Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Perubahan kadar LDL dan HDL pada kelinci New Zealand White yang diberi ekstrak beras hitam (Oryza sativa L.) Runtu, Jessica G.; Kawengian, Shirley E.S.; Mayulu, Nelly; Bolang, Alexander S.L.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14444

Abstract

Abstract: Cardiovascular disease, especially coronary heart disease (CHD), is the leading cause of death annually. Low HDL and high LDL levels are related to the increased risk of CHD. Polyphenol such as anthocyanin in black rice could reduce the cardiovascular risks due to its antioxidant that has anti-platelet and anti-inflammatory activities. This study was aimed to determine the changes in LDL and HDL levels in rabbits fed with black rice extract (Oryza sativa L.). This was a true experimental study with a pretest posttest control group design. Samples were male New Zealand White rabbits, weighing 0.8-2.5 kg divided into four groups. Group A was fed with standard diet; group B was fed with high-fat diet; group C was fed with high-fat diet and black rice extract; and group D was fed with high-fat diet and atorvastatin. Data were presented descriptively. The results showed that the mean LDL level of group C increased by 6.5 mg/dl but one sample showed a decrease of 2 mg/dl. The mean level of HDL of group C decreased 0.50 mg/dl. This reduction was not as many as the other groups but one sample showed an increase of 5 mg/dl. Conclusion: Not all rabbits fed with black rice extract showed decreased LDL level and increased HDL level.Keywords: LDL, HDL, black rice extract Abstrak: Penyakit kardiovaskuler terutama penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian tertinggi pertahunnya. Kadar HDL rendah serta kadar LDL tinggi berkaitan dengan meningkatnya risiko PJK. Polifenol seperti antosianin yang terdapat dalam beras hitam dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular karena antioksidannya dengan aktivitas anti-platelet dan anti-inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kadar LDL dan HDL pada kelinci yang diberi ekstrak beras hitam (Oryza sativa L.). Jenis penelitian ialah true experimental dengan desain pre test post test control grup. Sampel ialah kelinci New Zealand White jantan, berat badan 0,8- 2,5 kg. Kelompok A diberi pakan standar; kelompok B diberi diet tinggi lemak; kelompok C diberi diet tinggi lemak dan ekstrak beras hitam; dan kelompok D diberi diet tinggi lemak dan atorvastatin. Data disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian mendapatkan pada kelompok C, rerata kadar LDL meningkat 6,5 mg/dl tetapi satu sampel mengalami penurunan sebesar 2 mg/dl. Rerata kadar HDL pada kelompok C menurun 0,50 mg/dl; penurunan ini tidak sebesar pada kelompok lainnya tetapi satu sampel mengalami peningkatan sebesar 5 mg/dl. Simpulan: Kelinci yang diberi ekstrak beras hitam tidak semua mengalami penurunan kadar LDL dan peningkatan kadar HDL. Kata kunci: LDL, HDL, Ekstrak beras hitam
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI Matayane, Shanon G.; Bolang, Alexander S. L.; Kawengian, Shirley E. S.
e-Biomedik Vol 2, No 3 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i3.5742

