Claim Missing Document
Check
Articles

AKTIVITAS LARVISIDAL EKSTRAK ETHANOL RUMPUT KEBAR (Biophytum petersianum Klotzsch) TERHADAP Aedes aegypti Sambodo, Priyo; Prastowo, Joko; Indarjulianto, Soedarmanto
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science) Vol 7 No 1 (2012): JURNAL ILMU PETERNAKAN
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.053 KB) | DOI: 10.30862/jipvet.v7i1.37

Abstract

The aim of this research is to find out the larvicidal effect of rumput Kebar ethanol extract againts A. aegypti larvae. Seven hundred and twenty larvae of third instars were divided into 3 series and consist of 4 concentrations, (0 ppm, 2000 ppm, 2500 ppm and 3000 ppm) with 3 replications. Each group using 20 larvae of third instars were placed in 200 ml of treatment solutions. The effect of the treatments were monitored by counting the number of dead larvae after 24 h, 48 h and 72 h of exposure. Data was analyzed by ANOVA and Probit analysis was used to find out Lethal Concentration50 and LC90. The results showed that the average mortality is highest on the concentration of 3000 ppm after 72 h of exposure were 27 (36,15%). LC50 and LC90 values of 4770.626 ppm and 8264.651 ppm after 24 h of exposure.
POTENSI DAUN BAMBU SEBAGAI AGEN ANTHELMETIKA PADA TERNAK KAMBING ( Bamboo Leaves Potency as anthelmintic Agent on Goat) Widiarso, Widiarso, B. P.; Nurcahyo, Wisnu; Prastowo, Joko; Kurniasih, Kurniasih
Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian Vol 14, No 1 (2017): Jurnal Pengembangan Penyuluhan Peternakan
Publisher : UPPM Politekik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan Yoma)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1305.029 KB)

Abstract

Daun bambu telah digunakan secara luas sebagai pakan alternatif pakan ternak ruminansia, namun dalam penggunaannya di lapangan, belum banyak dikaji manfaat lain selain sebagai sumber pakan. Kandungan tannin dalam daun bambu memberikan potensidaun bambu sebagai agen antelmetika. Selain mengandung kandungan nutrisi daun bambu: berat kering 91,27%; protein kasar 4,24%; lemak kasar 8,11%; serat kasar 27,2%; total digesti nutrien 36,42% .Daun bambu (Dendrocalamus strictus) setiap 100 mg mengandung Protein Kasar 15,09; Serat Kasar, 23,15; Lemak Kasar 1,43; Abu 18,03; Fosfor 170; Kalsium, 1550 mg (Attayaya, 2009). Tanin dalam daun bambu apus (Gigantochloa apus) tua 8,81% b/b, tanin dalam daun bambu petung (Dendrocalamus asper) tua 4,84% b/b, dan tanin dalam daun bambu legi (Gigantochloa atter ) tua 3,19% b/b. Hasil pengujiankandungan tanin di atas dapat menunjukkan bahwa daun bambu mepunyai potensi sebagai anthelmetika melawan cacing gastrointestinal. Tanin yang terdapat pada daun bambu adalah tanin terkondensasi. Tanin terkondensasi efektif melawan parasit GI. Efek tanin terkondensasi melawan parasit GI dilakukan baik secara langsung, yaitu melalui interakasi TK-nematoda, mempengaruhi penetasan dan mempengaruhi pertumbuhan larva infektif, maupun secara tidak langsung, yaitu dengan cara mengikat protein tumbuhan di dalamrumen sehingga mencegah degradasi mikrobial sehingga meningkatkan aliran protein ke duodenum yang pada akhirnya akan meningkatkan imunitas hospesKata Kunci: Antelmetika, Daun bambu, Kambing
PENGARUH INFEKSI CACING Ascaridia galli TERHADAP GAMBARAN DARAH DAN ELEKTROLIT AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) Joko Prastowo; Bambang Ariyadi
Jurnal Medika Veterinaria Vol 9, No 1 (2015): J. Med. Vet.
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.702 KB) | DOI: 10.21157/j.med.vet..v9i1.2986

