Yustin Ellista Sari, Endra
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Keratoakantoma Regio Gluteal Paramitasari, Anggana Rafika; Arrochman, Ferry; Dewi, Susanti Rosmala; Imelda Betaubun, Ance; Zulfikar, Dendy; Yustin Ellista Sari, Endra
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46, No 5 (2019): Pediatri
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.871 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v46i5.482

Abstract

Keratoakantoma (KA) adalah neoplasma jinak sel skuamosa yang jarang berkembang menjadi karsinoma dan bermetastasis. Keratoakantoma sering dijumpai pada daerah terpapar sinar matahari dan secara klinis sulit dibedakan dari karsinoma sel skuamosa (KSS). Walaupun jarang, KA dapat muncul di tempat yang tidak terpapar matahari. Kasus seorang wanita 59 tahun dengan benjolan di bokong sejak 15 tahun yang makin membesar. Pasien pernah dioperasi namun lesi muncul kembali. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tumor soliter regio gluteal 2 x 2,5 x 0,5 cm sewarna kulit terfiksir, bagian inti berbentuk seperti kawah dengan tepi berbatas tegas. Dermoskopi menunjukkan gambaran massa keratin hitam kekuningan di tengah lesi, dengan zona berwarna keputihan dan struktur vaskuler berbentuk hairpin di sekitar lesi. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan tumpukan massa keratin dan nekrotik yang mengarah ke diagnosis KA. Pasien diterapi dengan eksisi luas.Keratoacanthoma (KA) is a benign neoplasm usually found in sun-exposed body surface. It is rarely developed into metastatic carcinoma, but difficult to be distinguished with squamous cell carcinoma (SCC). Previous surgery, obesity, and scratching lead to chronic trauma in gluteal region can be rare risk factors. The case is a 59 year-old woman with tumour in buttock area for 15 years. The tumour was previously removed but reccurent. Physical examination shows fixed solitary tumor 2 x 2,5 x 0,5 cm, with central yellowish and hyperpigmentation mass. Dermoscopic examination reveals yellowish and black mass in the centre, whitish halo and hairpin vascular pattern around the lesion. Histopathologic examination results keratin mass in the epidermis consistent to KA. This patient was treated with wide excision. 
Metotreksat Intramuskular untuk Terapi Psoriasis Vulgaris: Serial Kasus Rafika Paramitasari, Anggana; Hartati, Agung Triana; Mustifah, Etty Farida; Yustin Ellista Sari, Endra; Kusumawardani, Arie
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 8 (2018): Alopesia
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (821.515 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v45i8.627

Abstract

Metotreksat merupakan pilihan terapi psoriasis yang efektif. Laporan pemberian MTX parenteral pada psoriasis vulgaris masih jarang. Kami melaporkan 8 kasus psoriasis vulgaris dengan terapi injeksi MTX dosis inisial 10mg/minggu dan dinaikkan menjadi 15mg/minggu. Dalam evaluasi 8-12 minggu, terdapat perbaikan klinis yang dievaluasi menggunakan Psoriasis Activity and Severity Index (PASI), luas Body Surface Area (BSA) dan Dermatology Life Quality Index (DLQI). Bioavailabilitas MTX parenteral lebih baik dibandingkan peroral. Tidak ditemukan efek samping selama pemberian injeksi MTX.Methotrexate (MTX) is the commonly prescribed for psoriasis. Reports on parenteral MTX for psoriasis in Indonesia are still scarce. We reported eight psoriasis patients treated with intramuscular MTX 10mg/week increased to 15mg/week. The clinical improvement was remarkable demonstrated with Body Surface Area (BSA), Psoriasis Activity and Severity Index (PASI) and Dermatology Life Quality Index (DLQI) scores. Bioavailability of parenteral MTX is better than oral MTX. No adverse effect was found and the clinical improvement was good.