Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : ELSE (Elementary School Education Journal) : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar

Kesetaraan Gender dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar Deni Adi Putra
ELSE (Elementary School Education Journal) : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Vol 2, No 1 (2018): FEBRUARI
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.015 KB) | DOI: 10.30651/else.v2i1.1400

Abstract

Abstrak: Penulisan artikel ini yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan serta memberikan rekomendasi tentang masalah kesetaraan gender dalam pembelajaran di sekolah dasar khususnya pada buku ajar tematik kelas IV. Secara umum, istilah gender oleh masyarakat sering diartikan sebagai jenis kelamin. Masalah kesetaraan gender sering dijumpai di lingkungan sekolah dan masyarakat. Pada lingkungan sekolah masalah kesetaran gender salah satunya dapat ditemukan pada bahan ajar yang berupa buku ajar tematik atau buku paket untuk siswa. Dalam buku tema tematik untuk siswa sekolah dasar terdapat poin-poin materi yang tidak mendukung adanya ketidaksetaraan gender, hal ini sangat kontradiksi dengan isi poin-poin dari progam Sustainable Development Goals yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia demi menciptakan masyarakat yang demokratis. Keseteraan gender perlu diberikan kepada siswa sekolah dasar melalui buku ajar atau kurikulum buku yang telah disusun, terutama dalam materi mengenai cita-cita yang seharusnya profesi apapun ditampilkan dalam bentuk dua gender, misalkan profesi polisi juga menampilkan gender perempuan.Kata Kunci: Kesetaraan Gender dan Pembelajaran di SDAbstract: The writing of this article is aimed to describe and provide recommendations on the issue of gender equality in learning in elementary schools, especially in fourth grade thematic textbooks. In general, the term gender by society is often defined as gender. The issue of gender equality is often found in schools and communities. In the school environment the problem of gender equality one of them can be found in teaching materials in the form of thematic textbooks or book packages for students. In the thematic theme book for elementary school students there are material points that do not support the existence of gender inequality, this is very contradiction with the contents of the points of the Sustainable Development Goals proclaimed by the Indonesian government to create a democratic society. Gender equality needs to be given to elementary school students through textbooks or book curricula that have been developed, especially in material about ideals that should be any profession presented in the form of two genders, eg the police profession also displays women's gender.Keywords: Gender Equality and Learning in Elementary School
Pembelajaran Berbasis CTL dan Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Deni Adi Putra
ELSE (Elementary School Education Journal) : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Vol 2, No 2 (2018): AGUSTUS
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.658 KB) | DOI: 10.30651/else.v2i2.1835

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui pembelajaran menggunakan modul berbasis CTL dan inkuiri. Jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian yaitu siswa kelas V SDN Sukorambi 01 Jember Tahun Pelajaran 2017/2018 sebanyak 38 orang dengan rincian 15 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Nilai rata-rata berpikir kritis siswa pada tahap prasiklus yaitu 49. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I nilai berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata 69,34. Peningkatan ini masih belum mencapai ketuntasan secara klasikal sehingga dilakukan siklus II. Pada siklus II nilai rata-rata berpikir kritis siswa mencapai 79,16. Peningkatan pada siklus II ini sudah mencapai ketuntasan secara klasikal sehingga tidak perlu dikakukan siklus selanjutnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan modul berbasis CTL dan inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.Kata kunci: CTL, Inkuiri, Kemampuan Berpikir KritisAbstract: This study aims to improve critical thinking skills through learning using modules based on CTL and inquiry. This type of research is classroom action research. The subjects of the research were 38 students in grade V SDN Sukorambi 01 Jember 2017/2018 Academic Year with details of 15 male students and 23 female students. This research was conducted in two cycles. The average value of students' critical thinking in the pre-cycle stage is 49. After the action in the first cycle the value of critical thinking of students has increased by an average of 69.34. This increase has not yet achieved classical completeness so that cycle II is carried out. In the second cycle the average value of critical thinking of students reached 79.16. The increase in cycle II has achieved classical completeness so that it does not need to be tested in the next cycle, so it can be concluded that learning using modules based on CTL and inquiry can improve students' critical thinking skills.Keywords: CTL, Inquiry, Critical Thinking Skills
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Siswa Kelas III SD Melalui Pembelajaran Berbasis Pengajuan Masalah Kunti Dian Ayu Afiani; Deni Adi Putra
ELSE (Elementary School Education Journal) : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Vol 1, No 1 (2017): AGUSTUS
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.128 KB) | DOI: 10.30651/else.v1i1.868

Abstract

Pada dasarnya permasalahan dalam pembelajaran matematika pada sekolah dasar dikarenakan anggapan guru bahwa siswa belum mempunyai pengetahuan dasar. Oleh karena itulah guru sangat mendominasi pembelajaran. Guru yang sering mendominasi pembelajaran inilah yang menyebabkan rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa di sekolah dasar. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang rendah membuat siswa menjadi pasif dan tidak terbiasa menyampaikan pendapatnya. Pembelajaran yang sesuai adalah salah satu cara dalam mengatasi permasalahan ini, yaitu melalui pembelajaran matematika yang berbasis pengajuan masalah. Pengajuan masalah dengan membuat pertanyaan yang mempunyai jawaban ganda dan memodifikasi masalah dari buku teks adalah salah satu cara untuk mendorong siswa berpikir kreatif (Moses, dalam Siswono, 2008: 42). Dengan demikian, penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas III SD di SDN Wonokromo I Surabaya melalui pembelajaran matematika berbasis pengajuan masalah. Adapun tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa menurut Siswono (2008: 31) ada 5, yaitu sangat kreatif, kreatif, cukup kreatif, kurang kreatif, dan tidak kreatif. Hasil dari penelitian ini adanya perubahan kemajuan tingkat berpikir kreatif siswa pada siklus-1 sebesar 48,72% dan pada siklus-2 sebesar 87,18%. Hasil tersebut telah menunjukkan bahwa melalui pembelajaran berbasis pengajuan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas III SD. Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa, Pengajuan Masalah