Claim Missing Document
Check
Articles

PENENTUAN MODEL MATEMATIS YANG OPTIMAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PANTAI UTARA GRESIK BERBASIS NILAI REFLEKTAN CITRA SATELIT AQUA MODIS Wibisana, Hendrata; Sukojo, Bangun Muljo; Lasminto, Umboro
GEOMATIKA Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : Badan Informasi Geospasial in Partnership with MAPIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.912 KB) | DOI: 10.24895/JIG.2018.24-1.771

Abstract

ABSTRAKSuhu permukaan laut (SPL) merupakan salah satu parameter yang banyak dipakai untuk mendeteksi perubahan iklim salah satunya adalah perubahan ekosistem yang terjadi di perairan pesisir pantai. Perubahan suhu yang ekstrim akan menyebabkan biota yang ada di pesisir pantai mengalami gangguan, dan akibat dari perubahan ini akan merubah tatanan ekosistem yang ada, salah satunya adalah perubahan area dari posisi perikanan tangkap akibat migrasi dari ikan-ikan yang terkena dampak secara tidak langsung dari perubahan suhu tersebut. Dalam kaitannya dengan fenomena alam tersebut peranan penginderaan jauh sangat menentukan karena teknologi ini mampu untuk menjawab permasalahan tersebut, dan teknologi ini memiliki keunggulan dalam mengcover area yang cukup besar serta ditunjang dengan kemampuan multi temporal sehingga teknologi ini merupakan jawaban yang tepat untuk dipakai dan dikembangkan. Penelitian ini dilakukan menggunakan citra satelit Aqua Modis level 2 dengan tujuan untuk mendapatkan algoritma yang terbaik dalam upaya memodelkan suhu permukaan laut. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa algoritma yang paling optimal berasal dari kanal 667 nm, dimana bentuk model algoritma adalah polinomial kubik dengan persamaan : T = -4E+09(Rrs_667)3 + 1E+07(Rrs_667)2 – 14356(Rrs_667) + 30,934 dengan nilai R = 0,901. 
DAS Ampal Analisa Fungsi dan Pengaruh Bangunan Pengendali Banjir DAS Ampal Kota Balikpapan Kadar Yanti, Rossana Margaret; Edijatno, Edijatno; Lasminto, Umboro
Specta Journal Vol 2 No 3 (2018): SPECTA Journal of Technology
Publisher : Specta Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (548.979 KB) | DOI: 10.0610/specta.v2i3.10

Abstract

Ampal Catchment Area has 25.273 km2 area and 4.699 km main river length, which planned to have 13 flood control construction. Until 2017, this catchment area has only three flood control construction. The watershed has only three built-in batters that are used to reduce the amount of flood discharge flowing on the Ampal river. Based on these conditions, it is necessary to analyze the magnitude of the difference of flood peak discharge on the existing condition (three bendali) compared with the condition of the plan (thirteen bendali). Therefore, analyzed the function and influence of flood control construction in Ampal Catchment Area by counting the flood peak discharge in each condition. From the analysis result, obtained the amount of peak discharge flowing in Ampal river existing condition is equal to 170,40 m3/s while at the condition of plan is equal to 83,80 m3/s. From the results of analysis, it is stated that the magnitude of the decrease of debit (?Q) after all the builds is 86.60 m3/s.
DAS Ampal Analisa Fungsi dan Pengaruh Bangunan Pengendali Banjir DAS Ampal Kota Balikpapan Kadar Yanti, Rossana Margaret; Edijatno, Edijatno; Lasminto, Umboro
SPECTA Journal of Technology Vol 2 No 3 (2018): SPECTA Journal of Technology
Publisher : LPPM ITK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (548.979 KB) | DOI: 10.35718/specta.v2i3.10

Abstract

Ampal Catchment Area has 25.273 km2 area and 4.699 km main river length, which planned to have 13 flood control construction. Until 2017, this catchment area has only three flood control construction. The watershed has only three built-in batters that are used to reduce the amount of flood discharge flowing on the Ampal river. Based on these conditions, it is necessary to analyze the magnitude of the difference of flood peak discharge on the existing condition (three bendali) compared with the condition of the plan (thirteen bendali). Therefore, analyzed the function and influence of flood control construction in Ampal Catchment Area by counting the flood peak discharge in each condition. From the analysis result, obtained the amount of peak discharge flowing in Ampal river existing condition is equal to 170,40 m3/s while at the condition of plan is equal to 83,80 m3/s. From the results of analysis, it is stated that the magnitude of the decrease of debit (?Q) after all the builds is 86.60 m3/s.
Studi Pengaruh Perubahan Kedalaman Saluran terhadap Pengelolaan Sedimen di Saluran Box Culvert Tjahyana, Angela Jasmine Tanya; Lasminto, Umboro
Jurnal Teknik Sipil Vol 15, No 4 (2020)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.274 KB) | DOI: 10.24002/jts.v15i4.3802