Abstract

Abstract: Hemoglobin is the oxygen-carrying compound in red blood cells. Someone hemoglobin level scan be affected by several other factors: age, gender, systemic disease and diet. Nutrient intake plays a role in the formation of redblood cells. Disruption of the formation of redblood cells could be due to lack of food consumed contains essential nutrients such as iron, folic acid, vitamin B12, protein, vitamin C and other important nutrients. This study aims to determine the relation ship between the intake of protein and iron in hemoglobin level student of medical education force in 2013 Sam Ratulangi University School of Medicine. The design is an analytical study using cross-sectional approach. The study sample is determined and carried out systematic random sampling proportional to the gender of men and women and who met the inclusion criteria sample amounted to75 people. Data were collected through questionnaires and food recall by measuring hemoglobin levels, then the data were analyzed using the Spearman rank test. Protein intake is less 52.0%, 16.0% protein and enough protein intake over 32.0%. Iron intake less than 98.7% and 1.3% more protein intake. Normal hemoglobin levels of 93.3% and 6.7% is not normal. Conclusion: The results of the study with Spearman rank test for protein and hemoglobin levels obtained p-value is 0.138 (p>α=0.05) which means that there is no significant relationship between iron intake with hemoglobin levels. For intake of iron and hemoglobin levels obtained p value is 0.198 (p>α=0.05), which means there is nosignificant relationship between iron intake with hemoglobin levels. Keywords: Proteinintake, intake ofIron, Hemoglobin.   Abstrak: Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Kadar hemoglobin seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain: usia, jenis kelamin, penyakit sistemik dan pola makan. Asupan zat gizi berperan dalam pembentukan sel darah merah. Terganggunya pembentukan sel darah merah bisa disebabkan makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi penting seperti besi, asam folat, vitamin B12, protein, vitamin C dan zat gizi penting lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin mahasiswa program studi pendidikan dokter angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Rancangan penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini ditentukan secara systematic random sampling dan dilakukan proposional untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan dan sampel yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 75 orang. Data dikumpulkan melalui kuesioner food recall dan melalui pengukuran kadar hemoglobin, kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji spearman rank. Asupan protein yang kurang 52,0%, asupan protein cukup 16,0% dan asupan protein lebih 32,0%. Asupan zat besi kurang 98,7% dan asupan protein lebih 1,3%. Kadar hemoglobin normal 93,3% dan 6,7% tidak normal. Simpulan: hasil penelitian dengan uji spearman rank untuk asupan protein dan kadar hemoglobin diperoleh nilai p yaitu 0,138 (p>α=0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin. Untuk asupan zat besi dan kadar hemoglobin diperoleh nilai p yaitu 0,198 (p>α=0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin. Kata kunci: Asupan Protein, Asupan Zat Besi, Hemoglobin.
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR HIGH SENSITIVITY C-REACTIVE PROTEIN SERUM PADA MAHASISWA OBES DAN TIDAK OBES DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Rattu, Christy; Bolang, Alexander S. L.; Kawengian, Shirley E. S.
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.1610

Abstract

Abstract: The increasing of Metabolic syndrome become a problem nowadays. The prevalence of metabolic symbol can be confirmed tend to increase with the increasing of obesity prevalence. The indicator to measure body’s fat is Body Mass Index (BMI). For obesity patient, their adiposity system produce duce protein messenger that cause inflamation. The level of High Sensitivity C-Reactive Protein (hsCRP) is one of the parameter that used to detect inflamation process. This research is conducted with the purpose to know the difference of hsCRP level between Obese students and Non-Obese students in Medical Faculty, to know the relation between BMI and hsCRP level between Obese and Non-Obese students in Medical Faculty. This is an analitic research with cross sectional approach that used 59 sample that consists of 30 Man and 29 woman, with the age range between 18-22 years old. The result of this research shown that there is a big difference of hsCRP level between obese and non-obese students. Cobclusion: There is a meaningful positif relationship between BMI with hsCRP level for obese students, and there is no meaningful relationship between BMI with hsCRP level for the non-obese students in Medical Faculty. Keywords: BMI, hsCRP, obesity     Abstrak: Meningkatnya sindroma metabolik menjadi masalah sekarang ini. Prevalensi sindroma metabolik dapat dipastikan cenderung meningkat dengan meningkatnya prevalensi obesitas. Indikator untuk mengukur lemak tubuh adalah indeks massa tubuh (IMT). Pada penderita obesitas, jaringan adiposity menghasilkan protein-protein duta yang menyebabkan adanya inflamasi. Kadar High Sensitivity C-Reactive Protein (hsCRP) merupakan salah satu parameter uji yang dipakai untuk mendeteksi proses inflamasi. Penelitian ini telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan kadar hsCRP pada mahasiswa obes dan non-obes di Fakultas Kedokteran, untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan kadar hsCRP pada mahasiswa obes dan non-obes di Fakultas Kedokteran. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional menggunakan 59 sampel yang terdiri 30 laki-laki dan 29 wanita, berusia 18-22 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna kadar hsCRP pada mahasiswa obes dan non-obes. Simpulan: Ada hubungan positif yang bermakna antara IMT dengan kadar hsCRP pada mahasiswa obes, dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan kadar hsCRP pada mahasiswa non-obes di Fakultas Kedokteran. Kata kunci: IMT, hsCRP, obesitas.
HUBUNGAN ANTARA LINGKAR PINGGANGDENGANKADARHS-CRP SERUMPADA MAHASISWA OBES DAN TIDAK OBES DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Fatie, Anita Ohe S.; Bolang, Alexander S. L.; Mayulu, Nelly
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.3588

