Ema Umilia
Departemen Perencanaan Wilayah Dan Kota Institut Teklonologi Sepuluh Nopember Surabaya

Published : 36 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

The Correlation between Residential Density and Greenhouse Gas Emissions in Surabaya City Setiawan, Rulli Pratiwi; Umilia, Ema; Handayeni, Ketut Dewi Martha Erli
International Journal of Planning and Development Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.238 KB)

Abstract

Abstract: Population growth is happening in cities, including Surabaya as the second largest metropolitan region in Indonesia. The population growth has an impact to the residential density, whereas residential is usually the largest part of land use in urban areas. In Surabaya, residential use covers more than 60% of the total area. The intensive use of residential area has impacts on the environment. One significant issue is the consumption of energy that produces greenhouse gas emissions. This study is aimed at explaining the relationships between residential density and greenhouse gas emissions in Surabaya City, Indonesia. The residential density will be divided into three categories, i.e. low, medium and high density. The category of density is taken from the Identification Report of Surabaya Spatial Plan. The results of this study indicate that there are significant differences in the electrical energy consumption for the household sector in each residential density. These differences are mainly influenced by variables such as car ownership, ventilation system, the use of electrical power, cooking fuel and the way to use the home appliances. The highest total energy consumption per month exists in high density type. Although the average smallest energy consumption per household exists in medium density, the total energy consumption in medium density is much greater than that in the low density because the number of households in medium density is greater. The final result shows that the correlation between the total production of GHG emissions (CO2) and density has a direct or positive relationship, which means that the greater the density, the higher the production rate of GHG emissions (CO2).Keywords: correlation, greenhouse gas emissions, land use, residential density, settlements, urban 
PENGEMBANGAN KONSEP KELEMBAGAAN SEBAGAI UPAYA REJUVENASI KAWASAN WISATA ALAM RANU GRATI DI KABUPATEN PASURUAN Rahmawati, Dian; Idajati, Hertiari; Umilia, Ema; Tambunan, Theresia; Safitri, Elok
Jurnal Penataan Ruang Vol 13, No 1 (2018): Jurnal Penataan Ruang 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.992 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v13i1.6667

Abstract

Kawasan wisata alam Ranu Grati Pasuruan merupakan salah satu danau vulkanik yang terletak di dataran rendah dan memiliki kekayaan berupa sumber daya air yang hingga kini masih menunjang kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitarnya dan pemandangan alam yang mengelilingi danau tersebut. Pengelolaan yang kurang optimal telah mendorong kawasan Ranu Grati saat ini mengalami fase stagnan menuju decline jika dilihat dari tipologi Butler. Kualitas air danau menurun akibat limbah keramba dan rumah tangga yang memenuhi daerah sempadan danau, beberapa ladang dan bekas kegiatan pertambangan pasir oleh masyarakat juga berpengaruh ke kualitas air danau, selain itu kegiatan pariwisata juga sangat terbatas perolehannya dalam mendapatkan pengalaman maupun kesempatan terlibat dalam aktivitas pariwisata kecuali jika ada acara tertentu.Artikel ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul Kajian Pengembangan Kawasan Ranu Grati. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah mendeskripsikan arahan pengembangan Ranu Grati dilihat dari segi kelembagaan pariwisata sebagai upaya merejuvenasi kawasan Ranu Grati yang saat ini berposisi di fase stagnan menuju decline. Tahapan dari penulisan adalah (1) menyusun faktor yang berpengaruh terhadap menurunnya kondisi kawasan wisata Ranu Grati dengan metode Delphi (2) merumuskan arahan pengembangan Ranu Grati dari segi kelembagaan yang meliputi pemerintah, swasta dan masyarakat dengan metode pendekatan quadriple helix diintegrasikan dalam konsep zonasi kawasan. Hasil yang ditemukan didapatkan: (1) Faktor yang berpengaruh terhadap menurunnya kondisi kawasan wisata Ranu Grati yaitu potensi SDM yang belum seimbang, peran serta masyarakat yang masih rendah, dan koordinasi antar stakeholder yang kurang optimal; (2) Zonasi kawasan wisata Ranu Grati yang terintegrasi dengan konsep pengembangan fungsi kelembagaan yang terbagi dalam ruang inti dan ruang pendukung.
ARAHAN PENINGKATAN KEBERLANJUTAN HUTAN KOTA DI KOTA SURABAYA Aghnia, Hasya; Umilia, Ema
Jurnal Penataan Ruang Vol 13, No 2 (2018): Jurnal Penataan Ruang 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.893 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v13i2.6675

