Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Strategi Pengembangan Lembaga Pendidikan: Menggali Spirit PM Gontor 7 Putera, Sulawesi Tenggara Syahrul Syahrul
Shautut Tarbiyah Vol 24, No 2 (2018): Pendidikan, Ilmu Sosial, dan Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.064 KB) | DOI: 10.31332/str.v24i2.1169

Abstract

Berbagai lembaga didirikan untuk tujuan-tujuan besar melampaui target-target individual. Keberhasilan maupun kegagalan dalam memperjuangkan gagasan-gagasan dasar berlembaga akan ditentukan oleh konsistensi dari para pelakunya. PM Gontor merupakan simbol lembaga pendidikan Islam yang didirikan di atas tujuan suci, pengabdian kepada Allah, yang kemudian secara konsisten berjalan di atas gagasan itu. Hasilnya terlihat dengan jelas pada kemampuan melewati ujian-ujian sejarah, bahkan kini menjadi pesantren yang memiliki jaringan terbesar, nasional bahkan internasional. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendalami strategi pengembangan organisasi di salah satu cabang PM Gontor, yakni PM Gontor 7 Putera Riyadhatul Mujahidin, Sulawesi Tenggara. Tujuannya adalah untuk: 1) memahami gejalan proliferasi PM Gontor; 2) memaknai desain struktur organisasi PM Gontor; 3) memahami budaya organisasi PM Gontor; 4) mempelajari nilai-nilai dasar PM Gontor; 5) melacak jejak-jejak PM Gontor di Indonesia. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: perkembangan besar PM Gontor saat ini adalah buah manis dari konsistensi memperjuangkan gagasan; struktur organisasi yang dirancang relevan dengan perkembangan; mengokohkan budaya khas PM Gontor, pembelajaran nilai-nilai dasar PM Gontor pada semua jenjang pendidikan, memancarkan gagasan PM Gontor kepada masyarakat luas melalui pembukaan cabang-cabang di berbagai daerah di Indonesia.     Kata Kunci:   Proliferasi, PM Gontor 7, Strategi PengembanganVarious institutions were established for large goals beyond individual targets. The success or failure in fighting for basic institutionalized ideas will be determined by the consistency of the perpetrators. PM Gontor is a symbol of Islamic educational institutions founded on sacred goals, devotion to God, which then consistently goes on with that idea. The results are clearly visible in the ability to pass historical examinations, even now becoming pesantren which have the largest, national and even international networks. This article uses a qualitative approach to explore organizational development strategies in one of PM Gontor's branches, namely PM Gontor 7 Putera Riyadhatul Mujahidin, Southeast Sulawesi. The aim is to: 1) understand PM Gontor's proliferation problems; 2) interpret the design of PM Gontor's organizational structure; 3) understand PM Gontor's organizational culture; 4) learn the basic values of PM Gontor; 5) track traces of PM Gontor in Indonesia. The findings of this study indicate that: PM Gontor's great development today is the sweet fruit of consistency in fighting for ideas; organizational structure designed to be relevant to development; cementing PM Gontor's distinctive culture, learning the basic values of PM Gontor at all levels of education, emitting PM Gontor's ideas to the wider community through the opening of branches in various regions in Indonesia.    Keywords: Proliferation, PM Gontor 7, Development Strategy
Sistem Informasi Manajemen Pendidikan: Dari Dukungan Negara Hingga Sistem Dukungan Keputusan Pada Pendidikan Tinggi Syahrul Syahrul
Shautut Tarbiyah Vol 22, No 2 (2016): Pendidikan dan Sosial Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.107 KB) | DOI: 10.31332/str.v22i2.497

Abstract

Utilization of information and communication technology products in the management of education has become a new trend, because it is proven to improve the effectiveness and efficiency of the management of educational institutions. One of the greatest contributions is the Management Information System of Education/EMIS), which serve to provide comprehensive information needed for decision-making in educational institutions. This awareness is not only felt by the developed countries but also developing. Nigeria became one of the developing countries who awakened to the importance of information systems in the management of education. Beberapan challenges faced are: inadequate funding, inability to integrate data and data systems, inadequate skills development in the use of data at all levels, inability to capture expenditure and cost data in EMIS, the inability to develop Record-student based EMIS. The importance of information systems unit feels more on the level of education, as support in making strategic decisions.Keywords: Education Management Information System, Decision Making
Perencanaan Strategis dan Praktiknya di Perguruan Tinggi Syahrul Syahrul
Shautut Tarbiyah Vol 23, No 1 (2017): Pendidikan dan Sosial Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (84.148 KB) | DOI: 10.31332/str.v23i1.584