Abstract

Abstract: The rapid socioeconomic growth has led to a more sedentary lifestyle and change in diet over the past several decades. As a result of prosperity,obesity has become an important health problem. And then problem healthnutrition world, both in developed countries and in developing countries. Waist circumference more than normal is one component in the metabolic syndrome. An increased incidence of metabolic syndrome in line with the increase in obesity. Hs-CRP is a protein in the synthesis in the liver in response to inflammatory stimuli during the acute phase. This research was conducted to find out the waist circumference and hs-CRP levels in students faculty of medicine University of Sam Ratulangi Manado. And the type of research used is the observational approach cross sectional analytic. Results anasis statistics by using test mann whitney u showed there are different meaning ( p = 0.00 ( 0,00 ). Based on the test spearmen statistics then obtained value a correlation coefficient ( r ) by 0.472 and value ρ = 0.000 < α= 0.05.. This shows there is a relationship between waist circumference with hs-CRP levels on students obese and not obese in medical schools university sam ratulangi manado. Keyword: waist circumference, hs-CRP   Abstrak: Percepatan pertumbuhan sosial ekonomi menyebabkan orang lebih kurang bergerak dimana perubahan dalam pola diet dan yang terjadi pada beberapa dekade. Akibatnya obesitas menjadi masalah penting bagi kesehatan. Dan jugamasalah  kesehatan    gizimasyarakatdunia, baikdinegaramajumaupundinegara berkembang. Lingkar Pinggang yang besar dari normal adalah salah satu komponen dalam sindroma metabolik. Peningkatan kejadian sindroma metabolik sejalan dengan peningkatan obesitas.Hs-CRP merupakan protein yang di sintesis di hati sebagai respon terhadap rangsangan pada saat inflamasi fase akut.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Lingkar Pinggang dan kadar hs-CRP pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Dan jenis penelitian yang dipakai adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil anasis statistik dengan menggunakan uji Mann Whitney U menunjukan terdapat perbedan bermakna (p=0.00(0,00). Berdasarkan hasil uji spearmen statistik maka didapatkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.472 dan nilai ρ = 0.000 < α= 0.05. Hal ini menunjukan terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan kadar  hs-CRP pada mahasiswa obes dan tidak obes di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Lingkar Pinggang, hs-CRP
HUBUNGAN ANTARA KETEBALAN LEMAK TRICEPS (KLT) DAN KADAR HIGH SENSITIVITY C-REACTIVE PROTEIN (hs-CRP) PADA MAHASISWA OBES DAN TIDAK OBES DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERISITAS SAM RATULANGI MANADO Gansareng, Deril; Bolang, Alexander S. L.; Mayulu, Nelly
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.6883

