Luther Betteng
Jurusan Arsitektur, FT-UNSRAT, Manado

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

ARENA X – GAMES DI MANADO (Unfolding Architecture) Sanyang, Claudy; Betteng, Luther; Franklin, Papia
SPASIAL Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Manado merupakan salah satu kota besar di Indonesia bagian timur, tak terlepas dari itu perkembangan komunitas extreme sport atau extreme games semakin sering terlihat di kalangan anak muda pada umumnya. Walaupun sering disebut sebagai olahraga yang berbahaya, Extreme games ternyata mampu menyatakan diri sebagai salah satu olahraga alternatif dan berprestasi. Berangkat dari hal tersebut maka diperlukan suatu sarana atau wadah yang dapat menampung dan mengembangkan kegiatan dalam bidang olahraga dan pariwisata serta bisnis di kota Manado, maka dihadirkan Arena X-Games sebagai wadah yang dapat menampung, menunjang, mengimbangi dan mengembangkan kegiatan anak muda khususnya olahraga extreme atau action sport dan sarana hiburan juga rekreasi di kota Manado. Tema Unfolding Achitecture akan dipakai sebagai acuan dan strategi perancangan. Diharapkan dengan hadirnya  Unfolding Architecture sebagai tema, maka objek dapat hadir lebih atraktif dengan wujud irregular form. Kata kunci : Arena, X-Games, Unfolding.
GALERI SENI RUPA 3 DIMENSI DI MANADO (AMBIGUITAS DALAM STYLISTIKA ARSITEKTUR) Bujung, Lidya A.; Betteng, Luther; Erdiono, Deddy
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 4, No 1 (2015): Volume 4 No.1 Mei 2015
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Indonesia memiliki banyak seniman dengan hasil seni yang menjanjikan, tetapi pada kenyataannya perhatian yang lebih besar hanya ditujukan pada seni kontemporer sementara seni klasik sepertinya dipinggirkan, harusnya lebih banyak memberikan perhatian bagi pengembangan seni itu sendiri. Pengetahuan masyarakat tentang perkembangan seni sangat minim. Bukan hanya pada teknologi yang mendukung seni itu sendiri tapi juga pengetahuan tentang seni dan cara mengekspresikannya atau mengomunikasikannya. Berdasarkan hal tersebut menurut sudut pandang penulis, hadirnya objek rancangan Galeri Seni Rupa 3 Dimensi di Manado, akan menjadi wadah pemenuhan akan kebutuhan perkembangan dan lestarinya seni itu sendiri. Dalam melaksanakan tahapan kerangka berpikir, metode-metode yang digunakan antara lain: Kajian Literatur, metode ini diterapkan pada tahap awal yang bersifat deduktif untuk menghasilkan output-output berupa informasi seputar tema dan objek rancangan. Survei, berupa pengamatan serta pendokumentasian berbagai karakteristik tapak yang berpotensi dijadikan site objek rancangan. Pelaksanaan pengkajian menggunakan siklus Image-Present-Test —versi aliran argumentatif terhadap proses anailisi-sintesis-evaluasi—yang berulang-ulang spiralistik menuju pada penajaman alternatif solusi. Pengkajian aspek-aspek tapak, fungsi, struktur, serta utilitas diterapkan dengan menggunakan metode konvergen yang langsung mengkaji konsep-konsep output yang utama berdasarkan data-data input yang masuk dalam Comprehensive knowledge perancang. Dalam konsep perancangan Galeri Seni Rupa  Dimensi di Manado berdasarkan tema yang diambil, terdapat 2 gaya/ lagam/ stylistika pada konsep bentuk rancangan. Tiap lagam mewakili 1 (satu) periode/masa. Yaitu zaman modern (Simplicity periode 1920-1960), dan postmodern (periode 1970-sekarang). Implementasi tema tersebut umumnya diimplementasikan pada elemen arsitektural yang dapat dilihat secara langsung, karena tema Ambiguitas dalam Stylistika Arsitektur mengandalkan teknik visualisasi untuk dapat dinikmati / dirasakan.     Kata kunci : Galeri, Seni, Seni Rupa, Seni 3 Dimensi, Ambiguitas, Eklektik, Manado