Abstract

Abstrak            Perguruan tinggi memiliki mandat besar dalam membumikan Tri Dharmanya. Justru dalam takdir demikianlah perguruan tinggi sejatinya menjadi sangat dinamis. Pendidikan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat merupakan wahana penjaga dinamikanya. Meskipun demikian, pengelolaan lembaga yang baik memegang kunci pengejawantahan mandat tersebut. Pendekatan strategik dalam mengelola lembaga pendidikan merupakan perekat segala dinamika perguruan tinggi. IAIN Kendari merupakan salah satu potret dari pergulatan sebuah perguruan tinggi dalam melakukan transformasi. Pergulatan tersebut menyampaikan pesan bahwa tidak cukup mengikuti trend dunia sebatas slogan maupun tagline, lebih dari itu mengamalkannya secara konsisten.Kata Kunci: Perencanaan Strategis, Kualitas, Perguruan Tinggi
Edukasi Kepemimpinan Berbasis Tradisi Lokal pada Masyarakat Tolaki di Kabupaten Konawe Nur Alim; Badarwan Badarwan; Syahrul Syahrul
Shautut Tarbiyah Vol 26, No 1 (2020): Education in Islamic Societies
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31332/str.v26i1.1840

Abstract

This article aims to explore the education of local culture-based leadership in the Tolaki community, which includes: 1) the origins of Tolaki culture; 2) the noble values shared by the Tolaki people; 3) Pu'utobu as an actor in the traditional leadership practices of the Tolaki people; 4) Tolaki's culture-based leadership education process. To explore these four aspects, a qualitative approach with ethnographic methods is used. Data collection uses in-depth interview techniques, involved observations, and document studies. The collected data is analyzed through domain analysis, taxonomic analysis, componential analysis, and cultural theme analysis. To guarantee the validity of the data, an extension of observation is carried out, increased perseverance, and triangulation. The results showed that Tolaki culture has a closeness to cultures in Indonesia, both because of its origins and cultural contact. Therefore Tolaki culture contains noble values that are universal, can be accepted and practiced by various groups of people. In the context of leadership, traditional leadership practices are played by Pu'utobu, in customary matters. The challenge is that the traditional leadership education of the Tolaki people is not well institutionalized.Keywords: Traditional Leadership Education, Tolaki Culture
Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan di SMA Muhammadiyah Kendari Syahrul Syahrul; Nurmayanti Nurmayanti
Shautut Tarbiyah Vol 25, No 2 (2019): Kependidikan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.944 KB) | DOI: 10.31332/str.v25i2.1623

Abstract

Artikel ini bertujuan menjelaskan beberapa aspek terkait pengelolaan guru dan tenaga kependidikan di SMA Muhammadiyah Kendari, yang meliputi: 1) perencanaan guru dan tenaga kependidikan di SMA Muhammadiyah Kendari; 2) pengorganisasian guru dan tenaga kependidikan di SMA Muhammadiyah Kendari; 3) memotivasi guru dan tenaga kependidikan di SMA Muhammadiyah Kendari; 4) pengawasan guru dan tenaga kependidikan di SMA Muhammadiyah Kendari. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif. Proses pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui proses reduksi, display, dan verifikasi. Jaminan keabasahan dan kehandalan data diperoleh melalui perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dan proses trianggulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan guru dan tenaga kependidikan dilakukan melalui proses analisis kebutuhan yang melibatkan majelis pendidikan dasar dan menengah, serta komite sekolah. Pengorganisasian guru dan tenaga kependidikan adalah penempatan para guru dan tenaga kependidikan yang telah terpilih dari proses penerimaan sesuai dengan bidang masing-masing. Proses memotivasi guru dan tenaga kependidikan tidak hanya dilakukan secara verbal tetapi juga dalam bentuk teladan langsung dari kepala sekolah. Adapun pengawasan guru dan tenaga kependidikan dilakukan dalam bentuk administratif dengan menggunakan instrumen monitoring, selain itu melalui kunjungan kelas.
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan : Kasus Kelurahan Bungguosu, Konawe Sandra Hasba; Syahrul Syahrul
Shautut Tarbiyah Vol 24, No 1 (2018): Pendidikan, Ilmu Sosial, dan Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.198 KB) | DOI: 10.31332/str.v24i1.924

