Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Evaluation of CpG DNA for Increasing Immune Gene Expression in Grouper (Epinephelus fuscoguttatus) Jamaluddin, Ruqayyah; Yusuf, Sunarti; Nursida, Nur Fajriani; Suryahman, Agus; Tahya, Akbar Marzuki
AgriSains Vol 21, No 1 (2020)
Publisher : FAPETKAN UNTAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.935 KB)

Abstract

CpG DNA is a kind of DNA synthetic immunostimulant containing CpG motifs consisting of short sequences containing one or more CpG motifs which act as a danger signal to the natural and innate immune systems. This study aimed to analyze the ability of CpG DNA to increase Interleukin 1β (IL1β) gene expression in tiger grouper so that it could be used as immunostimulant. Analysis of the expression level was carried out by extracting RNA- from the cephalic kidney which was treated with CpG DNA or with PBS as a control. Complementary DNA (cDNA) synthesis was carried out using the Ready To Go You Prime First Strand Beads (GE Healthcare) kit using the RT-PCR technique. The PCR product was analized by measuring the photostimulated luminescence value using UN SCAN IT software based on the thickness of the DNA fragments. The gene expression level and photostimulated luminescence value of the IL1β gene were higher than that of the PBS treatment used as a control. The luminescence value of the photostimulated IL1β gene in CpG DNA treatment was 113684 while the PBS treatment as a control was only 95610.
Phylogenetic Analysis of Mud Crab Scylla olivacea with Several Crustacean Based mRNA Encoding FAMeT Yusuf, Sunarti; Tahya, Akbar Marzuki; Jamaluddin, Ruqayyah
AgriSains Vol 21, No 1 (2020)
Publisher : FAPETKAN UNTAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.935 KB)

Abstract

Previous studies have succeeded in isolating, and the basic sequence of mRNA encoding FAMeT Scylla olivacea. Several studies have noted that the FAMeT encoding mRNA sequence has differences in crustacean species. The aim of this study was to determine the relationship between S. olivacea and other crustaceans based on the FAMeT encoding mRNA sequence. The similarity of the FAMeT encoding mRNA sequences showed that several crustaceans had similarities to the FAMeT mRNA sequences of S. olivacea. The phylogeny tree analysis showed the existence of 2 clusters of the relationship between the mRNA encoding FAMeT of S. olivacea on the same branch as 2 other crab species: S. serrata and S. paramamosain. It was also found in Portunus trituberculatus and P. pelagicus and river prawn Macrobrachium rosenbergii. These findings indicated that the S. olivacea crab was monophyletic with 2 other mangrove crabs, namely the crab and the river prawn M. rosenbergii. So that describes a very close kinship relationship genetically. Meanwhile, the second branch consists of crustaceans such as Homarus americanus, Cherax quadricarinatus, Fenneropenaeus merguiensis, Metapenaeus ensis and Litopenaeus vannamei.
The Effect of Basil Leaf Extract (Ocimum basilicium L.) on Reducing Fungal Infections and Improving Hatching Rates of Catfish (Clarias gariepinus) Eggs: Pengaruh Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) terhadap Daya Tetas Telur Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus) yang Terserang Jamur Madinawati; Akbar Marzuki Tahya; Nasmia; Desiana Trisnawati Tobigo; Sitti Ramlah Yusuf; Anisa Rizky Putri
Jurnal Ilmiah AgriSains Vol. 23 No. 1 (2022): April
Publisher : Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako, Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.558 KB) | DOI: 10.22487/jiagrisains.v23i1.2022.11-19