Abstract

Abstract: Socio-economic conditions are on the rise in developed countries and some developing countries allow for lifestyle changes. One of these changes is the consumption of low carbohydrate and high fat diet that can lead to unbalanced nutrition changes. Generally obesity causes the accumulation of fat in the subcutaneous and other tissues. The increasing prevalence of obesity is apparently closely related to the increasing prevalence of metabolic syndrome. Increased incidence of metabolic syndrome is in line with the increase in subcutaneous fat. Hs-CRP is a kind of protein synthesized in the liver as a response to stimuli during the acute inflammatory phase. This study aimed to determine the correlation of the thickness of the triceps muscle fat with hs-CRP level among the students of the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi. This was an observational study with a cross-sectional approach. Data were analyzed statistically by using the Mann Whitney U test which showed significant differences (p = 0.000). The Spearman test showed a correlation coefficient (r) of 0.427 and a p value of 0.001 <α = 0.05 level. Conclusion: There was a significant correlation between the thickness of triceps fat and hs-CRP levels in obese and nonobese students in the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi.Keywords: thick fat triceps, hs-CRP.Abstrak: Kondisi sosial ekonomi yang semakin meningkat di negara maju dan beberapa negara berkembang memungkinkan terjadinya perubahan gaya hidup. Salah satunya ialah perubahan pola makan dengan diet rendah karbohidrat dan tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan perubahan gizi yang tidak seimbang. Obesitas umumnya menyebabkan akumulasi lemak pada daerah subkutan dan jaringan lainnya. Peningkatan prevalensi obesitas ini ternyata berkaitan erat dengan meningkatnya prevalensi kejadian sindroma metabolik. Peningkatan kejadian sindroma metabolik sejalan dengan peningkatan lemak subkutan. Hs-CRP merupakan protein yang di sintesis di hati sebagai responden terhadap rangsangan pada saat inflamasi fase akut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Ketebalan Lemak Triseps (KLT) dengan kadar hs-CRP pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Jenis penelitian yang dipakai ialah observasional analitik dengan pendekatan potong lintang. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Mann Whitney U menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p=0,000). Hasil uji Spearmen menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,427 dan nilai ρ = 0,001 < α = 0,05. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara ketebalan lemak triseps dan kadar hs-CRP pada mahasiswa obes dan tidak obes di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.Kata kunci: Lemak Triseps, hs-CRP.
HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DENGAN KADAR HS-CRP SERUM PADA MAHASISWA OBES DAN TIDAK OBES DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Aprilianti, Fajar; Kawengian, Shirley E.S.; Bolang, Alexander S. L.
eBiomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.1.1.2013.4355

Abstract

Abstract: Fat consumption is now a growing thing in the notice due to changes lifestyle. Excessive fat will increase the risk of obesity and accounted for heart disease. Fat is the most dense source of energy, which produces 9 kcal / gram with the the total dietary fat consumption which is good for health should be 20-30% of the total energy needs. High sensitive C-reactive protein (hs CRP) is a very sensitive test for the detection of cardiovascular risk, coronary heart disease (CHD). The objective of this study was to examine the association between dietary fat intake and levels of hs CRP among the medical students of the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado. This study was an analytical cross-sectional design, conducted in November - December 2012 with 59 respondents. Using the Mann Whitney test, the result showed that there was no difference in dietary fat intake of obes and non-obes (p = 0.85 > 0.05  with z =  -0,19). Levels of hs-CRP serum obes and non-obes showed that there was difference (p = 0.00 < 0.05 with z= -3,55). Spearman rank test, the result showed that there was no significant association between dietary fat intake and levels of hs-CRP among the medical students of the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi. Manado (p = 0,61 > 0,05 with r = 0,06). Keywords: Dietary fat intake, hs-CRP levels, CHD, Obesity. Abstrak: Konsumsi lemak saat ini merupakan hal yang semakin di perhatikan karena perubahan gaya hidup. Lemak yang berlebihan akan meningkatkan obesitas dan menyumbang resiko penyakit jantung. Lemak menghasilkan 9 kkal/gram dengan konsumsi yang dianjurkan sebanyak 20-30% dari total kebutuhan energi. High sensitive-C reactive protein (hs-CRP) merupakan uji yang sangat sensitive  untuk mendeteksi resiko kardiovaskular,penyakit jantung koroner (PJK). Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui perbedaan antara asupan lemak dengan kadar hs CRP mahasiswa obes dengan tidak obes pada Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Desain penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan November-Desember 2012 dengan jumlah sampel sebanyak 59 orang. Hasil penelitian perbedaan asupan lemak obes dan non obes  menggunakan uji Mann Whitney dengan nilai p=0,85 >0,05 menunjukan tidak adanya perbedaan asupan lemak mahasiswa obes dengan tidak obes. Nilai p=0,00 < 0,05 menunjukan ada perbedaan kadar hs-CRP mahasiswa obes dan tidak obes. Uji Spearman rank dengan nilai p = 0,61 > 0.05 dengan nilai r = 0,06 menunjukan ada hubungan positif yang lemah tetapi tidak bermakna antara asupan lemak dengan kadar hs-CRP pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci: Asupan lemak, hs-CRP, PJK, Obesitas.
HUBUNGAN ANTARA WHR DENGAN KADAR HS-CRP SERUM PADA MAHASISWA OBES DAN TIDAK OBES DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Toreh, Ezra; Kawengian, Shirley E. S.; Bolang, Alexander S. L.
eBiomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.1.1.2013.1626

