Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Kearifan Lokal Sholat Waktu Telu Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat I Ketut Arya Sentana Mahartha; Muh Akbar; Sudrajat Sudrajat
PATTINGALLOANG Vol. 9, No. 1 April 2022
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jp.v9i1.29939

Abstract

Suku Sasak merupakan penduduk yang menghuni pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pulau Lombok  ditinggali  oleh  masyarakat Sasak yang  sekitar  80 % beragama Islam, 15  %  Hindu  (sebagian  besar  dulunya  berasal  dari  Bali),  sisanya  pemeluk  agama  lain  dari berbagai  etnis  selain  tersebut  di  atas. Komposisi  ini  terjadi  setelah  perjalanan  agama-agama dalam  lintasan  sejarah  timbul  dan  tenggelam,  Hindu-Budha  dan kemudian  Islam. Beberapa  kerajaan  pernah  eksis  di Bumi Sasak, namun  sejarah  kerajaan-kerajaan  itu  adalah  sejarah  konflik,  intrik  politik  dan berujung  pada pendudukan  oleh kekuatan-kekuatan  luar,  mulai  dari  Majapahit,  Makassar/Gowa,  Karangasem,  Belanda  dan Jepang.  Bauran  faktor  kesejarahan  inilah  yang  kelak  menjadi  salah  satu  pembentuk  kekhasan identitas orang Sasak. Pengalaman getir penjajahan/penaklukan   berulang-ulang dialami Suku Sasak. Pada saat ini masih terdapat kearifan lokal yang merupakan akulturasi dari berbagai kebudayaan yang pernah berbaur di masyarakat Suku Sasak terkait dengan sejarahnya. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif, dengan menganalisis sumber. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan gambaran terkait kearifan lokal Suku Sasak di Lombok Kata kunci : Kearifan Lokal, Suku Sasak, Akulturasi. AbstractThe Sasak tribe is a resident who inhabits the island of Lombok, West Nusa Tenggara. The island of Lombok is inhabited by the Sasak community, about 80% of whom are Muslim, 15% are Hindu (most of whom used to come from Bali), the rest are adherents of other religions from the various ethnic groups mentioned above. The material that occurs after the journey of religions in the trajectory of the journey of arising and sinking, Hindu-Buddhist and then Islam. Several kingdoms existed in Sasak Earth, but the history of these kingdoms is a history of conflict, political intrigue and outside occupation by forces, ranging from Majapahit, Makassar/Gowa, Karangasem, the Netherlands and Japan. This mix of historical factors will later become one of the forms of the distinctive identity of the Sasak people. The experience of getting repeated visits/conquests experienced by the Sasak Tribe. At this time there is still local wisdom which is the acculturation of various cultures that have mingled in the Sasak community related to its history. This study uses a qualitative method, by analyzing the sources of. Point of this research is describe about information arround local genius from Sasak tribe. Key word : Local Genius, Sasak Tribe, Aculturation.
KISAH ADIPATI JAYAKUSUMA-PANEMBAHAN SENOPATI DALAM HISTORIOGRAFI BABAD Sudrajat Sudrajat
ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 7, No 1 (2008): ISTORIA Edisi Maret 2018, Vol. 7, No.1
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.985 KB) | DOI: 10.21831/istoria.v7i1.6306