Abstract

Abstrak            Partisipasi masyarakat dalam Pembangunan merupakan bukti nyata dari kehidupan berdemokrasi. Tidak hanya dalam jargon politik, tetapi demokrasi juga mesti hadir dalam proses pembangunan. Pelibatan yang dikehendaki dalam pembangunan harus dapat menjangkau seluruh elemen dan segmen masyarakat. Desa Bungguosu yang menjadi objek dalam kajian ini, menjadi salah satu potret dari dinamika pembangunan nasional berbasis pemberdayaan. Melalui penyelidikan kualitatif-deskriptif tulisan ini sampai pada beberapa temuan: Pertama, partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan belum sampai pada tingkat menggerakkan masyarakat untuk berpikir jangka panjang tentang pembangunan di desanya; Kedua, pragmatisme masyarakat mengalami peningkatan karena hadirnya program bantuan yang bersifat konsumtif dan terima jadi. Jika pun dalam bentuk barang mentah, maka itu bersifat jangka pendek; Ketiga, terbangunnya persepsi politik praktis dalam kegiatan pembangunan, bahwa hadirnya program pembangunan daerah karena mendekati momentum pemilihan kepala daerah. Penelitian ini merekomendasikan perlunya kajian tentang kebijakan pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat. Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Pembangunan, PemberdayaanAbstract            Community participation in Development is a clear evidence of democratic life. Not only in political jargon, but democracy must also be present in the development process. The desired engagement in development must be able to reach all elements and segments of society. The village of Bungguosu that became the object of this study, became one of the portraits of the dynamics of national development based on empowerment. Through this qualitative-descriptive investigation of this paper comes to several findings: First, community participation in development activities has not yet reached the level of mobilizing people to think long-term about development in their villages; Secondly, the pragmatism of the community has increased due to the presence of consumptive and acceptable assistance programs. If any in the form of raw goods, then it is short-term; Third, the establishment of practical political perception in development activities, that the presence of regional development program as it approaches the momentum of regional head election. This study recommends the need for a study of community empowerment-based development policies.Keywords: Community Participation, Development, Empowerment
Tanggung Jawab Sosial Pesantren: Studi pada Pondok Pesantren Al Munawwarah Pondidaha, Konawe Syahrul Syahrul
Shautut Tarbiyah Vol 23, No 2 (2017): Pendidikan dan Sosial Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (76.041 KB) | DOI: 10.31332/str.v23i2.902