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh infeksi telur cacing Ascaridia galli (A. galli) terhadap elektrolit dan gambaran darah ayam kampung (Gallus domesticus). Kelompok perlakuan dilakukan infeksi telur berembrio cacing A. galli sebanyak 500 telur cacing/ekor ayam. Sampel berupa feses ayam untuk pemeriksaan parasitologi dan darah untuk pemeriksaan elektrolit dan pemeriksaan darah rutin. Infeksi cacing A.galli menyebabkan penurunan kadar kalium serum pada hari ke-21 dan 28 setelah infeksi (P0,05), kenaikan kadar magnesium serum pada hari ke-21 dan 28 setelah infeksi (P0,05) dan tidak memberikan pengaruh terhadap kadar natrium serum setelah infeksi. Hasil penelitian ini menyebabkan penurunan terhadap jumlah eritrosit pada hari ke-7 dan 14 setelah infeksi (P0,05), penurunan terhadap nilai packed cell volume (PCV) pada hari ke-14 setelah infeksi (P0,05), kenaikan nilai total protein plasma pada hari ke-7 setelah infeksi (P0,05), kenaikan nilai absolut sel eosinofil pada hari ke-14 setelah infeksi (P0,05), tidak memberikan pengaruh terhadap kadar hemoglobin, jumlah leukosit, nilai absolut sel heterofil, limfosit, dan monosit. Pada hari ke-28 setelah infeksi, rerata cacing yang hidup yaitu 13 ekor cacing. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa, infeksi 500 telur cacing berembrio A. galli menyebabkan penurunan kadar kalium, kenaikan kadar magnesium, penurunan terhadap jumlah eritrosit, penurunan terhadap nilai PCV, kenaikan nilai total protein plasma, kenaikan nilai absolut sel eosinofil, dan tidak memberikan pengaruh terhadap natrium, kadar hemoglobin, jumlah leukosit, nilai absolut sel heterofil, nilai absolut limfosit, dan nilai absolut monosit.
STUDI PERKEMBANGAN DAN SITOPATOLOGI Eimeria tenella PADA MEMBRANCHORIOALLANTOIS Bambang Sutrisno; Joko Prastowo
Jurnal Sain Veteriner Vol 21, No 1 (2003): JULI
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1928.166 KB) | DOI: 10.22146/jsv.407

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dari siklus hidup Eimeria tenella gambaran histopatologik membran chorioallontois sebagai akibat infeksi sporosista dan oosista Eimeria tenella, untuk mengetahui kemungkinan penggunaan membran chorioallantois sebagai medium k-ultur Eimeria tenella. Penelitian ini menggunakan 50 butir telur ayam berembrio umur 10 hari yang dibagi ke dalam 5 kelompok, masing-masing 10 butir. Kelompok 1, telur diinfeksi dengan 5.000 oosista, kelompok II diinfeksi dengan 10.000 oosista, kelompok 111 diinfeksi dengan 25.000 sporosista, kelompok IV diinfeksi dengan 50.000 sporosista dan kelompok V diperlukan sebagai kontrol. Telur-telur tersebut diinkubasi pada suhu 41°C selama 6 hari. Mulai hari ke 2 setelah infeksi, dua telur dad masing-masing kelompok diperiksa dengan membuka kerabangnya, membran chorioallantois diamati untuk melihat perubahan makroskopik dan histologik. Hasil yang didapat adalah kelompok I dan II tidak ada perbedaan dan oosista tidak berkembang bahkan mengalami nekrosis. Kelompok III dan /V menunjukkan perkembangan di dalam membran chorioallantois, hari ke 2 setelah infeksi sel epitel membesar dan terisi oleh sporozoit, hari ke 3 setelah infeksi sudah ada skizon generasi I, hari ke 4 setelah infeksi sel-sel epitel membesar dan ada stadium makrogamet, skizon generasi II dan zigot, dan had ke 5 setelah infeksi sudah terdapat stadium oosista. Inokulasi sporosista Eimeria tenella pada membran chorioallantois dapat berkembang menjadi stadium berikutnya, sedang inokulasi oosista Eimeria tenella pada membran chorioallantois tidak menunjukkan perkembangan. Membran chorioallantois dapat digunakan sebagai medium kultur Eimeria tenella.Kata kunci : Chorioallantois, Eimeria tenella, Skizon , Makrogamet
Penggunaan Cairan Empedu Sapi Untuk Produksi Sporozoit Eimeria tenella Melalui Eksitasi In Vitro Sunandjak .; Joko Prastowo
Jurnal Sain Veteriner Vol 22, No 1 (2004): Juli
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (872.435 KB) | DOI: 10.22146/jsv.432

Abstract

.
STUDI RESPON IMUN PADA AYAM YANG DIIMUNISASI DENGAN ANTIGEN EKSKRESI SEKRESI SPOROZOIT Eimera tenellla Joko Prastowo; Wisnu Nurcahyo; Kurniasih .; R. Wasito .
Jurnal Sain Veteriner Vol 22, No 2 (2004): DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1411.082 KB) | DOI: 10.22146/jsv.452

Abstract

.
INFEKSI NEMATODA GASTROINTESTINAL PADA ORANGUTAN (Pongo pygmaeus)DI ICEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA . Rianawati; Joko Prastowo
Jurnal Sain Veteriner Vol 21, No 1 (2003): JULI
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1187.19 KB) | DOI: 10.22146/jsv.491