Abstract

AbstractThis research is to elaborate the relationship between Adipati Jayakusuma from Pati and Panembahan Senopati from Mataram. Regarding historians give little attention to solve this mysterious theme, we like to do research about it.This research uses historical method involving four steps that are: heuristic, critics, interpretations and historiography. We use babad as primary source of research in which Babad Pati to compare with Babad Tanah Jawi and other sources. We know that babad has several methodological weaknesses such as spatial, temporal, and factual. Regarding little writing sources, we have opinion that babad is one of solution to work away at problem. Despite, our work is not a history but a story; we wish invite for historians to begin analytical work for affect this course.From our research, we conclude that Adipati Jayakusuma and Panembahan Senopati have a brotherhood relationship. Adipati Jayakusuma is old brother because her sister is Panembahan Senopati’s wife. For the other hand their ancestor has brotherhood relationship. But we can’t tell anything that they were combat to kill one and, another. Babad Pati gives us informations that combating between Adipati Jayakusuma and Panembahan Senopati has two causes. First, misunderstanding about nonattendance Adipati Jayakusuma to meeting with her on Mataram Palace. Second, dissastified accumulation of Adipati Jayakusuma exclusively about exchange Juru Taman horse and Pragola cow, and the accomplish of Panembahan Senopati to married with Madiun princess. Finally, these causes lead for two prince from Pati and Mataram to combating one by one in Prambanan (Babad Tanah Jawi) or Kemalon (Babad Pati). But after Adipati Jayakusuma die, Mataram Prince dissatisfied in her heart caused for her misunderstanding.Keywords: Adipati Jayakusuma, Panembahan Senopati, Babad Pati, Babad Tanah Jawi.
PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN OLEH GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA Nur Aisyah; Sudrajat Sudrajat
JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia) Vol 6, No 2 (2019): JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jipsindo.v6i2.28401

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui upaya pemanfaatan media pembelajaran oleh guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. Pemanfaatan media pembelajaran IPS dalam penelitian ini meliputi upaya pemanfaatan dengan membeli media pembelajaran IPS, dengan membuat atau merancang sendiri media pembelajaran IPS, dengan memodifikasi media pembelajaran IPS, dengan mengadaptasi media pembelajaran IPS dan dengan memberi penugasan siswa membuat media pembelajaran IPS. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian survei yang dilakukan secara cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah guru IPS SMP di Kota Yogyakarta sejumlah 147 guru IPS SMP dengan sampel sebanyak 60 guru IPS SMP yang ditetapkan dengan teknik cluster sampling dari sekolah berstatus negeri maupun swasta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumenasi. Uji validitas instrumen menggunakan analisis skala oleh Louis Guttman dengan menghitung koefisiensi reprodusibilitas (Kr) dan koefisiensi skalabilitas (Ks) serta uji reliabilitas menggunakan rumus KR 20. Analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dalam bentuk persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 83,10% (50 guru) atau sebagian besar guru IPS SMP di Kota Yogyakarta melakukan pemanfaatan media pembelajaran IPS. Pemanfaatan media pembelajaran dengan membeli sebesar 18% (11 guru), dengan membuat atau merancang sendiri sebesar 26% (16 guru), dengan memodifikasi sebesar 15% (9 guru), dengan mengadaptasi sebesar 27% (16 guru), dengan memberi penugasan siswa sebesar 14% (8 guru)
STRATEGI COOPERATIVE LEARNING SEBAGAI PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS Sudrajat Sudrajat; Suparmini Suparmini; Satriyo Wibowo
JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia) Vol 2, No 2 (2015): JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.633 KB) | DOI: 10.21831/jipsindo.v2i2.7778

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan kualitas pembelajaran dan hasi belajar IPS di SMP denga menggunakan pendekatan cooperative learning. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode CAR (Classroom Action Research) yang dilaksanakan di SMPN 4 Wates dan SMP Negeri 1 Manisrenggo. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan tes. Analisis data menggunakan teknik analisis data interaktif model Miles and Huberman. Hasil penelitian menunjukkan Penerapan metode think pair share di SMP Negeri 4 Wates terbukti mampu meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Penerapan metode Buzz Group dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII C di SMP Negeri 1 Manisrenggo dapat disimpulkan baik karena rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I siswa yang mengelami peningkatkan hasil belajar sebanyak 23 siswa dengan persentase sebesar 74,19 %. Pada siklus II siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar sebanyak 12 siswa dengan persentase sebesar 38,71 %, dan terdapat 9 siswa dengan persentase sebanyak 29,03% yang hasil belajarnya tetap, namun berhasil menjawab semua butir soal dengan benar pada soal pre-test maupun post-test. Pada siklus II juga terjadi peningkatan hasil belajar dari 8 siswa yang memiliki hasil belajar tetap dan menurun pada siklus I. Dari 8 siswa tersebut 7 siswa mengalami kenaikan hasil belajar sedangkan 1 siswa tidak hadir sehingga tidak mengikuti pembelajaran pada siklus II.
MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL DI PAUD AMONG SIWI, PANGGUNGHARJO, SEWON, BANTUL Sudrajat Sudrajat; Taat Wulandari; Agustina Tri Wijayanti
JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia) Vol 2, No 1 (2015): JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.882 KB) | DOI: 10.21831/jipsindo.v0i0.4524