Abstract

Artikel ini mengkaji empat aspek, yakni: (1) Bagaimana dinamika internal pondok Pesantren Al-Munawwarah; (2) Bagaimana kondisi sosial-keagamaan masyarakat Pondidaha; (3) Bagaimana relasi pondok pesantren Al-Munawwarah dengan masyarakat Pondidaha; dan (4) Pola-pola apa saja digunakan pesantren dalam menanggapi tuntutan tanggung jawab dari masyarakat. Penelitian ini menghasilkan temuan sebagai berikut: (1) Secara internal, Pondok Pesantren Al-Munawwarah mengalami stagnasi dan dekonsolidasi sebagai akibat dari perhatian Yayasan yang rendah. (2) Etnik Tolaki merupakan penduduk asli dan mayoritas pada masyarakat Pondidaha, yang sebagian besar adalah pemeluk agama Islam. Implementasi nilai-nilai Islam terlihat dalam ritual-ritual formal maupun doktrin tertentu seperti: ijab kabul dalam pernikahan, tidak makan babi, khitan/sunat, penguburan jenazah, dan lain-lain. Praktek-praktek ini mudah dijumpai karena melekat dalam peristiwa keseharian masyarakat Tolaki. Sedangkan ajaran agama Islam pada aspek yang lain seperti mu’amalah belum nampak karena masih dominannya tradisi, atau kompromi agama dengan tradisi. (3) Idealisme yang tertuang dalam dasar pendirian Ponpes Al-Munawwarah salah satunya berorientasi kemasyarakatan, tetapi saat ini tidak dapat diwujudkan dalam kebijakan dan kerja-kerja konkrit. Posisi pesantren Al-Munawwarah mengalami alienasi  dari masyarakat. (4) Reaktif: Sebagai pola respons internal. Respons atas kondisi internal hanya bersifat insidental melalui Mekanisme bertahan, yang menjadi pilihan paling realistis dari manajemen pondok dalam konteks menjawab permintaan tanggung jawab sosial. Kata Kunci: Tanggung Jawab Sosial, Pesantren, Suku Tolaki  Abstract            This article examines four aspects: (1) How internal dynamics of Pesantren Al-Munawwarah; (2) How is the socio-religious condition of Pondidaha society; (3) How is the relation of boarding school of Al-Munawwarah with Pondidaha society; and (4) What patterns are used by pesantren in response to community responsibility demands. This research yields the following findings: (1) Internally, Pondok Pesantren Al-Munawwarah is stagnated and deconsolidated as a result of low foundation concern. (2) Ethnical Tolaki is a native and majority in Pondidaha society, most of whom are Muslims. Implementation of Islamic values is seen in formal rituals and certain doctrines such as: ijab kabul in marriage, not eating pork, circumcision / circumcision, burial of the corpse, and others. These practices are easy to find because they are inherent in the daily activities of the Tolaki community. While the teachings of Islam on other aspects such as mu'amalah not visible because it is still the dominant tradition, or compromise with the tradition of religion. (3) Idealism contained in the Al-Munawwarah Foundation is socially oriented, but it can not be realized in concrete policies and works. Al-Munawwarah pesantren positions have alienation from society. (4) Reactive: As an internal response pattern. The response to internal conditions is only incidental through the persistence Mechanism, which becomes the most realistic option of boarding school management in the context of answering the demand for social responsibility.Key Words: Social Responsibility, Pesantren, Tolaki Tribe
Pengelolaan Tenaga Pendidik pada Lembaga Pendidikan Nonformal Bidang Keagamaan Islam Syahrul Syahrul; Yuniarni Yuniarni
Shautut Tarbiyah Vol 26, No 2 (2020): Education in Islamic Societies
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31332/str.v26i2.2162

Abstract

Artikel ini bertujuan menggambarkan pengelolaan tenaga pendidik pada lembaga pendidikan nonformal bidang keagamaan Islam, yang meliputi lima aspek kajian yaitu: 1) Perencanaan tenaga pendidik; 2) Pengorganisasian tenaga pendidik; 3) Pengarahan tenaga pendidik; 4) Pengembangan tenaga pendidik; dan 5) Pemberhentian tenaga pendidik. Penelitian ini dilakukan di TPQ Nurul Fitri Kendari melalui pendekatan kualitatif dengan metode naratif. Penelitian ini menemukan: pertama, perencanaan yang dilakukan melalui analisis faktor kebutuhan sumber daya pendidik kemudian menentukan kebutuhan sumber daya pendidik, perencanaan juga dilakukan pada rapat awal tahun di mana di dalamnya membahas hal-hal yang perlu dibenahi yaitu materi pembelajaran, sarana dan prasarana dan ujian santri. Kedua, Pengorganisasian dengan membagi setiap tenaga pendidik untuk bertanggungjawan terhadap level/kelas masing-masing sesuai dengan kualitas yang dimiliki dan memberikan tugas tambahan kepada guru untuk menduduki jabatan sebagai sekertaris dan bendahara. Ketiga, Pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan mengacu pada dua aspek yaitu kedisiplinan dan tanggungjawab tenaga pendidik. Keempat, Pengembangan dilakukan melalui rotasi jabatan dan peembelajaran secara berkelompok yang melibatkan semua guru-guru TPQ. Kelima, Pemberhentian tenaga pendidik di dasari oleh kemauan dari guru itu sendiri dengan faktor yang berbeda-beda. Abstract            This article aims to describe the management of teaching staff in non-formal educational institutions in the Islamic religious sector, which includes five aspects of study, namely: 1) Planning for educators; 2) Organizing of educators; 3) Direction of educators; 4) Development of educators; and 5) Termination of educators. This research was conducted at TPQ Nurul Fitri Kendari through a qualitative approach with a narrative method. This study found: first, planning is carried out through the analysis of the factor of teacher resource needs, then determining the need for educators, planning is also carried out at the initial meeting of the year where it discusses things that need to be addressed, namely learning materials, facilities and infrastructure and examinations. Students. Second, Organizing by dividing each teaching staff to be responsible for their respective levels / classes according to their quality and giving additional assignments to teachers to occupy positions as secretary and treasurer. Third, the direction carried out by the leadership refers to two aspects, namely the discipline and responsibility of the teaching staff. Fourth, development is carried out through job rotation and group learning that involves all TPQ teachers. Fifth, dismissal of teaching staff is based on the willingness of the teachers themselves with different factors. Keywords: Management, Educators, NonFormal Education, TPQ
Determining the Direction of the Pesantren (Empowering Leadership Practice at PM Gontor 6 Putera, Southeast Sulawesi) Suryadi Suryadi; Syahrul Syahrul
Shautut Tarbiyah Vol 27, No 1 (2021): Pendidikan Islam di Era 4.0
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31332/str.v27i1.2862