Abstract

Adanya serangan infeksi jamur seringkali menyebabkan daya tetas telur menjadi rendah. Salah satu bahan alami yang berpotensi sebagai anti jamur adalah kemangi (Ocimum basilicium L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan ekstrak daun kemangi (Ocimum basilicum L.) dalam menurunkan tingkat serangan jamur (prevalensi), sehingga meningkatkan daya tetas telur ikan lele mutiara (Clarias gariepinus). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan 5 kali ulangan. Perlakuan dilakukan dengan cara merendam telur ikan lele mutiara dalam media perendaman ekstrak daun kemangi dosis berbeda yaitu: A=0 mg/l (kontrol), B=55 mg/l, C=60 mg/l, D=65 mg/l. Data prevalensi dan daya tetas telur dianalisis menggunakan Analisis Ragam (ANOVA), kelangsungan hidup larva dan kualitas air dianilisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan dosis paling efektif dari ekstrak daun kemangi yaitu perlakuan B (55 mg/l), dimana memiliki tingkat prevalensi terendah (23%) dan menghasilkan daya tetas telur tertinggi (76,8%).
Evaluation of CpG DNA for Increasing Immune Gene Expression in Grouper (Epinephelus fuscoguttatus): Evaluasi Pemberian CpG DNA untuk Meningkatkan Ekspresi Gen Imun pada Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Ruqayyah Jamaluddin; Sunarti Sunarti; Nur Fajriani Nursida; Agus Suryahman; Akbar Marzuki Tahya
Jurnal Ilmiah AgriSains Vol. 21 No. 1 (2020): April
Publisher : Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako, Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.802 KB) | DOI: 10.22487/jiagrisains.v21i1.2020.8-16

Abstract

CpG DNA merupakan imunostimulan DNA sintetik yang mengandung CpG motif, terdiri dari sekuen pendek satu atau lebih motif CpG dan berperan sebagai danger signal terhadap sistem kekebalan imun natural maupun bawaan. Penelitian bertujuan menganalisa kemampuan CpG DNA untuk meningkatkan ekspresi gen Interleukin 1β (IL1β) pada ikan kerapu macan agar dapat dijadikan sebagai imunostimulan. Analisis tingkat ekspresi gen dilakukan dengan cara mengekstrak RNA organ kepala ginjal yang diberi perlakuan CpG DNA dan perlakuan PBS sebagai kontrol.Sintesis DNA komplementer (cDNA) dilakukan menggunakan kit Ready To Go You Prime FirstStrand Beads (GE Healthcare) dengan teknik RT-PCR. Produk PCR selanjutnya dianalisa dengan UN SCAN IT berdasarkan ketebalan fragmen DNA. Tingkat ekspresi gen serta nilai luminescence photostimulated dari gen IL1β lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan PBS sebagai kontrol. Nilai luminescence photostimulated gen IL1β pada perlakuan CpG DNA yaitu 113684 sementarapada perlakuan PBS sebagai kontrol hanya sebesar 95610.
Phylogenetic Analysis of Mud Crab Scylla olivacea with Several Crustacean based on mRNA Encoding FAMeT: Analisis Filogenetik Kepiting Bakau Scylla olivacea dengan Beberapa Krustasea berdasarkan Gen Penyandi FAMeT Sunarti Sunarti; Akbar Marzuki Tahya; Ruqayyah Jamaluddin
Jurnal Ilmiah AgriSains Vol. 21 No. 1 (2020): April
Publisher : Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako, Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.026 KB) | DOI: 10.22487/jiagrisains.v21i1.2020.23-29

Abstract

Penelitian sebelumnya telah berhasil mengisolasi, dan sekuens basa nukleotida mRNA penyandi FAMeT Scylla olivacea. Beberapa penelitian menuliskan bahwa urutan mRNA penyandi FAMeT memiliki perbedaan pada spesies krustasea. Tujuan penelitian untuk mengetahui jarak kekerabatan S. olivacea dengan krustasea lainnya berdasarkan sekuen mRNA penyandi FAMeT. Kesamaan sekuen mRNA penyandi FAMeT menunjukkan beberapa krustasea yang memiliki kemiripan dengan sekuen mRNA FAMeT S. olivacea. Analisis pohon filogeni menunjukkan adanya 2 klasterkekerabatan mRNA penyandi FAMeT S. olivacea pada cabang yang sama dengan 2 spesies kepiting lainnya: S. serrata dan S. paramamosain. Selain pada genus Scylla, ditemukan pula pada Portunus trituberculatus dan P. pelagicus serta udang sungai Macrobrachium rosenbergii. Temuan tersebut menunjukkan bahwa kepiting S. olivacea monofiletik dengan 2 kepiting bakau lainnya, yaitu rajungan serta udang sungai M. rosenbergii. Sehingga menggambarkan hubungan kekerabatan yang sangat dekat secara genetik. Sementara pada cabang ke 2 terdiri atas krustasea jenis udang-udangan seperti Homarus americanus, Cherax quadricarinatus, Fenneropenaeus merguiensis, Metapenaeus ensis dan Litopenaeus vannamei.
PERTUMBUHAN LOBSTER AIR TAWAR Cherax quadricarinatus YANG DIBERIKAN PAKAN SEGAR BERBEDA: GROWTH OF FRESHWATER CRAYFISH Cherax quadricarinatus WHICH IS GIVEN DIFFERENT FRESH FEED Muhammad Safir; Akbar Marzuki Tahya; Hikmah Asdin
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 7 No. 1 (2023): JFMR
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2023.007.01.9