Abstract

Hutan Kota Surabaya merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang belum sepenuhnya terkoordinir dengan baik dari segi sumber daya vegetasi, komunitas, dan pengelolaannya. Selain itu, luasan dan fungsi hutan kota di surabaya saat ini masih belum sesuai dengan kebutuhan dan Perda No. 15 tahun 2014 tentang Hutan kota. Tahapan penelitian ini diawali hasil content analysis adalah variabel yang berpengaruh yang terbagi dalam 3 faktor yakni sumberdaya vegetasi, komunitas dan pengelolaan. Selanjutnya, dilakukan penilaian tingkat keberlanjutan dengan menggunakan teknik skoring. Kemudian perumusan arahan peningkatan keberlanjutan hutan kota menggunakan analisis deskriptif komparatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan hutan kota berkelanjutan tinggi (hutan kota Pakal, hutan kota Balasklumprik, hutan kota Sumurwelut, dan Kebun Binatang Surabaya) berfokus pada strategi koordinasi antar dinas, kerjasama industri hijau dan warga serta peraturan yang tegas. Sedangkan berkelanjutan sedang dan rendah (hutan kota Lempung, hutan kota Sambikerep, hutan kota Gununganyar, hutan kota Jeruk, hutan kota Penjaringan Sari dan hutan kota Prapen) berfokus pada penanaman secara intensif, pendanaan secara kreatif, pembangunan fasilitas dan perekrutan tenaga kerja sesuai dengan luasan hutan kota
Rumah Sebagai Garda Depan Pertahanan Masyarakat Selama Pandemi Covid-19: Pengukuran Resiliensi Kawasan Permukiman di Indonesia Rahmawati, Dian; Umilia, Ema; Idajati, Hertiari; Fortuna, Shellyn
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Vol 17, No 1 (2021): JPWK Volume 17 No. 1 March 2021
Publisher : Universitas Diponegoro, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/pwk.v17i1.36529

Abstract

Various prevention and adaptations have been carried out to prevent the recent global pandemic of COVID-19, one of which is encouraging people to do activities at homes to reduce the level of transmission of the COVID-19 virus. Worker and students adapted to working from home (WFH) and learning from home (LFH) which resonates globally with the hashtag stayhome. This policy is quite effective if we assume that all residential areas have ideal conditions to accommodate the health functions and productivity of their residents. In fact, housing and settlement areas in Indonesia have various characteristics and responses to pandemic situations. This article aims to map the adaptation efforts of housing and settlement areas in Indonesia during the COVID-19 pandemic based on several observational variables. Data was taken in May 2020, the 3rd month after the appeal to stay home was socialized in Indonesia, through 110 respondents who were undergoing WFH and LFH, spread across almost all parts of Indonesia. The data is processed through descriptive statistical analysis and the results show that the assumption that all residential areas are in a state that is ready to become the frontline of defense during the pandemic has not been as expected, especially from observations of houses and their surroundings as a function of isolation, the effectiveness of implementing rules and policies, and limitation of activities in order to increase settlement resilience.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Memilih Lokasi Hunian Peri Urban Surabaya di sidoarjo Media Ayesha Serlin; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.592 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.4328

Abstract

Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu wilayah yang terkena dampak Urban Sprawl dari pertumbuhan Kota Surabaya. Kebutuhan lahan permukiman yang semakin terbatas dan mahalnya lahan permukiman di daerah Kota Surabaya terutama yang berada di pusat kota membuat masyakarat lebih memilih bermukim di daerah pinggiran kota Surabaya yaitu Kecamatan Waru dan Kecamatan Taman. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih lokasi hunian Peri Urban Surabaya di Sidoarjo. Pada jenis penelitian ini menggunakan pendekatan positivistik dengan jenis deskriptif.  Dari hasil didapat 9 faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih lokasi hunian antara lain: Aksesibilitas (Kemudahan menuju pertokoan)  Ketersediaan air bersih, Ketersediaan Fasilitas Pertokoan, Ketersediaan Fasilitas Peribadatan (mushola), Keindahan (Kebersihan), Aksesibilitas (Kemudahan menuju angkutan umum ), Aksesibilitas (Kemudahan menuju sekolah), Ketersediaan jaringan listrik,  Harga Lahan/Rumah. Dengan demikian, Aksesibilitas menjadi faktor primer dalam pemilihan lokasi hunian peri urban Surabaya di Sidoarjo
Faktor Pengembangan Kawasan Wisata Bahari di Kabupaten Jember Cinditya Estuning Pitrayu Nastiti; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.218 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.4333