Abstract

This article aims to understand the practice of empowering leadership, which is more specific on the theme of determining the direction of pesantren. The aspects studied are: 1) creating a vision; 2) describes the big picture; and 3) establishing a strategy. The investigation was carried out in the form of critical ethnography, where data were obtained through a process of observation, interviews, and document review. Data analysis was carried out through the description, analysis, and interpretation stages. This study found that: Empowering Leadership in the context of determining the direction of the organization at PM Gontor 7 Putera is a process of determining the vision and mission, explaining the big picture, and setting strategy. The roles carried out include being a strategic architect who defines PM Gontor's vision and mission, through internal and external environmental analysis, guarding a shared vision, overseeing the process of achieving a common vision at the functional level, as a figure who transforms strategy, who carries out the strategic communication process and makes appropriate measures, aligning strategies, to implementation. This research suggests the importance of building empowering leadership, having a strong vision, understanding internal and external dynamics, all of which can be formulated in an organizational strategy.Keywords: Leadership, Empowerment, Vision, Strategy
Persepsi Generasi Milenial terhadap Model Pendidikan Islam Berbasis Keterampilan Abad 21 Nur Alim; Isnada Waris Tasrim; Syahrul Syahrul
Shautut Tarbiyah Vol 27, No 2 (2021): Pendekatan Transdisipliner dalam Pendidikan Islam di Era 4.0
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31332/str.v27i2.3033

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi generasi milenial terhadap model pendidikan Islam berbasis keterampilan abad 21. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif, yang dilakukan pada mahasiswa angkatan 2018 yang lahir pada kurun waktu antara 2000 – 2001 dari 9 program studi di IAIN Kendari, berjumlah 40 partisipan yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner, yang dianalisis secara kualitatif dan dilaporkan secara deskriptif. Temuan penelitian menunjukkan bahwa secara umum partisipan sebagai generasi milenial memiliki persepsi positif terhadap model pendidikan Islam berbasis keterampilan abad 21. Mereka berpendapat bahwa model pendidikan Islam berbasis keterampilan abad 21 belum sepenuhnya terlaksana disebabkan oleh faktor ketersediaan fasilitas dan kompetensi tenaga pendidik yang belum sesuai yang diharapkan, sehingga beragam upaya yang mereka lakukan untuk menguasai keterampilan tersebut. Untuk itu direkomendasikan kepada guru dan dosen untuk memperkaya proses pembelajaran dengan berbagai kegiatan yang mengasah 4 keterampilan abad 21 agar mereka lebih terlatih dan ketersediaan fasilitas penunjang perlu mendapatkan prioritas.Kata Kunci:   Generasi milenial, model pendidikan Islam, keterampilan abad 21