APARTEMEN DI MANADO (BIOCLIMATIC ARCHITECTURE) Suawa, Archie I. M.; Kindangen, Jefrey; Betteng, Luther
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 4, No 2 (2015): Volume 4 No.2 November 2015
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Manado memiliki perkembangan dan kemajuan yang pesat di berbagai bidang, sehingga Kota Manado diserbu oleh pendatang dari berbagai daerah untuk mencari kerja. Kebutuhan dan permintaan tempat tinggal semakin meningkat akan tetapi lahan untuk membangun perumahan hanya tersisa di pinggiran Kota saja. Apartemen menjadi jawaban akan kebutuhan tempat tinggal bagi warga Kota Manado dan sekitar, karena apartemen di Kota Manado masih sedikit,Penerapan konsep Bioclimatic Architecture pada apartemen diharapkan dapat menghemat energi dalam operasional dan kenyamanan penghuni dapat tercapai.Dengan menggunakan metode perancangan yang meliputi 3 aspek pendekatan dan proses desain generasi II. Unit yang tersedia pada apartemen ini ada 3 jenis, yaitu tipe studio, tipe 2 bedroom dan tipe 3 bedroom. Terdapat juga fasilitas penunjang seperti restaurant, café, fitness center, ATM gallery, swimming pool dan juga tempat parkir. Beberapa analisa yang digunakan adalah analisa klimatologi, sirkulasi, finansial dan juga analisa terhadap bentuk. Secara keseluruhan perancangan Apartemen di Manado dengan tema Bioclimatic Architecture ini merupakan sebuah perancangan skala besar. Dalam konsep apartemen ini memiliki sekitar 20 lantai dan berlokasi di pusat kota, sehingga memiliki beberapa dampak terhadap lingkungan sekitar, baik segi ekonomi, social maupun lingkungan. Kata kunci: Apartemen, Bioclimatic Architecture, Kota Manado.
GEREJA TORAJA DI MANADO “ SIMBOLISME DALAM ARSITEKTUR” Srianovita, S; Betteng, Luther; Rengkung, Joseph
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 4, No 2 (2015): Volume 4 No.2 November 2015
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebutuhan manusia terbagi menjadi dua yaitu kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan rohani dapat ditunjang melalui sarana dan prasaran peribadatan keagamaan. Sarana peribadatan agama Kristen Protestan adalah Gereja. Gereja merupakan bangunan religius yang mewadahi kegiatan yang sakral antara umat dengan Tuhan. Selain sebagai tempat peribadatan, gereja juga sebagai sarana interaksi antara manusia dengan sesama. Manado merupakan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara yang menjadi salah satu daerah tujuan masyarakat Toraja untuk merantau. Banyak masyarakat Toraja yang bekerja dan menuntut ilmu di daerah ini. Ada juga yang sudah menetap / berdomisili dan berkeluarga di Kota Manado. Dalam perantauan, masyarakat Toraja yang beragama Kristen Protestan akan membutuhkan keberadaan Gereja sebagai tempat untuk menjalankan ibadah dengan suasana yang khusuk dan sakral yang sekaligus memperlihatkan image Gereja Toraja yang sesungguhnya, yaitu gereja yang sesuai dengan budaya (kultural) asal yakni Toraja. Kehadiran Gereja Toraja di Manado ini diharapkan bisa mewadahi peribadatan dan aktifitas kerohanian lainnya bagi masyarakat Toraja di Kota Manado. Perancangan Gereja Toraja di Manado ini menggunakan pendekatan tema perancangan “Simbolisme dalam Arsitektur”. Konsep utama perancangan ini adalah diterapkannya konfigurasi antara nilai atau filosofi simbol-simbol budaya Toraja dengan simbol-simbol Kristiani ke dalam bentuk fisik bangunan sehingga menciptakan suatu peribadatan yang religius dan etnis. Dengan itu pesan keagamaan dapat lebih dipahami dan menyatu sebab disampaikan dengan budaya masyarakat Toraja sekaligus menyimbolkan pemersatu keluarga di tengah segala kesibukan di tempat perantauan. Kata kunci       : Simbolisme, Kristiani, Budaya Toraja