Abstract

Pengembangan budidaya lobster air tawar jenis Cherax quadricarinatus masih terbatas pada skala kecil. Pengetahuan terhadap domestikasi spesies krustasea tersebut masih terus dipelajari untuk mengembangkan budidaya secara luas, termasuk sosialisasi teknologinya. Salah satu faktor penting yang perlu diketahui untuk mendukung pengembangan budidaya adalah pakan ideal dalam menunjang pertumbuhan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mengoptimalkan pertumbuhan lobster air tawar melalui pemberian pakan dalam bentuk segar dan secara konsisten. Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis pakan segar yang dapat memberikan pertumbuhan tertinggi pada lobster air tawar. Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan jenis pakan segar yakni wortel, keong mas, cacing tanah dan ikan teri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan wortel, keong mas, cacing tanah, dan ikan teri menghasilkan pertambahan bobot individu sebesar 0,42; 0,38; 0,49; dan 0,11 g. Laju pertumbuhan harian secara berurut sebesar 0,40; 0,43; 0,69; 0,13%/hari. Hasil analisis menunjukkan bahwa bobot dan pertumbuhan lobster lebih tinggi (p<0.05) diperoleh pada perlakuan pakan cacing tanah (0,49 g dan 0,69%/hari). Kelangsungan hidup untuk semua perlakuan berkisar antara 68,75-87,50% (p>0.05). Penelitian menemukan jenis pakan segar dari cacing tanah Lumbricus rubellus yang menghasilkan respons pertumbuhan lobster air tawar yang tinggi.   Aquaculture of freshwater crayfish Cherax quadricarinatus, is still a small scale. Knowledge of the domestication of these crustacean species is still being studied to develop aquaculture widely, including the socialization of the technology. One important factor that needs to be known to support the development of aquaculture is the ideal feed to support growth. One of the efforts that can be done in optimizing the growth of freshwater crayfish is through the provision of fresh and consistent feed. This study aims to determine the type of fresh-feed that can provide the highest growth in freshwater crayfish. This study consisted of 4 treatments of fresh-feed, namely carrots, gold snails, earthworms and anchovies. The results showed that the feeding of carrots, gold snails, earthworms, and anchovies resulted in an individual weight gain of 0.42; 0.38; 0.49; and 0.11 g. The daily growth rate is 0.40 respectively; 0.43; 0.69; 0.13%/day. The results of the analysis showed that the higher weight and growth of lobster (p<0.05) was obtained in earthworm feed (0.49 g and 0.69%/day). Survival for all treatments ranged from 68.75-87.50% (p>0.05). Study found a type of fresh feed from the earthworm Lumbricus rubellus which resulted in a high growth response of freshwater crayfish.
Perbandingan Pertumbuhan Lobster (Cherax quadricarinatus) Yang Diberi Pakan Buatan Basah Dan Kering Maspa Timumun; Septina F Mangitung; Akbar Marzuki Tahya; Muhammad Safir
JAGO TOLIS : Jurnal Agrokompleks Tolis Vol 2, No 3 (2022): September
Publisher : Universitas Madako Tolitoli