Abstract

Abstract: Central obesity is recognized as a major factor that associated with increased risk for some chronic diseases. Waist to hip ratio described the increase in visceral adipose tissue and subcutaneous fat on waist circumference and hip circumference.C-reactive protein is the detection of cardiovascular disease risk in conventional but not sensitive enough to detect cardiovascular risk so  beused the new method is of high sensitivity C-reactive protein.The research have purpose to know the difference and relationship of waist to hip ratio and high sensitivity c-reactive protein level between obese and non-obese students at Medical Faculty of Sam Ratulangi University Manado. This research was an observational analytic cross-sectional approach. The results of statistical analysis using the Mann-Whitney U test revealed that there were significant differences (p = 0.000 <0.05) both WHR and hs-CRP level in both groups of students are. Conclusion: The results of statistical analysis using the Spearman test showed that there is a positive very weak relationship (r = 0309) and significant (p = 0017 <0.05) between the values ??of WHR with hs-CRP level in obese and non-obese students at Medical Faculty of Sam Ratulangi University Manado. Key Words: WHR, hs-CRP     Abstrak: Obesitas sentral diakui sebagai factor utama yang dikaitkan dengan peningkatan resiko untuk beberapa penyakit kronis. Waist to hip ratio (WHR) menggambarkan peningkatan jaringan adiposa visceral dan lemak subkutan pada lingkar pinggang dan lingkar pinggul. C-reactive protein (CRP) merupakan deteksi risiko penyakit kardiovaskular tapi secara konvensional tidak cukup sensitif untuk mendeteksi risiko kardiovaskular sehingga digunakan metode baru yaitu high sensitivity C-reactive protein (hsCRP). Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan hubungan waist to hip ratio (WHR) dengan kadar high sensitivity c-reactive protein (hs-CRP) serum pada mahasiswa obes dan tidak-obes di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Hasil analisis statistic dengan menggunakan uji Mann-Whitney U menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna (p=0.000<0.05) baik WHR maupun kadar hs-CRP serum pada kedua kelompok mahasiswa tersebut. Simpulan: Hasil analisis statistic dengan mengguna-kan uji Spearman menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif sangat lemah (r=0.309) dan bermakna (p=0.017<0.05) antara nilai WHR dengan kadar hs-CRP serum mahasiswa obes dan tidak-obes pada Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: WHR, hs-CRP
Gambaran histologik hati pada kelinci yang diinduksi lemak dengan pemberian ekstrak beras hitam Somba, Yosua R.; Wongkar, Djon; Ticoalu, Shane H. R.; Bolang, Alexander S. L.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.13328

