Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

MANFAAT SUPLEMENTASI VITAMIN C PADA KESEHATAN TERNAK RUMINANSIA Yanuartono Yanuartono; Alfarisa Nururrozi; Indarjulianto Soedarmanto; Dhasia Ramandani
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Vol. 9 No. 1 (2021)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jitp.v9i1.10146

Abstract

Vitamin C is an important water-soluble vitamin that is needed by every living thing. Domestic animals, including ruminants, were capable of synthesizing ascorbic acid, primarily in the liver, therefore, vitamin C is not considered to be an essential nutrient for healthy ruminants. Nevertheless, in ruminants, vitamin C is important in biochemical reactions involving collagen cross-linking, hydroxylation of proline and lysine, and steroid and bile acid synthesis. However, in fact, Dietary vitamin C is extensively degraded in the rumen. Although ruminants are able to synthesize vitamin C, when ruminants experience stress and suffer from various diseases, vitamin C supplementation from outside is still needed to restore their health condition. Therefore, vitamin C supplements still have great benefits for optimizing their health conditions. This review discusses the effects of vitamin C and its supplementation on the health of ruminants.
Swab Bukal Sebagai Bahan Sexing Piyikan Burung Kenari (Serinus canaria) dan Burung Merpati (Columba livia) Afif Muhammad Akrom; Soedarmanto Indarjulianto; Yanuartono Yanuartono; Trini Susmiati; Alfarisa Nururrozi; Slamet Raharjo; Rief Ghulam Satria Permana; Yeremia Yobelanno Sitompul
Jurnal Sain Veteriner Vol 38, No 1 (2020): April
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.49032

Abstract

Teknik sexing pada burung secara molekuler dengan metode PCR telah banyak dikembangkan, tetapi sampel yang digunakan adalah darah dan bulu yang dianggap invasif. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efisiensi sampel swab bukal sebagai sumber DNA dalam sexing dengan metode PCR. Penelitian ini menggunakan 10 ekor burung kenari (Serinus canaria) yang terdiri dari 6 ekor burung dewasa (3 jantan dan 3 betina) dan 4 ekor kenari piyikan (umur 14 – 18 hari) yang belum diketahui jenis kelaminnya serta 6 ekor merpati (Columba livia) dewasa (3 jantan dan 3 betina) dan 7 ekor merpati piyikan (umur 14 – 25 hari) yang belum diketahui jenis kelaminnya. Amplifikasi fragmen gen dilakukan menggunakan metode PCR dengan pasangan primer CHD1F/CHD1R.Hasil visualisasi produk PCR menunjukkan semua burung jantan dewasa menghasilkan satu band (± 500 bp), sedangkan burung betina dewasa menghasilkan dua band (± 500 bp dan ± 300 bp). Amplifikasi gen dari swab bukal burung kenari muda didapatkan 2 ekor jantan dan 2 ekor betina, sedangkan dari swab bukal burung merpati muda didapatkan 6 ekor jantan dan 1 ekor betina. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sampel swab bukal terbukti efisien sebagai sumber DNA dalam sexing burung khususnya burung piyikan.
GAMBARAN LEUKOSIT KUCING PENDERITA FELINE PANLEUKOPENIA Hary Purnamaningsih; Soedarmanto Indarjulianto; Yanuartono Yanuartono; Alfarisa Nururrozi; Irkham Widiyono; Rusmi Hayati
Jurnal Sain Veteriner Vol 38, No 2 (2020): Agustus
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.50202

Abstract

Salah satu penyakit pada kucing dengan morbiditas dan mortalitas tinggi adalah Feline Panleukopenia (FPL). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui  gambaran leukosit  kucing penderita Feline Panleukopenia. Penelitian ini menggunakan 27 ekor kucing jantan dan betina berbagai umur yang didiagnosa FPL berdasar Feline Parvo Virus Ag test. Semua kucing diambil darah secara lege artis sebanyak 1 ml, diperiksa jumlah leukositnya, kemudian dianalisis secara diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa FPL lebih banyak diderita kucing jantan (59,3 % ) dari pada betina (40,7%). Kejadian FPL lebih banyak diderita kucing umur ≤ 6 bulan, yaitu 21 ekor (77,8 %) dibanding umur > 6 bulan, yaitu 6 ekor (22,2 %). Sebanyak 19 ekor (70,4 %) FPL mempunyai jumlah total leukosit < 1.000 sel/mm3, 4 ekor (14,8 %) 1.000 – 2.500 sel/mm3 dan 4 ekor yang lain (14,8 %) > 2.500 sel/mm3. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa sebagian besar penderita Feline Panleukopenia mengalami penurunan leukosit berat dengan prognosis infausta, terutama pada kucing jantan dan umur muda.
The Benefits of Teat Dipping as Prevention of Mastitis Yanuartono Yanuartono; Alfarisa Nururrozi; Soedarmanto Indarjulianto; Hary Purnamaningsih; Dhasia Ramandani
Journal of Livestock Science and Production Vol 4, No 1 (2020): Journal of Livestock Science and Production
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/jalspro.v4i1.2796

