Arrochman, Ferry
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Diaper Dermatitis Tri Irfanti, Rakhma; Imelda Betaubun, Ance; Arrochman, Ferry; Fiqri, Ahmad; Rinandari, Ummi; Anggraeni, Reti; Yustin Ellistasari, Endra
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 5 (2020): CME - Continuing Medical Education
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (877.502 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v47i5.362

Abstract

Diaper dermatitis (juga dikenal sebagai ruam popok, nappy rash, atau dermatitis iritan karena popok) adalah istilah umum untuk meggambarkan inflamasi akut pada area terkena popok; kondisi ini umumnya terjadi pada bayi. Etiologi dermatitis popok adalah multifaktorial. Diagnosis dan penatalaksanaan tepat mendapatkan hasil optimal; diperlukan kerjasama antara orang tua, pengasuh, dan tenaga medis.Diaper dermatitis (also known as diaper rash, nappy rash, or irritant dermatitis due to diapers) is a general term used to describe acuteinflammation in an area affected by a diaper; this condition generally occurs in infants. The etiology of diaper dermatitis is multifactorial. Proper diagnosis and management get optimal results; collaboration between parents, caregivers, and medical personnel is needed.
Keratoakantoma Regio Gluteal Paramitasari, Anggana Rafika; Arrochman, Ferry; Dewi, Susanti Rosmala; Imelda Betaubun, Ance; Zulfikar, Dendy; Yustin Ellista Sari, Endra
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46, No 5 (2019): Pediatri
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.871 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v46i5.482

Abstract

Keratoakantoma (KA) adalah neoplasma jinak sel skuamosa yang jarang berkembang menjadi karsinoma dan bermetastasis. Keratoakantoma sering dijumpai pada daerah terpapar sinar matahari dan secara klinis sulit dibedakan dari karsinoma sel skuamosa (KSS). Walaupun jarang, KA dapat muncul di tempat yang tidak terpapar matahari. Kasus seorang wanita 59 tahun dengan benjolan di bokong sejak 15 tahun yang makin membesar. Pasien pernah dioperasi namun lesi muncul kembali. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tumor soliter regio gluteal 2 x 2,5 x 0,5 cm sewarna kulit terfiksir, bagian inti berbentuk seperti kawah dengan tepi berbatas tegas. Dermoskopi menunjukkan gambaran massa keratin hitam kekuningan di tengah lesi, dengan zona berwarna keputihan dan struktur vaskuler berbentuk hairpin di sekitar lesi. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan tumpukan massa keratin dan nekrotik yang mengarah ke diagnosis KA. Pasien diterapi dengan eksisi luas.Keratoacanthoma (KA) is a benign neoplasm usually found in sun-exposed body surface. It is rarely developed into metastatic carcinoma, but difficult to be distinguished with squamous cell carcinoma (SCC). Previous surgery, obesity, and scratching lead to chronic trauma in gluteal region can be rare risk factors. The case is a 59 year-old woman with tumour in buttock area for 15 years. The tumour was previously removed but reccurent. Physical examination shows fixed solitary tumor 2 x 2,5 x 0,5 cm, with central yellowish and hyperpigmentation mass. Dermoscopic examination reveals yellowish and black mass in the centre, whitish halo and hairpin vascular pattern around the lesion. Histopathologic examination results keratin mass in the epidermis consistent to KA. This patient was treated with wide excision. 
Media Terkondisi Sel Punca Mesenkim Wharton’s Jelly Mempercepat Penyembuhan Ulkus Tikus Diabetik strain Wistar Arrochman, Ferry; Betaubun, Ance Imelda; Tri Ifanti, Rakhma; Rinandari, Ummi; -, Mardiana; Satya Negara, Achmad; Nugraha, Wibisono; Mulianto, Nurrachmat; Julianto, Indah
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 12 (2020): Dermatologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.214 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v47i12.1235

Abstract

Pendahuluan: Ulkus diabetik merupakan bentuk kegagalan proses penyembuhan luka normal. Media terkondisi sel punca mesenkim Wharton’s jelly meningkatkan transkripsi m-RNA dari TGF-β2, hypoxia-inducible factor-1α, dan plasminogen activator inhibitor-1 genes pada fibroblas kulit yang berhubungan dengan penyembuhan luka. Tujuan: Meneliti efektivitas media terkondisi sel punca mesenkim Wharton’s jelly terhadap kecepatan penyembuhan ulkus pada tikus diabetik strain Wistar. Metode: Penelitian eksperimental laboratorik randomized pretest-posttest control group design. Penelitian di laboratorium bagian Farmasi Universitas Setia Budi (USB) Surakarta menggunakan 18 ekor hewan coba tikus strain Wistar yang dibuat luka di area punggung atas, dibagi 2 kelompok. Kelompok 1 diberi gel astaxanthin, kelompok 2 diberi media terkondisi sel punca mesenkim Wharton’s jelly. Perlakuan selama 14 hari. Uji visual menggunakan metode fotografi, luas ulkus diukur menggunakan software image J, persentase penyembuhan ulkus dihitung menggunakan rumus wound closure. Pengamatan dilakukan di hari ke-0, 7, 10, dan 14. Analisis perbedaan rata-rata luas ulkus menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil: Berdasarkan luas ulkus dengan perhitungan Image J, didapatkan perbedaan signifikan pada hari ke-7 (p=0,041), hari ke-10 (p= 0,000), dan pada hari ke-14 (p= 0,000) Pada perhitungan menggunakan rumus wound closure dan data Image J, didapatkan perbedaan signifikan, pada kelompok 2 sebagian besar ulkus sudah menutup sempurna di hari ke-7, sedangkan pada kelompok 1 (kontrol) ulkus paling cepat menutup di hari ke-14 dan sebagian besar ulkus belum sembuh di hari ke-14. Simpulan: Media terkondisi sel punca mesenkim Wharton’s jelly efektif mempercepat penyembuhan ulkus pada tikus diabetik strain Wistar. Introduction: Diabetic ulcer is a sign of wound healing failure. Wharton’s Jelly enhance m-RNA transcription of TGF-β2, hypoxia-inducible factor-1α, and plasminogen activator inhibitor-1 genes in skin fibroblast related to wound healing process. Objective: To prove the effectivity of Wharton’s Jelly mesenchymal stem cell conditioned media on ulcer healing rate in diabetic Wistar rats. Method: A laboratory experimental study with randomized pretest-posttest control group design. This study was conducted at the Pharmacy Laboratory of Setia Budi University Surakarta on 18 Wistar strain rats divided into 2 groups. All rats were injured on upper back area. Group 1 was treated with Astaxanthin gel. Group 2 was treated with Wharton’s jelly mesenchymal stem cell conditioned media, for 14 days. Visual test was performed using the photographic method and ulcer area was measured using image J software; the percentage of ulcer healing was calculated with wound closure formula. Observations were made on days 0,7th,10th, and 14th. Analysis used Mann-Whitney test for data with normal distribution. Results: Wound closure on day 7th (p= 0.000), on day 10th (p= 0.000), on day 14th (p= 0.004) was significantly better in group 2. Based on ulcer area data with Image J software, the difference on day 7th (p= 0.041), on day 10th (p= 0.000), on day 14th (p=0.000) were significant. The ulcer healing rate is a significantly different between groups. In Wharton’s jelly group, most ulcers has closed completely in day 7th, while in astaxanthin group, most ulcer hasn’t closed until day 14th. Conclusion: Wharton’s Jelly mesenchymal stem cell conditioned media, compared to astaxanthin, accelerate the healing rate of diabetic ulcers in Wistar strain rats.