Abstract

Abstract: Dyslipidemia is a disorder of fat metabolism which is marked by increase of one or more fractions of fat in the blood. Due to the high rate of dyslipidemia cases, people begin to improve their lifestyle, such as consuming black rice. Black rice (Oryza sativa L.) is a local variety of rice that contains pigments which are different from other types of rice. Black rice extract is beneficial for lowering LDL cholesterol level and significantly increasing HDL cholesterol level besides its antioxidant effect against reactive oxygen species. This was an experimental posttest-only control group design. Subjects were three New Zealand White rabbits, divided into three groups. Group A was fed with standard food for rabbit; group B was fed with standard food for rabbit and fat; group C was fed with standard foot for rabbit, fat, and black rice extract for 28 days. Blood total and LDL cholesterol were examined on the first day and after 28 days of treatment. The three groups were terminated and their liver tissues were processed for histological examination. The histological results were as follows: Group one showed small fat vacuoles around the hepatocyte nuclei; group two showed large fat vacuoles around the hepatocyte nuclei, signet rings, and coalescence of fat vacuoles; group three showed fat vacuoles around the hepatocyte nuclei, a few signet rings without coalescence of fat vacuoles. Conclusion: Black rice extract could reduce fat vacuoles in liver tissue.Keywords: fat, black rice extract, dyslipidemia, fatty liverAbstrak: Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari fraksi lemak di dalam darah. Meningkatnya kasus dislipidemia menyebabkan banyak orang beralih ke gaya hidup sehat, antara lain mengonsumsi beras hitam. Beras hitam (Oryza sativa L.) merupakan beras varietas lokal dengan pigmen yang berbeda dari beras lain oleh karena kandungan antosianin. Ekstrak beras hitam bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol total dan LDL secara bermakna, meningkatkan kadar kolesterol HDL, serta memiliki efek antioksidan terhadap reactive oxygen species. Jenis penelitian ini ialah experimental posttest-only control group design. Sampel penelitian ini ialah kelinci New Zealand White sebanyak 3 ekor yang dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok A diberi pakan standar; kelompok B diberi pakan standar dan lemak; dan kelompok C diberi pakan standar dengan lemak dan ekstrak beras hitam selama 28 hari. Pemeriksaan kkolesterol total dan LDL dilakukan pada awal penelitian dan 28 hari setelah perlakuan 28 hari. Kelinci diterminasi untuk pengambilan jaringan hati yang kemudian dibuat sediaan histologik. Hasil pemeriksaan histologik ialah sebagai berikut: Kelompok 1 menunjukkan adanya vakuola lemak kecil-kecil disekitar nukleus; kelompok 2 menunjukkan adanya vakuola lemak yang luas di sekitar nukleus, gambaran signet ring, dan penggabungan vakuola lemak; kelompok 3 menunjukkan adanya vakuola lemak disekitar nukleus dengan beberapa gambaran signet ring tanpa penggabungan vakuola lemak. Simpulan: Ekstrak beras hitam dapat mengurangi vakuola lemak pada jaringan hatiKata kunci: lemak, ekstrak beras hitam, dislipidemia, perlemakan hati
Aktivitas Fisik dan Status Gizi Mahasiswa Saat Pandemi COVID-19 Supit, Enrico D.; Mayulu, Nelly; Bolang, Alexander S. L.; Kawengian, Shirley
Jurnal Biomedik : JBM Vol 13, No 2 (2021): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.13.2.2021.31763

Abstract

Abstract: The imposition of social restrictions during the Covid-19 pandemic resulted in limitations in carrying out physical activities. Physical activity is a determining factor for a person's nutritional status by affecting body mass index (BMI). The purpose of this study was to determine the relationship between the metabolic equivalent (MET) and the body mass index (BMI) of Class 2017 Students for the Medical Education Study Program of the Faculty of Medicine Unsrat during the Covid-19 Pandemic and the relationship between physical activity and nutritional status based on Class 2017 Student Education Study Program Doctor of the Faculty of Medicine Unsrat during the Covid-19 Pandemic. The study used an analytical method with a cross-sectional approach to students of class 2017 of the medical education program at the Faculty of Medicine Unsrat during the Covid-19 pandemic with a total sample of 105 people. Data analysis and hypothesis testing were carried out using SPSS. Result. The significance value between metabolic equivalent (MET) and body mass index (BMI) was (p) 0.035 and the significance value between physical activity and nutritional status was (p) 0.069. In conclusion, Statistically, it was found that there was a significant relationship between metabolic equivalent (MET) and body mass index (BMI) (p) 0.035 <0.05 and there was no significant relationship between physical activity and nutritional status (p) 0.069> 0.05.Keywords: physical activity, nutritional status.  Abstrak: Pemberlakuan pembatasan sosial selama pandemi Covid-19 menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas-aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan suatu faktor penentu status gizi seseorang dengan mempengaruhi indeks massa tubuh (IMT). Tujuan penelitian ini adalah, Mengetahui hubungan antara metabolic equivalent (MET) dengan indeks massa tubuh (IMT) Mahasiswa Angkatan 2017 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Unsrat saat Pandemi Covid-19 dan hubungan antara aktivitas fisik dan status gizi berdasarkan Mahasiswa Angkatan 2017 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Unsrat saat Pandemi Covid-19. Penelitian menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross-sectional pada mahasiswa angkatan 2017 program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Unsrat saat pandemi Covid-19 dengan total sampel 105 orang. Analisis data dan uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasil. Didapatkan nilai signifikansi antara metabolic equivalent (MET) dan indeks massa tubuh (IMT) sebesar (p) 0.035 dan diapatkan nilai signifikansi antara aktivitas fisik dan status gizi sebsesar (p) 0.069. Sebagai simpulan, secara satatistik didapatkan ada hubungan signifikan antara metabolic equivalent (MET) dan indeks massa tubuh (IMT) (p) 0.035 < 0.05 dan tidak ditemukan hubungan signifikan antara aktivitas fisik dan status gizi (p) 0.069 > 0.05.Kata Kunci: aktvitas fisik, status gizi.
Status Gizi Mahasiswa Sebelum dan Di Saat Pandemi COVID-19 Bolang, Christy R.; Kawengian, Shirley E. S.; Mayulu, Nelly; Bolang, Alexander S. L.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 13, No 1 (2021): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.13.1.2021.31746

