Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Formulasi Analitis Tetapan Propagasi Efektif Modus TE untuk Directional Coupler Linier Diturunkan dengan Metode Matrik Karakteristik Lapis Jamak Ali Yunus Rohedi; Gatut Yudoyono; Suryadi Suryadi; Agus Rubiyanto
Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 1, No 2 (2005)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, LPPM-ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.605 KB) | DOI: 10.12962/j24604682.v1i2.1005

Abstract

Parameter terpenting untuk menentukan panjang kopling dan formula propagasi medan directional coupler adalah nilai tetapan propagasi efektif medan moda simetri dan moda asimetri. Pada makalah ini dilaporkan formulasi tetapan propagasi efektif dimaksud untuk cahaya modus TE (transverse electric) yang terpandu dalam directional coupler linier dalam bentuk analitis. Formulasi analitis diturunkan dengan menggunakan metode matrik karakteristik pandu gelombang berlapis jamak, dan berlaku untuk kedua moda simetri dan asimetri, baik untuk struktur directional coupler simetri maupun asimetri.
Analisis Directional Coupler Sebagai Pembagi Daya untuk Mode TE Agus Rubiyanto; Agus Waluyo; Gontjang Prajitno; Ali Yunus Rohedi
Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 2, No 1 (2006)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, LPPM-ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (578.166 KB) | DOI: 10.12962/j24604682.v2i1.983

Abstract

Directional coupler merupakan piranti optik yang tersusun atas dua pandu gelombang sejajar dengan salah satu fungsinya sebagai pembagi daya. Parameter utama pembagian daya ini adalah panjang kopling (Lc), yang diselesaikan menggunakan persamaan matrik karakteristik lapis jamak. Jenis film yang digunakan adalah planar graded index berprofil sech2 dengan peningkatan indeks bias 0,07, untuk panjang gelombang 1,33 μm. Pembagian daya optik antar kanal bisa terjadi dengan memvariasi panjang kopling. Untuk jarak gab 1,5 μm pada Z=232 μm semua daya dipindah ke kanal kedua, sedangkan pada Z=174 μm, perbandingan daya antara kanal satu dan kanal dua adalah 25 berbanding 75. Untuk pembagi daya dengan keluaran yang sama antar kanal, dibutuhkan panjang interaksi sebesar 116 μm. Pada panjang interaksi sebesar 58 μm, daya pada kanal pertama tiga perempat dari daya masukan, seperempat sisa dayanya ditransmisikan ke kanal kedua.
Rancang Bangun Sistem Sensor Serat Optik untuk mengukur Ketinggian Cairan secara Kontinyu Achul Mukmin; Agus Rubiyanto
Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 7, No 2 (2011)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, LPPM-ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.763 KB) | DOI: 10.12962/j24604682.v7i2.904

Abstract

Telah dilakukan eksperimen rancang bangun sistem sensor serat optik untuk mengukur ketinggian (Level) cairan secara kontinyu, memanfaatkan perubahan intensitas cahaya akibat perubahan indeks bias air dan udara yang terdeteksi pada ujung serat optik. Eksperimen menggunakan metode sederhana terdiri dari rangkaian pemancar berupa LED infra merah (880 nm). Serat optik moda jamak step indek dari bahan PPMA (Polymethyl Metacrylate), rangkaian penerima berupa fotodioda (OPT 101), multimeter digital dan PC. Jaket serat optik dikupas sepanjang 180 cm dan dibersihkan menggunakan larutan aseton, selanjutnya digunakan sebagai probe sensor berbentuk U dengan diameter lengkungan 28 cm. Data hasil eksperimen berupa grafik dan database dalam excel, menunjukkan performansi sensor mampu mendeteksi perubahan ketinggian dengan jangkauan 800 mm, daerah kerja sensor 80-490 mm, sensitivitas 1,5 μV/mm dan resolusi perubahan ketinggian setiap kenaikan 6 mm.
Optically Switched Frequency for Reconfigurable Dipole Antenna Using Photodiode Switches Erna Risfaula Kusumawati; Yono Hadi Pramono; Agus Rubiyanto
TELKOMNIKA (Telecommunication Computing Electronics and Control) Vol 14, No 4: December 2016
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/telkomnika.v14i4.4164

