada remaja untuk mendukung ketahanan pangan keluarga di Desa Nglaban Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk Widi Artini; Eko Yuliarsha Sidhi; Gina Septi Ghofiliani
JATIMAS : Jurnal Pertanian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2021): MEI
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jatimas.v1i1.1712

Abstract

Tujuan pengabdian masyarakat adalah membangun persepsi yang baik terhadap pertanian dan menumbuhkan budaya bertani pada anak remaja agar kegiatan bertani menjadi kesenangan dan kebiasaan. Dengan menerapkan teknik vertikultur di lahan pekarangan rumah diharapkan akan dapat mengubah pandangan. Pengabdian masyarakat dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2019 di desa Nglaban, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Pelaksanaan kegiatan terdiri dari penyuluhan, pelatihan, pendampingan praktik serta monitoring dan evaluasi. Dengan metode penyuluhan dan pelatihan teknologi vertikultur ini berhasil menimbulkan persepsi yang positif serta minat para remaja untuk melanjutkan kegiatan pertanian. Para remaja dapat mempraktikkan budidaya dengan teknik vertikultur dan menyatakan menyukai kegiatan ini setelah melihat hasil dari pekerjaan yang dilaksanakan bersama dengan tim pendamping. Para remaja rajin melanjutkan pemeliharaan terhadap tanaman yang dibudidayakan hingga panen dan ingin mempraktikannya secara mandiri di rumah masing-masing dengan berbagai jenis tanaman pangan semusim yang diinginkan. Dengan dimulai dari membangun persepsi dan rasa senang akan timbul keinginan untuk melaksanakan yang kemudian akan menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Dengan terbentuknya kebiasaan pada sesoreng, maka jika ada ruang dan waktu dan kesempatan akan timbul keinginan untuk mempraktikan, karena menurut teori Habitus , kabiasaan adalah penggerak pikiran.
Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sebagai Bahan Minuman Instan Penambah Imunitas Lailatul Azkiyah; Agustia Dwi Pamujiati; Eko Yuliarsha Sidhi; Ahmad Haris Hasanuddin Slamet; Kresna Widigdo Margo Utomo
JATIMAS : Jurnal Pertanian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 1 (2023): MEI
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jatimas.v3i1.4561

Abstract

Family medicinal plants (TOGA) are efficacious as medicines to fulfil the needs of family medicines. TOGA has many types of plants that can be used for roots, leaves, bark, flowers, and rhizomes depending on the type of plant. One of the TOGA that is used for its rhizomes is ginger. Ginger contains phenolic compounds such as gingerols, shogaols, zingeron, and diarylheptanoids which have antioxidant activity. Ginger is generally used as a ginger drink. Making ginger tea is also considered impractical because you have to peel the ginger first. So it is necessary to carry out technical guidance on processing ginger into instant ginger granules. Processing into granules was chosen because it is more stable physically and chemically and does not easily agglomerate. The purpose of this community service is to transfer knowledge and technology in the cultivation and processing of instant ginger. This community service was carried out for 25 housewives of RT 5 RW 2 in Mojoroto Village, Mojoroto District, Kediri City. This activity was divided into two stages, namely the stage of giving lectures and field practice, namely ginger cultivation and ginger processing. The results of the community service showed that during the lecture stage, the cultivation of ginger in used sacks, and the processing of instant ginger granules received very positive responses from the participants. Many participants followed closely and communicated actively with the community service team.  Tanaman obat keluarga (TOGA) berkhasiat untuk obat dalam mencukupi kebutuhan obat-obatan keluarga. Beberapa jenis TOGA dapat dimanfaatkan akar, daun, kulit batang, bunga, dan rimpangnya. Salah satu TOGA yang dimanfaatkan rimpangnya adalah jahe. Jahe mengandung senyawa fenolik seperti gingerol, shogaol, zingeron, diarilheptanoid yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Jahe umumnya digunakan sebagai wedang jahe. Pembuatan wedang jahe pun dirasa kurang praktis karena harus mengupas jahe terlebih dahulu. Maka perlu dilakukan bimbingan teknis pengolahan jahe menjadi granul jahe instan. Pengolahan menjadi granul dipilih karena lebih stabil secara fisik dan kimia serta tidak mudah menggumpal. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini untuk berbagi ilmu dan teknologi dalam budidaya dan pengolahan jahe instan. Sasaran kegiatan ini adalah ibu-ibu rumah tangga RT 5 RW 2 sebanyak 25 orang di Kelurahan Mojoroto Kecamatan Mojoroto Kota Kediri. Kegiatan ini dilakukan dengan dua Langkah, yaitu memberikan ceramah dan praktek lapang yaitu budidaya jahe serta pengolahan jahe. Hasil pengabdian kepada masyarakat menunjukkan bahwa pada tahap ceramah, budidaya jahe dalam karung bekas dan pengolahan granul jahe instan sangat mendapatkan respon positif dari peserta. Banyak peserta yang mengikuti dengan seksama dan berkomunikasi secara aktif kepada tim pengabdian kepada masyarakat.