Abstract

Abstract: The COVID-19 pandemic has caused Public Health Emergencies as well as non-natural disasters. Therefore, it is necessary to do countermeasures including prevention and control. Management policies, can result in changes to a person's diet, sleep habits, physical activity, and nutritional status. The purpose of this study, is to know the differences between the nutritional status of student batch of 2019 Medical Education Study Program Faculty of Medicine Sam Ratulangi University, before and during the COVID-19 pandemic. This study is an observational retrospective study and the data were obtained through an e-questionnaire using the google form application. As a result, 112 samples were obtained through data before the pandemic with nutritional status; underweight 14.3%, normal 43.8%, overweight at risk 17.0%, obese I 19.6%, obese II 5.4%. While the nutritional status during the pandemic; underweight 17.0%, normal 48.2%, overweight at risk 17.9%, obese I 13.4%, obese II 3.6%. Statistical tests using the Wilcoxon Rank Test showed that the nutritional status category during the pandemic, was lower than the nutritional status category before the pandemic. (p <0.05). The result of this study concluded that there is a diminution in Nutritional Status category of Student Batch of 2019 Medical Education Study Program Faculty of Medicine Sam Ratulangi University during the COVID-19 pandemic.Keywords: Nutritional Status, COVID-19.  Abstrak: Pandemi COVID-19 menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat serta bencana nonalam, sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan termasuk pencegahan dan pengendaliannya. Kebijakan-kebijakan penanganannya, seperti karantina, bisa mengakibatkan perubahan terhadap pola makan, kebiasaan tidur, aktivitas fisik, dan Status Gizi seseorang. Tujuan penelitian ini yaitu diketahuinya perbedaan antara status gizi mahasiswa Angkatan 2019 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi pada masa sebelum dan di saat pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan suatu observational retrospective study dan data diperoleh melalui e-questionnaire dengan aplikasi google form. Hasil penelitian terhadap 112 sampel, diperoleh data pada masa sebelum pandemi dengan status gizi; underweight 14,3%, normal 43,8%, overweight at risk 17,0%, obese I 19,6%, obese II 5,4%. Status gizi pada masa pandemi; underweight 17,0%, normal 48,2%, overweight at risk 17,9%, obese I 13,4%, obese II 3,6%. Uji statistik dengan Wilcoxon Rank Test diperoleh kategori status gizi pada masa pandemi lebih rendah dibandingkan dengan kategori status gizi sebelum masa pandemi (p < 0,05).  Dan disimpulkan bahwa terdapat penurunan kategori Status Gizi pada Mahasiswa Angkatan 2019 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi pada masa pandemi COVID-19.Kata Kunci: Status Gizi, COVID-19