Abstract

Di setiap wilayah yang sedang berkembang pasti memiliki suatu permasalahan yang dapat menghambat proses perkembangan itu sendiri. Kabupaten Jember yang saat ini memiliki banyak potensi wisata dari keindahan alamnya, namun belum dikembangkan secara maksimal, khususnya pada kawasan wisata bahari yang masih belum terkemas. Hal ini menunjukkan bahwa pengemasan DTW satu dengan yang lainnya tidak dilakukan secara merata. Oleh sebab itu perlu ditemukannya faktor pengembangan untuk kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember agar perkembangannya dapat dilakukan secara merata. Dalam penentuan faktor pengembangan akan digunakan teknik analisa Delphi dengan melibatkan para stakeholder sebagai responden. Teknik analisa ini dilakukan dengan dua tahap karena pada tahap pertama ditemukan satu faktor yang perlu di iterasi sehingga perlu dilakukan anlaisa Delphi tahap dua. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan sepuluh faktor pengembangan yaitu daya tarik wisata, prasarana dan sarana, partisipasi masyarakat, kelembagaan, kualitas lingkungan, kesempatan investasi, perlindungan sumberdaya, kebijakan dan pemasaran. Diharapkan dengan ditemukannya faktor pengembangan ini pengembangan wisata bahari di Kabupaten Jember dapat dilakukan secara merata.
Arahan Pengembangan Kawasan Wisata Terpadu Kenjeran Surabaya Apridev Khomenie; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.615 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.4349

Abstract

Pesisir Kenjeran memiliki sejumlah daya tarik wisata yang belum dikembangkan secara optimal, di antaranya Pantai Watu-Watu, Pantai Kenjeran, Kenjeran Park, serta produk olahan hasil laut masyarakat lokal. Daya tarik wisata yang ada di lokasi ini letaknya saling berdekatan dan berada dalam satu kawasan pesisir. Namun, beragamnya potensi objek dan daya tarik wisata Kenjeran saat ini ternyata belum mampu menjadikan kawasan wisata Kenjeran menjadi destinasi wisata unggulan bagi kota Surabaya. Oleh karena itu, pengembangannya membutuhkan arahan yang sesuai dengan potensi dan permasalahan wilayah serta kebijakan yang terkait pengembangan kawasan tersebut. Arahan pengembangan pariwisata Kenjeran dilakukan dengan konsep Kawasan Wisata Terpadu dengan sasaran terumuskannya arahan pengembangan kawasan wisata terpadu Kenjeran Surabaya. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Deskriptif dan Delphi, serta pendekatan Triangulasi. Hasil akhir penelitian ini menghasilkan 12 arahan pengembangan kawasan wisata terpadu Kenjeran yang kemudian arahan-arahan tersebut diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi pariwisata Kenjeran sebagai kawasan wisata bahari terpadu di Surabaya
Tipologi Permukiman Kumuh di Pinggiran Selatan Kota Surabaya Leny Agustin Maharani; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.017 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7231

Abstract

Permukiman kumuh di Pinggiran Selatan Kota Surabaya merupakan salah satu permasalahan kota. Permukiman di daerah ini menjadi rentan karena banyak masuknya penduduk desa ke kota dan memilih bertempat tinggal. Perkembangan kota Surabaya yang begitu pesat tidak diimbangi dengan pemeliharaan dan peningkatan prasarana, sehingga menjadi padat dan kumuh. Maka perlunya suatu tipologi permukiman kumuh di Pinggiran Selatan Kota Surabaya. Untuk mencapai tujuan penelitian yaitu merumuskan tipologi permukiman kumuh di Pinggiran Selatan Kota Surabaya, dilakukan tiga tahapan analisis yaitu pertama mengidentifikasi kondisi eksisting permukiman kumuh menggunakan metode statistik deskripsi, kedua untuk menentukan kriteria tipologi permukiman kumuh menggunakan analisa triangulasi dan delphi serta terakhir merumuskan tipologi permukiman kumuh dengan skoring, analisis cluster dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian terbentuk 4 tipologi, yaitu tipologi 1 terdiri dari area Karangpilang dan Waru Gunung dengan kategori di semua aspek buruk. Tipologi 2 terdiri dari area Kebraon, Gayungan, Rungkut Menaggal dan Gunung Anyar dengan ciri yaitu aspek fisik kategori sedang, aspek sosial dan hukum kategori baik, serta aspek ekonomi kategori buruk. Tipologi 3 terdiri dari area Pagesangan, Kebonsari, Dukuh Menanggal, Panjang Jiwo dan Gunung Anyar Tambak dengan ciri semua aspek baik, kecuali aspek ekonomi kategori buruk. Sedangkan tipologi 4 terdiri dari area Kutisari dan Kendangsari, yang memiliki ciri yaitu aspek fisik kategori sedang, aspek sosial dan aspek ekonomi kategori buruk dan aspek hukum kategori baik.
Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya Patrica Bela Barbara; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.104 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7262