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56630/jago.v2i3.241

Abstract

Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu organisme yang mengkomsi pakan dengan cara mencabik-cabiknya. Semakin lama pakan tersebut dikonsumsi semakin besar peluang kandungan nutrient dalam pakan mengalami pencucian/leaching. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan lobster (C. quadricarinatus)  yang diberi pakan buatan dalam bentuk pakan basah (kenyal) dan kering. Juvenil lobster air tawar (dengan bobot 4,47±0,77g) sebelum diberi perlakuan terlebih dahulu diadaptasikan baik pada pakan maupun pada media pemeliharaan. Penelitian ini mengujikan dua perlakuan yakni pakan basah (kenyal) dan kering. Setiap perlakuan diberi 5 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik harian, pertumbuhan bobot individu, tingkat kelangsungan hidup, serta efisiensi pakan untuk perlakuan pakan basah dan kering masing-masing secara berurut sebesar 0,47 %/hari; 0,77g; 90%; 51,57% dan 0,32 %/hari; 0,48g; 80%; 39,01%. Perlakuan yang memberikan nilai lebih tinggi pada lobster (C. quadricarinatus) yakni pemberian pakan basah (kenyal).
Spawning potential ratio of comercially important spiny lobster in Donggala Waters Central Sulawesi Muh Saleh Nurdin; Salim Salim; Nur Hasanah; Aswad Eka Putra; Teuku Fadlon Haser; Akbar Marzuki Tahya; Novalina Serdiati; Kasim Mansyur; Madinawati Madinawati
Arwana: Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan Vol 5 No 1: Mei 2023
Publisher : Program Studi Akuakultur, Fakultas Pertanian, Universitas Almuslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51179/jipsbp.v5i1.1765

Abstract

Currently, spiny lobster fishery in Indonesia ranks third as an export commodity from the crustacean subphylum after shrimp and blue swimming crab – mud crab. Most of the spiny lobster export needs still rely on wild population resulting in fishing pressure. To ensure the sustainability of spiny lobster stocks, information of the Spawning Potential Ratio (SPR) is needed. This study aims to analyze SPR of spiny lobsters of Panulirus femoristriga and P. versicolor species. The research was conducted in May − November 2022 in Donggala Regency waters. SPR analysis uses the Length-Based SPR method. The results showed that the stock status of P. femoristriga and P. versicolor had experienced growth overfishing and recruitment overfishing with estimated SPRs of 17 and 11%, respectively. Fishing regulations are needed to maintain a sustainable spiny lobster fishery through increased participation of stakeholders in the implementation, monitoring and evaluation of the regulations set by the government. In addition, it is necessary to reduce of efforts 27 − 33% from the current exploitation rate to E50 0.28.
EVALUASI PENAMBAHAN TEPUNG KULIT PISANG TERFERMENTASI TEHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Sunarti Yusuf; Andi Dyna Riana; Akbar Marzuki Tahya; Ruqayyah Djamaluddin
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.3.2022.169-178