Abstract

Mastitis is the major disease and the most costly disease of the dairy industry worldwide. One of the mastitis control programs that until now has been carried out and proven to be quite effective is the teat dipping method as a form of prevention. Various methods and uses of teat dipping solutions have been widely used and used for this purpose such as iodine, potassium permanganate, chlorhexidine, chlorhexidine gluconate chlorine, iodophor, sodium hypochlorite, lactic acid, phenolics and Dodecyl Benzene Sulfonic Acid (DDBSA). Pre milking and post milking teat disinfection have been recommended widely by veterinarians and adopted by dairy producers in increasing numbers. This procedure is simple to perform, economical, and effective in controlling contagious mastitis pathogens. More recently, teat dipping in association with good udder preparation reduced the rate of intramammary infections by environmental pathogens. This paper aims to provide a brief review of the benefits of teat dipping as a method of controlling the incidence of mastitis in dairy cows. Keywords: mastitis, teat dipping, pathogens, intramammary infections
Studi Retrospektif Profil Hemogram Kasus Peritonitis Menular Tipe Efusif pada Kucing Alfarisa Nururrozi; Agistanya Andimi; Yanuartono Yanuartono; Soedarmanto Indarjulianto
Jurnal Veteriner Vol 23 No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.642 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.112

Abstract

Feline Infectious Peritonitis (FIP) merupakan penyakit pada kucing dengan tingkat mortalitas tinggi,sehingga membutuhkan diagnosa yang cepat untuk kepentingan prognosis. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi profil hemogram kucing yang terinfeksi FIP tipe efusif. Dua puluh ekor kucing yang telah terdiagnosa FIP di Klinik Hewan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada digunakan dalam penelitian. Diagnosa FIP ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis, ultrasonografi, rontgen, uji rivalta, dan uji rapid test. Profil hemogram yang dianalisis meliputi gambaran hematologi rutin dan kimia darah. Profil hemogram pada kucing terinfeksi FIP tipe effusif, diketahui mengalami penurunan hematokrit, hiperproteinemia, dan leukositosis dengan rerata masing-masing 22,9±7,4%; 9,0±2,2 g/dL; 22425±4116 sel/mm3. Gambaran eritrosit, hemoglobin dan fibrinogen masih dalam kisaran normal. Sebanyak 90% kucing terinfeksi FIP efusif mengalami neutrofilia dan 75% kucing mengalami limfopenia dengan rerata masing-masing 20066±3337 sel/mm3 dan 1861±1818 sel/mm3. Profil hemogram kimia darah diketahui 60% kucing mengalami kenaikan SGPT dan SGOT dengan rerata 138,4±72,3 IU/L dan 101±60,5 IU/L. Sebanyak 90% kucing mengalami hiperglobulinemia dengan rerata 6,7±0,8 g/dL dan semua kucing memiliki rasio albumin:globulin yang rendah dengan rerata 0,3±0,1. Kucing terdiagnosa FIP efusif memiliki gambaran hemogram leukositosis, neutrofilia, limfopenia, hiperglobulinemia, dan penurunan rasio albumin-globulin.
Dermatosis pada Ruminansia akibat Defisiensi Vitamin C: Ulasan Singkat Yanuartono Yanuartono; Soedarmanto Indarjulianto; Alfarisa Nururrozi; Dhasia Ramandani; Hary Purnamaningsih
Jurnal Sain Veteriner Vol 41, No 2 (2023): Agustus
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.71186

