Claim Missing Document
Check
Articles

Identifikasi Pola Ruang Kampung Sarugo Jorong Sungai Dadok Nagari Koto Tinggi Kabupaten Limapuluh Kota Fajar Maulana; Ina Helena Agustina
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.108 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i2.3683

Abstract

Abstract. Jorong Sungai Dadok is an administrative area under Nagari Koto Tinggi. In Jorong, the Dadok River consists of the division of areas based on Minangkabau customs, namely there are several hamlets with settlement centers and community activities located in Koto called Kampung Sarugo. The village is the oldest village in Koto Tinggi and consists of tribes that coexist harmoniously. So that in its territory in one koto consists of several gadang houses, that in the concept of Kampuang or the settlement of the historical gadang house is intended for one tribe, but in Kampung Sarugo there are several tribes with their rumah gadang. The purpose of this study is to identify spatial patterns and settlement patterns. The approach method used is the Exploratory approach method with the aim of identifying spatial patterns and settlements. The conclusion is basically that the concept of the Jorong Dadok River space pattern is an administrative boundary of the area in which there are four hamlet areas, namely Lake, Mudiak Dadok, Padang Jungkek and kampung Tingga surrounded by Taratak and the four hamlets are centered on Koto or what is referred to as Kampung Sarugo as the center of community activities and activities in Jorong Sungai Dadok. Sarugo village as a traditional village in it contains local knowledge and wisdom, which is seen in the matrilineal kinship system, art, traditional ceremonies and physical settlement elements in the form of rumah gadang, balai adat, rangkiang lasuang, cibuak and others. Abstrak. Jorong Sungai Dadok merupakan wilayah administrasi dibawah Nagari Koto Tinggi. Didalam Jorong Sungai Dadok terdiri atas pembagian wilayah berdasarkan adat istiadat Minangkabau yakni terdapat beberapa dusun dengan pusat permukiman dan kegiatan masyarakatnya berada di Koto yang dinamakan Kampung Sarugo. Kampung tersebut merupakan kampung tertua yang ada di Koto Tinggi dan didalamnya terdiri atas suku-suku yang hidup berdampingan secara harmonis. Sehingga dalam wilayahnya dalam satu koto terdiri atas beberapa rumah gadang, bahwa secara konsep Kampuang atau pemukiman rumah gadang sejarahnya itu diperuntukan untuk satu suku, akan tetapi di Kampung Sarugo ini terdapat beberapa suku dengan rumah gadangnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola ruang dan pola permukiman. Metode pendekatan yang digunakan yaitu metode pendekatan Eksploratif dengan tujuan untuk mengidentifikasi pola ruang dan permukiman. Kesimpulannya adalah Pada dasarnya bahwa konsep pola ruang Jorong Sungai Dadok merupakan suatu batasan administrasi wilayah yang didalamnya terdapat empat wilayah dusun yakni Danau, Mudiak Dadok, Padang Jungkek dan Kampung Tingga yang dikelilingi oleh Taratak dan keempat dusun tersebut berpusat pada Koto atau yang disebut sebagai Kampung Sarugo sebagai pusat aktivitas dan kegiatan masyarakat di Jorong Sungai Dadok. Kampung Sarugo sebagai kampung adat didalamnya terkandung pengetahuan dan kearifan lokal yakni terlihat dalam sistem kekerabatan matrilineal, kesenian, upacara adat dan elemen permukiman fisik yakni berupa rumah gadang, balai adat, rangkiang lasuang, cibuak dan lainya.
Kajian Falsafah Aboge dalam Sistem Ruang Hunian di Kota Cirebon Mochamad Ghiffary; Ina Helena Agustina
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.643 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i2.4003