SEKOLAH TINGGI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL (HYPERSURFACE ARCHITECTURE) Pedah, Jevie P.; Betteng, Luther; Tarore, Raymond Ch.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 4, No 1 (2015): Volume 4 No.1 Mei 2015
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teknologi komputer yang makin canggih membuat perkembangan dunia desain komunikasi visual kian marak. Ide-ide kreatif dapat dituangkan tanpa batas dalam merancang berbagai media komunikasi visual, seperti brosur, iklan, poster, website, kemasan, sign, film animasi, corporate identity, dan lain-lain. Sehingga profesi desainer komunikasi visual/desainer grafis menjadi pilihan bagi mereka yang berjiwa dinamis dan kreatif. Penyediaan sebuah fasilitas baru berupa instansi pendidikan yang bergerak di bidang desain grafis merupakan salah satu agenda yang dapat mewadahi dan melengkapi mutu pendidikan di daerah Manado khususnya pada jenjang strata-1/S-1 desain grafis/komunikasi visual. Sebuah wadah baru yang dapat menjadikan sarana edukasi dan penuangan ide-ide kreatif peminatnya, mulai dari penyediaan kurikulum yang menarik dan lengkap hingga pada nilai-nilai arsitektural yang dapat ditampilkan pada desain bangunan. Desain Komunikasi Visual identik kaitannya pada teknologi komputerisasi, baik secara langsung maupun tidak langsung telah membawa banyak perubahan pada kehidupan manusia. Sebagai implikasi logis dari perkembangan teknologi media massa saat ini, komputer membuka alternatif baru perpanjangan tangan arsitektur dimana ekspansi arsitektur ke dunia cyberspace tidak hanya membawa dampak munculnya ‘dunia’ baru yang dapat dijelajahi arsitektur, yang dalam rancangan ini berupa Hypersuface Architecture.. Kata kunci : Sekolah Tinggi, Hypersurface Architecture, Pendidikan Tinggi, Desain Komunikasi Visual, Desain Grafis
MERENCANAKAN KEMBALI DESIGN PRESIDENT SHOPPING CENTRE DI MANADO (PENERAPAN GAGASAN SUPERIMPOSISI, MENURUT BERNARD TSCHUMI) Patandungan, Julvan; Betteng, Luther
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 2, No 2 (2013): Edisi Khusus TA. Volume 2 No.2 Juli 2013
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan berbagai latar belakang sosial, budaya, ekonomi, serta memiliki masyarakat yang majemuk. Semakin beragamnya masyarakat Sulawesi Utara, semakin beragam juga kebutuhan yang akan di penuhi. Salah satunya kebutuhan akan perbelanjaan dan hiburan. President Shopping Centre sudah selayaknya di bangun kembali sesuai dengan fungsinya lagi, agar masyarakat Sulawesi Utara pada umumnya dan kota manado pada khususnya dapat menjangkau setiap kebutuhan mereka, dan tidak merasa bosan dalam melakukan aktifitas di pusat perbelanjaan. Perancangan kembali President Shopping Centre dengan mengangkat tema Superimposisi, Menurut Bernard Stchumi, diharapkan dapat mempunyai nilai yang lebih, Oleh sebab itu dalam perancangannya, direncanakan bangunan yang terdiri dari satu macam bentuk massa, dengan posisi vertikal yang merupakan wujud dari  bangunan pusat perbelanjaan dari tampilan fasadenya. Kata Kunci           :  President Shopping Centre, Superimposisi.