Abstract

The design, fabrication, and measurement of reconfigurable antenna using photodiode switches has been investigated. The antenna had dimension 104 mm x 41 mm x 1.6 mm and FR4 substrate with relative permittivity4.8. It structure was Coplanar Stripline (CPS) dipole. Two photodiodeshad assembled on gap in both dipole arms, which was activated by 600 nm red laser. The unilluminated state, antennahad resonant frequency 800 MHz with RL -32 dB, 2225 MHz with RL -12.5 dB, 3320 with RL -14.1 dB. Meanwhile for the illuminated state, antennahad resonant frequency and return loss shifting to 800 MHz with RL -32 dB, 2225 MHz with RL -12.5 dB, 3320 MHz with RL -14.1 dB.This condition caused low impedance and longer dipole arm. If dimension size increases, resonant frequency will decrease. So, there was shifting frequency and return loss at under illuminated by laser.
Analisis Pola Spekel Akusto-Optik untuk Pendeteksian Vibrasi Akustik pada Dental Plaque Biofilm Harmadi Harmadi; Gatut Yudoyono; Agus Rubiyanto; Muhamad Zainuddin; Suhariningsih Suhariningsih
Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 8, No 1 (2012)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, LPPM-ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.191 KB) | DOI: 10.12962/j24604682.v8i1.857

Abstract

Penelitian pendeteksian vibrasi akustik dari pola spekel pada sampel dental plaque biofilm yang merupakan studi in-vitro dental plaque biofilm telah dilakukan. Penelitian ini dengan menggunakan metode pencitraan akusto-optik, yaitu gabungan sistem akustik khususnya ultrasonik dengan sistem optik dalam satu perangkat, sehingga diperoleh pencitraan spekel. Pola spekel dianalisis menggunakan software imageJ akan diperolehkarakterisasi histogram distribusi intensitas gray level, dan didapatkan perubahan kontras spekel pada setiap pendeteksian vibrasi akustik oleh pengaruh frekuensi akustik dan pengamatan perubahan pembentukan sampel dental plaque biofilm. Untuk pengukuran ketebalan sampel, sebagai pembanding pengamatan kontras spekel digunakan CLSM yang dilengkapi AOTF. Diperoleh hasil pada sampel 2 jam dengan ketebalan 6 μm memiliki kontras spekel tinggi sebesar 0.592707 a.u, pada sampel 4 jam dengan ketebalan 7 μm memiliki kontras spekel sebesar 0.571257 a.u, dan pada sampel 6 jam dengan ketebalan 9 μm memiliki kontras spekel rendah sebesar 0.550700 a.u. Terjadi perubahan pada sampel dental plaque yang diperoleh dari rongga mulut, mulai dari tahap pemasangan awal plaque biofilm, sampai dengan pembentukan plaque biofilm dewasa.
The Influence of Multi-frequency Current Injection in Image Reconstruction for Two-Dimensional High-Speed Electrical Impedance Tomography (EIT) Aris Widodo; Agus Rubiyanto; Endarko Endarko
IPTEK The Journal of Engineering Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23378557.v5i1.a5019

Abstract

The image reconstruction for two-dimensional high-speed Electrical Impedance Tomography (EIT) has been successfully studied with multi-frequency current injection. The aim of this study is to get the best image reconstruction under the influence of multi-frequency current injection of this EIT system. In this method, we used current injection at 1 mA with varies of frequency in the range 10 to 50 kHz injected at the practical phantoms with 16 electrodes. Polyvinyl chloride (PVC) cylinder was put in the practical phantom as the anomaly. Then, The boundary voltage of the practical phantom was measured by the voltage measurement circuit. After that, it processed in the computer with Gauss-Newton Algorithm to got image reconstruction. The result showed that the best image reconstruction was achieved at 10 kHz of frequency current injection. The best image reconstruction had more accuracy of shape, position and electrical properties of an anomaly in boundary phantom than another image reconstruction result.