Abstract

The most frequent problem that occurred in a box culvert is sedimentation. Sediments can be transported by changes in the water flow velocity, which can be influenced by changes of depth, h, of the channel bed. This research studies the change in h1 to h2 = 1,1 h1, 1,3 h1, 1,5 h1, 1,8 h1, and 2 h1, by simulation using SSIIM 1 program. The graph of the grain size distribution shows that the sediment consists of 99% of sands and 1% of silt, which its diameter of d50 = 0.8 mm and d90 = 4 mm. The discharge is 0.328 m3/s. The results, the deeper of the bed channel changes, the slower the flow velocity. The bed shear stress in changing the bed channel is smaller than the critical bed shear stress, and it makes the sediment stays. Based on the results, the variation of h2 = 1,1 h1, is preferred in sediment management.
Studi Potensi Tampungan Air Sebagai Sumber Air Baku Kota Surabaya Lasminto, Umboro
IPTEK Journal of Proceedings Series No 5 (2017): Simposium I Jaringan Perguruan Tinggi untuk Pembangunan Infrastruktur Indonesia (2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2017i5.3113

Abstract

Makalah ini menyajikan hasil studi tentang potensi (kuantitas) dari tampungan-tampungan air yang ada di Kota Surabaya  untuk digunakan sebagai sumber air baku. Tujuan dari studi ini untuk mengidentifikasi kebutuhan air dan  menghitung potensi tampungan air di wilayah Kota Surabaya. Studi ini dilakukan dengan menghitung keseimbangan air  pada tampungan-tampungan tersebut. Volume tampungan, inflow dari curah hujan dan outflow berupa evaporasi dan pengambilan air digunakan untuk menghitung keseimbangan air. Hasil studi menunjukkan bahwa  tampungan air berupa wakduk/boesem yaitu boesem Morokrembangan memiliki potensi untuk pemanfaatan air dengan debit sebesar 0.2 m3/dt, sedangkan Boesem Kedurus memiliki potensi air sebesar 0.1 m3/dt. Potensi tampungan air Kali Wonokromo (long storage) yang dapat dimanfaatkan sebagai air baku pada musim kemarau hanya 0.1 m3/dt. Sedangkan tampungan air  (long storage) di hulu Dam Gubeng (Kayun) di Kali Mas lebih besar dari Kali Wonokromo dan bisa mencukupi untuk pemanfaatan sebesar 0.5 m3/detik. Tanah Tanah Bekas Kas Desa yang dimiliki Pemerintah Kota Surabaya tersebar di wilayah Kota Surabaya terutama di Surabaya bagian Barat dan bagian timur masing-masing memiliki luas area tidak terlalu besar sehingga bila digunakan sebagai tampungan maka kapasitas tampungnya kecil. Potensi air tanah tawar di Kota Surabaya sangat kecil yaitu hanya sekitar  0.03 m3/dt.
Model Analysis Faktor Sebaran Data Curah Hujan Tahunan Riki Chandra Wijaya; Umboro Lasminto
Borneo Engineering : Jurnal Teknik Sipil Volume 4 Nomor 1 Tahun 2020
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/be.v4i1.1102

Abstract

Rainfall occurs in Watershed (DAS) has a special relationship. Data distribution from measuring devices at several locations in the watershed is predicted to have patterns and close relationships. To know this we need a model to be able to show a relationship between measured rainfall data. This research, a factor analysis model is performed to calculate how much the relationship between rainfall data in the watershed and to determine the shape of rainfall distribution patterns that occur. Based on the calculation results, it is known that pattern of rainfall data distribution from 6 rain stations in Bengawan Solo watershed, namely doplang, randu, menden, kedung, japah, and sambong in 1998 has the same distribution pattern. However, the amount of rain height is different. In addition, the maximum Pearson correlation coefficient is 0.536 at Menden-Randu station. While the minimum Pearson correlation value for the Menden-Sambong station is 0.012. This difference is influenced by the distance between Menden-Randu and Menden-Sambong stations. Based on calculations on the factor analysis model, there are two factors that affect directly between these stations. Factor 1 has coefficient value 0.5. Based on calculations show that rainfall that occurs in each region does not have a strong relationship between one another, but the occurrence of rain that occurs has the same distribution pattern. From this, it provides information that th e pattern of rainfall distribution each year is the same due to the occurrence of rain following climate patterns in global area coverage.
Studi Angkutan Sedimen Sudetan Pelangwot-Sedayu Lawas Sungai Bengawan Solo Chandra Murprabowo Mudjib; Umboro Lasminto
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.836 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i3.5236