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai dan karakter melalui permainan tradisional di PAUD Among Siwi, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa PAUD Among Siwi dan pendidik. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa proses pembelajaran di Among Siwi ditekankan pada pengembangan karakter dan budaya. Penanaman karakter melalui permainan tradisional dapat dilihat melalui permainan seperti sluku-sluku bathok, ancak-ancak alis, dempo ewaewo, baris rampak, dsb. Dalam permainan, tarian dan nyanyian aspek yang terkandung seperti Wiroso (perasaan), Wiromo (irama), Wirogo (psikomotorik/ketrampilan), sehingga nilai-nilai karakter yang tertanam dalam diri anak seperti kerjasama, kebersamaan, kreatifitas, tanggung jawab, demokrasi, percaya diri, komitmen, dapat berkembang dengan baik sejak usia dini. Teknik analisis data digunakan analisis model interaktif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa proses pembelajaran di Among  Siwi  ditekankan pada pengembangan karakter dan budaya. Penanaman karakter melalui permainan tradisional dapat dilihat melalui permainan seperti sluku-sluku bathok, ancak-ancak alis, dempo ewaewo, baris rampak, dsb. Dalam permainan, tarian dan nyanyian aspek yang terkandung seperti Wiroso (perasaan), Wiromo (irama), Wirogo (psikomotorik/ketrampilan), sehingga nilai-nilai karakter yang tertanam dalam diri anak seperti kerjasama, kebersamaan, kreatifitas, tanggung jawab, demokrasi, percaya diri, komitmen, dapat berkembang dengan baik sejak usia dini. permainan seperti sluku-sluku bathok, ancak-ancak alis, dempo ewaewo, baris rampak, dsb. Dalam permainan, tarian dan nyanyian aspek yang terkandung seperti Wiroso (perasaan), Wiromo (irama), Wirogo (psikomotorik/ketrampilan), sehingga nilai-nilai karakter yang tertanam dalam diri anak seperti kerjasama, kebersamaan, kreatifitas,  tanggung jawab, demokrasi, percaya diri, komitmen, dapat berkembang dengan baik sejak usia dini.
PRIBUMISASI ILMU-ILMU SOSIAL DAN PEMBARUAN PEMBELAJARAN IPS TERPADU DI SEKOLAH Sudrajat Sudrajat; Nugraheni Catur Puntaswari; Yunike Sulistyosari; Dwi Sri Astuti
JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia) Vol 7, No 1 (2020): JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.092 KB) | DOI: 10.21831/jipsindo.v7i1.30848