Abstract

Vitamin C bersifat esensial untuk mamalia, termasuk manusia, primata, dan marmut, meskipun mamalia lain, seperti ruminansia, babi, kuda, anjing, dan kucing, dapat mensintesis vitamin C dari glukosa di hati. Ruminansia pada dasarnya bergantung pada sintesis endogen karena vitamin C asal pakan sebagian besar dirusak semuanya oleh mikroorganisme rumen. Dengan demikian, ruminansia lebih bergantung vitamin C endogen untuk mencukupi kebutuhan tubuhnya guna memenuhi persyaratan fisiologis dibandingkan dengan hewan lain. Meskipun demikian, ruminansia muda lebih rentan terhadap defisiensi vitamin C karena  biasanya hanya memperoleh diet dengan kandungan vitamin C yang rendah.  Produksi vitamin C endogen pada ruminansia muda dapat mencapai tingkat maksimal setelah umur 16 minggu. Konsentrasi vitamin C pada ruminansia muda yang rendah tersebut  berpotensi menimbulkan dermatosis pada ruminansia muda. Tulisan ini bertujuan untuk mengulas secara singkatnya defisiensi vitamin C yang terkait dengan dermatosis pada ruminansia.
Infestasi Ektoparasit pada Pasien Kucing yang Memiliki Masalah Kulit di Klinik Hewan Lilipoet Yogyakarta Lily Gunawan; Soedarmanto Indarjulianto; Yanuartono Yanuartono; R Wisnu Nurcahyo; Joko Prastowo
Jurnal Sain Veteriner Vol 42, No 2 (2024): Agustus
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.75941

Abstract

Ektoparasit merupakan problem yang sering diderita kucing, termasuk di Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infestasi ektoparasit pada kucing dan jenisnya di wilayah Klinik Hewan Lilipoet Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan menggunakan 173 pasien kucing penderita dermatitis. Data yang diambil adalah umur, jenis kelamin dan diagnosis berdasarkan pemeriksaan kulit. Sampel ektoparasit diambil dari kucing dengan metode combing. Ektoparasit diidentifikasi secara mikroskopik dari sampel kulit. Hasil penelitian menunjukkan 120 dari 173 (69,3%) kucing yang diperiksa ditemukan ektoparasit. Spesies ektoparasit tersebut terdiri dari: Otodectes cynotis (30%), Ctenocephalides felis felis (25,8%), Notoedres cati (25%), Lynxacarus radovskyi (15,8%), Felicola subrostratus (2,5%), dan Rhipicephalus sanguineus (0,8%). Sebanyak 16 dari 120 (13,3%) pasien kucing menderita infestasi beberapa ektoparasit. Jumlah ektoparasit yang ditemukan pada kucing umur 1-12 bulan sebanyak 86/120 (71,6%), umur12-24 bulan sebanyak 13/120 (10,8%), dan pada umur lebih dari 24 bulan sebanyak 21/120 (17,5%). Ektoparasit ditemukan pada kucing jantan sebanyak 69/120(57,5%) dan pada betina 51/120 (42,5%). Disimpulkan bahwa prevalensi infestasi ektoparasit pada kucing penderita dermatitis di klinik Lilipoet Yogyakarta adalah 69,3%. Infestasi ektoparasit banyak ditemukan pada kucing berumur dibawah 1 tahun dan lebih sering ditemukan pada kucing jantan daripada betina.
The Benefits of Teat Dipping as Prevention of Mastitis Yanuartono Yanuartono; Alfarisa Nururrozi; Soedarmanto Indarjulianto; Hary Purnamaningsih; Dhasia Ramandani
Journal of Livestock Science and Production Vol 4, No 1 (2020): Journal of Livestock Science and Production
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/jalspro.v4i1.2796

Abstract

Mastitis is the major disease and the most costly disease of the dairy industry worldwide. One of the mastitis control programs that until now has been carried out and proven to be quite effective is the teat dipping method as a form of prevention. Various methods and uses of teat dipping solutions have been widely used and used for this purpose such as iodine, potassium permanganate, chlorhexidine, chlorhexidine gluconate chlorine, iodophor, sodium hypochlorite, lactic acid, phenolics and Dodecyl Benzene Sulfonic Acid (DDBSA). Pre milking and post milking teat disinfection have been recommended widely by veterinarians and adopted by dairy producers in increasing numbers. This procedure is simple to perform, economical, and effective in controlling contagious mastitis pathogens. More recently, teat dipping in association with good udder preparation reduced the rate of intramammary infections by environmental pathogens. This paper aims to provide a brief review of the benefits of teat dipping as a method of controlling the incidence of mastitis in dairy cows. Keywords: mastitis, teat dipping, pathogens, intramammary infections