Abstract

Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk di Kota Surabaya kurang diimbangi dengan ketersediaan tempat tinggal yang dapat dijangkau semua kalangan masyarakat. Kondisi tersebut memicu munculnya permukiman yang dibangun dengan kondisi minim tanpa memperhatikan struktur tata ruang dan konstruksi bangunan yang baik. Fenomena tersebut terjadi di kawasan pusat kota Surabaya yang saat ini memiliki banyak fenomena permukiman kumuh dengan karakteristik yang beragam. Dengan melihat keberagaman karakteristik permukiman kumuh di kawasan pusat kota Surabaya, maka diperlukan suatu upaya untuk mengelompokkan permukiman kumuh berdasarkan kemiripan karakteristiknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan permukiman kumuh berdasarkan kemiripan karakteristik kekumuhannya. Terdapat 2 alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama, statistik deskriptif untuk mendapatkan karakteristik permukiman kumuh di kawasan pusat kota Surabaya. Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan mengolah hasil kuisioner ke dalam tabel, diagram, prosentase, dan grafik serta membandingkannya dengan peraturan atau standar yang berlaku. Sedangkan metode kedua ialah analisis cluster untuk mengelompokkan permukiman kumuh berdasarkan kemiripan karakteristik kekumuhan. Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan 3 cluster permukiman kumuh. Cluster 1 terdiri dari area kumuh Kedungturi, Wonorejo, Kampung Malang Tengah, Kedondong Kidul, dan Kupang Panjaan. Cluster 2 terdiri dari area kumuh Dupak, Margorukun, Tembok Dukuh, Asembagus, dan Sidotopo. Cluster 3 terdiri dari area kumuh Kemayoran Baru, Kapasari, Kenjeran DKA, Donorejo, dan Gembong. Cluster 1 memiliki ketersediaan prasarana dan kondisi fisik yang paling baik diantara ketiga cluster. Sedangkan cluster 3 memiliki ketersediaan prasarana dan kondisi fisik yang paling buruk.
Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Mia Ermawati; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.302 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7282

Abstract

Pembangunan perumahan swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran mengakibatkan pertumbuhan perumahan secara incremental. Pertumbuhan incremental adalah pertumbuhan perumahan tanpa adanya pengendalian secara spasial. Pertumbuhan secara incremental mengakibatkan lingkungan perumahan swadaya belum tertata dengan baik. Sehingga diperlukan arahan penataan lingkungan kawasan perumahan swadaya di Kelurahan Tambak Wedi. Analisa penelitian dilakukan mengidentifikasi karakteristik dengan analisa data kualitatif, kemudian untuk menganalisa faktor pendukung dengan analisa deskriptif dan Delphi, selanjutnya untuk merumuskan arahan penataan lingkungan kawasan perumahan swadaya dengan analisa triangulasi. Hasil dari penelitian didapatkan arahan penataan lingkungan kawasan perumahan swadaya di Kelurahan Tambak Wedi yang dibagi sesuai dengan kepentingannya ke dalam arahan mikro spasial maupun mikro non-spasial dan arahan makro spasial maupun makro non-spasial. Arahan mikro spasial seperti rehabilitasi bangunan semi permanen, pembangunan rumah susun. Arahan mikro non-spasial seperti peningkatan ketrampilan masyarakat melalui pelatihan kerja, pengembangan industri pengasapan melalui penerapan konsep smoked fish-to-go, dan revitalisasi sarana TPI. Arahan makro spasial seperti pembangunan sarana pendidikan-peribadatan-pengolahan dan pengeringan hasil tangkapan laut, pembangunan tandon umum (waduk), perbaikan dan pembangunan drainase, perbaikan jalan dengan melakukan penambalan, penambahan prasarana tempat sampah. Arahan makro non-spasial seperti pendampingan kader untuk menanamkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, peningkatan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan melalui penerapan insentif-disinsentif, pembinaan dan sosialisasi pembangunan perumahan swadaya, pemberian akses koordinasi antara (masyarakat-pemerintah-swasta), pemberian kemudahan penyerahan sarana-prasarana kepada pemerintah, pengembangan perumahan yang dilengkapi sarana-prasarana pendukung nelayan, pendekatan stakeholder dalam mendukung penataan lingkungan kawasan perumahan swadaya melalui bantuan institusi pendidikan.