Abstract

Ilmu sosial di negara berkembang (salah satunya Indonesia) masih mengguna-kan paradigma ilmu sosial di Barat (Eropa) sehingga dalam beberapa kasus menjadi tidak relevan ketika digunakan untuk memecahkan masalah sosial. Penelitian menggunakan metode kajian pustaka yaitu sebuah pencarian kebenaran secara otoritatif melalui pendapat dan kajian ahli yang dituliskan dalam buku dan referensi. Hasil kajian menemukan bahwa perkembangan ilmu sosial di Indonesia memang tidak dapat dilepaskan dari dunia Barat. Pribumisasi merupakan wacana untuk menumbuhkan pemikiran baru dalam ilmu-ilmu sosial di Indonesia agar lebih kontekstual. Beberapa tokoh menawarkan teori sosial alternatif yang mengkedepankan pribumisasi ilmu sosial yaitu: Kuntowoyo, Sartono Kartodirjo, Mubyarto, Purwa Santoso, dan Zamroni. Upaya pribumisasi harus ditindaklanjuti dengan mengajarkan ilmu sosial alternatif dalam berbagai jenjang pendidikan. Pembaruan IPS Terpadu dengan pembelajaran alternatif menjadi upaya yang efektif untuk membumikan ilmu sosial yang khas Indonesia.INDIGENIZATION OF SOCIAL SCIENCES AND RENEWING OF INTEGRATED SOCIAL SCIENCES LEARNING Social science in developing countries (one of which is Indonesia) still uses the social science paradigm in the West (Europe) so that in some cases it becomes irrelevant when it is used to solve social problems. The research used the literature review method, which is an authoritative search for truth through expert opinions and studies written in books and references. The results of the study found that the development of social science in Indonesia cannot be separated from the Western world. Privatization is a discourse to foster new thinking in the social sciences in Indonesia to make it more contextual. Several figures offered alternative social theories that prioritized the indigenization of social science, namely: Kuntowoyo, Sartono Kartodirjo, Mubyarto, Purwa Santoso, and Zamroni. Indigenousization efforts must be followed up by teaching alternative social sciences at various levels of education. Integrated IPS reform with alternative learning is an effective effort to ground social science that is unique to Indonesia.
PROFESIONALISME GURU IPS SMP KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Nasiwan Nasiwan; Sudrajat Sudrajat; Agustina Tri Wijayanti
JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia) Vol 4, No 2 (2017): JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.264 KB) | DOI: 10.21831/jipsindo.v4i2.17572

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil tentang tingkat profesionalisme guru IPS SMP di Kabupaten Sleman. Penelitian menggunakan metode penelitian survai yaitu jenis penelitian yang mengumpulkan informasi tentang karakteristik, tindakan, pendapat dari sekelompok responden yang representative yang dianggap sebagai populasi. Desain survai yang dipilih adalah cross-sectional dimana desain survai dilakukan terhadap sampel tertentu dalam jangka waktu yang relatif pendek. Populasi penelitian adalah guru IPS SMP/Mts di Kabupaten Sleman yang berjumlah 239 orang yang mengajar pada sekolah swasta maupun negeri. Dengan teknik simple random sampling tim peneliti mengambil sampel sebanyak 41 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket) yang terdiri dari 32 item pertanyaan. Teknik analisis data yang dipergunakan statistik diskriptif dengan menghitung mean, modus dan median untuk menemukan dan menggambarkan tendensi sentral profesionalisme guru IPS di Kabupaten Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme guru IPS SMP/Mts di Kabupaten Sleman belum baik (memuaskan). Dari lima aspek yang disurvai, hanya dua aspek yang menunjukkan baik, sedangkan empat aspek lainnya hanya bisa dikatakan cukup. Keempat aspek yang disurvai yaitu: kemampuan akademik (2,55), kemampuan guru dalam penelitian dan karya ilmiah (2,43), kemampuan dalam pengembangan profesi (2,93), wawasan kependidikan guru (2,93). Satu aspek lainnya yang disurvai adalah motivasi dan dorongan untuk berprestasi yaitu 2,94.
PENANAMAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL UNTUK PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMP NEGERI 3 BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA Agustina Tri Wijayanti; Sudrajat Sudrajat
JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia) Vol 5, No 1 (2018): JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.542 KB) | DOI: 10.21831/jipsindo.v5i1.20181