Abstract

Sungai Bengawan Solo merupakan salah satu sungai terpanjang di Indonesia yang mengalir mulai dari area hulu di Kabupaten Wonogiri dan Ponorogo hingga ke area hilir di Kabupaten Gresik. Perubahan fungsi lahan di area hulu dan peningkatan debit yang melalui Sungai Bengawan Solo membuat banjir terjadi di area hilir sungai yakni di Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Gresik. Sudetan Pelangwot sepanjang 13 km merupakan saluran yang dibuat untuk mengurangi debit banjir yang terjadi dengan mengalirkannya ke laut Jawa. Namun dikarenakan pendangkalan yang terjadi akibat sedimentasi, kapasitas Sudetan Pelangwot dalam mengalirkan debit menurun. Tugas akhir ini bertujuan untuk menganalisa sedimentasi yang terjadi pada sudetan Pelangwot dengan menggunakan program bantu HEC-RAS 4.1.0 Konsep yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah dengan memodelkan Sudetan Pelangwot menggunakan program HEC-RAS 4.1.0 kemudian melakukan simulasi aliran sudetan untuk mengetahui sedimentasi yang terjadi. Dari hasil simulasi yang dilakukan dengan menggunakan program HEC-RAS 4.1.0 diketahui perkiraan volume sedimentasi yang terjadi di sudetan selama musim penghujan dari tanggal 1 Desember 2010 hingga 21 Mei 2011 adalah sebesar 325.030,23 m3. Agradasi terjadi di sebagian besar penampang sudetan sedangkan degradasi hanya terjadi di beberapa titik. Kantong sedimen dapat dibuat sebagai upaya pengendalian sedimen pada dasar saluran sudetan di tiga titik yang berbeda dengan kapasitas total 175.875 m3.Pemeliharaan kantong sedimen dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan melakukan pengerukan pada kantong sedimen.
Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik Gemma Galgani Tunjung Dewandaru; Umboro Lasminto
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.009 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.6892

Abstract

Kali Lamong berada di Propinsi Jawa Timur. Bagian hulu Kali Lamong terletak di Kabupaten Lamongan dan Mojokerto, sedangkan bagian hilirnya berada di perbatasan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik, serta bermuara di Selat Madura. Daerah Aliran Kali Lamong memiliki luas ± 720 km2, dengan panjang alur sungai ± 103 km. Debit Kali Lamong cenderung besar, namun tidak mampu dialirkan dengan baik, sehingga air sungai meluap dan mengakibatkan Kabupaten Gresik mengalami banjir hampir setiap tahun. Untuk menangani permasalahan banjir tersebut, dalam tugas akhir ini dilakukan studi mengenai permasalahan banjir Kali Lamong dan upaya penanggulangannya. Dalam studi ini, dilakukan analisis hidrologi, analisis hidrolika dan analisis penanggulangan banjir. Dalam Tugas Akhir ini, dilakukan analisis pengendalian banjir dengan waduk. Berdasarkan analisis tersebut, terjadi penurunan debit banjir dari Q25 = 460,282 m3/detik, menjadi Q25 = 223,9 m3/detik. Meskipun debit telah turun, namun masih terjadi luapan pada penampang Kali Lamong. Oleh karena itu, dilakukan analisis penanggulangan banjir dengan perbaikan penampang sungai dan peninggian tanggul, sehingga luapan Kali Lamong di Kabupaten Gresik dapat teratasi.
Perencanaan Sistem Drainase Kebon Agung Kota Surabaya, Jawa Timur Made Gita Pitaloka; Umboro Lasminto
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1059.944 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i1.21425