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang infeksi nematoda gastrointestinal pada orangutan (Pongo pygmaeus) di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui garnbaran infeksi nematoda gastrointestinal dengan melakukan inventarisasi cacing tersebut di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel tinja dan 13 ekor orangutan seminggu sekali selama 8 minggu dan diperiksä dengan metode natif, sentrifus dan Mc. Master. Telur cacing diidentifikasi berdasar bentuk dan ukuran, serta dihitung jumlahnya setiap gram tinja. Gejala klinis yang diarnati adalah kondisi tubuh seperti berat badan, aktivitas, nafsu makan dan bentuk tinja. Basil penelitian menunjukkan bahwa semua orangutan di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta terinfeksi cacing Strongyloides fitelleborni dan 2 ekor orangutan terinfeksi cacing Trichuris trichiura. Dengan analisis t-test dibuktikan bahwa tidak ada penganih yang nyata antara jenis kelamin dan tipe kandang dengan kejadian nematodiasis pada orangutan. Infeksi yang ditimbulkan oleh cacing Strongyloides fuellehorni cukup berat hingga menimbulkan gejala klinis diare, nafsu makan turun, lemah dan lesu, sedangkan infeksi oleh Trichuris trichiura tergolong ringan. Kata kunci : nematoda gastrointestinal, orangutan (Pongo pygmaeus), gembira loka
THE EFFECT OF INCUBATION TIME ON EXCYSTATION OF EIMERIA TENELLA SPOROZOITES IN VITRO Joko Prastowo; Mufasirin Mufasirin; Sumartono Sumartono
Jurnal Sain Veteriner Vol 16, No 2 (1999)
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.8596

Abstract

This purpose of the research is to know the effect of incubation time on excystation of Eimeria tenella sporo-zoites in vitro.Eimeria tenella oocystes treated in clorox were broken by glass beads. Sporocystes liberated from oocys were divid­ed in six groups (I - VI), each ghroup contained 1.68.106 sporocystes. All of the groups were treated by 0,75% taur-ocholat sodium and 0,25% trypsin. Those sporocystes were incubated at 41°C for 15, 30, 45, 60, 75 and 90 minutes respectively. The data collected was the percentage at the number of sporozoites found in each group.The result showed that the increase of the number of sporozoites was paralelly with the incubation time. The highest number of sporozoites excystation was found in the 90 minutes of incubation group.
DYNAMICS OF NUMBER OF NEMATODE LARVAE IN GRASS IN THE PASTURE Joko Prastowo; Sumartono Sumartono
Jurnal Sain Veteriner Vol 15, No 1&2 (1996)
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.8641

Abstract

The existence of nematode larvae in a pasture can be used as an indication of infection or reinfection in animal grazing on it. The objective of the current study was to reveal the dynamics of the number of nematode larvae found on the grass of a pasture.Three locations of the pasture of the teaching farm of Faculty of Veterinary Medicine GMU, were chosen as sampling areas. Grass of the areas was cut just on top of the soO five times a day for ten day namely at 5, 6-9 am - 1 pm, 2-5 pm and 6 pm. Following cutting, the grass was kef t m a tube and washed with detergent solution. The washing solution was examined under a stereomicroscope, and the larvae observed were counted. Differences in the number of larvae between locations and collection times were analysed statistically by names of factorial analysis of variance.The results show that the mean number of larvae varies between 03 ± 0.67 and 6.1 ± 2.95 per grass. The number of larvae is not significantly different (F > 0,05). Cutting at however, is influenced by collection time (P < 0,05). Cutting at 5-9 am gives the largest number of larvae, while 6 pm gives the lowest count.  '
Daya Ovicidal Ekstrak Kulit Buah Muda (Calotropis procera) terhadap Haemonchus contortus secara in vitro I Gusti Komang Oka Wirawan; Wisnu Nurcahyo; Joko Prastowo; Kurniasih .
Jurnal Sain Veteriner Vol 33, No 2 (2015): Desember
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1127.23 KB) | DOI: 10.22146/jsv.17891

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi efektif ekstrak kulit buah muda Calotropis procera (C. procera) dalam menghambat perkembangan telur cacing Haemonchus contortus secara in-vitro. dari 0,2g/ml sediaan larutan ekstrak stok, albendazole konsentrasi 0,055%. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Konsentrasi efektif ekstrak kulit buah muda C. procera (EKBMCP) dalam menghambat perkembangan daya tetas telur cacing Haemonchus contortus secarain-vitro adalah perlakuan EKBMCP konsentrasi 4,5% dengan daya hambat 88% sedangkan  perlakuan EKBMCP konsentrasi 2,5% dan 3,5% daya hambatnya secara berturut-turut adalah 70,5% dan 81%.