GEDUNG PEMUDA DI MANADO “ARSITEKTUR PERILAKU LINGKUNGAN” Tome, Abdul H.; Betteng, Luther; Poli, Hanny
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 4, No 1 (2015): Volume 4 No.1 Mei 2015
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemuda merupakan konsep-konsep yang selalu di kaitkan dengan masalah nilai. Di dalam masyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan dan pembangunan bangsanya karena pemuda dapat diartikan sebagai harapan Bangsa dan Negara. Melihat kondisi Kota Manado saat ini begitu memprihatinkan, stabilitas keamanan mulai di pertanyakan dan merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai masyarakat kota manado untuk menjaganya. Banyaknya kasus pembunuhan, penggunaan senjata tajam, dan tawuran antar kampung menjadi faktor yang meresahakan masyarakat kota manado. Setelah diidentifikasi diantara berbagai kasus tersebut ternyata sebagian besar palakunya adalah pemuda yang dibawah pengaruh minum-minuman keras. Untuk meminimalisir berkembangnya kasus-kasus ini kiranya perlu di hadirkan suatu wadah/bangunan yang mampu mengakomodasi pemuda dalam penyaluran bakatnya agar mampu mengalihkan kegiatan pemuda pada hal-hal yang lebih positif. Gedung Pemuda di Kota Manado hadir sebagai salah satu solusi bagi para pemuda untuk mengembangkan minat dan bakat mereka. Gedung Pemuda merupakan sarana pembinaan mental terhadap pemuda dalam bentuk edukatif rekreatif. Sarana ini merupakan wadah bagi pemuda untuk mengembangkan potensi yang dimiliki pemuda baik dari segi olahraga, seni, iptek maupun kegiatan berorganisasi. Sarana ini juga mampu menjawab tantangan zaman dalam mengarahkan pemuda pada hal-hal yang lebih positif karena pemuda merupakan generasi emas bagi Bangsa dan Negara. Rancangan Gedung Pemuda di Manado ini menerapkan pendekatan tematik Arsitektur Perilaku Lingkungan. Pendekatan ini diterapkan untuk menyempurnakan rancangan objek, dengan memberikan terapi mental terhadap pengguna bangunan dan juga membantu dan menganalisa kebutuhan ruang bagi pemuda terhadap objek rancangan. Pendekatan tematik ini menyempurnakan fungsi dari objek rancangan sebagai saran pembinaan mental bagi pemuda. Kata Kunci  : Gedung, Pemuda, Perilaku, Lingkungan.
PENGARUH BISING LALU LINTAS UDARA BANDARA SAM RATULANGI TERHADAP KENYAMANAN PENGHUNI PERUMAHAN DI SEKITARNYA Suryono, -; Betteng, Luther; Mastutie, Faizah
MEDIA MATRASAIN Vol 9, No 3 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi pengaruh bising lalu-lintas pesawat terbang bandar udara Sam Ratulangi, terhadap rasa nyaman dan rasa aman para penghuni permukiman disekitarnya perumahan: CBA, Griya 4, dan Permata Klabat. Obyek penelitian tersebut dipilih karena jarak dari Bandar udara Sam Ratulangi relatif dekat, sekitar 300 meter hingga 4.000 meter dan berada satu garis lurus dengan landasan pacu, sehingga permukiman tersebut patut diduga terkena dampak negatif penting dari bising yang bersumber dari aktifitas take off dan landing pesawat udara. Adapun metoda penelitian yang digunakan: pertama, Observasi yakni pemetaan letak bandara dan tiga lokasi perumahan, data penerbangan, kedua adalah pengukuran bising obyektif, yaitu bising latar belakang dan kebisingan dengan menggunakan sound level meter dan pengukuran subyektif yakni dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuisener untuk mendapatkan tanggapan responden, perihal rasa nyaman dan rasa aman para penghuni. Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa rasa nyaman dan aman secara obyektif dan subyektif, terdapat perbedaan yang cukup signifikan, untuk rekomendasi guna mengantisipasi dampak negatif dari bising bagi pihak terkait antara lain: penghuni, pengembang dan pemerintah sebagai pembuat dan pengontrol kebijakan Kata kunci: bising, gangguan rasa nyaman, aman dan antisipasi
IMPLEMENTASI ARSITEKTUR GOTHIK PADA BANGUNAN DI DAERAH TROPIS LEMBAB Lumunon, Austensean S.; Betteng, Luther