Abstract

Abstract. Indonesia has many ancient philosophies, one of which is in the city of Cirebon which has other important cultural sources. Cirebon has historical evidence that comes from cultural heritage that is local but intangible or intangible. In Cirebon itself, the concept of the embodiment of residential space emerged, namely in the Aboge Philosophy. The purpose of this study is to describe the Aboge philosophy in the residential space system. The approach and analysis method used in this research is to use the hermeneutic approach. In the Aboge philosophy there is a balance between humans, God, and the environment, which is shown through the elements of time, the layout of a room, the direction of the wind, and holding rituals, all of these elements are an effort to get rid of negative energy in the construction of a dwelling. The aboge philosophy that exists and develops in the city of Cirebon is intengible, but this is still maintained by some people and the Cirebon palace by means of "getok tular". Consideration of the aboge philosophy in the creation of a residential space is the location (where will the house face), time (hour, date, day, month), person (name, date of birth, what day was born, whose son), and the process of making a dwelling begins. from making the foundation to raising the temperature. Abstrak. Di Negara Indonesia memiliki banyak falsafah-falsafah kuno salah satunya berada di Kota Cirebon yang memiliki sumber kebudayaan penting lainnya. Cirebon memiliki bukti sejarah yang berasal dari warisan budaya yang sifatnya lokal namun tidak berwujud atau intangible. Di Cirebon itu sendiri muncul konsep perwujudan ruang hunian yakni di dalam Falsafah Aboge. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan Falsafah Aboge dalam sistem ruang hunian. Metode pendekatan dan analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode pendekatan hermeneutik. Dalam Falsafah Aboge terdapat keseimbangan antara manusia, tuhan, dan lingkungan itu ditunjukan melalui unsur waktu, tata letak suatu ruangan, arah mata angin, serta mengadakan ritual, semua unsur-unsur tersebut merupakan upaya untuk membuang energi negatif dalam pambangunan suatu hunian. Falsafah aboge yang berada dan berkembang di Kota Cirebon ini bersifat intengible, namun hal ini masih tetap dipertahankan oleh sebagaian masyarakat dan keraton Cirebon dengan cara “getok tular”. Pertimbangan falsafah aboge dalam penciptaan suatu ruang hunian terdapat lokasi (rumah akan menghdap kemana), waktu (Jam, Tanggal, Hari, Bulan), orang (nama, tanggal lahir, hari apa dilahirkan, bin siapa), dan proses pembuatan suatu hunian tersebut dimulai dari pembuatan pondasi hingga menaikan suhunan.
Factors that Influence the Existence of Palace Cultural Tourism in the Era of Globalization Astri Mutia Ekasari; Gina Puspita Rochman; Ina Helena Agustina; Verry Damayanti
MIMBAR : Jurnal Sosial dan Pembangunan Volume 39, No. 1, (Juni 2023) [Accredited Sinta 2] No 10/E/KPT/2019
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah (Universitas Islam Bandung)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mimbar.v39i1.2116

Abstract

Cirebon City has a lot of cultural heritage in the form of the Palace and other historical relics. The Department of Tourism and Culture of West Java Province tries to preserve the existence of this cultural heritage through the establishment of the History of the Palace as a primary tourist attraction. This study aims to determine the factors that influence the existence of historical palace tourism among the people in the current era of globalization. The research approach method is quantitative statistics, analyzing data with factor analysis. Data collection techniques were carried out through the distribution of online questionnaires. Respondents who were netted were 131 respondents from Cirebon City, Cirebon Regency, and Bandung City in the age range < 20 years to > 60 years. The results of the study concluded that the existence of the historical tourist attraction of the palace was known by most of the respondents. The government and managers of historical tourism and palaces can increase their existence and increase tourist visits by considering these four factors : Applications & Tourist Attractions, Historic Buildings & Traditional Ceremonies, Traditional Culinary, Superior Value.
Exploration of Social Networks on Cultural Resilience in the Cirebon City Gina Puspitasari Rochman; Ina Helena Agustina; Irland Fardani; Wiwin Yuli Astari
MIMBAR : Jurnal Sosial dan Pembangunan Volume 39, No. 1, (Juni 2023) [Accredited Sinta 2] No 10/E/KPT/2019
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah (Universitas Islam Bandung)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mimbar.v39i1.2117

Abstract

As happened in Cirebon City, Indonesian culture faces the challenges of technological and scientific development that can erode or enrich the culture itself. Previous studies have shown that social networks affect economic and business resilience and this study identifies how social networks affect cultural resilience. This study concludes social networks influence increasing cultural resilience through the existence of common goals, sharing knowledge and resources, and creating innovations in the arts and culture. Maintaining and preserving culture as part of the identity and capital of urban development is a common goal of the palace and the city government. These factors underlie a culture that can survive and go hand in hand with the development of technology and science. The three palaces in Cirebon City play a major role in maintaining culture. The results of this study provide lessons for other regions and enrich studies related to the influence of social networks on the resilience and development of cities.
Kajian Konservasi Gua Pawon Berdasarkan Kondisi Ekosistem Deden Rizki Oktaviana; Ina Helena Agustina; Riswandha Risang Aji
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsurp.v3i2.8749