Abstract

Saluran Kebon Agung terletakdi Surabaya bagian selatan di Kecamatan Jambangan dan bermuara di sisi laut Surabaya bagian Timur di Kecamatan Rungkut. Saluran ini memiliki panjang 11 kilometer dan lebar berkisar antara 7 – 12 meter. Pada saluran Kebon Agung terdapat 2 rumah pompa, yaitu Pompa Kutisari dan Pompa Kebon Agung. Rumah pompa ini sudah berfungsi untuk mengurangi banjir di Surabaya, namun masih kurang maksimal, sehingga masih terjadi genangan di beberapa lokasi. Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Banjir Kota Surabaya tahun 2014, terdapat kawasan rawan banjir di pemukiman kampung wilayah kecamatan Jambangan akibat luapan sungai Kali Surabaya. Selain itu, menurut BAPPEKO (Badan Perencanaan Pembangunan Kota) Surabaya tahun 2015, terjadi pula genangan setinggi 10-40 cm di Kecamatan Wonocolo dan setinggi 10-50 cm di Kecamatan Gununganyar.Perencanaan sistem drainase Kebon Agung dilakukan dengan mengevaluasi kondisi saluran eksisting, kemudian melakukan analisis hidrologi dengan menggunakan program bantu HEC-HMS untuk mendapatkan debit banjir rencana. Sedangkan, analisis hidrolika menggunakan program bantu HEC-RAS dengan dua kali simulasi unsteady flow, yaitu simulasi kondisi saluran eksisting dan hasil perencanaan. Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting diperoleh bahwa genangan air terjadi karena kapasitas kapasitas saluran Kebon Agung saat ini tidak dapat mengalirkan debit banjir rencana, sehingga dibutuhkan perencanaan baru. Lebar saluran primer yang diperlukan berkisar antara 8 sampai 15 meter dengan kedalaman 3 meter, lebar saluran sekunder yang diperlukan berkisar antara 5 sampai 8 meter dengan kedalaman 2,5 meter, dan untuk lebar saluran tersier antara 1,2 sampai 2 meter dengan kedalaman 1 meter sampai 2 meter. Jumlah pompa yang dibutuhkan adalah 5 buah pompa dengan kapasitas 5 m3/detik dan 3 buah pompa dengan kapasitas 1,5 m3/detik.
Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin Devy Amalia; Umboro Lasminto
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (983.214 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i1.21562

Abstract

Genangan adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Dikarenakan dampak yang diberikan genangan memerlukan biaya cukup besar untuk rehabilitasi maka perlu adanya sistem pemodelan genangan menggunakan komputer di suatu kota untuk mengetahui sebaran titik – titik yang berpotensi tinggi terjadi genangan. FLO – 2D merupakan model penelusuran genangan yang mensimulasikan aliran saluran dan aliran permukaan bebas yang mampu menggabungkan komponen 1 dimesi (1D) dan 2 dimensi (2D) untuk mendapatkan informasi kedalaman genangan serta memfokuskan pada pemetaan genangan sungai maupun genangan air permukaan. Sungai Guring, sebagai salah satu sungai yang berada pada Banjarmasin Tengah, digunakan sebagai objek studi dalam simulasi Flo-2D ini. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis peta menggunakan data peta topografi untuk menentukan batas DAS Guring. Analisis hidrologi menggunakan data curah hujan untuk mendapatkan hujan rencana dan hidrograf inflow. Analisis hidrolika menggunakan data penampang sungai existing. Hasil dari analisis tersebut akan dimasukkan kedalam program FLO-2D sebagai input data. Terdapat 5 alternatif pemodelan yang dapat dilakukan menggunakan data yang diperoleh yakni: Pemodelan 1, menggunakan data hujan ; Pemodelan 2, menggunakan data hujan, penampang saluran, dan tanpa data pasang surut ; Pemodelan 3, menggunakan data hujan, penampang saluran, dan dengan data pasang surut ; Pemodelan 4, menggunakan hidrograf inflow, penampang saluran, dan tanpa data pasang surut ; Pemodelan 5, menggunakan hidrograf inflow, penampang saluran, dan dengan data pasang surut. Berdasarkan hasil proses simulasi FLO-2D, pemodelan 3 merupakan pemodelan yang paling cocok dijadikan sebagai peta genangan DAS Guring karena menghasilkan plot grid element maximum flow velocity dan bentuk grafik maximum water surface elevation yang realistis dengan menggambarkan adanya pengaruh pasang surut dan tidak adanya pengaruh boundary hulu dan hilir. Mayoritas pemodelan memiliki kedalaman maksimum genangan yang terkonsentrasi pada sungai/saluran.