MEDIA MATRASAIN Vol 10, No 2 (2013)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tropikalitas dapat dipahami sebagai suatu resultan dari respon-respon manusia untuk hidup beradaptasi dengan iklim tropis. Respon-respon ini sangat evolutif dan kaya akan kemungkinan-kemungkinan sehingga tropikalitas menjadi begitu kompleks dan menarik sebagai suatu titik temu antara tantangan alam dengan tuntutan kualitas hidup manusia. Bruno Stagno dalam artikelnya yang berjudul “Tropicality” mengungkapkan bahwa masyarakat tropis cenderung responsif dan tidak antisipatif terhadap tantangan alam. Mereka cenderung menunggu dan berusaha bertahan dengan beradaptasi dan menjadi kultur yang khas. Isu Tropikalitas juga telah dipahami sebagai suatu konstrain yang tak terhindarkan dalam desain Arsitektur Gothik di daerah Tropis.Langgam Arsitektur di Eropa seperti Arsitektur Gothik tidak bisa begitu saja diterapkan di Indonesia tanpa memperhatikan aspek tropikalitas. Sejalan dengan kultur masyarakat tropis yang adaptatif, maka arsitektur Gothik pun harus dapat beradaptasi sebagai respon terhadap isu tropikalitas. Arsitektur sebagai produk budaya tidak terlepas dari aspek estetika. Demikian juga dengan arsitektur Gothik yang telah sekian lama membentuk wajah kota di beberapa daerah di Indonesia sebagai elemen estetis yang signifikan. Adaptasi langgam Arsitektur Gothik dari Eropa terhadap isu Tropikalitas di Indonesia tentunya menghasilkan bentuk gubahan yang khas dan menjadi elemen yang menarik dalam tinjauan estetika. Salah satu contoh bangunan Arsitektur Gothik era peninggalan jaman kolonial yang signifikan keberadaannya di daerah tropis adalah Gereja Katedral St. Perawan Maria Diangkat Ke Surga, Jakarta karya Pater Antonius Dijkmans di lanjutkan MJ Hulswit dan St. Petrus, Bandung karya W.C.P. Schoemaker. Kedua Bangunan ini telah beradaptasi dengan masalah tropikalitas lewat pemilihan material, kemiringan atap yang tinggi dan bukaan-bukaan berupa jendela dan ventilasi yang menghiasi elemen pelingkup ruang pada bangunan ini.Penelitian ini dengan pembahasan dan studi kasus lapangan ini mau menunjukkan bahwa adaptasi terhadap iklim tropis menghasilkan elemen-elemen desain yang sangat kaya dan berpotensi untuk menjadi elemen unsur – unsur Arsitektur Gothik yang berestetika tinggi, yang terintegras dengan mengimplementasi atau menerapkan pada daerah Tropis.Kata kunci : Implementasi, Arsitektur Gothik, Arsitektur Tropis, Tropis Lembab.
GRAHA PEMUDA DAN REMAJA DI MANADO “PLURALISME DALAM GUBAHAN BENTUK DAN RUANG ARSITEKTURAL” S, Sahril; Betteng, Luther; Makainans, Indradjaja
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 4, No 1 (2015): Volume 4 No.1 Mei 2015
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu agenda besar kehidupan berbangsa dan bernegara dalah menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan membangun kesejahteraan hidup bersama seluruh warga Negara dan umat beragama. Melihat kondisi lokal kota Manado saat ini sangat memprihatinkan, stabilitas keamanan di kota Manado patut dipertanyakan dan menjadi tanggung jawab kita bersama selaku masyarakat Manado. Kasus pembunuhan dan penggunaan senjata tajam semakin meningkat dan sangat meresahkan masyarakat. Manado yang dikenal dengan semboyan Torang Samua Basudara kini tergugah eksistensinya ditengah maraknya kasus pembunuhan. Setelah diidentifikasi, diantara berbagai kasus tersebut ternyata sebagian besar pelaku pembunuhan dan penggunaan senjata tajam adalah para (pemuda) dan (remaja) yang rata-rata sebahagian besar sudah putuhs sekolah dan dibawah pengaruh minuman keras. Ada beberapa pendekatan yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi terjadinya kasus kasus diatas. Salah satu pendekatan yaitu pembinaan mental yang bebrbasis Religius. Berkaca dari kasus-kasus inilah, maka dipandang perlu untuk membuat suatu wadah/bangunan (graha) yang mampu mengakomodir dan membingkai meraka semua dalam suatu kesepahaman dan semngat (pluralisame) guna terwujudnya sutu tatanan masyarakat yang lebih baik dan berguna bagi nusa dan bangsa. Kata Kunci:GrahaPemuda dan Remaja, Pluralisme, Bentuk dan Ruang Arsitektural Â