Abstract

Abstract. Pawon Cave is a natural cave located in the Citatah karst formation area, Rajamandala and is included in the list of geological nature reserves protected by the West Java Provincial Government. Pawon Cave is evidence of the existence of the Ancient Lake Bandung. However, at this time the vulnerability of the cave ecosystem and natural beauty began to change. There is quite an alarming phenomenon where the cave area has begun to be destroyed. It can be seen in the current physical form of the cave, where there is vandalism or there are graffiti on the walls of the cave carried out by irresponsible humans, not only that limestone mining which is currently still taking place in the area is also worrying because it can erode the rocks around the area. The existence of limestone processing also increases air pollution which is getting worse because can be seen that thick black smoke continues to float into the air caused by the processing. Therefore, the purpose of this research is "to identify the internal and external condition classes of Pawon Cave, as well as conservation efforts that will be carried out based on the identification of condition classes." This research uses quantitative and qualitative approach methods. With a scoring analysis method based on the results of field observations according to applicable parameters. Therefore, the conclusion of this research is that there are two components, namely the internal condition of the cave and the external condition of the cave. overall, the internal and external conditions of Pawon Cave are included in the moderate category. There are several factors that must be improved, such as the physical aspects of the cave, the type of ornamentation and the utilization of the area which will later be carried out in the direction of conservation in the Pawon Cave area. Abstrak. Gua pawon adalah gua alami yang berada di kawasan formasi karst Citatah, Rajamandala dan termasuk kedalam daftar cagar alam geologi yang dilindungi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Gua Pawon menjadi bukti akan keberadaan Danau Purba Bandung. Namun pada saat ini kerentanan ekosistem gua serta keindahan alam mulai mengalami perubahan. Terdapat fenomena cukup mengkhawatirkan dimana Kawasan gua sudah mulai hancur. Terlihat pada bentuk fisik gua saat ini, dimana terdapat vandalisme atau terdapat coretan – coretan pada dinding gua yang dilakukan oleh manusia yang tidak bertanggung jawab tidak hanya itu penambangan batuan kapur yang saat ini masih terjadi di kawasan tersebut juga mengkhawatirkan karena dapat mengikis batuan di sekitar kawasan tersebut. Adanya pengolahan batuan kapur juga meningkatkan polusi udara yang semakin memburuk karena terlihat asap tebal hitam yang terus menerus mengapung ke udara yang diakibatkan dari pengolahan tersebut. Maka dari itu tujuan dalam penelitian ini yaitu “mengindentifikasi kelas kondisi internal dan eksternal Gua Pawon, serta upaya konservasi yang akan dilakukan berdasarkan identifikasi kelas kondisi.” Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dengan metode analisis skoring berdasarkan hasil dari observasi lapangan sesuai parameter yang berlaku. Maka dari itu kesimpulan dari penelitian ini terdapat dua komponen yaitu kondisi internal gua serta kondisi eksternal gua. secara keseluruhan kondisi internal dan eksternal Gua Pawon termasuk dalam kategori sedang. Dengan demikian terdapat beberapa faktor yang harus ditingkatkan, seperti aspek fisik gua, jenis ornamen dan pemanfaatan kawasan yang nantinya akan dilakukan arahan konservasi di Kawasan Gua Pawon.
Educational Spread of Buntet Boarding School in A Rural Area Ivan Chofyan; Ina Helena Agustina; Chusharini Chamid; Diden Rosenda; Dika Lukmana Saputra; Lathansya Mulya Sukmawati; Muhtadin Yanto
TA'DIB: JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Vol 12, No 2 (2023): Ta'dib: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/tjpi.v12i2.11924

Abstract

The Buntet Islamic Boarding School was first founded in 1750 by Kyai Muqayim bin Abdul Hadi, known as Mbah Muqayim. He was the chief of the Kanoman Palace. Since its establishment, this pesantren has had relations with the palaces in Cirebon. The history and tradition of this boarding school are tied to the growth of Islam in West Java. The purpose of this study is to investigate how education is disseminated at Buntet pesantren in rural areas. The study used a mixed-methods technique, which combines qualitative and quantitative data analysis. Employing the snowball method to get information from informants while doing field observations. Data processing involves categorizing data in accordance with groups of recurring themes. Additionally, map data was gathered and processed using ArcGIS software to observe changes in space from 2002 to 2022. The findings demonstrates that the transmission of education can build the social character of the village community as well as the propagation of spatial changes.
KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI YUKHA SUNDAYA; Ina Helena Agustina
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 11 No. 2 (2011)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jpwk.v11i2.257

Abstract

Dalam menetapkan suatu kebijakan pembangunan dibutuhkan replika atau model perekonomian demikian halnya dengan Kabupaten Bekasi. Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah dengan Pendapatan asli Daerah terbesar di Jawa Barat,maka kajian struktur ekonomi sangat penting untuk menunjang kinerja pembangunan. Pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis input-output. Dimana hasil input output ini menunjukkan struktur ekonomi Kabupaten Bekasi dapat diidentifikasi bahwa sektor industri pengolahan makanan-minuman-tembakau, dan industri kimia serta barang dari kimia memiliki daya dorong yang sangat kuat terhadap sektor pertanian
GERAK RUANG KAWASAN KERATON KASEPUHAN Ina Helena Agustina; ACHMAD DJUNAEDI; SUDARYONO; DJOKO SURYO
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 13 No. 1 (2013)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jpwk.v13i1.262