Abstract

Penggunaan bahan aditif dari produk limbah pertanian pada pakan ikan adalah salah satu solusi untuk menekan tingginya biaya pakan di system budidaya ikan. Tujuan penelitian adalah untuk melihat potensi pemberian tepung kulit pisang kepok (Musa paradisiaca) yang difermentasi ragi roti Saccharomyces cerevisiae sebagai feed additive pada benih ikan nila. Bahan yang digunakan adalah kulit pisang kepok matang yang difermentasi dengan S. cerevisiae. Hewan uji yang digunakan adalah benih ikan nila dengan bobot 2-3 g. Hewan uji diberi pakan tiga kali sehari menggunakan pakan yang mengandung tepung kulit pisang terfermentasi sesuai perlakuan yaitu A (0%), B (10%), C (15%), dan D (20%) sebanyak 5% dari bobot tubuh. Parameter yang diamati meliputi perubahan nutrisi pada kulit pisang kepok yang difermentasi, kelangsungan hidup, dan laju pertumbuhan mutlak benih ikan nila.  Hasil analisis proksimat pada fermentasi kulit pisang menunjukkan perubahan pada semua komponen nutrisi yang diamati meliputi nilai kandungan air yang relatif konstan pada semua hari, kadar abu mengalami sedikit peningkatan dari 0,910% menjadi 1,103%, kandungan lemak mengalami penurunan dari 1,265% menjadi  0,766%, kandungan protein mengalami peningkatan di hari pertama yaitu 13,304%, dan karbohidrat mengalami fluktuasi hingga mengalami penurunan drastis hari pertama kemudian cenderung mengalami peningkatan pada hari ke-4 hingga ke-5. Tingkat pertumbuhan mutlak, feed conversion ratio, dan efisiensi pemanfaatan pakan memperlihatkan nilai yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan (P>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan nutrisi pada pakan buatan mampu mencukupi kebutuhan benih ikan nila untuk melakukan pertumbuhan tetapi penambahan kulit pisang kepok yang difermentasi dengan S. cerevisiae tidak menunjukkan dampak yang signifikan pada benih ikan nila.The application of agricultural by-products as fish feed additives is one of the environmentally-friendly solutions to reduce the cost of feed in aquaculture. The purpose of the research was to examine the potential usage of banana peel flour from Musa paradisiaca fermented using Saccharomyces cerevisiae as a feed additive for farmed tilapia fish. The treatments were the addition of different amounts of matured banana peels flour fermented with S. Cerevisiae in the feed, i.e., treatment A (0%), B (10%), C (15%) and D (20%). Other ingredients in the feed were maintained at constant proportions. The test animals used were tilapia fish fries weighing 2-3 g. The test animals were fed with the feed treatments at 5% of body weight three times a day. The parameters observed included changes in nutritional values of the fermented banana peel flour and the survival rate and absolute growth rate of tilapia fry. The proximate analysis of the fermented banana peels showed value changes in all observed nutrient components, including a slight increase in ash content from 0.910% to 1.103%, a decrease in fat content from 1.265% to 0.766%, an increase in protein content in the first day, i.e., 13.304%, and fluctuations in carbohydrate content which exhibited a drastic decrease on the first day and then tended to increase in the fourth and fifth days. Only water content values showed a relatively constant value on all days. The absolute growth rate, feed conversion ratio, and feed utilization efficiency showed no significant difference in all treatments (P>0.05). This study concludes that the overall nutrient content in the artificial feed is sufficient to meet the growth development of tilapia fry. Despite that, there was no significant growth improvement of tilapia fry due to the addition of fermented banana peels with S. cerevisiae.
Fermentasi Tepung Pelepah Sawit dengan Sumber Probiotik Berbeda Sebagai Bahan Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Muhammad Safir; Novalina Serdiati; Kasim Mansyur; Akbar Marzuki Tahya
JSIPi (JURNAL SAINS DAN INOVASI PERIKANAN) (JOURNAL OF FISHERY SCIENCE AND INNOVATION) Vol 8 No 1 (2024): JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN
Publisher : Pascasarjana Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu faktor penting dalam kegiatan akuakultur, namun memiliki dana operasional termahal adalah pakan. Sebagai upaya akuakultur berkelanjutan dan jaminan harga pakan yang terjangkau adalah melalui pemanfaatan bahan baku yang melimpah dan tidak bernilai ekonomis. Kelapa sawit dikenal sebagai tanaman multiguna, seperti pelepah sawit yang sebelumnya diketahui sebagai limbah perkebunan kelapa sawit jumlahnya melimpah dan tidak bernilai ekonomis. Bahan inovatif yang dapat dikembangkan menjadi olahan adalah tepung sebagai sumber nutrien bagi organisme budidaya termasuk pada ikan nila. Akan tetapi, bahan tersebut memiliki zat antinutrisi yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis probiotik yang sesuai sebagai bahan fermentasi dalam menurunkan kandungan zat antinutrisi tepung pelepah sawit yang diamati melalui respons pertumbuhan yang dihasilkan. Penelitian mengujikan jenis probiotik A (Effective Microorganisms/EM-4), B (Boster), C (Raja lele), dan D (Ragi tempe) masing-masing pada benih ikan nila. Setiap perlakuan diberi tiga kali ulangan. Benih ikan nila yang diberi pakan perlakuan berbahan baku tepung pelepah sawit yang difermenatsi dengan probiotik EM-4, Boster, Raja lele, dan ragi tempe menunjukkan respons pertumbuhan (laju pertumbuhan spesifik harian dan pertambahan bobot individu) masing-masing sebesar 6,01%; 5,87%; 7,71%; 3,75% dan 7,34g; 7,03g; 9,95g; 3,75g. Rasio konversi pakan dan kelangsungan hidup masing-masing sebesar 1,09; 1,11; 0,92; 2,11 dan 70%; 73,3%;80%; 50%. Hasil analisis menunjukkan respons pertumbuhan dan kelangsungan hidup lebih tinggi dan rasio konversi pakan lebih rendah (P<0,05) pada ikan hasil perlakuan pakan berbahan baku tepung pelepah sawit yang difermentasi dengan probiotik Raja lele. Fermentasi tepung pelepah sawit sebagai bahan baku pakan menggunakan probiotik Raja lele memberikan respons pertumbuhan tertinggi.