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan nilai kearifan lokal untuk penanaman kecerdasan emosional siswa di SMP Negeri 3 Banguntapan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan data melalui observasi dan melakukan wawancara kepada siswa kelas VIII, guru dan kepala sekolah, sedangkan analisis data menggunakan model Miles Hubermen analisis data terdiri dari 1) pengumpulan data dengan diskripsi perilaku ekologis/observasi, catatan lapangan dan analisis dokumen; 2) reduksi data yang berarti proses pemilihan, menajamkan, menggabungkan, dan mengorganisasikan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan; 3) penyajian data yaitu tahapan memaknai apa yang terjadi; 4) penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini adalah didapatkan 9 nilai kearifan lokal dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa yaitu kejujuran, kesusilaan, kesabaran, kerendahan hati, tanggung jawab, pengendalian diri, kepemimpinan, ketelitian, kerjasama. Nilai tersebut dimasukkan dalam 5 wilayah utama dalam kecerdasan emosional menurut Goleman seperti kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial. Penanaman nilai kearifan lokal yang dilakukan oleh SMPN 3 Banguntapan meliputi, strategi yang dilakukan dan metode penamaan. Strategi dalam penanaman nilai kearifan lokal, SMPN 3 Banguntapan menggunakan strategi PETRUK. P sebagai pemodelan, E sebagai empowering atau pemberdayaan, T sebagai teaching atau pembelajaran, R sebagai Reinforching atau penguatan lingkungan. U Unik, dan K komprehensif atau menyeluruh, yaitu bekerja sama dengan masyarakat dan juga lembaga lain, melakukan kemitraan. Metode penanaman nilai kearifan lokal di SMPN 3 Banguntapan, yaitu melalui: kegiatan rutin, keteladanan, dan pengkondisian lingkungan.
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR Sudrajat Sudrajat
JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia) Vol 1, No 1 (2014): JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.836 KB) | DOI: 10.21831/jipsindo.v1i1.2874

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kualitas Pembelajaran IPS di SD melalui Pendidikan Multikultural. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK), model Kemmis Taggart yang terdiri dari: planning (perencanaan), acting observing (pelaksanaan dan pengamatan), serta reflecting (refleksi). Tindakan penelitian dilakukan dengan tiga siklus dimana pada siklus pertama tindakan yang dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran jigsaw, pada siklus kedua dengan model team games tournament, sedangkan pada siklus ketiga dengan model team investigation report. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Kadipiro, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles Huberman yaitu data reduction, data display, dan conclusion atau kesimpulan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa; 1) siklus pertama pola perancangan upaya peningkatan meningkatkan kerjasama seluruh siswa, 2) siklus kedua pada pola penanaman sikap kerjasama dan kompetisi, 3) siklus ketiga pada cara siswa melakukan investigasi, merumuskan hipotesis, dan menyelesaikan permasalahan yang muncul.
PEMAHAMAN TENTANG MENEJEMEN BENCANA ALAM SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Sudrajat Sudrajat; Satriyo Wibowo
JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia) Vol 3, No 2 (2016): JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.178 KB) | DOI: 10.21831/jipsindo.v3i2.11697

Abstract

Gempa bumi pada 27 Mei 2006 yang melanda DIY dan sekitarnya pukul 05.55 WIB memberikan gambaran bahwa gempa bumi dapat terjadi kapanpun tanpa diduga. Oleh karena penelitian tentang menejemen bencana pada sekolah siaga bencana menjadi penting untuk mengetahui: 1) pemahaman menejemen bencana siswa SMP di Kabupaten Bantul; 2) gambaran tentang pengetahuan siswa SMP di Kabupaten Bantul terhadap bencana gempa bumi. Penelitian menggunakan metode penelitian survai, populasi dari penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Imogiri Kabupaten Bantul. Jumlah populasi 363 siswa yang terdiri kelas VII sebanyak 123, kelas VIII 125, dan kelas XI 115. Sedangkan teknik pengambilan sample yaitu purposive sampling yaitu teknik sampel yang mempunyai tujuan khusus atau pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah 99 resonden dari seluruh siswa kelas IX. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner yang terdiri dari 28 item pertanyaan. Teknik analisis data menggunakan statistik diskriptif untuk menjelaskan fenomena dengan menggunakan tabel frekuensi dalam bentuk persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pemahaman menejemen bencana responden sudah cukup baik dimana 72% responden mempunyai pemahaman tentang berbagai bencana alam dan kemungkinan bencana yang akan menimpa wilayah mereka; 2) Gambaran tentang menejemen bencana antara lain: responden mempunyai kesiapan dalam menghadapi bencana sudah sesuai dengan prosedur menghadapi bencana dengan menghindari korban sebanyak mungkin (77%). Kesiapan ini ditunjukan dengan pengetahuan responden untuk mengikuti jalur evakuasi (88%), menolong korban lain bila suasana sudah aman (88%) serta memanfaatkan ruang perawatan di sekolah (88%).