Abstract

Teori lokal mulai dikembangkan setelah adanya kegagalan teori-teori yang didasarkan oleh filsafat rasionalisme. Paradigma Postmodernisme semakin memberi peluang pengembangan teori yang berbasis lokalitas dan komunitas. Kawasan Keraton Kasepuhan yang berdiri sejak abad ke 14 kaya akan nilai-nilai lokal. Didasarkan oleh pendekatan fenomenologi menangkap suatu fenomena yang menunjukkan nilai lokalitas berupa gerak ruang. Gerak adalah keluarnya sesuatu dari titik kemungkinan menuju titik yang dimungkinkan ( Ammar, 1993). Gerak ruang yang terjadi di kawasan ini berupa gerak ruang substansi dan gerak ruang aksiden. Gerak ruang substansi yang ditunjukkan dalam fenomena gerak tradisi ke politik memiliki nilai lokal kesadaran integral dinamika spirit yang ditunjukkan oleh: 1) keyakinan terhadap tanggung jawab sebagai pemegang amanah; 2) keyakinan terhadap persatuan umat (keluarga); 3) keyakinan untuk membuka diri pada yang lain. Sedangkan gerak ruang aksiden yang ditunjukkan oleh kegiatan revitalisasi keraton memiliki nilai lokal “ kebersamaan “.
MODEL PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL EKONOMETRIKA DI KABUPATEN BEKASI Ina Helena Agustina
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 14 No. 2 (2014)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jpwk.v14i2.279

Abstract

Dalam upaya meningkatkan pembangunan pertanian merupakan dokumen penting bagi Pemerintah Daerah. Strategi atau rencana tersebut merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah untuk merumuskan kebijakan dan program yang efektif bagi pembangunan pertanian pada khusus-nya, dan pembangunan daerah secara keseluruhan. Sebagaimana dipahami, per-tumbuhan ekonomi di Kabupaten Bekasi cukup pesat. Kabupaten Bekasi, selain sektor manufaktur atau industri pengolahan tumbuh pesar dan menjadi cluster besar di Jawa Barat, disamping sektor pertanian juga terus ber-kembang. Pertumbuhan penduduk juga terus menigkat. Hal itu berdampak pada masalah penggunaan lahan bagi kegiatan pertanian dan aspek sosial serta ekonomi. Kerangka pikir penyelesaian Metodologi yang akan diterapkan untuk memenuhi tujuan studi adalah berbasis pendekatan empiris. Pendekatan empiris menunjang tahapan pemodelan sistem ekonomi Kabupaten Bekasi. Pertanian merupakan sub dari sistem tersebut. Sementara itu, teori yang relevan ditempatkan sebagai model dasar (basic model) untuk dilonggarkan asumsinya agar mampu merekam sistem ekonomi Kabupaten Bekasi. Berdasarkan simulasi model, penyuluhan yang efektif terhadap kelompok tani, kemudian pengelolaan irigasi yang baik, dorongan pengembangan investasi di sektor peternakan dan perkebunan, serta mempertajam fungsi KUD, dapat berkontribusi pada peningkatan PDRB sektor pertanian dari sub sektor tanaman bahan makanan, peternakan, perikanan, dan perkebunan
STUDI KONSEP RENCANA DAN STRATEGI PROGRAM BIKE TO SCHOOL DI KOTA BANDUNG Ina Helena Agustina
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 15 No. 1 (2015)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jpwk.v15i1.281

Abstract

Transportasi adalah kegiatan perpindahan orang atau barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan sarana kendaraan bermotor maupun tidak bermotor. Transportasi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu transportasi darat (mobil, motor, kereta api, sepeda, dll), udara (pesawat terbang, helikopter, dll), dan laut (perahu layar, perahu dayung, kapal motor, dll). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analitycal Hierarchy Process. Analitycal Hierarchy Process adalah salah satu metode yang digunakan dalam menyelesaikan masalah yang mengandung banyak kriteria. AHP bekerja dengan cara memberi prioritas kepada alternatif yang penting mengikuti kriteria yang telah ditetapkan. Lebih tepatnya, AHP memecah berbagai peringkat struktur hirarki berdasarkan tujuan, kriteria, sub- kriteria, dan pilihan atau alternative. Dari hasil analisis, ada beberapa variabel untuk mendukung strategi dan program Bike To School, seperti : ketersediaan sepeda, Perizinan dari orang tua untuk memperbolehkan anaknya menggunakan sepeda, Penyediaan parkir sepeda di sekolah, Penyediaan jalur sepeda, Melakukan kampanye penggunaan sepeda, Ketersediaan marka dan rambu-rambu sepeda dan Memberikan pendidikan mengenai keselamatan berkendara sepeda.